Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
A.
Analgetik
Analgetik atau obat-obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau
melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
- Penyebab sakit/ nyeri.
Didalam lokasi jaringan yang mengalami luka atau peradangan beberapa bahan
algesiogenic kimia diproduksi dan dilepaskan, didalamnya terkandung dalam
prostaglandin dan brodikinin. Brodikinin sendiri adalah perangsang reseptor rasa nyeri.
Sedangkan prostaglandin ada 2 yang pertama Hiperalgesia yang dapat menimbulkan
nyeri dan PG(E1, E2, F2A) yang dapat menimbulkan efek algesiogenic.
- Mekanisame:
Menghambat sintase PGS di tempat yang sakit/trauma jaringan.
- Karakteristik:
1.
2.
3.
4.
Methadon
b. Fentanil.
- Mekanisme kerja: Lebih poten dari pada morfin. Depresi pernapasan lebih kecil kemungkinannya.
- Indikasi: Medikasi praoperasi yang digunakan dalan anastesi.
- Efek tak diinginkan: Depresi pernapasan lebih kecil kemungkinannya. Rigiditas otot, bradikardi ringan.
Fentanil
c. Kodein
- Mekanisme kerja: sebuah prodrug 10% dosis diubah menjadi morfin. Kerjanya disebabkan oleh morfin. Juga
merupakan antitusif (menekan batuk)
- Indikasi: Penghilang rasa nyeri minor
- Efek tak diinginkan: Serupa dengan morfin, tetapi kurang hebat pada dosis yang menghilangkan nyeri sedang.
Pada dosis tinggi, toksisitas seberat morfin.
Kodein
2. Obat Analgetik Non-narkotik
Obat Analgesik Non-Nakotik dalam Ilmu Farmakologi juga sering dikenal dengan
istilah Analgetik/Analgetika/Analgesik Perifer. Analgetika perifer (non-narkotik), yang
terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Penggunaan
Obat Analgetik Non-Narkotik atau Obat Analgesik Perifer ini cenderung mampu
menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem susunan saraf
pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat Analgetik NonNarkotik / Obat Analgesik Perifer ini juga tidak mengakibatkan efek ketagihan pada
pengguna (berbeda halnya dengan penggunanaan Obat Analgetika jenis Analgetik
Narkotik).
Efek samping obat-pbat analgesik perifer: kerusakan lambung, kerusakan darah,
kerusakan hati dan ginjal, kerusakan kulit.
Macam-macam obat Analgesik Non-Narkotik:
a. Ibupropen
Ibupropen merupakan devirat asam propionat yang diperkenalkan banyak negara.
Obat ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek
analgesiknya sama dengan aspirin.
Ibu hamil dan menyusui tidak di anjurkan meminim obat ini.
Ibuprofen
b. Paracetamol/acetaminophen
Merupakan devirat para amino fenol. Di Indonesia penggunaan parasetamol
sebagai analgesik dan antipiretik, telah menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai
Acetaminophen
c. Asam Mefenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik. Asam mefenamat sangat kuat terikat pada
protein plasma, sehingga interaksi dengan obat antikoagulan harus diperhatikan. Efek
samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia dan gejala iritasi lain
terhadap mukosa lambung.
Asam Mefenamat
B. Antipiretik
Benorylate
Benorylate adalah kombinasi dari parasetamol dan ester aspirin. Obat ini digunakan
sebagai obat antiinflamasi dan antipiretik. Untuk pengobatan demam pada anak obat ini
bekerja lebih baik dibanding dengan parasetamol dan aspirin dalam penggunaan yang
terpisah. Karena obat ini derivat dari aspirin maka obat ini tidak boleh digunakan untuk
anak yang mengidap Sindrom Reye.
2.
Fentanyl
Fentanyl termasuk obat golongan analgesik narkotika. Analgesik narkotika digunakan
sebagai penghilang nyeri. Dalam bentuk sediaan injeksi IM (intramuskular) Fentanyl
digunakan untuk menghilangkan sakit yang disebabkan kanker.
Menghilangkan periode sakit pada kanker adalah dengan menghilangkan rasa sakit
secara menyeluruh dengan obat untuk mengontrol rasa sakit yang persisten/menetap.
Obat Fentanyl digunakan hanya untuk pasien yang siap menggunakan analgesik
narkotika.
Fentanyl bekerja di dalam sistem syaraf pusat untuk menghilangkan rasa sakit.
Beberapa efek samping juga disebabkan oleh aksinya di dalam sistem syaraf pusat. Pada
pemakaian yang lama dapat menyebabkan ketergantungan tetapi tidak sering terjadi bila
pemakaiannya sesuai dengan aturan.
Ketergantungan biasa terjadi jika pengobatan dihentikan secara mendadak. Sehingga
untuk mencegah efek samping tersebut perlu dilakukan penurunan dosis secara bertahap
dengan periode tertentu sebelum pengobatan dihentikan.
3.
