Você está na página 1de 6

Teori-Teori Penuaan

A. Teori Biologis
Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk perubahan
fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia dan kematian. Perubahan-perubahan
dalam tubuh termasuk perubahan molekular dan seluler dalam sistem organ utama dan
kemampuan tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan melawan penyakit. Seiring dengan
brekembangnya kemampuan kita untuk menyelidiki komponen-komponen yang kecil dan
sangat kecil, suatu pemahaman tantang hubungan hal-hal yang memengaruhi penuaan
ataupun tentang penyebab penuaan yang sebelumnya tidak diketahui, sekarang telah
mengalami peningkatan. Walaupun bukan suatu definisi penuaan, tetapi lima karakteristik
penuaan telah dapat diidentifikasi oleh para ahli. Teori biologis juga mencoba untuk
menjelaskan mengapa orang mengalami penuaan dengan cara berbeda dari waktu
kewaktu dan faktor apa yang memengaruhi umur panjang, perlawanan terhadap
organisme, dan kematian atau perubahan seluler. Suatu pemahaman tentang perspektif
biologi dapat memberikan pengetahuan kepada perawat tentang faktor resiko spesifik
dihubungkan dengan penuaan dan bagaimana orang dapat dibantu untuk meminimalkan
atau menghindari resiko dan memaksimalkan kesehatan.
1) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas adalah produk metabolisme seluler yang merupakan bagian molekul yang
sangat reaktif. Molekul ini memiliki muatan ekstraseluler kuat yang dapat menciptakan
reaksi dengan protein, mengibah bentuk dan sifatnya, molekul ini juga dapat bereaksi
dengan lipid yang berada dalam membran sel, mempengaruhi permeabilitasnya atau dapat
berikatan dengan organel sel. Teori ini menyatakan bahwa penuaan disebabkan karena
terjadinya akumulasi kerusakan irreversibel akibat senyawa pengoksidasi. Dimana radikal
bebas dapat terbentuk dialam, tidak stabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi bahanbahan organik seperti karbohidrat dan protein.
2) Teori Genetika
Teori sebab akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama disebabkan oleh pembentukan
gen dan dampak lingkungan pada pembentukan kode genetik. Menurut teori genetike,
penuaan adalah suatu proses yang secara tidak sadar diwariskan yang berjalan dari waktu
ke waktu untuk mengubah sel atau struktur jaringan. Dengan kata lain, perubahan rentang
hidup dan panjang usia telah ditentukan sebelumnya. Teori genetika terdiri dari teori asam
deoksiribonukleat (DNA), teori krtepatan dan kesalahan, mutasi somatik, dan teori glikogen.
Teori-teori ini menyatakan bahwa proses replikasi pada tingkatan seluler menjadi tidak
terartur karena adanya informasi tidak sesuai yang diberikan dari inti sel. Molekul DNA
menjadi bersilangan (crosslink) denga unsur yang lain sehingga mengubah informasi
genetik. Adanya crosslink ini mengakibatkan kesalahan pada tingkat seluler yang akhirnya
mengakibatkan sistem dan organ tubuh gagal untuk berfungsi. Bukti yang mendukung teoriteori ini termasuk perkembangan radikal bebas, kolagen, dan lipofusin. Selain itu,
peningkatan frekuensi kanker dan penyakit autoimun yang dihubungkan dengan

