Você está na página 1de 67

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP


IBU TENTANG CARA MENYUSUI YANG BENAR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Pendidikan Tinggi Diploma III Kebidanan

Oleh :
Anik Sri Mulyani
NIM : 0302.05

AKADEMI KEBIDANAN WIDYAGAMA HUSADA MALANG


MALANG
2006

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga dapat terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah judul Hubungan
Antara Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Tentang cara Menyusui Yang Benar
sebagai salah satu persyaratan dalam rangka menyelesaikan kuliah Akademi
Kebidanan Widyagama Husada Malang.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1. Yuliyanik, S. KM, selaku Direktur Akademi Kebidanan Widyagama
Husada Malang.
2. Novita Mayasari S. SiT, selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan petunjuk, koreksi dan saran sehingga terwujudnya Karya
Tulis ini.
3. Marjati Hamid, S. SiT, selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan petunjuk, koreksi dan saran sehingga terwujudnya Karya
Tulis ini.
4. Bidan Anik Basuki, yang telah memberikan ijin untuk lokasi
penelitian.
5. Kedua orang tua serta keluargaku, yang dengan tulus ikhlas
memberikan dorongan, baik berupa materil maupun spirituil, sehingga
penulis dapat melaksanakan pendidikan di Akademi Kebidanan
Widyagama Husada-Malang dan terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah
ini.

6. Rekan-rekan mahasiswa Akademi Kebidanan Widyagama HusadaMalang dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu,
yang telah banyak membantu sehingga penelitian ini dapat
terselesaikan.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
telah diberikan dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini berguna baik untuk diri kami
sendiri maupun pihak lain.

Malang, Oktober 2006

Penulis.

ABSTRAC

Anik Sri Mulyani. 2006. The Relation Between The Knowledge and Mothers
Attitude of The Correct Way of Breasting ini Bidan Praktek Swasta Ny.
Anik Basuki Ampeldento Villages Kecamatan Pakis Kabupaten Malang.
Scientific Research. Midwifery Academic of Widyagama Husada-Malang.
Advisor (1) Novita Mayasari, S.SiT, (2) Marjati Hamid, S.SiT.
The right way of breasting practice was need to be learnt by every mother,
because that is not reflective or instinctive thing, but it is a process. One of the
factor was the breast function right now as sexual symbol, female breast was
forbidden area and it was ought to be hidden and it was not be exposed. Beside of
this factor, the problem that appeared such as: the papilla of breast thats folded
inside, blistered papilla, etc. the lactation professional have found many woman
got trouble in breasting technique.
The design of this research used cross sectional survey. The sample was
taken from the whole of population, that was all mother who give breast feeding,
who and come to Anik Basuki midwife as 45 respondents.
The conclution of this research was the mother knowledge about the way
of breasting got correct. Mothers attitude in the way of breasting were positive.
From the chi-square exam there was correlation between knowledge and attitude
about the way of correctly breasting and the point of that result 0,000 < 0,05.
Therefore, it able to b e concluded that Ho refused, it can be presented there was
relation between knowledge level with the attitude of mother about the correctly
breasting way.

Key Word

: Knowledge, Attitude, Mothers breasting, way of breasting.

ABSTRAK
Anik Sri Mulyani. 2006. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap
Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar di Bidan Praktek Swasta Ny. Anik Basuki
Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang, Karya Tulis Ilmiah.
Akademi Kebidanan Widyagama Husada Malang. Pembimbing : (1) Novita
Mayasari, S.SiT, (2) Marjati Hamid, S.Sit.
Praktek cara menyusui yang baik dan benar perlu dipelajari oleh setiap ibu
karena menyusui itu sendiri bukan suatu hal yang reflektif atau instingtif, tetapi
merupakan suatu proses. Alasan ketidaksuksesan memberi ASI telah dipelajari,
salah satu faktor dikarenakan fungsi payudara di masa sekarang ini sebagai
simbolis seksual, bahwa payudara adalah zona terlarang dan harus disembunyikan
dan tidak boleh diekspos. Selain faktor diatas, masalah yang muncul seperti:
putting susu datar atau terbenam, putting susu lecet, dan lain-lain. Ahli laktasi
menemukan banyak wanita mengalami masalah dalam teknik menyusui.
Desain atau rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah cross sectional survey. Sampel diambil dari total populasi, yaitu semua ibu
menyusui yang datang di Bidan Anik Basuki sebanyak 45 responden.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengetahuan ibu tentang cara
menyusui yang benar cukup baik, untuk setiap ibu tentang cara menyusui yang
benar sebagian besar positif. Dari hasil uji Chi-Square ada hubungan antara
pengetahuan dan sikap tentang cara menyusui yang benar dan nilai uji tersebut
0,000 nilai ini < = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang
dapat diartikan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap ibu
tentang cara menyusui yang benar.

Kata kunci

: Pengetahuan, Sikap, Ibu Menyusui, Cara Menyusui

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................... iii
KATA PENGANTAR......................................................................................... iv
ABSTRACT....................................................................................................... vi
ABSTRAK.......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xi
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1
Latar Belakang......................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah.................................................................... 3
1.3
Tujuan Penelitian..................................................................... 3
1.4
Manfaat Penelitian................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 5
2.1
Konsep ASI ............................................................................. 5
2.2
Konsep Pengetahuan................................................................ 15
2.3
Konsep Sikap........................................................................... .21
2.4
Hubungan Pengetahuan dengan Sikap.................................... 28
BAB 3 METODE PENELITIAN....................................................................... 30
3.1
Kerangka Konsep.................................................................... 30
3.2
Desain Penelitian..................................................................... 30
3.3
Hipotesis Penelitian................................................................. 31
3.4
Populasi, Sampel, dan Sampling............................................. 31
3.5
Kriteria Sampel........................................................................ 32
3.6
Variabel Penelitian................................................................... 32
3.7
Definisi Operasional Variabel.................................................. 33
3.8
Lokasi dan Waktu Penelitian................................................... 34
3.9
Teknik Pengumpulan Data....................................................... 34
3.10 Alat Ukur yang digunakan....................................................... 35
3.11 Teknik Pengolahan atau Analisa Data..................................... 35
3.12 Etika Penelitian........................................................................ 38
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...................................... 39
4.1
Hasil Penelitian........................................................................ 39
4.2
Pembahasan............................................................................. 46
4.3
Keterbatasan Penelitian........................................................... 49
BAB 5 PENUTUP.............................................................................................. 50
5.1
Kesimpulan.............................................................................. 50
5.2
Saran........................................................................................ 51
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Nomor

Judul Tabel

Halaman

3.7

Definisi Operasional

33

4.1

Distribusi Frekwensi Umur Responden

40

4.2

Ditribusi Frekwensi Pendidikan Responden

40

4.3

Distribusi Frekwensi Pekerjaan Responden

41

4.4

Distribusi Frekwesi Pengetahuan Ibu Tentang Cara


Menyusui yang Benar

4.5

Distribusi Frekwensi Sikap Ibu Tentang Cara


Menyusui yang Benar

4.6

4.7

42

43

Hubungan Antara Pengetahuan dengan Siakap Ibu


Tentang Cara Menyusui yang Benar

44

Hasil Perhitungan Chi-Square Test

44

DAFTAR GAMBAR

Nomor

3.1

Judul Gambar

Kerangka Konseptual

Halaman

30

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Judul Lampiran

1.

Permohonan Ijin Penelitian

2.

Surat Ijin Penelitian dan Surat Keterangan Penelitian

3.

Surat Permohonan menjadi Responden

4.

Pengantar Informed Consent

5.

Kisi-kisi Kuisioner

6.

Kuisioner Penelitian

7.

Kunci Jawaban Kuisioner

8.

Tabel Uji Validitas

9.

Tabel Uji Reliabilitas

10.

Tabulasi Data

11.

Frequency Tabel

12.