Piralozon
Di pasaran piralozon terdapat dalam antalgin, neuralgin, dan novalgin. Obat ini amat
manjur sebagai penurun panas dan penghilang rasa nyeri. Namun piralozon diketahui
menimbulkan efek berbahaya yakni agranulositosis (berkurangnya sel darah putih),
karena itu penggunaan analgesik yang mengandung piralozon perlu disertai resep dokter.
C. NSAID (Anti-Inflamasi)
- Efek dari NSAID (Anti-Inflamasi)
Inflamasi adalah rekasi tubuh untuk mempertahankan atau menghindari faktor lesi.
COX2 dapat mempengaruhi terbentuknya PGs dan BK. Peran PGs didalam peradangan
yaitu vasodilatasi dan jaringan edema, serta berkoordinasi dengan bradikinin
menyebabkan keradangan.
- Mekanisme Anti-Inflamasi
Menghambat prostaglandin dengan menghambat COX.
- Karakteristik Anti-Inflamasi
NSAID hanya mengurangi gejala klinis yang utama (erythema, edema, demam, kelainan
fungsi tubuh dan sakit). Radang tidak memiliki efek pada autoimunological proses pada
reumatik dan reumatoid radang sendi. Memiliki antithrombik untuk menghambat trombus
atau darah yang membeku.
1.
-
Gol. Indomethacine
Proses didalam tubuh
Absorpsi di dalam tubuh cepat dan lengkap, metabolisme sebagian berada di hati,
yang dieksresikan di dalam urine dan feses, waktu paruhnya 2-3 jam, memiliki anti
inflamasi dan efek antipiretic yang merupakan obat penghilang sakit yang disebabkan
oleh keradangan, dapat menyembuhkan rematik akut, gangguan pada tulang belakang dan
asteoatristis.
a.
Efek samping
Reaksi gastrointrestianal: anorexia (kehilangan nafsu makan), vomting (mual), sakit
abdominal, diare.
b.
Alergi: reaksi yang umumnya adalah alergi pada kulit dan dapat menyebabkan asma.
2.
Gol. Sulindac
Potensinya lebih lemah dari Indomethacine tetapi lebih kuat dari aspirin, dapat
mengiritasi lambung, indikasinya sama dengan Indomethacine.
3. Gol. Arylacetic Acid
Selain pada reaksi aspirin yang kurang baik juga dapat menyebabkan leucopenia
thrombocytopenia, sebagian besar digunakan dalam terapi rematik dan reumatoid radang
sendi, ostheoarthitis.
4.
penghambat
non
selektif
cox,
sedikit
menyebabkan
gastrointestial,
Gol. Piroxicam
Efek mengobati lebih baik dari aspirin indomethacine dan naproxen, keuntungan
utamanya yaitu waktu paruh lebih lama 36-45 jam.
6.
Gol. Nimesulide
Jenis baru dari NSAID, penghambat COX-2 yang selektif, memiliki efek anti inflamasi
yang kuat dan sedikit efek samping.
Sebaiknya obat ini tidak diberikan pada anak-anak maupun remaja yang sedang terkena
demam, gejala flu, maupun cacar air, karena obat ini dapat menimbulkan efek samping yang
fatal bagi mereka. Seperti mereka akan mengalami syndrom reye, yaitu semcm penyakit
langka dimana cara kerjanya dengan mempengaruhi cara kerja otak dan hati.
Bagi pasien yang mengalami gangguan perdarahan pada usus, perdarahan hemofilia,
maupun penderita yang alergi terhadap NSAID, sebaiknya menghindari penggunaan obat ini.
Pada wanita hamil, obat ini bisa mengakibatkan dampak yang membahayakan bagi janin.
Yaitu gangguan pada jantung serta menurunnya berat badan saat lahir nantinya. Untuk itu
sebaiknya menghindari pemakaian obat ini.
Bagi pasien yang mengalami gangguan asma, maag, penyakit hati, jantung, ginjal,
hipertensi, maupun polip, sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.
Efek Samping Aspirin
Efek samping aspirin : Gatal-gatal, gangguan pernafasan, terjadi pembengkakan (pada wajah,
lidah, bibir, dan tenggorokan), mengalami sakit perut seperti mulas, mengantuk, sakit kepala
ringan.
Saat pasien menghentikan penggunaan aspirin, biasanya akan muncul beberapa gejala seperti
mengalami kebingungan, halusinasi, gangguan pernafasan, kejang,mual, muntah, atau sakit
perut yang parah, batuk darah atau muntah yang, demam, serta mengalami pembengkakan
pada bagian tertentu.
Ibuprofen
Merupakan salah satu anti inflamasi yang bekerja untuk mengurangi hormon penyebab
demam, peradangan dan nyeri pada tingkat ringan hingga sedang, seperti pada penderita sakit
kepala, sakit gigi, sakit punggung, arthritis, kram saat menstruasi, atau pada saat mengalami
cedera ringan.
Tentang Ibuprofen
Beberapa merk dagangnya antara lain, Advil, Genpril, Midol, Motrin, Nuprin.
Dosis penggunaan obat ini adalah 200 hingga 400 mg setiap 4 hingga 6 jam.
