Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusun oleh:
Kelompok 18
Perikanan B
Fakhri Fathurahman
230110130090
Nuraya Asfariah
230110130091
Bastian Damanik
230110130152
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayahnya, serta kesehatan kepada kita semua, salawat serta salam semoga
terlimpah curah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Yang telah
menyampaikan wahyu Allah kepada kita.
Laporan akhir ini adalah tugas dari mata kuliah Genetika Perikanan yang
disusun untuk memenuhi hasil pengamatan praktikan di laboratorium yang di
berikan kepada kami, yang berjudul GINOGENESIS, TRIPLOIDISASI DAN
HIBRIDISASI. Percobaan tersebut kami jadikan dasar pada penulisan laporan
ini.
Kami menaruh perhatian yang seksama terhadap semua masukan dari
berbagai pihak demi penyempurnaan isi tugas ini. Oleh karena itu, kritik dan saran
sangat diharapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi civitas
akademika yang membutuhkannya. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................... ..v
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..........................................................................
1.2 Identifikasi Masalah ..................................................................
1.3 Tujuan........................................................................................
1.4 Manfaat......................................................................................
II.
1
2
2
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biologi Ikan Komet ................................................................... 3
2.2 Biologi ikan mas........................................................................ 4
2.3 Reproduksi ikan komet.............................................................. 5
2.4 Reproduksi Ikan Mas ................................................................ 6
2.5 Spermatozoa .............................................................................. 7
2.6 Pemijahan Buatan ...................................................................... 8
2.6.1 Ginogenesis............................................................................11
2.6.2 Hibridisasi..............................................................................11
2.6.3 Triploidisasi...........................................................................12
2.7 Embriogenesis...........................................................................12
III.
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat ....................................................................
3.2 Alat dan Bahan ..........................................................................
3.3 Prosedur Praktikum ...................................................................
3.3.1 Persiapan Alat ........................................................................
3.3.2 Pemijahan Buatan ...................................................................
3.3.3 Hibridisasi ..............................................................................
3.3.4 Ginogenesis ............................................................................
3.3.5 Triploidisasi ............................................................................
3.3.6 Embriogenesis ........................................................................
3.3.7 Pemeliharaan Larva ................................................................
13
13
13
14
14
14
14
14
15
15
ii
IV.
V.
18
18
20
21
22
22
5.1 Kesimpulan................................................................................ 23
5.2 Saran .......................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 24
LAMPIRAN .................................................................................... 25
iii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul
Halaman
Ikan Komet......................................................................................
Ikan Mas..................................................................................
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul
Halaman
26
26
27
27
28
28
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Budidaya adalah suatu metode yang dikembangkan untuk melestarikan
dan mempertahankan jumlah populasi mahluk hidup agar tidak hanya melakukan
penangkapan ikan saja tetapi tahu bagaimana cara mengembang biakkannya.
Dewasa ini rekayasa dalam bidang genetika semakin sering dilakukan untuk
meperbanyak produksi. Hal ini terjadi karena permintaan akan ikan yang semakin
tinggi dan untuk memperbaiki kualitas ikan agar didapatkan individu yang unggul
dari biasanya yang berguna dalam proses budidaya. Rekayasa genetik yang umum
dilakukan ada tiga yaitu Ginogenesis, Hibridisai dan Triploid.
Ginogenesis adalah proses pemurnian dengan mengambil genetik murni
yang berasal dari induk betina dengan cara merangsang terjadinya proses
pembuahan tanpa adanya sumbangan bahan genetik jantan (sperma yang telah di
non-aktifkan dan digunakan untuk memacu terjadinya perkembangan sel telur
menjadi larva). Proses ginogenesis dapat dilakukan dengan dua cara yaitu proses
mitosis dan miosis.
Hibridisasi merupakan perkawinan silang antara dua spesies individu yang
masih memiliki hubungan kekerabatan yang dekat (dalam hal ini adalah tingkat
famili). Hibridisasi bertujuan untuk mendapatkan benih dengan sifat lebih baik
dari yang dipunyai tertuanya terutama dalam pertumbuhan, kematangan gonad,
ketahanan terhadap penyakit serta lingkungan burukdan efesiensi pemanfaatan
makanan.