Crosstabs

Halaman

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Program peningkatan penggunaan ASI (PP-ASI ) khususnya ASI eksklusif
selama 6 bulan merupakan program prioritas, karena dampak penggunaan ASI
eksklusif terhadap status gizi dan kesehatan bayi dan balita. Saat ini praktek
menyusui di Indonesia cukup memprihatinkan, menurut SDKI tahun 1997 dan
2002, lebih dari 95% ibu pernah menyusui bayinya, namun yang menyusui dalam
1 jam pertama cenderung menurun dari 8% pada tahun 1997 menjadi 3,7% pada
tahun 2002. Cakupan ASI eksklusif 4 bulan sedikit meningkat dari 52% tahun
1997 menjadi 55,1% pada tahun 2002. Cakupan ASI eksklusif 6 bulan menurun
dari 42,4% tahun 1997 menjadi 39,5% pada tahun 2002. Sementara itu
penggunaan susu formula justru meningkat lebih dari 3 kali lipat selama 5 tahun
dari 10,8% tahun 1997 menjadi 32,5 % pada tahun 2002 (departemen kesehatan,
2005).
Sekitar 40 tahun silam, jumlah wanita yang memilih menyusui sendiri
bayinya mulai berkurang. Jumlah terendah terjadi di tahun-tahun awal 70an ketika
kurang dari 40 % yang memilih ASI, dan pada minggu ke enam setelah
melahirkan kurang dari 20 % memberikan ASI kepada bayinya. Alasan ketidak
suksesan memberi ASI telah dipelajari, salah satu faktor dikarenakan fungsi
payudara di masa sekarang ini sebagai simbolis seksual, bahwa payudara adalah
zona terlarang dan harus disembunyikan dan tidak boleh diekspos. Selain faktor di
atas masalah yang munncul seperti; puting susu yang terlipat ke dalam, puting

susu lecet, dan lain-lain. Ironisnya ahli laktasi menemukan banyak wanita
mengalami masalah dalam teknik menyusui (Lee, 2006 : 12).
Bagi bayi ASI merupakan makanan yang paling sempurna dimana dalam
kolostrum dan air susu ibu terkandung : imunoglobulin, laktoferin, lisosom, faktor
bifidus dan faktor antitripsin. ASI juga berguna untuk mengurangi insidens
gastroenteritis pada bayi. ASI juga berfungsi untuk pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal. ASI mengandung zat untuk perkembangan
kecerdasan, kekebalan dan dapat menjalin hubungan cinta kasih antara bayi dan
ibu sekaligus meningkatkan status gizi masyarakat menuju tercapainya kualitas
sumber daya manusia (Veralis, 2003 : 17).
Praktek cara menyusui yang baik dan benar perlu dipelajari oleh setiap ibu
karena menyusui itu sendiri bukan suatu hal yang reflektif atau instingtif, tetapi
merupakan suatu proses. Proses belajar yang baik bukan hanya untuk ibu yang
pertama kali melahirkan karena biasanya ibu melahirkan anak I tidak memiliki
ketrampilan menyusui yang benar. Dengan demikian ibu perlu belajar berinteraksi
dengan manusia baru ini agar dapat sukses dalam memberikan yang terbaik bagi
bayinya (Mellyana, 2003 : 28).
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat adalah perilaku masyarakat itu sendiri terhadap kesehatan yang
meliputi aspek pengetahuan, sikap maupun tindakan sehari-hari. Perilaku tersebut
merupakan suatu pernyataan bahwa rendahnya cakupan program kesehatan,
karena masih rendahnya kesadrana masyarakat terhadap norma hidup sehat.
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan (Notoatmodjo, 2003 : 128).
Berdasarkan studi pendahuluan melalui wawancara tentang ASI yang
meliputi pengertian ASI, waktu pemberian, jenis ASI, manfaat, keuntungan, cara
pemberian ASI, yang dilakukan tanggal 1-30 April 2006 tehadap 10 ibu menyusui
0-6 bulan yang datang di Bidan Praktek Swasta Anik Basuki diperoleh 60 % (6
orang) ibu yang tidak mengetahui cara menyusui yang, sedangkan 40% (4 orang)
ibu yang mengetahui cara menyusui yang benar.
Dari data tersebut peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan Antara
Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan Latar Belakang tersebut diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan yaitu Adakah Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Ibu
Tentang Cara Menyususi yang benar?.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara
menyusui yang benar di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten
Malang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang benar.
2. Mengidentifikasi sikap ibu tentang cara menyusui bayinya.

3. Menganalisa hubungan pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara


menyusui yang benar.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Tempat Penelitian
Sebagai bahan masukan dalam rangka memberikan KIE pada pasien tentang
cara menyusui yang benar.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan referensi untuk mata kuliah Askeb III khususnya tentang
cara menyusui.
1.4.3 Bagi Peneliti
Mengerti dan menambah wawasan serta pengalaman dalam menerapkan
ilmu kebidanan, metodologi penelitian, dan biostatistik

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan kami bahas tentang : Konsep ASI yang berisi tentang
pengertian, manfaat pemberian ASI, fisologi laktasi, cara menyusui yang benar
faktor-faktor yang menghambat pemberian ASI.

2.1 KONSEP ASI


2.1.1 Pengertian
ASI adalah makanan yang sempurna untuk bayi manusia, lebih mudah bagi bayi
untuk mencernanya dan ASI tidak mudah menyebabkan sembelit (Lee, 2006 : 14)
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam-garam
organik yang disekresikan oleh kedua kelenjar payudara ibu, sebagai makanan
utama bayi (Soetjiningsih, 1997 : 23).

2.1.2 Manfaat Pemberian ASI


1. Manfaat Bagi Bayi
Dalam ASI terkandung nilai-nilai kompenen yang tidak dapat digantikan
oleh susu formula. Misalnya, perlindungan terhadap infeksi, alergi dan
merangsang sistem kekebalan tubuh bayi. Komposisi ASI sangat baik karena
mempunyai kandungan protein, karbohidrat, lemak dan mineral yang seimbang.
Ini lebih memudahkan kerja pencernaan serta mengurangi timbulnya gangguan
pencernaan, seperti diare atau sembelit. Dengan demikian, bayi yang minum ASI

mempunyai kecenderungan memiliki berat badan yang ideal (Mellyana, 2003:


69).
2. Manfaat Bagi Ibu
Manfaat pemberian ASI ternyata tidak hanya untuk bayi, tetapi juga
bermanfaat bagi ibu. Berikut ini beberapa manfaat yang diperoleh dengan
menyusui, menurut Mellyana (2003 : 75) :
a) Membantu mempercepat pengembalian rahim kebentuk semula dan
mengurangi perdarahan setelah kelahiran.Ini karena isapan bayi pada payudara
dilanjutkan melalui saraf kekelenjar hipose di otak yang mengeluarkan
hormon oksitosin. Oksitosin selain bekerja untuk mengontraksikan saluran
ASI pada kelenjar air susu juga merangsang rahim untuk bekontraksi.
b) Bagi ibu, pemberian ASI mudah karena tersedia dalam keadaan segar dengan
suhu yang sesuai sehingga bisa langsung diberikan dan selalu siap jika
diperlukan pada malam hari.
c) Mengurangi biaya pengeluaran karena ASI tidak perlu dibeli.
d) Mengurangi biaya perawatan sakit karena bayi yang minum ASI tidak mudah
terkena infeksi.
e) Memberikan rasa puas, bangga dan bahagia pada ibu yang berhasil menyusui
bayinya karena tingkah laku bayi yang menyusu akan menggelitik perasaan
ibu dalam memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak.

f) Menyusui secara teratur akan menurunkan berat badan secara bertahap karena
pengeluaran energi untuk ASI dan proses pembentukannya akan mempercepat
seorang ibu kehilangan lemak yang ditimbun selama kehamilan.
g) Pemberian ASI secara ekslusif dapat berfungsi sebagai kontrasepsi sampai
empat bulan setelah kelahiran karena isapan bayi merangsang hormon
prolaktin yang menghambat terjadinya ovulasi/pematangan telur sehingga
menunda kesuburan.
h) Pemberian ASI yang cukup lama dapat memperkecil kejadian keganasan
kanker atau karsinoma payudara dan ovarium / kandung telur.

2.1.3 Fisiologi Laktasi


Kemampuan laktasi setiap ibu berbeda-beda. Sebagian mempunyai
kemampuan yang lebih besar dibandingkan yang lain. Dari segi fisiologi,
kemampuan laktasi mempunyai hubungan dengan makanan, faktor endokrin, dan
faktor fisiolgi, menurut Patricia (2006 : 238).
1. Hormon prolaktin, yang berasal dari kelenjar pituitari anterior awalnya
berperan untuk proses produksi air susu.
2. Oksitosin dari kelenjar pituitari posterior, berperan dalam reflek keluarnya
ASI, yang mencetuskan keluarnya aliran susu.
3. Refleks pengeluaran distrimulasi oleh isapan bayi, tetapi juga dapat
distrimulasi oleh keberadaan bayi itu sendiri atau saat ibu menangis, atau
bahkan memikirkan tentang bayi.
4. Reflek pengeluaran dapat terhambat karena kepercayaan ibu yang kurang,
merasa takut atau rasa malu atau ketidak nyamanan fisik.