Kontra indikasi :
Sebaiknya obat ini tidak digunakan sebelum maupun setelah menjalani operasi bypass
jantung, karena obat ini dapat mengancam jantung seperti terjadinya serangan jantung atau
stroke.
Bagi penderita yang memiliki sejarah penyakit jantung, stroke, gagal jantung, hipertensi,
maag, asma, gangguan hati, ginjal, polip, maupun gangguan perdarahan sebaiknya
menghubungi dokter sebelum mengkonsumsi obat ini, karena dapat mengakibatkan efek
serius pada perut atau usus, termasuk perdarahan.
Bagi wanita hamil dan menyusui, penggunaan ibuprofen selama 3 bulan dapat
membahayakan janin.
Efek samping :
Efek samping yang bisa ditimbulkan obat ini antara lain timbulnya ruam,telinga berdenging,
sakit kepala, pusing, mengantuk, sakit perut, mual, diare, sembelit, dan mulas.
Celebrex (celexocib)
Digunakan untuk mengurangi hormon penyebab radang dan nyeri pada tubuh, seperti
arthritis, ankylosing spondylitis, nyeri haid, serta polip pada usus.
Dosis pemakaian : 100 hingga 400 mg perhari.
Kontra indikasi :
Sebaiknya obat ini tidak digunakan sebelum maupun setelah menjalani operasi jantung,
karena obat ini dapat menimbulkan serangan jantung atau stroke.
Bagi penderita yang memiliki riwayat sejarah serangan jantung, stroke, penyakit jantung,
gagal jantung, tekanan darah tinggi, maag, gangguan hati , penyakit ginjal, epilepsi, asma,
polip, gangguan pembekuan darah, maupun yang alergi terhadap jenis NSAID seperti aspirin,
sulfa, dan yang lainnya sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakannya,
karena obat ini dapat mengakibatkan efek serius pada perut atau usus.
Begitu juga bagi wanita hamil, maupun menyusui, sebaiknya berkonsultasi terlebih
dahulu dengan dokter sebelum penggunaanya, karena dapat membahayakan kondisi janin.
Efek samping yang bisa ditimbulkan obat ini seperti timbulnya gatal-gatal, gangguan
pernafasan, terjadi pembengkakan (wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan), gangguan pada
perut ( seperti diare, kembung, sering buang gas), pusing, gugup, hidung meler atau
tersumbat, sakit tenggorokan, dan timbulnya ruam pada kulit.
Disclofenac
Digunakan sebagai obat penghilang rasa nyeri tigkat ringan hingga sedang, seperti gejala
osteoporosis, rheumatoid arthritis, dan kram saat menstruasi. Disclofenak dalam bentuk
serbuk atau biasa disebut cambia dapat digunakan sebagai obat migrain.
Merk dagang obat ini antara lain voltaren, cataflam, voltaren XR, Cambia, zipsor, zorvolex.
Dosis pemakaian obat ini adalah 100 hingga 200 mg/ hari dengan jangka pemberian obat 2
hingga 4 kali sehari stelah makan.
Kontra indikasi :
Bagi penderita dengan riwayat penyakit jantung, tekanan darah tinggi, stroke,maag ,
gangguan hati, ginjal, asma, polip, gangguan perdarahan, ataupun bagi perokok, sebaiknya
penggunaan obat ini setelah berdiskusi dengan dokter
.Hal yang sama juga berlaku bagi wanita hamil dan menyusui. Karena penggunaan obat
ini bisa berakibat fatal bagi janin dan bayi yang disusui.
Efek samping : ulserasi, sensasi panas pada perut, kram, mual, gastritis, perdarahan
gastrointestinal, gangguan hati, tinja berwarna hitam, lemah, pusing, munculnya ruam,
gangguan ginjal, telinga berdenging, Retensi cairan, pembekuan darah, serangan jantung,
hipertensi, dan gagal jantung.
Etodolac
Digunakan untuk mengurangi hormon yang menyebabkan peradangan dan rasa nyeri pada
tubuh misalnya akibat arthritis atau osteoarthritis.
Dosis yang dianjurkan untuk pemakaian obat ini adalah 200 hingga 400 mg setiap 6 hingga 8
jam setiap hari sehabis makan.
Kontra indikasi
Penggunaan etodolac sebelum / pasca operasi bypass jantung dapat meningkatkan risiko
yang dapat mengancam jiwa, seperti serangan jantung atau stroke.
Bagi penderita yang memiliki riwayat serangan jantung, stroke, tekanan darah tinggi,
maag, gangguan hati, asma, polip dan juga perokok, Etodolac bisa mengakibatkan
meningkatnya risiko pada perut atau usus, termasuk perdarahan atau perforasi (pembentukan
lubang).
Pada wanita hamil dan menyusui, etodolak dapat mengganggu perkembangan janin, dan
bayi.
Efek samping : ruam, telinga berdenging, sakit kepala, pusing, mengantuk, sakit perut, mual,
diare, sembelit, mulas, retensi cairan, sesak napas, retensi cairan, pembekuan darah, serangan
jantung, hipertensi, dan gagal jantung.