bertambahnya umur menyatakan bahwa mutasi atau kesalahan terjadi pada tingkat
molekular dan selular.
3) Teori Cross Link
Teori crosslink dan jaringan ikat menyatakan bahwa molekul kolagen dan elastin,
komponen jaringan ikat, membentuk senyawa yang lama meningkatkan rigiditas sel,
crosslink diperkirakan akibat reaksi kimia yang menimbulkan aenyawa antara molekulmolekul yang normalnya terpisah atau secara singkatnya sel-sel tua atau usang, reaksi
kimianya menyebakan kurang elastis dan hilangnya fungsi. Contoh crosslink jaringan ikat
terkait usia meliputi penurunan kekuatan daya rentang dinding arteri, tanggalnya gigi,
tendon kering dan berserat.
4) Teori Wear and Tear
Teori ini mengusulkan bahwa akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi dapat merusak
sintesis DNA, sehingga mendorong malfungsi molekular dan akhirnya malfungsi organ
tubuh. Pendukung teori ini percaya bahwa tubuh akan mengalami kerusakan berdasarkan
suatu jadwal.
Radikal bebas adalah contoh dari produk sampah metabolisme yang menyebabkan
kerusakan ketika akumulasi terjadi. Radikal bebas dengan cepat dihancurkan oleh sistem
enzim pelindung pada kondisi normal. Beberapa radikal bebas berhasil lolos dari proses
perusakan ini dan berakumulasi didalam struktur biologis yang penting, saat itu kerusakan
organ terjadi.
Karena laju metabolisme terkait secara langsung pada pembentukan radikal bebas,
sehingga ilmuwan memiliki hipotesis bahwa tingkat kecepatan produksi radikal bebas
berhubungan dengan penentuan waktu rentang hidup. Pembatasan kalori dan efeknya
pada perpanjangan rentang hidup mungkin berdasarkan pada teori ini. Pembatasan kalori
telah terbukti dapat meningkatkan masa hidup pada tikus percobaan. Sepanjang masa
hidup, tikus-tikus tersebut telah mengalami penurunan angka kejadian kemunduran
fungsional, dan mengalami lebih sedikit kondisi penyakit yang berkaitan dengan
peningkatan umur, berkurangnya kemunduran fungsional tubuh, dan menurunnya insidensi
penyakit yang berhubungan dengan penuaan.
5) Teori Imunitas
Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun yang berhubungan
dengan penuaan. Ketika orang bertambah tua, pertahanan mereka terhadap organisme
asing mengalami penurunan, sehingga mereka lebih rentan untuk menderita berbagai
penyakit seperti kanker dan infeksi. Seiring dengan berkurangnya fungsi sistem imun,
terjadilah peningkatan dalam respons autoimun tubuh. Ketika orang mengalami penuaan,
mereka mungkin mengalami penyakit autoimun seperti artritis reumaoid dan alergi terhadap
makanan dan faktor lingkungan yang lain. Penganjur teori ini sering memusatkan pada
peran kelenjar timus. Berat dan ukuran kelenjar timus menurun seiring dengan
bertambahnya umur, seperti halnya kemampuan tubuh untuk diferensiasi sel T. karena
hilangnya diferensiasi sel T, tubuh salah mengenali sel yang tua dan tidak beraturan
sebagai benda asing dan menyerangnya. Pentingnya pendekatan pemeliharaan kesehatan,

pencegahan penyakit, dan promosi kesehatan terhadap npelayanan kesehatan, terutama


pada saat penuaan terjadi tidak dapat diabaikan. Walaupun semua orang memerlukan
pemeriksaan rutin untuk memastikan deteksi dini dan perawatan seawal mungkin, tetapi
pada orang lanjut usia kegagalan melindungi sistem imun yang telah mengalami penuaan
melalui pemeriksaan kesehatan ini dapat mendorong ke arah kematian awal dan tidak
terduga. Selain itu, program imunisasi secara nasional untuk mencegah kejadian dan
penyebaran epidemi penyaki, seperti pneumonia dan influenza diantara orang lanjut usia
juga mendukung dasar teoritis praktik keperawatan.
6) Teori Neuroendokrin
Diskusi sebelumnya tentang kelenjar timus dan sistem imun serta interaksi antara sistem
saraf dan sistem endokrin menghasilkan persamaan yang luar biasa. Pada kasus
selanjutnya para ahli telah memikirkan bahwa penuaan terjadi oleh karena adanya suatu
perlambatan dalam sekresi hormon tertentu yang mempunyai suatu dampak pada reaksi
yang diatur oleh sistem saraf. Hal ini lebih jelas ditunjukkan dalam kelenjar hipofisis, tiroid,
adrenal, dan reproduksi.
Salah satu area neurologis yang mengalami gangguan secara universal akibat penuaan
adalah waktu reaksi yang diperlukan untuk menerima, memproses, dan bereaksi terhadap
perintah. Dikenal sebagai perlambatan tingkah laku, respon ini kadang-kadang
diinterpretasikan sebagai tindakan melawan, ketulian, atau kurangnya pengetahuan. Pada
umumnya, sebenarnya yang terjadi bukan satupun dari hal-hal tersebut, tetapi orang lanjut
usia sering dibuat untuk merasa seolah-olah mereka tidak kooperatif atau tidak patuh.
Perawat dapat memfasilitasi proses pemberian perawatan dengan cara memperlambat
instruksi dan menunggu respon mereka.
7) Riwayat Lingkungan
Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan (misalnya karsinogen dari industri,
cahaya matahari, trauma dan infeksi) dapat membawa perubahan dalam proses penuaan.
Walaupun faktor-faktor ini diketahui dapat mempercepat penuaan, dampak dari lingkungan
lebih merupakan dampak sekunder dan bukan merupakan faktor utama dalam penuaan.
Perawat dapat mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang dampak dari aspek ini
terhadap penuaan dengan cara mendidik semua kelompok umur tentang hubungan antara
faktor lingkungan dan penuaan yang dipercepat. Ilmu pengetahuan baru mulai untuk
mengungkap berbagai faktor lingkungan yang dapat memengaruhi penuaan.
B. Teori Psikososiologis
Teori psikososialogis memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku yang
menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi pada kerusakan anatomis.
Untuk tujuan pembahasan ini, perubahan sosiologis atau nonfisik dikombinasikan dengan
perubahan psikologis.
Masing-masing individu, muda, setengah baya, atau tua adalah unik dan memiliki
pengalaman, melalui serangkaian kejadian dalam kehidupan, dan melalui banyak peristiwa.
Salama 40 tahun terakhir, beberapa teori telah berupaya untuk menggambarkan