5. Produksi air susu berdasarkan aturan pengeluaran dan permintaan.


Penghambatan yang berulang dari reflek pengeluaran atau kegagalan untuk
mengosongkan mammae dengan komplet dan sering, dapat menurunkan
pengeluaran susu.
2.1.4 Cara Menyusui yang Benar
Cara menyusui sangat mempengaruhi kenyamananm bayi menghisap air
susu. Oleh karena itu, usahakan agar ibu dapat menyusui dengan baik dan benar.
Perhatikan hal-hal berikut ini agar tujuan tersebut tercapai. Menurut Mellyana
Huliana (2003 : 43) cara menyusu yang benar :
1. Usahakan posisi ibu dan bayi cukup nyaman saat menyusui, baik dalam posisi
duduk yang ditopang dengan bantal atau berbaring.
2. Peluk dan letakkan kepala bayi pada siku tangan ibu sehingga menopang
bokong seperti berikut ini:
a) Letakkan bayi menghadap ibu sehingga telinga dan lengannya berada pada satu
garis lurus. Selanjutnya, lekatkan menghadap payudara sehingga dagu bayi
menyentuh payudara.
b) Sangga bawah / dasar payudara dengan jari-jari, jangan terlalu dekat pada
putting, melainkan diluar areola dan tidak menjepit putting susu dengan dua
jari.
c) Bayi akan meraih payudara jika lapar. Rangsang mulut bayi pada bagian areola
sehingga menimbulkan reflek bayi untuk mencari putting. Mulut akan terbuka
lebar dan bibir bawah menjulur. Selanjutnya, segera lekatkan sehingga lidah
mencekap putting dan areola payudara.

d) Pipi bayi akan kelihatan bulat karena sebagian areola berada dalam mulut bayi
dan areola yang tersisa berada diatas mulut bayi.
e) Terlihat isapan lambat dan dalam disertai gerakan menelan yang teratur
f) Bayi tetap melekat pada payudara dengan tenang dan rasa aman sambil
merangkul dengan yakin karena perhatian dan sentuhan ibu yang penuh kasih.
g) Jika ASI yang keluar tampak menetes, susukan bayi selama 10-15 menit/sesuai
kebutuhan pada satu payudara sampai terasa kosong. Selanjutnya, pindahkan
pada payudara lain dan susukan selam 15-20 menit karena biasanya isapan
sudah kurang kuat jika mulai kenyang.
3. Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menyusui agar terhindar dari
berbagai masalah:
a) Periksa sedini mungkin seandainya ada keluhan yang berkaitan dengan
kondisi payudara.
b) Rawatlah payudara sedini mungkin dengan baik. Pakailah pemakaian BH yang
tepat. Lakukan latihan otot-otot tubuh yang berfungsi menopang payudara
serta memperhatikan kebersihan payudara, khususnya daerah putting dan
areola.
c) Perhatikan nutrisi atau zat gizi yang dikonsumsi agar ASI bermutu baik
d) Hindari merokok dan asap rokok.Tidak minum-minuman beralkohol serta
kurangi minum kopi, the dan minuman yang mengandung soda.
e) Perhatikan agar pemakaian obat-obatan untuk ibu menyusui hendaknya atas
sepengetahuan dokter karena obat-obat tersebut juga akan terdapat dalam ASI.

2.1.5 Faktor-faktor yang menghambat pemberian ASI


1. Faktor dari ibu
Selama masa menyusui, ada kalanya timbul masalah yang dialami oleh
seorang ibu. Masalah ini dapat mengganggu keberhasilan dalam menyusui.
Menurut Mellyana Huliana (2003 : 47) faktor yang menghambat pemberian ASI :
1) Putting datar atau terbenam
Dengan menggunakan pompa putting, putting susu yang datar atau terbenam
dapat dibantu agar menonjol dan dapat dicekap oleh mulut bayi. Upaya ini
dapat dimulai sejak kehamilan 37 minggu dan biasanya hanya perlu dibantu
hingga bayi berusia 5-7 hari. Dengan usaha yang tekun dan kerja sama yang
baik antara ibu dan bayi, ibu akan mengatasi masalah ini.
2) Putting susu lecet
Keadaan ini terjadi dalam minggu pertama setelah bayi lakir untuk mencegah
putting nyeri atau lecet, perhatikan hal-hal berikut:
a) Oles puting susu dengan ASI setiap kali hendak dan sudah menyususi.
b) Jangan menggunakan BH yang terlalu ketat.
c)

Jangan

membersihkan

putting

susu

dan

daerah

areola

dengan

sabun,alkohol.
d) Posisi menyususi hendaknya bervariasi, jika posisi menyusui selalu sama
dapat membuat trauma yang terus menerus ditempat yang sama.
e) Lepaskan isapan bayi setelah selesai menyusui dengan cara menekan dagu
bayi sampai lepas dari payudara.
Cara mengatasi puting susu lecet:

a) Jika rasa nyeri dan luka tidak terlalu berat, ibu dapat terus menyususi
dengan memulai pada daerah yang tidak nyeri terlebih dahulu. Oles
putting susu dengan es beberapa saat, lakukan proses menyususi sampai
ASI mengalir keluar sehingga rasa perih berkurang.
b) Jika rasa nyeri berlangsung hebat atau luka makin berat, putting susu yang
sakit dapat diisyaratkan selam 24 jam.
3) Payudara bengkak
Payudara yang bengkak terjadi karena hambatan aliran darah vena atau saluran
kelenjar getah bening akibat ASI terkumpul dalam payudara. Kejadian ini timbul
karena produksi yang berlebihan, bayi menyusui secara terjadwal, bayi tidak
menyusui dengan kuat posisi menyusui yang salah atau puting susu datar atau
terbenam. Cara mengatasinya:
a) Kompres payudara dengan handuk hangat, lalu masase kearah putting
hingga payudara teraba lebih lemas dan ASI dapat keluar melalui putting.
b) Susukan bayi tanpa jadwal sampai payudar kosong
c) Urutlah payudara mulai dari tengah, lalu kedua telapak tangan kesamping,
kebawah dengan sedikit tekanan keatas dan lepaskan dengan tiba-tiba.
d) Keluarkan ASI sedikit dengan tangan agar payuara menjadi lunak dan
putting susu menonjol keluar
e) Susukan bayi lebih sering, demikian juga pada malam hari,meskipun bayi
harus dibangunkan.
4) Saluran Susu tersumbat
Keadaan ini timbul akibat tekanan jari pada waktu menyusui,pemakaian
penyokong payudar yang terlalu ketat atau adanya komplikasi payudara

bengkak yang tidak segera diatasi. Payudar dapat dikompres dengan air hangat
sebelum menyusui dan kompres dingin setelah menyusui untuk mengurangi
rasa nyeri dan bengkak.
5) Mastitis dan Abses Payudara
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Bagian yang terkena menjadi
merah, bengkak, nyeri dan panas. Suhu tubuh ibu meningkat, kadang-kadang
disertai menggigil. Biasanya kejadian ini terjadi pada masa 1-3 minggu setelah
melahirkan akibat saluran susu tersumbat dan tidak segera diatasi. Cara
mengatasinya: dengan berkonsultasi pada dokter untuk mendapatkan terapi
antibiotik dan obat penghilang rasa sakit
Mastitis yang terlambat diobati dapat berlanjut menjadi abses, ibu tampak
kesakitaan, payudara merah mengkilap dan benjolan yang teraba mengandung
cairan berupa nanah. Untuk mengatasinya ibu harus segera kedokter,
sementara itu ibu berhenti menyususi pada payudara yang mengalami abses
tersebut dan bayi dapat terus menyusui pada payudara yang sehat.
6) Sindrom ASI kurang
Ibu sering mengeluh bahwa ASI-nya kurang atau tidak cukup untuk kebutuhan
bayinya. Keluhan-keluhan yang sering dirasakan oleh ibu yang mengalami
sindrom kurang ASI:
a)

Payudara kecil, padahal ukuran payudara tidak menggambarkan


kemampuan ibu memproduksi ASI. Besar kecilnya payudara ditentukan
oleh jaringat ikat dan jaringan lemak.

b)

Kekentalan ASI tampak berubah,sebenernya kekentalan ASI bisa


berubah-ubah tergantung kebutuhan bayi.

c)

Payudara tampak mengecil, lembek dan ASI tidak menetes lagi .

d)

Bayi sering menangis diduga kekurangan ASI. Sebenarnya, banyak


penyebab bayi menangis.

e)

Bayi lebih sering minta disusukan. Sebenarnya saat menyusui bayi


juga mendapatkan belaian, kehangatan dan kasih sayang, tidak sekedar
minum.