Poliploidisasi adalah usaha, proses atau kejadian yang menyebabkan
individu berkromosom lebih dari satu set. Poliploidisasi merupakan salah satu
metode manipulasi kromosom untuk perbaikan dan peningkatan kualitas genetik
ikan guna menghasilkan benih-benih ikan yang mempunyai keunggulan, antara
lain pertumbuhan cepat, toleransi terhadap lingkungan dan resisten terhadap
penyakit.
Triploidisasi merupakan salah satu bagian dari ploidisasi yaitu salah satu
teknik
untuk
menghambat
berkembangnya
organ
reproduksi,
sehingga
perkembangan
gonad
dapat
dimanfaatkan
untuk
meningkatkan
.2 Identifikasi Masalah
Dalam melakukan rekayasa genetika banyak juga faktor-faktor yang akan
mempengaruhi dari perkembangan ikan tersebut. Teknik rekayasa genetika yang
umum dilakukan adalah hibridisasi,seleksi, inbreeding dan lain-lain. Dalam
praktikum kali ini akan mempelajari tentang teknik rekayasa genetika
menggunakan hibridisasi, ginogenesis dan triploidisasi.
1.4 Manfaat
Manfaat dari praktikum kali ini adalah ,
1. Mahasiswa mampu memahami teknik ginogenesis, dihibrid dan triploid.
2. Mahasiswa mampu melakukan teknik rekayasa genetik dengan baik dan
sesusai prosedur
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Pisces
Ordo
: Ostariphisysoidei
Famili
: Cyprinidae
Genus
: Carassius
Spesies
: Carassius auratus
berbentuk agak panjang dan sedikit pipih ke samping, bibir mulut lunak dan dapat
disembulkan (protaktil), serta memiliki kumis atau sungut (barbel) yang pendek
dua pasang pada sudutsudut mulutnya.
Warna tubuhnya bermacam-macam ada yang merah, hijau, biru keperakan,
hitam, kuning muda, coklat keemasan, dan berbelang-belang campuran dari
beberapa warna (Rukmana, 2003). Secara umum, hamper semua tubuh ikan mas
tertutupi sisik, kecuali beberapa strain yang hanya memiliki sisik sedikit dan tipe
sisiknya adalah sisik tipe sikloid (lingkaran) (Amri, 2002). Sirip punggung
(dorsal) berukuran memanjang dengan bagian belakang berjari keras dan di
bagian akhir bergerigi. Letak sirip punggung berseberangan dengan permukaan
sirip perut (ventral). Sirip dubur mempunyai ciri seperti sirip punggung, yakni
berjari keras dan bagian akhirnya bergerigi. Garis rusuk (Linea lateralis atau gurat
sisi) ikan mas tergolong lengkap, berada di pertengahan tubuh melintang dari
tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor. Kulitnya banyak
mengandung kelenjar lendir, tertutup oleh sisik, sirip dan ekor yang simetris,
insang tertutup tutup insang (Amri, 2002).
Klasifikasi ikan mas menurut (Susanto, 2007) adalah sebagai berikut:
Filum
: Chordata
Kelas
: Pisces
Ordo
: Ostariophysi
Familia
:Cyprinidae
Genus
: Cyprinus
Spesies
: Cyprinus carpio L
Sedangkan ciri-ciri untuk ikan mas jantan gerakan lincah dan mengeluarkan
cairan berwarna putih (sperma) dari lubang kelamin bila dipijit (Aswanto, 2012).
2.4 Spermatozoa
Menurut Evans (1993), spermatozoa ikan biasanya immotile dan tidak
aktif ketika berada di dalam testis. Motilitas dari sperma dimulai setelah
spermaiasi di dalam lingkungan air atas di dalam sistem reproduksi betina dengan
demikian aktivitas dari sperma mungkin terjadi ketika faktor tekanan dicairkan,
pH menjadi alkalin dan osmolalitas menjadi hipotonik, secara berturut-turut.