bagaimana perilaku dan sikap pada awal tahap kehidupan dapat memengaruhi reaksi
manusia sepanjang tahap akhir hidupnya. Pekerjaan ini disebut proses penuaan yang
sukses contoh dari teori ini termasuk teori kepribadian.
1) Teori Kepribadian
Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan yang subur dalam tahun-tahun
akhir kehidupannya yang telah merangsang penelitian yang pantas dipertimbangkan. Teori
kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis tanpa menggambarkan
harapan atau tugas spesifik lansia. Jung mengembangkan suatu teori pengembangan
kepribadian orang dewasa yang memandang kepribadian sebagai ektrovert atau introvert ia
berteori bahwa keseimbangan antara keddua hal tersebut adalah penting kesehatan.
Didalam konsep intoritas dari Jung, separuh kehidupan manusia berikutnya digambarkan
dengan memeiliki tujuannya sendiri yaitu untuk mengembangkan kesadaran diri sendiri
melalui aktivitas yang dapat merefleksikan diri sendiri.
2) Teori Tugas Perkembangan
Beberapa ahli teori sudah menguraikan proses maturasi dalam kaitannya dengan tugas
yang harus dikuasai pada tahap sepanjang rentang hidup manusia. Hasil penelitian Ericson
mungkin teori terbaik yang dikenal dalam bidang ini. Tugas perkembangan adalah aktivitas
dan tantangan yang harus dipenuhi oleh seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam
hidupnya untuk mencapai penuaan yang sukses. Erickson menguraikan tugas utama lansia
adalah mampu melihat kehidupan seseorang sebagai kehidupan yang dijalani dengan
integritas. Pada kondisis tidak adanya pencapaian perasaan bahwa ia telah menikmati
kehidupan yang baik, maka lansia tersebut beresiko untuk disibukkan dengan rasa
penyesalan atau putus asa. Minat yang terbaru dalam konsep ini sedang terjadi pada saat
ahli gerontologi dan perawat gerontologi memeriksa kembali tugas perkembanagn lansia.
3) Teori Disengagement
Teori disengagement (teori pemutusan hubungan), dikembangkan pertama kali pada awal
tahun 1960-an, menggambarkan proses penarikan diri oleh lansia dari peran
bermasyarakat dan tanggung jawabnya. Menurut ahli teori ini, proses penarikan diri ini
dapat diprediksi, sistematis, tidak dapat dihindari, dan penting untuk fungsi yang tepat dari
masyarakat yang sedang tumbuh. Lansia dikatakan bahagia apabila kontak sosial telah
berkurang dan tanggung jawab telah diambil oleh generasi yang lebih muda. Manfaat
pengurangan kontak sosial bagi lansia adalah agar ia dapat menyediakan waktu untuk
merefleksikan pencapaian hidupnya dan untuk menghadapi harapan yang tidak terpenuhi,
sedangkan manfaatnya bagi masyarakat adalah dalam rangka memindahkan kekuasaan
generasi tua pada generasi muda.
Teori ini banyak menimbulkan kontroversi, sebagian karena penelitian ini dipandang cacat
dan karena banyak lansia yang menentang postulat yang dibangkitkan oleh teori untuk
menjelaskan apa yang terjadi didalam pemutusan ikatan atau hubungan. Sebagai contoh,
dibawah kerangka kerja teori ini, pensiun wajib menjadi kebijakan sosial yang harus
diterima. Dengan meningkatnya rentang waktu kehidupan alami, pensiun pada usia 65