2 Faktor bayi
1) Bayi bingung putting
Keadaan bayi yang mengalami nipple confusion karena diberi susu formula
dalm botol bergantian dengan menyusu pada ibu. Ibu yang menyusui bayinya
dengan botol dan dot beralasan produk ASI-nya berkurang atau ibu sakit.
Berikut tanda-tanda bingung puting :
a) Bayi mengisap puting seperti menghisap botol
b) Waktu menyusu, cara mengisapnya terputus-putus
c) Bayi menolak menyusu pada ibu
Untuk mencegah bingung puting lakukan langkah-langkah :
a) Usahakan agar bayi menyusu pada ibu
b) Lakukan cara menyusui yang benar
c) Lakukan proses menyusui yang sering
2) Bayi sering menangis
Menangis merupakan cara bayi berkomunikasi sehingga jika seorang bayi
menangis pasti ada sebabnya. Mungkin karena lapar, takut, kasepian, bosan,
popok basah, atau sakit. Jika kondisi ini terjadi, segera ambil tindakan yang
tepat. Delapan puluh persen dari penyebab tersebut dapat ditanggulangi

dangan cara menyusui bayi dengan teknik yang benar sampai tangis bayi dapat
dihentikan.
3) Bayi enggan menyusu
Bayi perlu dapat perhatian khusus jika ia enggan menyusu : terutama jika bayi
muntah, diare, mangantuk, kuning dan kejang-kejang. Berikut ini beberapa
penyebab bayi enggan menyusu :
a)

Hidung tertutup lendir / ingus karena pilek sehingga sulit untuk


menghisap, bernafas.

b)

Bayi dengan sariawan sehingga nyeri untuk menghisap.

c)

Terlambat dimulainya menyusu.

d)

Bayi ditinggalkan lama karena ibu sakit atau bekerja.

Berikut beberapa penanggulangan yang dapat dilakukan pada bayi yang


enggan menyusu :
a) Apabila bayi pilek, ibu ajarkan cara membersihkan lubang hidung.
b) Berikan pengobatan jika mulut bayi sariawan.
c) Berikan kesempatan pada ibu untuk merawat bayinya sendiri agar lebih
mengenal sifat atau ciri bayinya.
d) Lakukan teknik menyusui yang benar.
4) Ikterus ada neonatus
Pada ikterus, kulit bewarna kekuningan sampai kuning tergantung pada kadar
bilirubinnya. Ikterus pada neonatus bersifat fisiologi dan patologis. Ikterus
fisiologis tidak berbaya bagi bayi. Biasanya terjadi pada hari ketiga atau
keempat sesudah kelahiran. Keadaan tersebut dapat membaik saat berusia
kira-kira 7-10 hari. Pada keadaan ini, bayi mengalami kekuningan yang

disebabkan pada minggu terakhirmasa kehamilan janin mambentuk eritrosit


akstra banyak untuk memenuhi kebutuhan oksigan. Setelah bayi lahir, bayi
dapat menghirup udara dengan bebas sehingga kebutuhan oksigen dapat
dipenuhi. Sementara eritrosit yang berlebihan rusak.Kekuningan yang terjadi
pada bayi ini dapat disebabkan oleh kerusakan mendadak yang berlebihan dari
eritrosit atau bisa juga karena hepar bayi belum dapat berfungsi normal.
Ikterus patologi terjadi apda 24 jam pertama setelah bayi dilahirkan. Hal ini
dapat terjadi karena suatu infeksi atau terkena intoksikasi obat, misalnya
preparat sulfa yang diberikan pada ibu.
2.2 KONSEP PENGETAHUAN
2.2.1 Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengideraan terjadi melalui panca
indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penerimaan rasa dan raba.
(Notoatmodjo, 2003 : 3).
2.2.2 Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003 128) mengemukakan bahwa pengetahuan yang
dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :
1. Tahu (Know), adalah kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya termasuk diantaranya mengingat kembali terhadap
suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
diterima.

2. Memahami (Comprehention), adalah kemampuan untuk menjelaskan secara


benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar.
3. Aplikasi (Aplication), adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
4. Analisa (Analisys), adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu stuktur
organisasi tersebut.
5. Sintesis (Synthesis), adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi (Evaluation), adalah suatu kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu materi atau obyek.
2.2.3 Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2005 : 10) cara yang digunakan untuk memperoleh
pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :
1. Cara tradisional atau non ilmiah
Cara tradisional atau kuno ini dipakai orang untuk me peroleh kebenaran
m pengetahuan, sebelum diketemukannya metode ilmiah atau metode penemuan
secara sistematik dan logis. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini
antara lain meliputi:
a) Cara coba salah (Trial and Error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan
mungkin sebelum adanya peradapan. Cara coba salah ini dilakukan dengan
menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila

kemungkinan tersebut tidak berhasil maka akan dicoba dengan


kemungkinan yang lain.
b) Cara kekuasaan atau otoritas
Prinsip dari cara ini adalah orang lain menerima pendapat yang
dikemukakan oleh orang yang mempunyai aktifitas tanpa terlebih dulu
menguji atau membuktikan kebenaran, baik berdasarkan fakta empiris
ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang
yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa apa yang
dikemukakannya adalah sudah benar.
c) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau merupakan suatu
cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan
cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan
permasalahan pada masa yang lalu. Namun perlu diperhatikan bahwa tidak
semua pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik
kesimpulan dari pengalaman dengan benar diperlukan berfikir kritis dan
logis.
d) Melalui jalan pikiran
Dalam

memperoleh

kebenaran

pengetahuan,

manusia

telah

menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi ataupun deduksi.


Induksi adalah proses pembuatan kesimpulan melalui pernyataanpernyataan khusus kepada umum. Deduksi adalah proses pembuatan
kesimpulan dari pernyataan-pernyataan yang umum kepada khusus.
2. Cara modern atau cara ilmiah

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada saat ini lebih
sistematik, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih
popular disebut metode penelitian. Dalam memperoleh kesimpulan dilakukan
dengan cara mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan-pencatatan
terhadap semua fakta sehubungan dengan obyek penelitian.
2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2003: 24) ada enam faktor yang mempengaruhi
diperolehnya pengetahuan yaitu :
1. Usia.
Dengan bertambahnya usia maka tingkat pengetahuan akan berkembang
sesuai dengan pengetahuan yang pernah didapat, juga dari pengalaman sendiri.
2. Pendidikan.
Tingkat pendidikan seseorang sangat besar pengaruhnya terhadap
pengetahuan. Seseorang yang berpendidikan tinggi, pengetahuan akan berbeda
dengan orang yang hanya berpendidikan rendah.
3. Intelegensia.
Pengetahuan yang dipengaruhi intelegensia adalah dimana seseorang
dapat bertindak cepat, tepat dan mudah dalam mengambil keputusan.
4. Pekerjaan.
Seseorang yang bekerja pengetahuannya akan lebih luas dari pada
seseorang yang tidak bekerja karena dengan bekerja seseorang akan banyak
mempunyai informasi dan pengalaman.
5. Pengalaman.

Pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran


pengetahuan. Seseorang dengan pengalaman yang lebih banyak maka
pengetahuannya akan lebih luas pula.
6. Penyuluhan.
Meningkatkan pengetahuan juga dapat melalui metode penyuluhan.
Dengan pengetahuan yang bertambah seseorang akan dapat mengubah
perilakunya.
7. Media massa
Dengan masuknya teknologi akan tersedia pula bermacam-macam media
massa yang dapat pula mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang inovasi
baru.
8. Sosial Budaya
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa penalaran
apakah yang dilakukan tersebut baik atau buruk. Dengan demikian seseorang
akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukannya. Selain itu
seperti yang dikemukakan oleh Ahmadi (1997) bahwa kebudayaan berpindah
dari setiap generasi manusia.
2.2.5 Cara Mengukur Tingkat Pengetahuan
Menurut Arikunto (1998 : 54 ) bahwa pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi
yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Ke dalam
pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan
dengan tingkat-tingkat tersebut diatas sedangkan kualitas pengetahuan
pada masing-masing tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan skoring
yaitu :
1. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76 100%.
2. Tingkat pengetahuan cukup baik bila skor atau nilai 56 75%.
3. Tingkat pengetahuan kurang baik bila skor atau nilai 40 55%.
4. Tingkat pengetahuan tidak baik bila skor atau nilai < 40%.