Proses spermatogenik dapat dibagi menjadi 3 tingkatan utama. Spermatosiyenesis
adalah perkembangan dari spermatogonium menjadi spermatosik primer dan
sekunder. Dua tahap terakhir meiosis, yang mana pembagian dua sel terjadi dan
jumlah dari kromosom di spermatid adalah perbedaan dari spermatid menjadi
spermatozoa. Waktu yang dilewati dari pembuatan sperma menjadi ejakulasnya
biasanya sekitar 59 hari (Svendsen and Anthony, 1974).
Perlakuan Ginogenesis
Untuk mendapatkan benih ikan yang monosex secara ginogenesis ada
beberapa perlakuan yang dapat dilakukan yakni antara lain:
1.
Sebelum sperma dicampur dengan sel telur (pemijahan buatan) sperma tersebut
diberi perlakuan penyinaran dengan sinar UV. Hal ini dilakukan untuk merusak
bahan genetik sperma. Komposisi
kimiawi
sperma
pada
plasma
inti
sel telur dan dilepaskan dalam air agar terjadi pembuahan. Setelah pembuahan
terjadi kemudian telur yangterbuahi tersebut diberi kejutan lingkungan. Hal ini
dapat berupa kejut suhu atau dengan tekanan hidrostatis. Perlakuan dengan
tekanan hidrostatis memerlukan peralatan yang rumit, mahal sehingga suli untuk
diterapkan telur dalam jumlah banyak namun metode ini efektif untuk
memproduksi tingkat heterozigositas nol persen. Kejut suhu lebih praktis dalam
penggunaannya sehingga bisa diterapkan pada jumlah yang banyak. Kejut suhu
dimaksudkan untuk pencegahan keluarnya polar body II telur pada saat terjadi
pembelahan miosis kedua atau pencegahan pembelahan sel setelah duplikasi
kromosom pada saat terjadi pembelahan mitosis pertama sehingga jumlah
kromosom telur mengganda lagi pada awal perkembangan zigot (Nagy et al:,
1978). Kejut suhu disini berupa kejutan panas dan kejutan dingin. Pemberian
kejutan panas lebih singkat periodenya dibandingkan dengan kejut dingin.
Pada saat oogenesis (proses pembentukan sel telur hingga siap untuk
ovulasi), sel telur belumlah dalam keadaan 2N melainkan 4N. Saat pembelahan
sel miosis I terjadi,saat itu dikatakan sel telur telah matang. Saat itulah ada
"loncatan" polar body I (2N), sehingga sel telur yang awalnya 4N menjadi 2N.
Pembelahan sel secara miosis, ada pengurangan set kromosom menjadi setengah
dari semula. Perbedaannya dengan pembelahan sel mitosis (pembelahan yang
ditandai dengan penggandaan atau perbanyakan jumlah sel). Proses pembelahan
sel selama oogenesis dan spermatozoa ada pada gambar 1. berikut ini:
Gambar 1. Bagan spermatogenesis dan oogenesis
Satu buah sel telur yang memiliki dua set kromosom (2N) dan satu buah
sel sperma memiliki satu set kromosom (1N). Jika keduanya kita pasangkan,
maka terjadilah pembuahan. Setelah sel telur dibuahi oleh sperma, maka satu set
kromosom sperma memasangkan diri terhadap satu set kromosom pada sel telur.
Dan sebagai akibatnya, ada satu set kromosom sel telur yang tidak mendapatkan
pasangan. Itulah yang kemudian dipahami oleh beberapa peneliti, bahwa polar
body II yang berisi satu set kromosom (1N) akan "ke luar" dari sistem. Satu set
yang tidak memiliki pasangan kromosom itu akan ter denaturasi. Dengan
terjadinya, maka sel telur yang sudah dibuahi tersebut, kembali pada kondisi
normal (2N) dan menyiapkan diri untuk melakukan proses berikutnya; yakni
pembelahan sel mitosis.