Indomethacin
Berfungsi sebagai prostglandin yaitu menghalangi aksi bahan-bahan kimia yang berbahaya
bagi tubuh.
Kontra indikasi :
Penderita dengan riwayat gagal jantung, ginjal, gangguan hati, masalah kencing, tekanan
darah tinggi , sariawan, kejang, atau kadar natrium darah rendah, dan infeksi.
Efek samping : Kemerahan dan rasa nyeri pada daerah bekas suntikan, alergi ( seperti ruam,
gatal-gatal, gangguan pernafasan, sesak di dada, pembengkakan mulut, wajah, bibir, atau
lidah), muntah darah, Warna urine dan tinja menjadi gelap, frekuensi buang air kecil
menurun, detak jantung lambat; memar, masalah berat badan.
Ketoprofen
Digunakan untuk mengobati nyeri dan peradangan yang terjadi pada tubuh akibat rheumatoid
arthritis atau osteoarthritis, dan juga kram saat menstruasi.
Kontra indikasi :
Penderita yang mengalami alergi yang parah, seperti ruam, gatal-gatal, gangguan
pernafasan, polip, dan pusing.
Penderita yang baru saja menjalani operasi jantung atau pernah memiiki riwayat
menderita berbagai penyakit seperti ginjal, gangguan hati, diabetes, gangguan usus, asma,
tekanan darah tinggi,
Pasien yang sedang pada masa konsumsi suatu jenis obat, suplement makanan, dan obatobatan herbal.
Efek samping : Sembelit, diare, pusing, mengantuk, sering buang gas, sakit kepala, mulas,
mual, gangguan pada perut.
Ketorolac
Digunakan untuk mengobati rasa nyeri pada tingkatan sedang hingga berat.
Kontra indikasi :
Memiliki riwayat ulkus, masalah pada ginjal, stroke, hemofilia, maupun pasien pasca
melakukan operasi jantung, asma, polip, hipertensi, perokok, pecandu alkohol
Efek samping : Sembelit, diare, pusing, mengantuk, sering buang gas, sakit kepala, gangguan
pencernaan, sakit perut, mual, nyeri di tempat suntikan, berkeringat, muntah, terjadi alergi
(seperti ruam, gatal-gatal, gatal, gangguan pernafasan, sesak di dada, pembengkakan mulut,
wajah, bibir, atau lidah, suara serak).
Nabumetone
Adalah sejenis NSAID yang juga memiliki fungsi untuk meredakan rasa nyeri dan
peradangan yang terjadi pada tubuh.
Sebaiknya obat ini tidak digunakan pada :
Seseorang yang mengalami alergi seperti ruam, gatal-gatal, gangguan pernafasan, polip,
dan pusing terhadapa obat-obatan NSAID.
Gunakan obat ini sesuai dengan petunjuk dokter atau sesuai aturan pakai yang biasanya
tertera pada label obat.
Efek samping penggunaan nabumeton diantaranya :
Gejala umum yang biasa dialami antara lain : Sembelit, diare, pusing, mengantuk,sering
buang gas, sakit kepala, mulas, mual.
Terkadang pengguna akan mengalami reaksi alergi seperti ruam, gatal-gatal, gangguan
pernafasan, terjadi pembengkakan (mulut, wajah, bibir,lidah), gangguan produksi urine, nyeri
dada, merasa kebingungan, depresi, pingsan, detak jantung lebih cepat dari biasanya, demam,
menggigil, sakit tenggorokan, mengalami perubahan mental atau suasana hati, mati rasa pada
tangan atau kaki, mual, muntah , sesak napas, warna kulit atau mata menguning.
Naproxen
Jenis NSAID ini juga digunakan untuk mengurangi hormon penyebab nyeri dan peradangan
pada anggota tubuh, seperti nyeri akibat gejal arthritis, ankylosing spondylitis, tendinitis,
bursitis, asam urat, atau kram menstruasi.
Perhatikan hal-hal berikut sebelum mengkonsumsi obat ini :
Obat ini dapat memicu resiko terjadinya serangan jantung dan stroke. Untuk itu sangat
disarankan bagi penderita jantung, maupun seseorang yang baru saja melakukan operasi pada
jantung untuk menghindari pemakaian obat ini.
Bagi orang yang alergi terhadap obat ini sendiri maupun jenis NSAID lain seperti aspirin,
atau bagi orang-orang yang memiliki riwayat serangan jantung, stroke, tekanan darah tinggi,
maag, gangguan hati, ginjal, asma, polip, ataupun jika anda seorang perokok aktif, sebaiknya
melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum menggunakan obat ini. Karena
obat ini dapat menyebabkan pendarahan pada bagian perut atau usus, yang bisa berakibat
pada kematian.
Bagi wanita hamil dan menyusui, mengkonsumsi naproxen di trimester akhir kehamilan
bisa membahayakn janin dalam kandungan.