2.3 KONSEP SIKAP


2.3.1 Pengertian
Sikap adalah merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau obyek. (Notoatmodjo, 2003 : 130)
Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan, yang diatur melalui
pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon
individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya. (Widayatun,
1999 : 218)
Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai dengan kecenderungan untuk
bertindak sesuai dengan sikap yang obyek tadi. (Purwanto, 1999 : 62)
2.3.2 Tingkatan Sikap
Menurut Notoatmodjo (2003 : 132) sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan,
yakni :
1. Menerima (receiving)
Menerima, diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (obyek).
2. Merespons (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu dari sikap.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang
lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. terdapat keadaan-keadaan
dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.
2.3.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sikap.
Menurut Syaifudin Azwar (2003 : 112) sikap seseorang dipengaruhi oleh :
a. Pengalaman pribadi
Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan
mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan
menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai
tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang
berkaitan dengan obyek psikologis. Apakah penghayatan itu kemudian akan
membentuk sikap yang positif ataukah sikap negatif, akan bergantung pada
berbagai faktor lain. Sehubungan dengan hal ini, Middlebook (1974 dalam
Azwar, 2003) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali
dengan suatu obyek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif
terhadap obyek tersebut.
b. Pengaruh orang yang dianggap penting
Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial
yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang dianggap penting,
seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan
pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan, atau seseorang yang
berarti khusus bagi kita (significant others), akan banyak mempengaruhi
pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Orang yang biasanya dianggap
penting oleh individu, diantaranya adalah orang tua, orang yang status

sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri atau
suami, dan lain-lain.
c. Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh
besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita hidup dalam budaya yang
mempunyai norma longgar dalam kehidupan heterososial, sangat mungkin
kita akan mempunyai sikap yang mendukung terhadap masalah kebebasan
pergaulan heteroseksual. Apabila kita hidup dalam budaya sosial yang sangat
mengutamakan kehidupan berkelompok, maka akan sangat mungkin kita
mempunyai sikap yang negatif terhadap kehidupan individualisme yang
mengutamakan kepentingan perorangan. Menurut Burrhus Frederic Skinner,
kepribadian tidak lain merupakan pola prilaku yang konsisten yang
menggambarkan sejarah reinforcement (penguatan, ganjaran) yang kita alami
(Hergenhahn, 1982; yang dikutip Azwar, 2003). Artinya kita memiliki sikap
dan perilaku tertentu dikarenakan kita mendapat reinforcement (penguatan,
ganjaran) dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut, bahkan untuk
sikap dan perilaku yang lain. Tanpa kita sadari, kebudayaan telah
menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.
Kebudayaan

telah

mewarnai

sikap

anggota

masyarakatnya,

karena

kebudayaan pulalah yang memberi corak pengalaman individu-individu yang


menjadi anggota kelompoknya. Hanya kepribadian individu yang telah mapan
dan kuatlah

yang

dapat

pembentukan sikap individu.


d. Media massa

memudarkan

dominasi

kebudayaan

dalam

Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa


membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini
seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan
kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan
sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan
memberi dasar efektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah
sikap tertentu.
e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Lembaga-lembaga ini sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam
pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan
konsep moral dalam diri individu, pemahaman akan baik dan buruk, garis
pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan diperoleh dari
pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. Dikarenakan
konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan sistem kepercayaan maka
tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut
berperan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal.
f. Pengaruh Faktor emosional
Tidak sama bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan
pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan
pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam
penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap
demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu
frustasi telah hilang, akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang telah
persisten dan tahan lama.

Menurut Purwanto (1999 : 66) faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya


sikap adalah pertama faktor intern yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri
orang yang bersangkutan sendiri, seperti selektivitas. Kedua adalah faktor ekstern
yang merupakan faktor dari luar manusia yaitu :
1. Sifat obyek yang dijadikan sasaran sikap
2. Kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap
3. Sifat orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut
4. Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap
5. Situasi pada saat sikap dibentuk.
2.3.4 Pembentukan Sikap
Menurut Purwanto (1999 : 65) sikap dapat dibentuk atau berubah melalui 4
macam cara :
1. Adopsi
Kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang dan terus
menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri individu dan
mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.
2. Deferensi
Dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan
dengan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis,
sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. Terdapat obyek tersebut
dapat dibentuk sikap tersendiri pula.
3. Integrasi
Pembentukan sikap di sini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai
pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tertentu.

4. Trauma
Adalah pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan, yang meninggalkan kesan
mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman yang
traumatis dapat juga menyebabkan terbentuknya sikap.

2.3.5 Pengukuran Sikap


Menurut Azwar (1995 :140) pengukuran sikap model likert:
Sikap likert dikenal dengan Summated rating methode. Dalam menciptakan
alat

ukur

linert

juga

menggunakan

pernyataan-pernyataan

dengan

menggunakan 5 alternatif jawaban atau tanggapan atas pernyataan-pernyataan


tersebut. Subyek yang diteliti disuruh memilih salah satu dari 5 alternatif
jawaban yang dikemukakan oleh linkert :
1.

Sangat setuju (strangly approve)

2.

Setuju (approve)

3.

Tidak mempunyai standart (undecide)

4.

Tidak setuju (disapprove)

5.

Sangat tidak setuju (strangly disapprove)

Nilai untuk masing-masing pernyataan dan seseorang sangat setuju terhadap


pernyataan tersebut maka orang yang bersangkutan memperoleh skore 5.
Sebaliknya bila sesuatu pernyataan bersifat negatif dan orang yang bersangkutan
sangat tidak setuju maka orang tersebut akan memperoleh skore 1. Jumlah nilai
yang dicapai oleh seseorang merupakan indikasi bahwa seseorang tersebut
sikapnya makin positif terhadap objek sikap demikian sebaliknya. Prosedur
perskalaan (scaling) yaitu penentuan pemberian angka atau skore yang harus

diberikan pada setiap kategori respon perskala terhadap pernyataan favorable dan
pernyataan unfavorable:

Pernyataan favorable

Pernyataan unfavorable

STS

:1

STS

:5

TS

:2

TS

:4

RR

:3

RR

:3

:4

:2

SS

:5

SS

:1

Skore individu pada skala sikap yang merupakan skore sikapnya adalah
jumlah skore dari keseluruhan pernyataan yang ada dalam skala Kemudian
rata rata (mean) kelompok dan deviasi standart kelompok untuk menguji
positif atau negatif salah satu standart yang bisa digunakan untuk
menginterpretasi skala model likert adalah skore T yaitu:
X X

T 50 10

Keterangan :
X : skore responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skore T
X

: mean skore kelompok

S : standart deviasi kelompok


Kesimpulan :

Apabila skor T lebih besar dari mean kelompok = mempunyai sikap


positif dimana subyek mempunyai sikap yang relatif favorabel dari
sebagian besar responden dalam kelompoknya.
Apabila skor T kurang dari mean kelompok = mempunyai sikap negatif
dimana subyek mempunyai sikap yang relatif unfavorabel dari sebagian
besar responden dalam kelompoknya
2.4 Hubungan Pengetahuan dan Sikap
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi
proses yang berurutan, yakni :
1. Awareness (kesadaran) yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.
2 Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus (objek) tersebut.
3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya.
4. Trial yakni subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh stimulus.
5. Adoption yakni subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa
perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap diatas. Apabila penerimaan
perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh

pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan
bersifat langgeng (long lasting). Sebaiknya apabila perilaku itu didasari oleh
pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo,
2003 : 128).

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Pengetahuan Ibu tentang


cara menyusui dengan
Kategori
1. Baik
2. Cukup Baik
3. Kurang Baik
4. Tidak Baik

Sikap Ibu dalam


menyusui :
1. Positif bila
T> mean T
2. Negatif bila
T< mean T

3.1 Kerangka Konsep Penelitian


Dalam penelitian ini yang diteliti adalah ibu yang menyusui dilihat dari
tingkat pengetahuan tentang cara menyusui yang benar dengan kriteria
baik, cukup baik, kurang baik maupun tidak baik, sikap ibu dalam
menyusui bayinya dapat diketahui sikap positif dan negatif. Kemudian
diteliti adanya hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu tentang
cara menyusui yang benar.
3.2 Desain Penelitian
Desain penelitian ini merupakan desain analisis korelasi dengan
menggunakan pendekatan cross sectional survey yaitu dimana data yang
menyangkut variabel bebas dan variabel terikat akan dikumpulkan dalam waktu
yang bersamaan (Notoatmodjo, 2005 : 26). Pada penelitian ini menganalisa antara
hubungan pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar.
3.3 Hipotesa
Ada Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar.

