Você está na página 1de 13

BAB V

PEMBAHASAN

A. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray dengan


Pendekatan Contextual Teaching and Learning terhadap Motivasi
Belajar Siswa
Hasil analisis data berupa uji anakova menunjukkan bahwa model
pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dengan pendekatan Contextual
Teaching and Learning berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa yang
ditunjukkan dengan nilai probabilitas yaitu 0,000 < 0,05. Nilai tersebut
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara siswa yang diajarkan
menggunakan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dengan
pendekatan Contextual Teaching and Learning dan siswa yang diajarkan
menggunakan metode konvensional. Faktor yang mempengaruhi hal tersebut
diantaranya adalah langkah-langkah dari model pembelajaran kooperatif Two Stay
Two Stray dan asas-asas dari pendekatan contextual taching and learning.
Lie (2002) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif Two Stay
Two Stray memiliki beberapa sintaks selama pembelajaran berlangsung, yaitu
persiapan, presentasi guru, kegiatan kelompok, formalisasi, serta evaluasi dan
penghargaan. Pembelajaran menggunakan pendekatan Contextual Teaching and
Learning didasari oleh tujuh asas, yaitu konstruktivisme (constructivism),
menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning
community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian nyata
51

52
(aunthentic assessment) (Sardiman, 2008). Langkah-langkah dari pembelajaran
kooperatif Two Stay Two Stray dan asas-asas pada Contextual Teaching and
Learning ini berpengaruh terhadap meningkatnya motivasi belajar siswa.
Kegiatan awal pembelajaran dengan memberikan pertanyaan kepada siswa
dimaksudkan untuk menarik perhatian siswa agar siswa mampu mengkonstruk
pengetahuannya dengan materi yang akan diajarkan dan mengaitkan materi
tersebut dengan keadaan lingkungan sekitarnya. Kegiatan persiapan yang
dilakukan guru untuk membagi kelompok secara heterogen secara tidak langsung
akan menarik perhatian, meningkatkan kepercayaan diri, dan membantu siswa
untuk bekerjasama dengan baik. Hal ini memungkinkan siswa yang memiliki
kemampuan kognitif yang berbeda dapat bekerjasama dengan baik dalam bertukar
informasi dengan teman sebayanya dalam satu kelompok untuk memecahkan
permasalahan selama pembelajaran. Hal tersebut sejalan dengan Lie (2002) yang
menyatakan bahwa pembentukan kelompok yang heterogen dapat membuat siswa
untuk menerapkan pembelajaran peer teaching, dimana siswa yang memiliki
kemampuan tinggi dapat mengajari temannya yang kurang mampu.
Langkah pembelajaran berupa presentasi guru mampu menarik perhatian
siswa. Hal ini disebabkan oleh materi pengantar yang disampaikan oleh guru
adalah rambu-rambu yang harus dilakukan siswa selama kegiatan kelompok.
Selama presentasi guru, siswa juga dapat menemukan keterkaitan antara materi
yang disampaikan oleh guru dengan kebutuhan pribadinya dalam memahami
keadaan lingkungan sekitar. Lie (2002) menyatakan bahwa presentasi guru akan
membantu siswa memahami materi sehingga siswa mengerti tujuan pembelajaran
yang akan dilaksanakan dan lebih termotivasi untuk belajar.

53
Kegiatan selanjutnya dari model pembelajaran kooperatif Two Stay Two
Stray adalah kegiatan kelompok yang berkaitan dengan asas masyarakat belajar
(learning community) dalam Contextual Teaching and Learning. Kegiatan ini
memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam proses berfikir
dan kegiatan belajar yang memungkinkan siswa menjadi narasumber bagi teman
yang lain untuk mempelajari materi pelajaran atau memecahkan suatu masalah
melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya. Kedua hal tersebut dapat
menarik perhatian siswa, meningkatkan kepuasan siswa, dan lebih percaya diri
dalam melaksanakan tugas kelompok sehingga siswa termotivasi untuk belajar.
Hal ini disebabkan oleh adanya interaksi yang terjadi antar anggota kelompok
selama pembelajaran. Interaksi sosial yang terjadi antar siswa selama
pembelajaran berlangsung mampu meningkatkan motivasi belajar siswa
(Suprijono, 2010).
Wardhani,