Efek samping yang ditimbulkan :
Sama seperti jenis NSAID yang lainnya naproxen juga memiliki efek samping yang umum
terjadi seperti, gatal-gatal, gangguan pernafasan, pembengkakan ( pada wajah Anda, bibir,
lidah, dan tenggorokan), sakit perut, sakit perut, diare, sembelit, kembung, sering buang gas,
pusing, sakit kepala, gugup, penglihatan kabur, terjadi dering di telinga.
Oxaprozin
Obat ini digunakan untuk pengobatan penyakit rheumatoid arthritis, osteoarthritis, dan
arthritis, karena obat ini dapat menghalangi zat-zat yang dapat menimbulkan peradangan
dalam tubuh.
Obat ini tidak baik digunakan untuk seseorang yang alergi terhadap jenis obat itu sendiri
maupu jenis-jenis NSAID lainnya seperti ibuprofen dan celebrex, juga bagi wanita yang
sedang hamil maupun menyusui dan pasien yang baru saja menjalani operasi penyakit
jantung untuk itu diperlukan konsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum
mengkonsumsi obat ini.
Adapun efek samping yang umum terjadi dari pemakaian oxaproxin antara lain : pengguna
bisa mengalami Sembelit, diare, pusing, mengantuk, seringnya buang gas, sakit kepala,
mulas, dan mual. Obat ini juga dapat meningkatkan resiko penyakit jantung dan gangguan
pembuluh darah yang serius. Selain itu, oxaproxin juga dapat meningkatkan resiko penyakit
maag.
Piroxican
Obat ini digunakan untuk mengobati nyeri dan peradangan pada tahap ringan hingga sedang,
seperti pada gejala artritis, pembengkakan, kaku dan nyeri pada otot.
Cara kerjanya adalah dengan menghambat prostlaglandin dalam tubuh. Dosis penggunaan
piroxican pada umumnya adalah 10 hingga 20 mg perharinya.
Sebaiknya obat ini tidak digunakan pada :
Wanita yang sedang hamil dan menyusui. Pada wanita yang sedang merencanakan
kehamilan, piroxican dapat berakibat mengurangi tingkat kesuburan anda.
Bagi seseorang yang memiliki riwayat gangguan lambung, usus, asma, gangguan hati,
ginjal, penyakit jantung, hipertensi, gangguan penglihatan, penggumpalan darah, serta yang
alerdi terhadap anti inflamasi jenis lainnnya seperti ibuprofen dan aspirin, sebaiknya
melakukan konsultasi pada dokter sebelum menggunakan obat ini.
Efek samping yang ditimbulkan : kembung, nyeri ulu hati, diare, sakit kepala, demam, dan
gejala flu.
Salsalate
Obat ini digunakan untuk mengobati demam, nyeri, serta peradangan pada tubuh. Obat ini
memiliki efek yang kuat seperti halnya aspirin dalam mengurangi peradangan, tetapi obat
ini tidak berpengaruh pada pembekuan darah dari aspirin.
Jenis penyakit yang dapat diobati dengan salsalate antara lain : heumatoid arthritis,
osteoarthritis, peradangan dan nyeri akibat cedera jaringan lunak, tendinitis, dan bursitis.
Dosis umum penggunaan obat ini adalah 3000 mg perhari yang diberikan selama 2 sampai 4
kali.
Peringatan pemakaian :
Jangan mengkonsumsi obat ini saat anda mengkonsumsi alkohol, karena dapat
meningkatkan resiko sakit maag
Bagi wanita menyusui, sebaiknya jangan mengkonsumsi obat ini karena dapat
mengakibatkan efek buruk bagi bayi
Efek samping yang umumnya terjadi atas penggunaan salsalate adalah gangguan
pencernakan, dan tinnitus (telinga berdengiing). Efek lain yang mungkin timbul yaitu : sakit
perut, kram, mual, muntah, gangguan pada hati, tinja berwarna hitam, lemah, pusing, ruam,
gangguan ginjal, vertigo, pembekuan darah, serangan jantung, hipertensi (tekanan darah
tinggi), dan gagal jantung.
Sulindac (clinoril)
Sama seperti jenis NSAID lain, sulindac juga berperan untuk mengatasi rasa nyeri, nyeri dan
peradangan yang dsebabkan oleh rheumatoid arthritis, ankylosing spondylitis, arthritis gout,
osteoarthritis. Obat ini juga dapat digunakan untuk mengobati peradangan yang terjadi pada
jaringan lunak seperti tendinitis dan bursitis.
Peringatan sebelum penggunaan sulindac :
Dosis penggunaan obat ini adalah 150 hingga 200 mg perhari yang diberikan selama 2
kali sehari sehabis makan. Batas maximal konsumsi obat ini adalah 400 mg/ hari.
Bagi pasien dengan riwayat penyakit asma, dan alergi seperti gatal-gatal, atau alergi
terhadap jenis obat-obatan lain, penderita ulkus peptikum (gangguan fungsi ginjal), obat ini
sebaiknya dihindari. karena dapat memperburuk kondisi pasien seperti Retensi cairan,
pembekuan darah, serangan jantung, hipertensi.