3.4 Populasi, Sampel dan Sampling


3.4.1

Populasi

Populasi menurut Notoatmodjo (2005 : 79) adalah keseluruhan objek


penelitian atau objek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh ibu menyusui bayi usia 0-6 bulan yang berkunjung di Bidan
Praktek Swasta Ny Anik Basuki Desa Ampeldento Kecamatan Pakis
berjumlah 45 orang pada bulan September 2006.
3.4.2 Sampel
Sampel menurut Notoatmodjo (2005 : 80) adalah sebagian yang
diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili
seluruh populasi. Pada penelitian ini sampelnya adalah total populasi yaitu
seluruh ibu menyusui yang mempunyai bayi 0-6 bulan yang datang di
Bidan Praktek Swasta Anik Basuki Desa Ampeldento Kecamatan Pakis
selama penelitian pada bulan September 2006 berjumlah 45 orang.
s3.4.2 Sampling
Sampling menurut Arikunto (2001 : 104) adalah suatu proses dalam
menyeleksi populasi untuk dapat mewakili populasi. Pada penelitian ini
menggunakan Accidental sampling.

3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi


3.5.1

Kriteria Inklusi
1.Ibu menyusui yang mempunyai bayi 0 6 bulan.
2. Ibu yang bisa membaca dan menulis.
3. Ibu menyusui yang bersedia menjadi responden.

3.5.2

Kriteria Eksklusi
1. Ibu Menyusui yang sedang sakit
2. Ibu yang tidak bersedia menjadi responden
3. Ibu yang tidak bisa membaca dan menulis.

3.6 Variabel Penelitian


Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep
pengertian dan berdasarkan hubungan fungsional antara variable independent dan
variable dependent (Notoadmodjo, 2005 : 70 ).

3.6.1

Variabel independent dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan


tentang cara menyusui yang benar pada bayi (0-6 bulan).

3.6.2

Variabel dependent dalam penelitian ini adalah sikap ibu tentang cara
menyusui yang benar pada bayi (0-6 bulan).

3.7 Definisi Operasional


Definisi Operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati
dari sesuatu yang didefinisikan tersebut, artinya memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
fenomena yang kemudian dapat diulangi oleh orang lain ( Nursalam, 2003 : 106 )
3.8 Tabel Definisi Operasional
NO

VARIABEL
Pengetahuan

DEFINISI
OPERASIONAL
Kemampuan ibu dalam
menjawab
butir-butir
pertanyaan
dalam
kuisioner yang meliputi :
pengertian,
waktu
pemberian ASI, jenis ASI,
warna
kolostrum,
manfaat, keuntungan,cara
menyusui, posisi dalam
menyusui.

ALAT UKUR

SKALA

KRITERIA

Kuesioner dalam
bentuk multiple
choice

Ordinal

baik (76%-100%)
cukup (56-75%)
kurang (40-55%)
tidak baik (40%).

KRITERIA

NO

VARIABEL

DEFINISI
OPERASIONAL

ALAT UKUR

SKALA

2.

Sikap

Respon ibu tentang cara


menyusui yang benar
yang diungkapkan dengan
persetujuan
dalam
pernyataan-pernyataan
yang ada di kuesioner.

Kuesioner dalam
bentuk
skala
sikap

Nominal

3.9 Tempat dan Waktu Penelitian

- Favorable atau
relative positif. bila
T > mean T
- Unfavorable atau
relative
negative
bila T < mean T.

Penelitian dilakukan di Bidan Praktek Swasta Ny. Anik Basuki Desa Ampeldento
Kecamatan Pakis.Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 13-20 September 2006.
3.10

Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan

data primer dan data sekunder yaitu :


3.9.1

Data Primer
Peneliti memberikan surat izin pengambilan data dari kampus kepada

bidan Anik Basuki, setelah mendapat persetujuan dari bidan Anik Basuki
dilakukan pengambilan data pada tiap sampel dengan teknik sampling yang telah
ditentukan Data primer diperoleh secara langsung dengan memberikan kuisioner
pada responden ibu menyusui, selama pengambilan data peneliti mendampingi ibu
untuk mengisi kuisioner yang telah diberikan. Peneliti mengambil data 5 kali
untuk mencapai sampel, setiap kali mengambil data peniliti memperoleh 9
responden. Kemudian peneliti mengecek kembali kelengkapan kuesioner yang
telah terkumpul, dan melakukan pengolahan data.
3.9.2

Data Sekunder
Data diperoleh dari register di Bidan Praktek Swasta Ny, Anik Basuki

yaitu data ibu menyusui pada periode 13 20 oktober 2006.


3.11 Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini
berbentuk kuesioner. Karena kuesioner ini dibuat sendiri oleh peneliti, maka
sebelum digunakan untuk pengambilan data dilakukan uji validitas dan reliabilitas
instrument.
3.12 Teknik Pengolahan Data atau Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, maka dilakukan pengelolahan data yaitu


dengan cara
3.11.1 Editing : Memeriksa kembali data yang telah terkumpul melalui kuesioner
dan memastikan semua jawaban responden terisi sesuai pertanyaan. Jika
terdapat kuisioner yang belum dapat terisi atau tidak sesuai dengan
petunjuk atau antara pernyataan jawaban tidak sesuai maka responden
dipersilahkan untuk mengisi kembali kuesioner yang masih kosong.
3.11.2 Koding : Setelah semua data

pada kuisioner pengetahuan terkumpul,

peneliti memberi tanda pada jawaban benar diberi nilai 1 dan jika jawaban
salah diberi nilai 0.
Sedangkan pada kuisioner sikap, peneliti memberi nilai sebagai berikut:
Pernyataan favorable

Pernyataan unfavorable

STS

:1

STS

:5

TS

:2

TS

:4

RR

:3

RR

:4

:2

SS

:5

SS

:1

3.11.3 Transfering

:3

: Memindahkan data yang sudah diisi oleh responden

kedalam master sheet dalam tabel yang telah ditentukan.


3.11.4 Tabulating

: Memasukkan data dalam tabel distribusi frekuensi yang

disajikan dalam persentase,kemudian menghitung pengetahuan dengan


menggunakan rumus :
P=
Keterangan :

n
100%
N

: prosentase hasil

: skor yang didapat

: jumlah skor yang maksimal

Untuk mengukur sikap digunakan perhitungan tingkat sikap dengan rumus


dibawah ini :
X X

T 50 10

Keterangan :
X : skore responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skore T
X

: mean skore kelompok

S : standart deviasi kelompok


Kesimpulan :
Apabila skor T lebih besar dari mean kelompok = mempunyai sikap
positif dimana subyek mempunyai sikap yang relatif favorabel dari
sebagian besar responden dalam kelompoknya.
Apabila skor T kurang dari mean kelompok = mempunyai sikap negatif
dimana subyek mempunyai sikap yang relatif unfavorabel dari sebagian
besar responden dalam kelompoknya
3.11.5 Analisa Data
Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan dan diproses dengan
menggunakan tabel tertentu menurut sifat dan kategorinya. Analisis secara
diskriptif dilakukan dengan melihat persentase dan tabulasi silang antara variabel
yang berhubungan. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan sikap
remaja tentang aborsi menggunakan rumus Chi-Square. Diolah dengan program
SPSS for Windows versi 10.

3.12 Etika Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2006. Peneliti datang
ketempat pengambilan data dan mengambil responden sebanyak 45 orang.
Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan ijin kepada
pihak Bidan Anik Basuki melalui surat permohonan dari institusi untuk
mendapatkan persetujuan. Setelah syarat-syarat administratif tersebut telah
terpenuhi, peneliti baru melaksanakn penelitian. Peneliti akan menjaga
kerahasiaan responden dan tidak akan membukanya kepada orang lain. Dalam
pengambilan data ini, data diambil secara nyata dan tidak mengada-ada dan ditulis
secara jujur sesuai dengan data yang terdapat di Bidan Anik Basuki Desa
Ampeldento Kecamatan Pakis.

BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan
tentang hubungan pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang
benar di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang yang
dilaksanakan pada 13- 20 September 2006 pada 45 responden. Hasil penelitian ini
akan dibagi dalam 2 bagian, yaitu 1) data umum dan 2) data khusus.
Data umum akan menampilkan karakteristik responden yang meliputi
umur, pendidikan, dan pekerjaan. Data khusus meliputi hasil penelitian yang
dimasukka dalam distribusi frekuensi dan interpretasi data antara variabel
independen dengan dependen untuk mengetahui hubungan antara variabel.
4.1

Hasil Penelitian

4.1.1

Data Umum

a) Umur Responden
Data mengenai usia responden dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Umur Responden di Desa Ampeldento


Kecamatan Pakis Kabupaten Malang Tahun 2006

No
1
20 28
2
29 37
3
38 46

Usia

Total

Interpretasi Data :

19
14
12

Frekuensi

Prosentase
42,2
31,1
26,7

45

100

Sebagian besar ibu menyusui yang menjadi responden berusia antara 20


28 tahun, yaitu sebanyak 19 responden (42,2%)
b) Pendidikan
Data mengenai pendidikan responden dapat dilihat pada tabel 4.1.2 sebagai
berikut :
Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden di Desa


Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang Tahun
2006
No
Pendidikan
Frekuensi
Prosentase
1 SD
19
42,2
2 SMP
15
33,3
3 SMA
11
24,4
Total

45

100

Interpretasi Data :
Sebagian besar ibu menyusui yang menjadi responden mempunyai latar
belakang pendidikan SD yaitu 19 orang (42,2%).
c) Pekerjaan
Data mengenai pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel 4.1.3 sebagai
berikut :
Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden di Desa


Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang Tahun
2006
No
Lama Menjadi Kader
Frekuensi
Prosentase
1 Ibu Rumah Tangga
17
37,8
2 Tani
14
31,1
3. Wiraswasta
8
17,8
4 Buruh
6
13,3

Total

Interpretasi Data :

45

100

Sebagian besar ibu menyusui yang menjadi responden mempunyai


pekerjaan Ibu Rumah Tangga yaitu 17 orang ( 37,8 % ).
4.1.2 Data Khusus
a) Pengetahuan Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar di Desa Ampeldento
Kecamatan Pakis Kabupaten Malang
Data hasil penelitian memuat data yang mengandung variabel-variabel
penelitian yang meliputi data pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang
benar.
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu tentang Cara Menyusui
yang Benar Di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten
Malang Tahun 2006
No
Kategori
Frekuensi
Prosentase
1
2
3
4

Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Tidak Baik

15
17
13
0

33,3
37,8
28,9
0

Total

45

100

Interpretasi Data
Sebagian besar menunjukkan responden memiliki pengetahuan cukup
baik sebanyak 17 responden (37,8%). Dari hasil penelitian tidak ada
responden yang memiliki pengetahuan tidak baik tentang cara menyusui
yang benar.

b) Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar di Desa Ampeldento


Kecamatan Pakis Kabupaten Malang

Data mengenai sikap ibu tentang cara menyusui yang benar di Desa
Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang dapat dilihat pada tabel 4.5
sebagai berikut :
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang
Benar di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten
Malang Tahun 2006
No
Kategori
Frekuensi
Prosentase
1
Positif
25
55,6
2
Negatif
20
44,4
Total
45
100
Interpretasi Data
Dari tabel 4.5 diatas tampak bahwa ibu yang memiliki sikap positif
tentang cara menyusui yang benar sebanyak 25 responden (55,6%).

c) Hubungan pengetahuan dengan Sikap Ibu tentang Cara Menyusui Yang


Benar di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang
Data mengenai hubungan pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara
menyusui yang benar di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten
Malang dapat dilihat pada tabel 4.6 :

Tabel 4.6
Hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap ibu tentang Cara
Menyusui Yang Benar di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten
Malang Tahun 2006
Sikap
Total
Positif
Negatif
Pengetahuan
f
%
f
%
f
%

Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Tidak Baik

15
10
0
0

8,3
9,4
0
0

0
7
13
0

6,7
7,6
5,8
0

15
17
13
0

15
17
13
0

Total
25
Interpretasi Data :

25

20

20

45

45

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki


pengetahuan baik dan memiliki sikap positif yaitu 15 responden (8,3%).
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Chi-Square Test Dengan Menggunakan SPSS
Versi 10 For Windows pada Pengetahuan Dengan Sikap Ibu
Tentang Cara Menyusui Yang Benar di Desa Ampeldento
Kecamatan Pakis Kabupaten Malang Tahun 2006
df
Asymp-Sig
(2-sided)
Value
Pearson ChiSquare

28,324a

0,000

Dari tabel 4.7 diatas didapatkan x 2 hitung = 28,324a, x2 tabel = 5,99 value
yang ditemukan 0,000 yang berarti lebih kecil dari = 0,05 maka, H0 ditolak dan
H1 diterima dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar.
4.2. Pembahasan
Pada pembahasan ini akan disajikan hasil penelitian mengenai
pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui serta hubungan antara
pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui.
4.2.1

Pengetahuan ibu tentang cara menyusui

Berdasarkan hasil analisa data, secara umum pengetahuan ibu tentang cara
menyusui yang benar, responden yang masuk dalam kategori pengetahuan baik
sebanyak 33,3 %, cukup baik sebanyak 37,8 %.
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang cara
menyusui di Desa Ampeldento yang paling banyak adalah pengetahuan cukup
baik 37,8%. Dari kenyataan tersebut menunjukan bahwa ibu menyusui mampu
mengingat, menyebutkan, memahami dan menjelaskan materi tentang cara
menyusui yang benar yang meliputi pengertian, waktu pemberian, jenis ASI,
warna kolostrum, manfaat, keuntungan, cara menyusui. Dalam hal ini ibu
menyusui yang berpengetahuan cukup baik lebih mendominasi dikarenakan 37,8
% responden berusia 20 - 28 tahun. Faktor usia inilah yang mempengaruhi
pengetahuan ibu menyusui seperti yang diungkapkan oleh Notoatmodjo (2003 :
24) yaitu dengan bertambahnya usia seseorang, maka pemikirannya akan semakin
berkembang sesuai dengan pengetahuan yang pernah didapat.
Faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan adalah sosial budaya. Seperti
yang dikemukakan oleh Notoadmodjo bahwa kebudayaan berpindah dari setiap
generasi manusia. Artinya pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dapat
diperoleh dari generasi sebelumnya salah satunya orang tua. Dalam hal ini
pendidikan yang dimiliki oleh orang tua sangat berpengaruh terhadap pengetahuan
ibu menyusui karena semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua maka akan
semakin tinggi pula tingkat pengetahuan yang dimiliki orang tua sehingga
pengetahuan yang dapat ditularkan kepada generasi selanjutnya juga semakin
banyak.

Akan tetapi pada kenyataanya masih ada remaja yang memiliki pengetahuan
kurang baik yaitu 28,9%. Hal ini dikarenakan 28,9% sebagian besar 42,2% ibuibu berpendidikan SD dan hanya sebagian kecil saja yang berpendidikan SMA
yaitu 24,4% hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Notoadmodjo
(2003 : 24) yaitu dengan pendidikan yang ditempuh maka tingkat pengetahuan
seseorang akan bertambah, sedangkan orang yang memiliki pendidikan rendah
pengetahuannya tidak sebaik yang memiliki pendidikan yang tinggi.

4.2.2

Sikap ibu tentang cara menyusui


Data mengenai sikap ibu tentang cara menyusui yang benar di Desa

Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang didapatkan bahwa ibu yang


memiliki sikap positif tentang cara menyusui yang benar adalah 55,6% sedangkan
yang mempunyai sikap negatif adalah 44,4%. Sebagian besar ibu-ibu memiliki
sikap yang positif dibuktikan dengan kemampuan menjawab pertanyaan favorable
tentang cara menyusui yang benar dan waktu menyusui yang tepat bagi bayi.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden bertindak atau
menerapkan konsep teori yang didapat pada kondisi yang sebenarnya. Hal ini
sesuai dengan teori menurut Purwanto (1999 : 66) bahwa attitude diartikan
dengan sikap terhadap obyek tertentu yang dapat merupakan sikap pandangan
atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai oleh kecenderungan untuk
bertindak sesuai dengan obyek tadi.
Akan tetapi ibu menyusui yang bersikap negatif juga masih besar yaitu 44,4
%, dikarenakan faktor yang mempengaruhi sikap negatif pada umumnya
dikarenakan adanya perubahan sikap ibu menyusui yang terjadi perlahan-lahan

seiring dengan bertambahnya pengetahuan dan informasi yang didapatkan. Hal ini
sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Azwar (2003 : 112) bahwa faktor
yang mempengaruhi sikap salah satunya pengalaman pribadi apa yang telah dan
sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita
terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya
sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus
mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan obyek psikologis. Sehubungan
dengan hal itu mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali dengan
suatu obyek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap obyek
tersebut. Karena sebagian besar ibu berusia 20 28 tahun sebanyak 42,2%.