tahun berarti bahwa seorang lanjut usia yang sehat dapat berharap untuk hidup 20 yahun
lagi. Bagi banyak individu yang sehat dan produktif, prospek diri suatu langkah yang lebih
lambat dan tanggung jawab yang lebih sedikit merupakan hal yang tidak diinginkan.
Jelasnya, banyak lansia dapat terus menjadi anggota masyarakat produktif yang baik
sampai mereka berusia 80 sampai 90 tahun.
4) Teori Aktivitas
Lawan langsung dari teori disengagement adalah teori aktivitas penuaan, yang
berpendapat bahwa jalan menuju penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif.
Havighurst yang pertama menulis tentang pentingnya tetap aktif secara sosial sebagai alat
untuk penyesuaian diri yang sehat untuk lansia pada tahun 1952. Sejak saat itu, berbagai
penelitian telah memvalidasi hubungan positif antara mempertahankan interaksi yang
penuh arti dengan oranglain dan kesejahteraan fisik dan mental orang tersebut. Gagasan
pemenuhan kebutuhan seseorang harus seimbang dengan pentingnya perasaan
dibutuhkan oleh orang lain. Kesempatan untuk turut berperan dengan cara yang penuh arti
bagi kehidupan seseorang yang penting bagi dirinya adalah suatu komponen kesejahteraan
yang penting bagi lansia. Penelitian menunjukkan bahwa hilangnya fungsi peran pada
lansia secara negatif memengaruhi kepuasan hidup. Selain itu, penelitian terbaru
menunjukkan pentingnya aktivitas mental dan fisik yang berkesinambungan untuk
mencegah kehilangan dan pemeliharaan kesehatan sepanjang masa kehidupan manusia.
5) Teori Kontinuitas
Teori kontinuitas, juga di kenal sebagai suatu teori perkembangan, merupakan suatu
kelanjutan dari dua teori sebelumnya dan mencoba untuk menjelaskan dampak kepribadian
pada kebutuhan untuk tetap aktif atau memisahkan diri agar mencapai kebahagiaan dan
terpenuhinya kebutuhan di usia tua. Teori ini menekankan pada kemampuan koping
individu sebelumnya dan kepribadian sebagai dasar untuk memprediksi bagaimana
seseorang akan dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan akibat penuaan. Ciri
kepribadian dasar dikatakan tetap tidak berubah walaupun usianya telah lanjut.
Selanjutnya, ciri kepribadian secara khas menjadi lebih jelas pada saat orang tersebut
bertambah tua. Seseorang yang menikmati bergabung dengan orang lain dan memiliki
kehidupan sosial yang aktif akan terus menikmati gaya hidupnya ini sampai usianya lanjut.
Orang yang menyukai kesendirian dan memiliki jumlah aktivitas yang terbatas mungkin
akan menemukan kepuasan dalam melanjutkan gaya hidupnya ini. Lansia yang terbiasa
memiliki kendali dalam membuat keputusan mereka sendiri tidak akan dengan mudah
menyerahkan peran ini hanya karena usia mereka yang telah lanjut. Selain itu, individu
yang telah melakukan manipulasi atau abrasi dalam interaksi interpersonal mereka selama
masa mudanya tidak akan tiba-tiba mengembangkan suatu pendekatan yang berbeda
didalam masa akhir krhidupannya.
Ketika perubahan gaya hidup dibebankan pada lansia oleh perubahan sosial-ekonomi atau
faktor kesehatan, permasalahan mungkin akan timbul. Kepribadian yang tetap tidak
diketahui selama pertemuan atau kunjungan singkat kadang-kadang dapat menjadi fokal
dan juga menjadi sumber kejengkelan ketika situasi mengharuskan adanya suatu

perubahan didalam pengaturan tempat tinggal. Keluarga yang berhadapan dengan


keputusan yang sulit tentang perubahan pengaturan tempat tinggal untuk seorang lansia
sering memerlukan banyak dukungan. Suatu pemahaman tentang pola kepribadian lansia
sebelumnya dapat memberikan pengertian yang lebih diperlukan dalam proses
pengambilan keputusan ini.

Você também pode gostar