Tolmetin
Merupakan sejenis anti inflamasi NSAID yang berguna untuk pengobatan demam, nyeri, dan
peradangan seperti pada gejala rheumatoid arthritis, arthritis juvenile, atau osteoarthritis.
Penggunaan Tolmetin :
Dosis yang dianjurkan untuk jenis obat ini adalah 200 hingga 600 mg perhari selama tiga
kali minum setelah makan. Dosis maximum adalah 1800 mg perhari.
Wanita hamil dan ibu menyusui sebaiknya menghindari penggunaan obat ini.
Efek samping yang umumnya terjadi pada pasien yang menggunakan obat ini adalah
gangguan pencernakan, nyeri perut, kram, mual, gastritis, perdarahan gastrointestinal,
gangguan hati, terjadi ulserasi lambung, tinja berwarna hitam, lemah, pusing, munculnya
ruam, telinga berdenging.
2. Acethaminophen (paracetamol)
Merupakan jenis obat-obatan yang paling sering dikonsumsi masyarakat, yaitu untuk
meredakan rasa nyeri dan demam.
Penggunaan analgesic ini antara lain untuk pengobatan sakit kepala, nyeri otot, arthritis, sakit
punggung, sakit gigi, pilek, dan juga demam.
Acethaminophen kadang-kadang disingkat APAP yang terkandung dalam berbagai jenis obatobatan. Untuk itu sebelum menggunakan obat-obatan, telitilah dulu kandungan yang biasa
tertera pada labelnya. Jangan sampai kita mengkonsumsi obat ini dalam melebihi dosis yang
nantinya akan berakibat fatal.
Sebaiknya obat ini digunakan selain untuk pasien dengan gangguan fungsi hati dan juga
pengonsumsi alkohol. Penggunaan obat ini untuk wanita yang sedang hamil, ibu menyusui,
dan anak-anak dibawah 2 tahun, harus sesuai dengan petunjuk dokter.
Obat ini biasanya digunakan untuk menurunkan panas badan yang disebabkan oleh infeksi
atau yang lainnya. Selain itu, obat ini juga bisa meredakan rasa nyeri pada tingkat rendah
hingga sedang. Analgesik ini bekerja langsung pada pusat pengatur panas tubuh di
hipotalamus.
Adapun beberapa merk dagang dari acethaminophen antara lain paracetamol, sanmol, pamol,
fasidol, panadol, itramol, dan masih banyak lagi.
Acethaminophen diberikan pada pasien secara oral
Efek samping penggunaan acethaminophen :
1.
2.
Mual
3.
Muntah
4.
Sakit perut
5.
Berkeringat
6.
Mengalami kebingungan
7.
Kelelahan
8.
9.
10.
11.
Obat ini juga bisa mengakibatkan alergi seperti gatal-gatal, Pembengkakan pada wajah,
bibir, lidah, dan tenggorokan
12.
13.
Euforia
Gatal-gatal
Mual
Muntah
Mengantuk
Hipotensi
Depresi
Sembelit
TERAPI HIPERTENSI
Terapi Farmakologi
Pemilihan obat tergantung pada derajat meningkatnya tekanan darah dan keberadaan
compelling indication
Kebanyakan penderita hipertensi tipe 1 sebaiknya terapi diawali dengan diuretic thiazid.
Penderita hipertensi tipe 2 pada umumnya diberikan terapi kombinasi, salah satu obatnya diuretic
thiazid kecuali terdapat kontraindikasi
Diuretik, blocker, ACE inhibitor, Angiotensin II Receptor Blocker (ARB ), dan Calcium
Channel Blocker merupakan agen primer berdasarkanVada data kerusakan organ target atau
morbiditas dan kematian kardiovaskuler.
DIURETIK
Thiazide
Diuretik hemat kalium
Antagonis aldosteron
Sediaan yang beredar : bendrofluazide, klortalidon, HCT, indapamid, metolazon, xipamid,
furosemid, bumetonid, torasemid, amilorid HCl, spironolakton, manitol
2.
INHIBITOR ACE
Dosis awal inhibitor ACE sebaiknya dosis rendah kemudian ditambahkan perlahan.
Hipotensi akut dapat terjadi pada onset terapi inhibitor ACE terutama pada penderita yang
kekurangan natrium atau volum, gagal jantung, orang lanjut usia, penggunaan bersama dengan
vasodilator atau diuretic.
Dosis 1 kali sehari kecuali captopril ( 2-3 kali sehari )
ES : neutropenia dan agranulosit, proteinurea, glomerulonefritis, dan gagal ginjal akut.
Persistensi batuk kering terjadi lebih dari 20%
Kontraindikasi pada ibu hamil menimbulkan masalah neonatal, termasuk gagal ginjal dan
kematian pada janin
Sediaan beredar : captopril, Benazepril, delapril, analapril maleat, fosinopril, lisinopril,
perindopril, kuinapril, ramipril, silazapril
3.