dkk

(2012)

dalam

penelitiannya

menyatakan

bahwa

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran two stray mampu


meningkatkan kepuasan dan rasa percaya diri siswa karena adanya interaksi sosial
yang terjadi antar siswa untuk memecahkan permasalahan selama pembelajaran.
Selain itu penelitian yang dilakukan Wahyuni (2011 dalam Wardhani dkk, 2012)
menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray
dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Apabila siswa ikut
berpartisipasi aktif, maka akan muncul interaksi positif antar siswa dan antara
guru dengan siswa, sehingga iklim pembelajaran menjadi kondusif.
Siswa yang memiliki kemampuan tinggi dapat bekerjasama dalam
membantu memahamkan konsep kepada anggota kelompoknya yang memiliki

54
kemampuan kognitif rendah dan saling mendengarkan satu sama lain. Hal tersebut
sesuai dengan penyataan Lie (2002) bahwa kegiatan kelompok akan
menumbuhkan motivasi siswa dalam bekerja sama kelompok dan saling
mendorong antar anggota kelompoknya dalam menguasai materi untuk mencapai
tujuan kelompok. Selain itu masyarakat belajar dalam Contextual Teaching and
Learning menuntut siswa bekerjasama untuk saling memberi dan menerima dalam
memecahkan permasalahan selama pembelajaran, karena dalam masyarakat
belajar siswa bisa saling terlibat, saling membelajarkan, bertukar informasi, dan
bertukar pengalaman (Sardiman, 2008).
Kegiatan yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung menuntut
siswa untuk mencari pengetahuan sebanyak-banyaknya melalui kegiatan diskusi.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Azal (2009) yang menyatakan bahwa Contextual
Teaching and Learning memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa
untuk berkesplorasi pengetahuan sebanyak-banyaknya dengan menemukan sendiri
pengetahuan yang diperlukan. Sehingga dapat dikatakan pendekatan Contextual
Teaching and Learning merupakan pendekatan pembelajaran yang mampu
mengaitkan materi pembelajaran dengan dunia nyata siswa yang pada akhirnya
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh siswa selama kegiatan
pembelajaran diusahakan dapat bermakna, sehingga siswa mampu memahami
materi dengan baik tanpa harus menghafal. Sardiman (2008) menyatakan bahwa
pengalaman belajar akan masuk dalam memori jangka panjang dan menjadi
pengetahuan baru apabila materi pembelajaran bermakna. Pembelajaran tidak
hanya menyenangkan saat siswa mempelajari materi, tetapi juga dapat bermanfaat