Jika proses keluarnya polar body II kita ganggu dengan kejut suhu di atas
hingga mengalami kegagalan, maka tentu saja sel telur yang sudah dibuahi itu
akan tetap memiliki tiga set kromosom; dua set dari sel telur dan satu set dari sel
sperma. Inilah yang kemudian kita kenal sebagai triploid atau individu yang
10
memiliki tiga set kromosom (3N). Karena materi genetic sperma telah rusak maka
yang akan berkembang dan mengalami pembelahan hanya pada set kromosom
telur dari induk betina. Oleh karena itu ginogenesis hanya akan menghasilkan
anakan yang sama dengan sifat induknya jika metode ini berhasil.
Ginogenesis dapat digunakan untuk pemurnian ikan menggantikan teknik
perkawinan sekerabat. Menurut Rohadi, D. S, (1996) dengan ginogenesis buatan
dapat menghasilkan ikan bergalur murni dengan sifat homozigositas. Hasil
pemurnian ikan dengan metode ginogenesis selama satu generasi sama dengan
hasil
tujuh
sampai
delapan
generasi
perkawinan
sekerabat
sedangkan
2.5.2 Hibridisasi
Hibridisasi adalah salah satu metode pemuliaan dalam upaya mendapatkan
strain baru yang mewarisi sifat-sifat genetik dan morfologis dari kedua tetuanya
dan untuk meningkatkan heterozigositas. Semakin tinggi heterozigositas suatu
populasi, semakin baik sifat-sifat yang dimilikinya. Hibridisasi pada ikan relatif
mudah dan dapat menghasilkan kombinasi taksonomi yang bermacam-macam dan
luas (Tave, 1988).
Hibridisasi dalam pengembangbiakan ikan sudah dikenal serta dilakukanorang
untuk memeperbaiki sifat genetik ikan tertentu. Hibridisasi pada ikan
dapat dilakukan antara ikan ras dalam satu spesies, antara ras dalam satu genus
anataragenus
dalam
ras
satu
family
atau
berbeda
family
(Hickling
pemanfaatanmakanan
(Hardjamulia
dan
11
dapat
diaplikasikan
pada
hibridisasi
ikan
komet
(Carassius
auratus),
dapat
menghasilkan ikan komet Hibrid yang memiliki mutu genetis yang lebih baik.
2.5.3. Triploidisasi
Triploidisasi merupakan salah satu metode untuk menghasilkan ikan yang
steril adalah dengan manipulasi kromosom. Benih triploid diperoleh dengan
memberi kejutan suhu atau tekanan setelah pembuahan dengan menggunakan
spermatozoa aktif. Selain itu triploidi dapat juaga dihasilkan dengan membuahi
telur ikan tetraploid dengan sperma ikan diploid normal
Selain dari proses dan waktu penyinaran ultraviolet dan kejutan panas,
penenganan setelah pembuahan merupakan faktor yang harus diperhatikan yaitu
kondisi lingkungan wadah penetasan yang baik, sehingga telur-telur hasil
Triploidisasi dapat menetas
2.5.4 Embriogenesis
Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio.
Proses ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan
atau fertilisasi. Embriogenesis meliputi pembelahan sel dan pengaturan di tingkat
sel. Sel pada embriogenesis disebut sebagai sel embriogenik (Lewis, 2002).