Tidak seperti inhibitor ACE, ARB tidak mencegah pemecahan bradikinin. Hal ini tidak
memberikan efek samping batuk.
bloker
Meskipun perbedaan farmakodinamik dan farmakokinetik penting diantara variasi bloker, tidak
ada perbedaan efikasi klinik hipertensi
Atenolol, betaxolol, bisoprolol, dan metoprolol
Acebutolol, carteolol, penbutolol, pindolol, propanolol
ES : bradikardi, ketidaknormalan konduksi atrioventrikular (AV), gagal jantung akut.
Penghentian terapi yang cepat dapat menyebabkan angina tidak stabil, infark miokardial
5.
Verapamil
Diltiazem
Nifedipin
6.
Penghambat reseptor 1
Compelling Indication
1.
Gagal Jantung
Diuretik merupakan salah satu terapi tahap I (memperbaiki gejala udem dengan diuresis)
Inhibitor ACE pilihan obat utama
Terapi bloker dapat digunakan untuk penyakit dengan komplikasi gagal jantung sistolik
2.
Infark Postmycordial
bloker menurunkan stimulasi adrenergic Jantung dan mengurangi resiko infark miokardial atau
kematian jantung yang mendadak
ACE inhibitor meningkatkan fungsi jantung
3.
Diabetes Militus
Inhibitor ACE dan ARB menurunkan tekanan darah dan juga mengurangi tekanan
intraglomerular yang lebih lanjut menurunkan fungsi ginjal
Diuretic dan bloker/CCb sering kali dibutuhkan
6.
Kombinasi inhibitor ACE dan diuretic thiazide mengurangi kejadian stroke berulang atau
serangan iskemia transient
Tujuan utama dari pengobatan diabetes adalah untuk mempertahankan kadar gula darah dalam
kisaran yang normal. Namun, kadar gula darah yang benar-benar normal sulit untuk
dipertahankan.
Meskipun demikian, semakin mendekati kisaran yang normal, maka kemungkinan terjadinya
komplikasi sementara maupun jangka panjang menjadi semakin berkurang. Untuk itu diperlukan
pemantauan kadar gula darah secara teratur baik dilakukan secara mandiri dengan alat tes kadar
gula
darah
sendiri
di
rumah
atau
dilakukan
di
laboratorium
terdekat.
Pengobatan diabetes meliputi pengendalian berat badan, olah raga dan diet. Seseorang yang
obesitas dan menderita diabetes tipe 2 tidak akan memerlukan pengobatan jika mereka
menurunkan
berat
badannya
dan
berolah
raga
secara
teratur.
Namun, sebagian besar penderita merasa kesulitan menurunkan berat badan dan melakukan olah
raga yang teratur. Karena itu biasanya diberikan terapi sulih insulin atau obat hipoglikemik
(penurun
kadar
gula
darah)
per-oral.
Diabetes tipe 1 hanya bisa diobati dengan insulin tetapi tipe 2 dapat diobati dengan obat oral.
Jika pengendalian berat badan dan berolahraga tidak berhasil maka dokter kemudian
memberikan obat yang dapat diminum (oral = mulut) atau menggunakan insulin.
Berikut ini pembagian terapi farmakologi untuk diabetes, yaitu:
1. Obat
Hipoglikemik
Oral
(OHO)
Golongan sulfonilurea seringkali dapat menurunkan kadar gula darah secara adekuat pada
penderita diabetes tipe II, tetapi tidak efektif pada diabetes tipe I. Contohnya adalah
glipizid, gliburid, tolbutamid dan klorpropamid. Obat ini menurunkan kadar gula darah
dengan cara merangsang pelepasan insulin oleh pankreas dan meningkatkan
efektivitasnya.
Obat lainnya, yaitu metformin, tidak mempengaruhi pelepasan insulin tetapi
meningkatkan respon tubuh terhadap insulinnya sendiri. Akarbos bekerja dengan cara
menunda
penyerapan
glukosa
di
dalam
usus.
Obat hipoglikemik per-oral biasanya diberikan pada penderita diabetes tipe II jika diet
dan oleh raga gagal menurunkan kadar gula darah dengan cukup.
Obat ini kadang bisa diberikan hanya satu kali (pagi hari), meskipun beberapa penderita
memerlukan
2-3
kali
pemberian.
Jika obat hipoglikemik per-oral tidak dapat mengontrol kadar gula darah dengan baik,
mungkin perlu diberikan suntikan insulin.
2. Terapi
Sulih
Insulin
Pada diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat menghasilkan insulin sehingga harus diberikan
insulin pengganti. Pemberian insulin hanya dapat dilakukan melalui suntikan, insulin
dihancurkan di dalam lambung sehingga tidak dapat diberikan per-oral (ditelan).
Bentuk insulin yang baru (semprot hidung) sedang dalam penelitian. Pada saat ini, bentuk
insulin yang baru ini belum dapat bekerja dengan baik karena laju penyerapannya yang
berbeda
menimbulkan
masalah
dalam
penentuan
dosisnya.