55
bagi siswa dalam kehidupannya sehari-hari (Suprijono, 2010). Pembelajaran
menjadi bermakna karena siswa mengatahui manfaat dan hubungan konsep yang
mereka pelajari di kelas dengan apa yang terjadi di lingkungan sekitar dalam
kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya langkah model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray
adalah formalisasi dalam bentuk presentasi beberapa kelompok sebagai
perwakilan. Formalisasi berkaitan dengan asas pemodelan (modelling) dalam
Contextual Teaching and Learning. Kedua hal tersebut mampu meningkatkan
motivasi siswa, baik kepercayaan diri, perhatian, maupun kepuasan. Kepercayaan
diri ditunjukkan dengan antusiasnya setiap kelompok untuk mempresentasikan
hasil diskusinya. Kepuasan siswa akan muncul melalui pujian dan tambahan nilai
yang diberikan guru kepada kelompok mempresentasikan hasil diskusi dan siswa
yang aktif dalam kegiatan tanya jawab. Hal ini pada akhirnya mampu menarik
perhatian siswa untuk aktif bertanya dalam kegiatan diskusi. Kegiatan formalisasi
dapat menumbuhkan motivasi siswa dari kelompok lain untuk bertanya kepada
kelompok presenter di depan kelas dan mendiskusikannya bersama-sama (Lie,
2002).
Langkah pembelajaran terakhir dari model pembelajaran kooperatif Two
Stay Two Stray adalah evaluasi dan penghargaan. Kegiatan evaluasi dan
penghargaan dilakukan dengan memberikan kuis secara berkelompok. Kuis
tersebut berisi soal-soal yang berkaitan dengan materi yang telah diajarkan pada
pertemuan tersebut. Kelompok yang memiliki poin tertinggi berdasarkan kuis
akan diberikan berupa tambahan nilai dan bintang yang dikumpulkan selama
enam kali pembelajaran sebagai penghargaan. Hal ini berkaitan dengan asas yang

56
terdapat dalam pembelajaran Contextual Teaching and Learning yaitu bertanya
(questioning) dan penilaian nyata (authentic assesment).
Kegiatan bertanya dilakukan sebelum kegiatan kuis dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai beberapa konsep yang belum
dipahami. Selain siswa, guru juga memberikan balikan kepada siswa baik dalam
bentuk menjawab pertanyaan siswa maupun memberikan pertanyaan kepada
siswa. Kegiatan bertanya menurut Sardiman (2008) dimaksudkan untuk
membangkitkan motivasi siswa, merangsang keingintahuan siswa, dan juga untuk
mengetahui penguasaan materi selama kegiatan pembelajaran. Penilaian
dilakukan terhadap kerjasama kelompok dan kemampuan kelompok untuk
menjawab pertanyaan.
Kegiatan evaluasi dan penghargaan dalam model pembelajaran kooperatif
Two Stay Two Stray serta asas bertanya (questioning) dan penilaian nyata
(authentic assesment) dalam Contextual Teaching and Learning akan menarik
perhatian siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru dalam
memperoleh nilai. Siswa dalam kelompok yang mampu menjawab pertanyaan
dapat menumbuhkan kepercayaan diri karena dapat berkontribusi kepada
kelompoknya. Selain itu kelompok yang memperoleh nilai tertinggi dari kuis akan
merasa puas atas kerja keras seluruh anggota kelompoknya. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Lie (2002) bahwa pemberian penghargaan dapat memotivasi siswa
untuk mempertahankan hasil kerjanya atau bahkan meningkatkannya dan
menimbulkan semangat belajar yang lebih tinggi supaya dapat memiliki prestasi
belajar seperti kelompok lain.

57
Asas yang cukup penting dari pendekatan contexual teaching and learning
adalah refleksi. Refleksi dilakukan pada setiap akhir pembelajaran, kegiatan ini
dimaksudkan agar siswa dapat menuliskan segala macam bentuk kesulitannya
selama kegiatan pembelajaran. selain itu kegiatan refleksi juga memberikan
keleluasaan kepada siswa untuk menuliskan apa saja yang diperoleh dan yang
diharapkan selama pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar guru memahami
mengenai kesulitan yang dialami siswa selama pembelajaran sehingga dapat
diperbaiki pada pembelajaran selanjutnya.

B. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray dengan


Pendekatan Contextual Teaching and Learning terhadap Hasil Belajar
Siswa
Hasil analisis data berupa uji anakova menunjukkan bahwa model
pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dengan pendekatan Contextual
Teaching and Learning berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang
ditunjukkan dengan nilai probabilitas yaitu 0,000 < 0,05. Nilai tersebut
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara siswa yang diajarkan
menggunakan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dengan
pendekatan Contextual Teaching and Learning dan siswa yang diajarkan
menggunakan metode konvensional. Langkah-langkah dari model pembelajaran
kooperatif Two Stay Two Stray dan asas-asas dari pendekatan contextual taching
and learning berpengaruh terhadap meningkatnya hasil belajar siswa.
Langkah awal dari model pembelajaran kooperatif adalah persiapan.
Kegiatan ini termasuk didalamnya pembagian kelompok oleh guru. Pembagian
kelompok dalam pembelajaran sebaiknya memperhatikan aspek heterogenitas

58
yang mampu membantu terbentuknya interaksi sosial antar siswa selama
pembelajaran berlangsung. Terbentuknya kelompok secara heterogen diharapkan
akan terjadi interaksi sosial antara siswa yang memiliki tingkat kognitif yang
berbeda. Interaksi sosial antar siswa yang memiliki tingkat kognitif yang berbeda
memungkinkan terjadinya kerjasama dan saling mendukung dalam meningkatkan
hasil belajar kognitif. Sehingga dengan adanya interaksi sosial tersebut, hasil
belajar kognitif bukan hanya menjadi milik siswa yang berkemampuan kognitif
tinggi, tetapi juga bagi siswa yang memiliki tingkat kognitif yang rendah.
Miswadi, dkk (2010) menyatakan bahwa Contextual Teaching and
Learning dimksudkan untuk menghilangkan dominasi siswa yang memiliki
kemampuan akademik yang lebih tinggi dan memberikan keuntungan kepada
siswa baik yang memiliki kemampuan akademik tinggi maupun siswa yang
memiliki kemampuan akademik rendah dalam bekerjasama. Hal tersebut juga
didukung oleh pernyataan Nurhadi (2003 dalam Miswadi dkk, 2010) bahwa
Contextual Teaching and Learning menyarankan hasil belajar yang diperoleh
adalah dari kerjasama dengan orang lain dalam kelompok belajar.
Kegiatan pembelajaran selanjutnya adalah presentasi guru. Presentasi guru
dimaksudkan agar siswa dapat mengetahui materi apa saja yang akan dipelajari
selama pembelajaran berlangsung. Hal ini nantinya akan menjadi patokan siswa
untuk membahas materi penting selama kegiatan diskusi kelompok. Siswa yang
sudah memahami mengenai materi penting yang akan dibahas pada pembelajaran
diharapkan dapat tersimpan dalam memori jangka panjang sehingga tetap diingat.
Kegiatan presentasi guru dapat membantu siswa untuk memahami materi yang
akan dipelajari dan tujuan pembelajaran yang dilaksanakan (Lie, 2002).

59
Pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada
pembelajaran sains (Thompson dalam Yusuf, 2005). Selama pembelajaran
kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang saling membantu
satu sama lain. Kegiatan tersebut dapat membantu terjadinya interaksi sosial antar
siswa yang memiliki kemampuan kognitif yang berbeda. Melalui pembelajaran
kooperatif seorang siswa dapat menjadi sumber bagi siswa yang lain dalam (Wena
2009 dalam Fitriyah dkk, 2012). Interaksi sosial yang terjadi antara siswa yang
memiliki tingkat kognitif yang lebih tinggi memungkinkan dapat membantu siswa
yang memiliki tingkat kognitif rendah untuk meningkatkan hasil belajar. Hal ini
sejalan dengan Yusuf (2005) yang menyatakan pembelajaran kooperatif memiliki
dampak positif bagi siswa yang memiliki hasil belajar rendah untuk meningkatkan
hasil belajarnya secara signifikan. Winkel (2005) juga menjelaskan bahwa
pengalaman belajar yang dilakukan oleh siswa secara langsung akan memberikan
dampak yang besar terhadap materi yang diterima oleh siswa, sehingga siswa
dapat menyimpan dan mengingat materi yang sudah diperolehnya dengan baik.
Selama kegiatan kelompok yang merupakan langkah dari pembelajaran
kooperatif Two Stay Two Stray, siswa dapat melaksanakan tugasnya dengan baik
dan terlihat aktif yang ditunjukkan dengan adanya keterlibatan selama
pembelajaran. Hal ini berkaitan dengan asas dari pendekatan Contextual Teaching
and Learning yaitu masyarakat belajar (learning community) yang dimaksudkan
agar siswa dapat memecahkan permasalahan dalam pembelajaran melalui
kerjasama dan komunikasi dengan anggota kelompoknya. Pembelajaran yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dengan
pendekatan contextual teaching and melatih siswa untuk berkomunikasi multi