12
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
genetika
ikan
mengenai
hibridisasi,
triploidisasi
dan
berfungsi sebagai
berfungsi
heat shock
terhadap telur
7. Kotak UV berfungsi sebagai tempat untuk melakukan radiasi terhadap
telur
8. Termometer berfungsi untuk mengatur suhu pada saat melakukan heat
shock di dalam water bath
9. Cawan petri berfungsi sebagai tempat menyimpan sel telur
10. Akuarium berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan telur yang sudah
dibuahi dan tempat telur menetas
11. Mikroskop berfungsi untuk melihat dan mengamati perkembangan sel
telur
13
3.2.2 Bahan
1. Ikan Komet betina berfungsi sebagai sampel ikan yang akan diuji
2. Ikan Mas jantan berfungsi sebagai sampel ikan yang akan diuji
3. NaCl fisiologis 0,9 berfungsi sebagai cairan untuk mengencerkan sperma
4. Hormon ovaprim berfungsi untuk merangsang terjadinya ovulasi telur
oleh indukan yang dipijahkan dan untuk indukan jantan berfungsi untuk
meningkatkan produksi sperma yang akan dikeluarkan
3.3 Prosedur
3.3.1 Persiapan Alat
1. Mencuci akuarium hingga bersih
2. Memasangkan instalasi aerasi agar berfungsi dengan baik
3.3.3 Hibridisasi
1. Mengencerkan
ikan
komet dan sperma ikan jantan yakni ikan komet. Saat proses pengeluaran
telur dari lubang genital betina, diwajibkan lubang genital kering agar
mikrofil yang ada pada telur tidak dimasuki oleh air
4. Menebarkan sel telur di akuarium yang telah disediakan
14
5. Melakukan pengamatan.
3.3.4 Ginogenesis
1. Mengencerkan
3.3.5
Triploidisasi
3.3.6 Embriogenesis
Mengamati sel telur yang sudah difertilisasi menggunakan mikroskop.
Pengamatan dilakukan untuk mengamati perubahan atau perkembangan yang
15
terjadi untuk pada sel telur. Pengamatan dilakukan setiap 15 menit sekali selama 8
jam.
Keterangan :
FR
Po
3.5.2 HR
HR atau hatching rate adalah derajat penetasan telur. Pengamatan derajat
penetasan telur dilakukan ketika embrio berumur 17-20 jam dari proses
16
Keterangan :
HR
Pt
Po
3.5.3 SR Larva
SR atau
survival rate
Keterangan :
SR : Kelangsungan hidup ikan selama praktikum
Nt : Jumlah ikan pada akhir praktikum
No : Jumlah ikan pada awal praktikum
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
buatan
yang
dilakukan
oleh
penulis
adalah
dengan
4.2 Hibridisasi
4.2.1 Hasil
Jumlah telur yang kelompok kami dapatkan untuk proses hibridisasi ini
sebanyak 439 telur. Tetapi hanya sekitar 197 telur yang berhasil terbuahi. Hal ini
dapat terlihat dari warna telur yang berwarna lebih kuning, yang berarti telur
berhasil terbuahi. Sedangkan sel telur yang tidak terbuahi berwarna putih (telur
tidak matang). Sehingga didapatkan derajat fertilisasi sebesar:
x 100 %
= 44,8%
Nilai derajat penetasan larva dapat dihitung melalui rumus HR , dengan
diketahui larva yang akan menetas melalui pengamatan adalah 9 larva. Dapat
dihitung sebagai berikut :
4.2.2 Pembahasan
Hibridisasi dalam pengembangbiakan ikan sudah dikenal serta dilakukan
orang untuk memperbaiki sifat genetik ikan tertentu. Hibridisasi pada ikan dapat
dilakukan antara ikan ras dalam satu spesies, antara ras dalam satu genus, anatara
18
genus dalam ras satu famili atau berbeda famili. Tujuan hibridisasi mendapatkan
benih dengan sifat lebih baik dari yang dipunyai tertuanya terutama dalam
pertumbuhan, kematangan gonad, ketahanan terhadap penyakit serta lingkungan
buruk, dan efesiensi pemanfaatan makanan. Data hasil pengamatan praktikum
didapatkan hasil derajat pembuahan 44,8% dan derajat penetasan telur 4,56%.
Calon ikan yang berhasil bertahan hanya satu. Hasil tersebut dapat diperoleh
dengan melakukan prosedur yang telah ada , misalnya dari saat sperma di
stripping lalu kemudian ditambahkan dengan sel telur untuk difertilisasi agar
mendapatkan telur yang menetas sesuai dengan keinginan. Lalu manajemen waktu
juga penting saat melakukan praktikum hibridisasi ini karena telur dan sperma
yang terlalu lama dibiarkan diluar setelah difertilisasi akan menyebabkan telur
yang terbuahi menjadi sedikit dan telur yang menetasnya pun akan sedikit.
Kontaminasi tangan dari luar juga dapat menyebabkan kegagalan pada hibridiasi
ini mengapa karena proses praktikum ini sangat rentan terhadap kontaminasi
tangan dari manusia yang akhirnya menyebabkan telur tidak terbuahi secara
maksimal.