Insulin disuntikkan dibawah kulit ke dalam lapisan lemak, biasanya di lengan, paha atau
dinding perut. Digunakan jarum yang sangat kecil agar tidak terasa terlalu nyeri.
Insulin terdapat dalam 3 bentuk dasar, masing-masing memiliki kecepatan dan lama kerja
yang berbeda:
1. Insulin
kerja
cepat.
Contohnya adalah insulin reguler, yang bekerja paling cepat
dan
paling
sebentar.
Insulin ini seringkali mulai menurunkan kadar gula dalam
waktu 20 menit, mencapai puncaknya dalam waktu 2-4 jam
dan
bekerja
selama
6-8
jam.
Insulin kerja cepat seringkali digunakan oleh penderita yang
menjalani beberapa kali suntikan setiap harinya dan
disutikkan 15-20 menit sebelum makan.
2. Insulin
kerja
sedang.
Contohnya adalah insulin suspensi seng atau suspensi insulin isofan.
Mulai bekerja dalam waktu 1-3 jam, mencapai puncak maksimun dalam waktu 610
jam
dan
bekerja
selama
18-26
jam.
Insulin ini bisa disuntikkan pada pagi hari untuk memenuhi kebutuhan selama
sehari dan dapat disuntikkan pada malam hari untuk memenuhi kebutuhan
sepanjang malam.
3. Insulin
kerja
lambat.
Contohnya adalah insulin suspensi seng yang telah dikembangkan.
Efeknya baru timbul setelah 6 jam dan bekerja selama 28-36 jam.
Sediaan insulin stabil dalam suhu ruangan selama berbulan-bulan sehingga bisa dibawa
kemana-mana.
Pemilihan insulin yang akan digunakan tergantung kepada:
1. Keinginan penderita untuk mengontrol diabetesnya
2. Keinginan penderita untuk memantau kadar gula darah dan menyesuaikan
dosisnya
3. Aktivitas harian penderita
4. Kecekatan penderita dalam mempelajari dan memahami penyakitnya
5. Kestabilan kadar gula darah sepanjang hari dan dari hari ke hari
Sediaan yang paling mudah digunakan adalah suntikan sehari sekali dari insulin kerja
sedang. Tetapi sediaan ini memberikan kontrol gula darah yang paling minimal.
Kontrol yang lebih ketat bisa diperoleh dengan menggabungkan 2 jenis insulin, yaitu
insulin kerja cepat dan insulin kerja sedang. Suntikan kedua diberikan pada saat makan
malam
atau
ketika
hendak
tidur
malam.
Kontrol yang paling ketat diperoleh dengan menyuntikkan insulin kerja cepat dan insulin
kerja sedang pada pagi dan malam hari disertai suntikan insulin kerja cepat tambahan
pada
siang
hari.
Beberapa penderita usia lanjut memerlukan sejumlah insulin yang sama setiap harinya;
penderita lainnya perlu menyesuaikan dosis insulinnya tergantung kepada makanan, olah
raga dan pola kadar gula darahnya. Kebutuhan akan insulin bervariasi sesuai dengan
perubahan
dalam
makanan
dan
olah
raga.
Beberapa penderita mengalami resistensi terhadap insulin. Insulin tidak sepenuhnya sama
dengan insulin yang dihasilkan oleh tubuh, karena itu tubuh bisa membentuk antibodi
terhadap insulin pengganti. Antibodi ini mempengaruhi aktivitas insulin sehingga
penderita dengan resistansi terhadap insulin harus meningkatkan dosisnya.
Penyuntikan insulin dapat mempengaruhi kulit dan jaringan dibawahnya pada tempat
suntikan. Kadang terjadi reaksi alergi yang menyebabkan nyeri dan rasa terbakar, diikuti
kemerahan, gatal dan pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan selama beberapa jam.
Suntikan sering menyebabkan terbentuknya endapan lemak (sehingga kulit tampak
berbenjol-benjol) atau merusak lemak (sehingga kulit berlekuk-lekuk). Komplikasi
tersebut bisa dicegah dengan cara mengganti tempat penyuntikan dan mengganti jenis
insulin. Pada pemakaian insulin manusia sintetis jarang terjadi resistensi dan alergi.
Pengaturan diet sangat penting. Biasanya penderita tidak boleh terlalu banyak makan
makanan manis dan harus makan dalam jadwal yang teratur. Penderita diabetes
cenderung memiliki kadar kolesterol yang tinggi, karena itu dianjurkan untuk membatasi
jumlah lemak jenuh dalam makanannya. Tetapi cara terbaik untuk menurunkan kadar
kolesterol
adalah
mengontrol
kadar
gula
darah
dan
berat
badan.
Semua penderita hendaknya memahami bagaimana menjalani diet dan olah raga untuk
mengontrol penyakitnya. Mereka harus memahami bagaimana cara menghindari
terjadinya
komplikasi.
Penderita juga harus memberikan perhatian khusus terhadap infeksi kaki sehingga
kukunya harus dipotong secara teratur. Penting untuk memeriksakan matanya supaya bisa
diketahui perubahan yang terjadi pada pembuluh darah di mata.