60
arah, yaitu antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Kedua hal ini dapat
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Pengaruh model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dengan
pendekatan Contextual Teaching and Learning terhadap hasil belajar dapat dilihat
dari keaktifan selama diskusi dan pembagian tugas sebagai tamu dan penerima
tamu. Selama kegiatan diskusi, siswa terlihat aktif berdiskusi untuk membahas
topik yang diberikan oleh guru. Kegiatan bertamu mampu membuat siswa
berkomunikasi dengan baik terhadap anggota kelompok lain. Sedangkan siswa
yang bertugas sebagai penerima tamu juga mampu menjelaskan topik yang
dibahas kepada tamu dari kelompok lain. Fitriyah, dkk (2012) menyatakan bahwa
kegiatan bertamu melatih siswa untuk berkominikasi dan melatih keberanian
berbicara.

Kegiatan

kelompok

yang

dilakukan

menuntut

siswa

untuk

berpartisipasi aktif untuk menyelesaikan permasalahan dalam pembelajaran.


Aktifitas yang dilakukan siswa akan berpengaruh terhadap hasil belajar.
Fitriyah, dkk (2012) menjelaskan bahwa aktivitas belajar siswa dalam
pembelajaran to stay two stray berupa diskusi kelompok awal, diskusi dengan
kelompok bertamu, menyampaikan informasi kepada tamu, menyampaikan
informasi kepada kelompok awal, dan mencatat hal penting dalam pembelajaran
akan membantu siswa memahami materi dan dapat meningkatkan hasil belajar.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Qomariah (2010 dalam Fitriyah dkk, 2012)
bahwa keaktifan siswa dalam belajar merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar.
Selanjutnya dari langkah model pembelajaran kooperatif Two Stay Two
Stray adalah formalisasi yang berkaitan dengan asas pemodelan (modelling)

61
dalam contextual teaching learning. Kegiatan ini disajikan dalam bentuk
presentasi oleh beberapa kelompok sebagai perwakilan, sedangkan kelopok lain
bertugas menganggapi, baik dalam bentuk masukan maupun pertanyaan. Kedua
hal ini dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan
meningkatnya kemampuan siswa yang memiliki tingkat kognitif rendah untuk
berkomunikasi dan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh anggota dari
kelompok yang lain dengan baik.
Langkah pembelajaran terakhir dari model pembelajaran kooperatif Two
Stay Two Stray adalah evaluasi dan penghargaan. Evaluasi yang diberikan berupa
kuis yang berisi soal-soal terkait dengan materi yang telah dipelajari. Semua siswa
tanpa terkecuali berhak menjawab pertanyaan yang diajukan untuk memberikan
kontribusi

nilai

kepada

kelompoknya

sebagai

penghargaan.

Langkah

pembelajaran ini berkaitan juga dengan salah satu asas dari pendekatan
Contextual Teaching and Learning yaitu bertanya (questioning) dan penilaian
nyata (authentic assesment). Kedua hal ini dapat mempengaruhi hasil belajar
siswa yang dibuktikan dengan antusiasme siswa dalam menjawab pertanyaan
yang diajukan selama kuis berlangsung. Hal ini menunjukkan bahwa materi yang
telah didiskusikan selama pembelajaran mampu dipahami siswa dengan baik.
Keaktifan siswa tersebut disebabkan struktur kerjasama kelompok dalam
model pembelajaran Two Stay Two Stray berbeda dengan struktur kerja sama
kelompok yang biasa dilakukan dengan membentuk beberapa kelompok dengan
jumlah anggota delapan orang. Jumlah siswa yang terlalu banyak mengakibatkan
tugas tidak terlaksana dengan baik karena hanya akan ada sebagian kecil siswa
yang bekerja dalam kelompok, sementara siswa yang lain menggantungkan diri

