Você está na página 1de 13

REFORMASI

IKLIM
INVESTASI
DISUSUN OLEH :
ANIF SAFII

( 1311 1000
1203 )
ANGGUN DARMAYANTI
(131110001133)
AFIF FAHRONI
( 1311 1000
1166 )

Latar Belakang
Ekonomi Indonesia sudah kembali menunjukan
pertumbuhan ekonomi yang positif bahkan
diprediksi pada 2050 Indonesia akan menjadi
pusat perekonomian dunia jika pertumbuhan
ekonominya stabil dan berada pada jalur yang
benar
Hingga saat ini pertumbuhannya rata-rata
pertahun relatif masih lambat dibandingkan
negara-negara tetangga yang sama-sama terkena
krisis seperti Korea Selatan dan Thailand(Lampiran
3), atau jauh lebih rendah dibanding pertumbuhan
rata-rata per tahun yang pernah dicapai oleh
pemerintahan Orde Baru.

(Lampiran 3)
Liputan6.com, Jakarta -Kepala Badan Pusat Statistik (BPS)
Suryamin menyebutkan di antara negara-negara anggota
ASEAN, Thailand menjadi ancaman terbesar Indonesia saat
menghadapi pelaksanaan Perdagangan Bebas ASEAN
(Masyarakat Ekonomi ASEAN/MEA).Ini terlihat dari masih
defisitnya neraca perdagangan Indonesia dibandingkan
Thailand. Pada Februari ini, defisit neraca perdagangan kedua
negara mencapai US$ 337,8 juta.
"Ini ancaman kita pada pelaksanaan MEA adalah Thailand ini,"
jelas dia di Kantor BPS Jakarta, Senin (16/3/2015).Dia
menyebutkan, secara kumulatif, neraca perdagangan
Indonesia dengan negara-negara ASEAN mengalami surplus
US$ 221 juta. Di mana, dengan Singapura sebesar US$ 120,2
juta, Malaysia sebesar US$ 63,7 juta. Dan hanya dengan
Thailand mengalami defisit.
Secara nasional, neraca perdagangan Indonesia pada Februari
2015 mengalami surplus US$ 740 juta, dipicu surplus sektor
migas sebesar US$ 170 juta dan non migas US$ 570 juta.

Apa penyebabnya ?
Penyebab dari semua itu adalah
dikarenakan
masih
belum
intensifnya kegiatan investasi
Faktor-faktor tersebut mulai dari :
masalah keamanan, tidak adanya
kepastian
hukum,
kondisi
infrastruktur yang buruk, situasi
politik yang tidak kondusif, kondisi
perburuhan yang semakin buruk.

PEMBAHASAN
Pengertian Investasi
Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau
penanaman modal bagi perusahaan untuk membeli barang
modal dan perlengkapan untuk menambah kemampuan
produksi
barang
dan
jasa
dalam
perekonomian.
Pertambahan
jumlah
barang
modal
memungkinkan
perekonomian tersebut menghasilkan lebih banyak barang
dan jasa dimasa yang akan datang. Investasi memiliki
multiplier effect yang besar terhadap terjadinya nilai
tambah ekonomi berbagai sektor lainnya.
Menurut Stern (2002), iklim investasi adalah semua
kebijakan, kelembagaan dan lingkungan, baik yang sedang
berlangsung maupun yang diharapkan terjadi di masa
depan yang bisa mempengaruhi tingkat pengembalian dan
resiko suatu investasi.

Tiga faktor utama dalam iklim


investasi mencakup:
Kondisi ekonomi makro,
Termasuk stabilitas ekonomi makro, keterbukaan ekonomi,
persaingan pasar, dan stabilitas sosial dan politik .

Kepemerintahan dan kelembagaan,


Termasuk kejelasan dan efektivitas peraturan, perpajakan,
sistem hukum, sektor keuangan, fleksibilitas pasar tenaga
kerja dan keberadaan tenaga kerja yang terdidik dan
trampil.

Infrastruktur,
Mencakup sarana transportasi, telekomunikasi, listrik, dan
air.

Garis bawah Permasalahan


Investasi di Indonesia :
1. Pembenahan kebijakan dan penerapan investasi.
2.
Masalah dan hambatan birokrasi.
3.
Ketidakpastian dalam interpretasi dan
implementasi otonomi daerah.
4.
Sumber daya manusia dan permasalahan
kebijakaan ketenagakerjaan.
5.
Tingkat korupsi yang masih tinggi.
6. Kurangnya insentif bidang pajak maupun non
pajak.
7. Rendahnya jaminan dan perlindungan investasi.
8. Lemahnya penegakan dan kepastian hukum.
9.
Lemahnya koordinasi antar kelembagaan.
10.
Permasalahan lain.