Faktor pemanasan dari lampu mikroskop juga mempengaruhi nilai derajat
penetasan larva, semakin sering diamati di mikroskop maka akan semakin cepat
penetasan dan semakin banyak daripada hanya dibiarkan lama di dalam akuarium
yang berisi air.
4.3 Ginogenesis
4.3.1 Hasil
Jumlah sel telur untuk proses ginogenesis yang didapatkan oleh kelompok
kami adalah 308 telur. Hal ini dapat terlihat dari warna telur yang berwarna lebih
kuning, yang berarti telur berhasil terbuahi dengan jumlah 127 telur. Sedangkan
sel telur yang tidak terbuahi berwarna putih (telur tidak matang). Sehingga
didapatkan derajat fertilisasi sebesar :
= 41,7 %
19
= 7,08%
4.3.2 Pembahasan
Ginogenesis adalah proses terbentuknya zigot dari gamet betina tanpa
kontribusi dari gamet jantan.
Gamet
jantan hanya
berfungsi untuk
20
kromosom
telur
mengganda
lagi
pada
awal
perkembangan
zigot
4.4 Triploidisasi
4.4.1 Hasil
Jumlah telur yang kelompok kami dapatkan untuk proses triploidisasi ini
Sebanyak 393 telur. Tetapi hanya sekitar 105 telur yang berhasil terbuahi. Hal ini
dapat terlihat dari warna telur yang berwarna lebih kuning, yang berarti telur
berhasil terbuahi. Sedangkan sel telur yang tidak terbuahi berwarna putih (telur
tidak matang). Sehingga didapatkan derajat fertilisasi sebesar :
= 26,7%
Pada Beberapa jam awal saat proses pengamatan , yaitu pada 8-12 jam
setelah proses fertilisasi , telur mati semua. Kematian telur ditunjukkan dengan
berwarna hitamnya telur ketika diamati dengan mikroskop , sedangkan dengan
mata telanjang , semua berwarna putih, telur yang masih hidup berwarna bening.
Nilai HR dapat dihitung melalui rumus berikut
= 0%
4.4.2 Pembahasan
Setelah kurang lebih 36 jam mengamati perkembangan telur ikan dapat
diketahui bahwa derajat fertilisasi sebesar 26,7 % , tidak sampai setengah nya.
21
Berapa kesalahan dilakukan oleh kelompok penulis sehingga hanya sedikit yang
terbuahi bahkan tidak ada yang menjadi larva. Kesalahan kesalah yang
dilakukan penulis saat praktikum berlangsung adalah kesalahan pada metode
praktikum , yaitu tidak dilakukannya heatshock dan juga terlalu sedikitnya sperma
yang diberikan saat fertilisasi buatan dilakukan. Heat shock berguna untuk
mencegah badan polar II keluar dari sel telur. Penulis lupa melakukannya
sehingga pembuahan tidak maksimal dan tidak ada satu pun yang menjadi larva.
Rendahnya kuantitas dan kualitas sperma juga mempengaruhi pembuahan saat
praktikum.
4.5 Embriogenesis
Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio.
Proses ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan
atau fertilisasi.Setelah melakukan pengamatan kurang
22
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa praktikum mengenai
triplodasi , hibridasi dan ginogenesis belum seluruhnya mampu dilakukan oleh
penulis , khusus nya dengan triplodasi. Kaetidakmampuan penulis melakukan
metode adalah penyebab kurang mampunya penulis melakukan proses triplodasi
yaitu tidak melakukan heat shock. Pada Ginogenesis dan hibridisasi penulis sudah
dianggap mampu , walaupun hanya dapat mefertilisasi 50 persen dari jumlah telur
dan kurang dari 10 persen dari telur yang menjadi larva.
5.2 Saran
Praktikum selanjutnya dilakukan dengan lebih teliti dan serius agar dapat
meminimalisir
kesalahan-kesalahan
yang
23
terjadi
sehingga
memperkecil
DAFTAR PUSTAKA.
24
LAMPIRAN
25
26
27
28