62
pada siswa yang aktif mengerjakan tugas. Marno dan Idris (2008) menyatakan
bahwa variasi pembelajaran bertujuan agar siswa tidak bosan. Siswa memiliki
keterbatasan tingkat konsentrasi sehingga membutuhkan suasana baru yang
membuat mereka fresh dan bersemangat untuk mengikuti pembelajaran.
Perbedaan hasil belajar kognitif yang cukup signifikan antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol disebabkan oleh kelemahan dari pembelajaran
konvensional yang diajarkan pada kelas kontrol. Ketika guru menjelaskan materi,
beberapa siswa terlihat bosan dan tidak bersemangat untuk menyimak penjelasan
dari guru dengan baik. Siswa yang merasa kesulitan atau kurang memahami
materi yang disampaikan oleh guru enggan untuk bertanya dan mengemukakan
pendapat. Komunikasi yang terjadi hanya antara guru dengan siswa menjadikan
pembelajaran secara konvensional kurang efektif. Selain itu proses pembelajaran
yang menuntut guru untuk menenangkan siswa yang ramai selama pembelajaran
berlangsung cukup menyita waktu untuk menyampaikan materi, sehingga pada
akhirnya materi pelajaran tidak tersampaikan dengan baik.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Harsanto (2007) bahwa model
pembelajaran yang berpusat pada guru dimana guru menjadi sumber belajar,
kurang efektif. Kelemahan lain dari metode ini adalah interaksi yang terjadi
selama pembelajaran berlangsung hanya terjadi antara guru dengan siswa tanpa
adanya interaksi dinamis yang melibatkan interaksi antara siswa yang satu dengan
siswa yang lain. Hal ini menjadikan guru memiliki peranan utama dalam kegiatan
pembelajaran di kelas yang menyebabkan cara berpikir siswa menjadi pasif, yang
secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh hasil belajar siswa.

63
Pencapaian hasil belajar yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas
eksperimen disebabkan oleh penerapan model pembelajaran yang diterapkan.
Pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two
Stray dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning membuat siswa tidak
hanya berinteraksi dengan guru tetapi juga dengan berinteraksi sesama siswa
dengan mengetengahkan peran sebagai tamu dan penerima tamu, siswa belajar
untuk bersosialisasi sekaligus berbagi ilmu dengan temannya. Adanya kerjasama
kelompok menjadikan pembelajaran menjadi lebih efektif. Nasution (2002 dalam
Fitriyah dkk, 2012) menyatakan bahwa belajar kelompok itu bisa efektif apabila
setiap individu merasa bertanggung jawab terhadap kelompok, berpartisipasi, dan
bekerjasama dengan individu lain secara efektif, sehingga setiap anggota merara
puas dan akhirnya mampu meningkatkan hasil belajar.
Hasil belajar siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran
kooperatif Two Stay Two Stray dengan pendekatan Contextual Teaching and
Learning lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan
pembelajaran konvensional. Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan model
pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dengan pendekatan Contextual
Teaching and Learning memberikan pengaruh besar terhadap pemahaman siswa
terhadap materi sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini sejalan
dengan penelitian Irwandi (2009) dan Sakdiyah (2009) yang menunjukkan bahwa
Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan hasil belajar kognitif
siswa. Selain itu penelitian Oka (2011) menjelaskan bahwa pembelajaran
kontekstual dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan memperkuat daya
ingat siswa terhadap materi pelajaran yang dipelajarinya.

Você também pode gostar