Solusi yang ditawarkan :


Pekerjaan rumah (PR) besar bagi
pemerintahan Presiden Jokowi :
Perbaikan Infrastruktur
Pelabuhan udara, laut dan tol laut, pertelekomunikasian, air,
keenergian dan transportasi massal
Pemberantasan Korupsi dan Perbaikan Kinerja Lembaga
Korupsi mengacaukan aturan hukum, memperlemah pondasi
kelembagaan, memperlambat perkembangan sektor swasta,
dan merugikan masyarakat. Korupsi berakibat buruk pada
seluruh aspek iklim investasi.
Untuk itu jaminan kepastian dan konsistensi pelaksanaan
hukum, praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat,
pembentukan satuan pelayanan terpadu untuk kegiatan
investasi dalam satu tempat/ atap ,
Perbaikan Kebijakan lanjutan

Solusi yang ditawarkan :


Pekerjaan rumah (PR) besar bagi
pemerintahan Presiden Jokowi :
Perbaikan Kebijakan
- Perbaikan undang-undang investasi
- Pembagian sumberdaya yang lebih baik antara pemerintah
pusat dan daerah
- Perbaikan sistem Desentralisasi (otonomi daerah) sebagi
kebijakan ganda
Upaya Insentif
- Ketersediaan Infrastruktur Yang Baik,
- Pekerja Yang Terdidik Dan Trampil,
- Kebijakan Perdagangan Yang Terbuka,
- Kebijakan Ketenagakerjaan Yang Mendukung Usaha,
- Kebijakan Ekonomi Yang Pro-bisnis
- Insentif Perpajakan
- Dll

KESIMPULAN

Pertama, memenangkan persaingan dengan negara-negara tetangga dalam


menarik PMA. Merupakan suatu tantangan besar bagi Indonesia saat ini.
Tantangan terutama sangat berat untuk menarik atau mempertahankan PMA
yang sudah beroperasi di Indonesia di industri-industri footloose (industri yang
tidak memiliki ketergantungan bahan baku produksi dari tempat mereka
berinvestasi).
Kedua, kemampuan pemerintah menghilangkan semua permasalahan yang
disebut di atas dalam waktu sesingkat-singkatnya. Waktu sangat penting saat ini
karena perubahan-perubahan global yang semakin cepat dibandingkan dengan
20 tahun yang lalu, terutama dalam teknologi, sistem keuangan, pola
perdagangan baik pada tingkat regional (regionalism) maupun pada tingkat
dunia, dan selera masyarakat dunia sebagai konsekuensi dari peningkatan
pendapatan dunia per kapita.

Potensi yang terdapat di Indonesia dapat di lihat dari dua sisi yaitu sisi
penawaran dan permintaan.
Sisi penawaran yaitu harus dibedakan antara potensi jangka pendek dan potensi
jangka panjang. Potensi jangka pendek yang masih dapat diandalkan oleh
Indonesia tentu adalah masih tersedianya banyak sumber daya alam (SDA),
termasuk komoditas-komoditas pertambangan dan pertanian, dan jumlah
tenaga kerja yang besar. Sedangkan potensi jangka panjang adalah
pengembangan teknologi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia
(SDM).

Sisi permintaan ada dua faktor utama yakni jumlah penduduk (dan strukturnya
menurut umur) dan pendapatan riil per kapita. Kedua faktor ini secara bersama
menentukan besarnya potensi pasar, yang berarti juga besarnya potensi
keuntungan bagi seorang investor. Yang artinya semakin besar potensi pasar
semakin baik iklim investasi di Indonesia.

(Lampiran 2)
Liputan6.com, Jakarta - Pelemahan rupiah yang telah
mencapai 13.200 per dolar AS mulai meresahkan para
pengusaha terutama kelas menengah ke bawah.
Melihat kondisi tersebut, Wakil Ketua Umum KADIN
Yugi Prayanto berharap Bank Indonesia (BI) dapat
menggelar pertemuan khusus guna mendengar
keluhan dan usulan para pengusaha.
"Pengusaha cuma butuh stabilitas rupiah. Tapi sampai
saat ini belum ada undangan dari BI untuk berbicara
dengan Kadin soal pelemahan rupiah," katanya di
Jakarta, Sabtu (15/3/2015).
"Kuncinya membuka peluang industri dari hulu ke hilir
dan mempermudah investasi. Sekarang investor juga
harus hitung-hitung kapan balik modalnya, kalau lebih
dari lima tahun, mereka tak akan mau," tutur Yugi.

(Lampiran 3)
Liputan6.com, Jakarta -Kepala Badan Pusat Statistik (BPS)
Suryamin menyebutkan di antara negara-negara anggota
ASEAN, Thailand menjadi ancaman terbesar Indonesia saat
menghadapi pelaksanaan Perdagangan Bebas ASEAN
(Masyarakat Ekonomi ASEAN/MEA).Ini terlihat dari masih
defisitnya neraca perdagangan Indonesia dibandingkan
Thailand. Pada Februari ini, defisit neraca perdagangan kedua
negara mencapai US$ 337,8 juta.
"Ini ancaman kita pada pelaksanaan MEA adalah Thailand ini,"
jelas dia di Kantor BPS Jakarta, Senin (16/3/2015).Dia
menyebutkan, secara kumulatif, neraca perdagangan
Indonesia dengan negara-negara ASEAN mengalami surplus
US$ 221 juta. Di mana, dengan Singapura sebesar US$ 120,2
juta, Malaysia sebesar US$ 63,7 juta. Dan hanya dengan
Thailand mengalami defisit.
Secara nasional, neraca perdagangan Indonesia pada Februari
2015 mengalami surplus US$ 740 juta, dipicu surplus sektor
migas sebesar US$ 170 juta dan non migas US$ 570 juta.

TERIMA KASIH
wallahualam
bissawab

13

Você também pode gostar