4.2.3

Hubungan Antara Pengetahuan dengan Sikap ibu tentang cara


menyusui
Pada hasil analisa data hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu

tentang cara menyusui yang benar dengan menggunakan uji Chi-square


didapatkan nilai signifikan 0,001, dimana angka ini kurang dari batas signifikan
yaitu 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar di Desa
Ampeldento.
Hubungan pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang
benar ini dibuktikan dengan ibu menyusui yang mempunyai kriteria baik dan
cukup baik cenderung lebih mempunyai sikap yang positif dibanding sikap negatif
(tabel 4.6). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu menyusui dengan
kriteria baik dan cukup baik akan mempengaruhi sikap mereka yang cenderung
lebih positif tentang cara menyusui yang benar.

Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003 : 24) bahwa perilaku yang didasari


oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan, oleh karena itu sangat penting untuk memberikan penyuluhan
ataupun konseling sehingga dengan pengetahuan yang cukup ataupun kurang
tersebut. Selain itu sikap juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
pengalaman pribadi, kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga
agama (Azwar, 2003 : 112).
4.3

Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini masih banyak keterbatasan baik yang berasal dari

peneliti sendiri maupun yang dikarenakan oleh hal lain seperti keterbatasan waktu
penelitian. Keterbatasan tersebut diantaranya adalah :
1. Alat ukur
Belum ada alat ukur yang terstandart sehingga penelitian ini masih
menggunakan alat ukur sendiri. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini
adalah kuesioner yang hanya diuji satu kali, karena keterbatasan waktu yang
dimiliki oleh peneliti. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya lebih dari satu kali
pengujian.
2. Jumlah sampel
Penelitian mengambil sampel di BPS Ny. Anik Basuki di Desa Apeldento
sebanyak 45 ibu menyusui. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya sampel yang
diambil diharapkan lebih banyak lagi, karena semakin banyak sampel maka hasil
penelitian akan lebih baik lagi.

BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah

dilakukan

pengumpulan

dan

pengolahan

data

tentang

pengetahuan dan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar di desa Ampeldento
Kecamatan Pakis Kabupaten Malang, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa :
5.1.1

Pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang benar adalah cukup baik

5.1.2

Sikap ibu tentang cara menyusui yang benar adalah positif.

5.1.3

Dari hasil hubungan pengetahuan dengan sikap didapatkan hasil sebagian


besar responden memiliki pengetahuan baik dan memiliki sikap positif,
tidak ada responden yang memiliki pengetahuan tidak baik yang memiliki
sikap positif dan negatif. Berdasarkan analisa data dengan menggunakan
uji korelasi Chi Square pada penelitian hubungan pengetahuan dengan
sikap ibu tentang cara menyusui yang benar didapatkan X 2hitung lebih
besar dari X2tabel yang berarti bahwa H0 ditolak dan dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan sikap tentang cara
menyusui yang benar.

5.2 Saran
5.2.1

Bagi Tenaga Kesehatan


Hendaknya dapat memberikan informasi yang berkelanjutan kepada ibu

ibu menyusui tentang cara menyusui yang benar. Informasi dapat diberikan
melalui penyampaian materi pada saat ada pertemuan PKK ataupun kesempatan
lain yang memungkinkan.

5.2.2

Bagi Peneliti yang lain


Peneliti lain yang tertarik dengan pokok bahasan ini diberikan kesempatan

untuk lebih mengembangkan hasil penelitian ini yaitu hubungan pengetahuan


dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar.
5.2.3

Bagi profesi kebidanan


Dari hasil ini supaya dapat dijadikan masukan untuk seluruh bidan dalam

memberikan asuhan kebidanan pada ibu menyusui tentang cara menyusui yang
benar dalam hal meningkatkan mutu kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Cetakan ke 12. Edisi Revisi V. Jakarta, Rineka Cipta.
Azwar, Saifuddin. (1998). Perilaku Manusia Untuk Keperawatn. Jakarta, EGC.
Depkes RI. (1998). Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu Dan
Anak. Jakarta, Direktorat Bina kesehatan Kesehatan.
Huliana, Mellyana. (2003). Perawatan Ibu Pasca Melahirkan . Jakarta , Puspa
Swara.
Ladewig, Patricia. (2006). Asuhan Keperawatan Ibu Dan Bayi Baru Lahir. Jakarta
, EGC.
Lee, Kerrie. (2006). Segala Suatu Tentang Payudara. Jakarta, Arcan.
Purwanto, Heri. (1999). Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan.
Jakarta, EGC.
Notoadmodjo, S. (2003). Metodologi penelitian Kesehatan. Jakarta, Rineka Cipta.
Notoadmojo, S. (2003). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta, Rineka
Cipta.
Nursalam. (2001). Pendekatan Praktis
Sagung Seto.

Metodologi Penelitian. Jakarta, CV

Soetiningsih . (1997). ASI Petunjuk Untuk Tenaga Keshatan. Jakarta, EGC.


Verralls, Sylvia. (2003). Anatomi Dan Fisiologi Terapan Dalam Kebidanan Edisi
3. Jakarta, EGC.
Widayatun, Tri Rusmi.. (1999). Ilmu Perilaku. Jakarta, CV Sagung Seto.
WWW. By Pusat Data Dan Informasi @ Departemen kesehatan 2005. Com

Lampiran 2

Surat Ijin Penelitian

Malang Oktober 2006

Dengan Hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini saya selaku Bidan Anik Basuki menyatakan
bahwa mahasiswa Akbid Widyagama Husada Malang :
Nama

: Anik Sri Mulyani

Nim

: 0302.05

Judul

: Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Tentang


Cara Menyusui Yang Benar

Diizinkan untuk mengambil data pada bulan September 2006 BPS Ny


Anik Basuki Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang.
Demikian surat keterangan kami buat dengan sebenar-benarnya.

Bidan Pimpinan
BPS Ny. Anik Basuki

Lampiran 4

Lembar Persetujuan Menjadi Responden


( Informed Consent )

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama

Umur

Alamat

Setelah mendapat informasi tetang tujuan dan manfaat penelitian ini, maka
saya bersedia/ tidak bersedia *).
Untuk berperan serta sebagai responden.
Apabila sesuatu hal yang merugikan diri saya akibat penelitian ini, maka
saya akan bertanggung jawab atas pilihan saya sendiri dan tidak akan
menuntut dikemudian hari.

Malang,
Yang bersangkutan

(Responden)

Ket :
*) Coret yang tidak perlu

Lampiran 3
SURAT PERMOHONAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama

: Anik Sri Mulyani

Nim

: 0302.05

Mahasiswa Akademi Kebidanan Widya Gama Husada Malang


Bermaksud akan melakukan penelitian dengan judul Hubungan Antara
Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar
Sehubungan dengan hal tersebut, saya memohon kesediaan ibu-ibu untuk
menjadi responden dengan mengisi kuisioner yang akan kami berikan cara
memilih salah satu pertanyaan yang benar dan jawaban dari ibu-ibu akan kami
jaga kerahasiaanya.
Atas kesediaan dan bantuannya saya ucapkan terima kasih.
Demikian permohonan ini kami buat, atas parhatiannya dan kesediaanya
kami sampaikan terima kasih.

Hormat Saya

(Anik Sri Mulyani )

Lampiran 5
KISI-KISI
KUISIONER PENELITIAN

NO
1

VARIABEL
KONSEP/KATEGORI
Tingkat
1. Pengertian

NO. ITEM

Pengetahuan

1, 2

2. Waktu Pemberian
3. Jenis ASI

3, 6, 7, 11

4. Warna Kolostrum

5. Manfaat

6. Keuntungan

8, 10

7. Cara menyusui

8.

Posisi

menyusui

dalam

13, 16
14

9. Cara mengatasi

18

permasalahan
2.

Sikap

Lampiran 7

Favorable

1, 2, 4, 7, 8, 9

Unfavorable

3, 5, 6, 10

KUNCI JAWABAN KUISIONER


TINGKAT PENGETAHUAN
Kuisioner B

No Soal Kunci Jawaban


1
A
2

10

11

12

13

14

15

Lampiran 6
Kuisioner Penelitian

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan


Dengan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar
A. DATA UMUM
B. Kode Responden

1. Nama Ibu

2. Umur

3. Alamat

Tahun

4. Pendidikan Ibu
Tidak Sekolah

Tamat SMP

Tidak tamat SD

Tamat SMA

Tamat SD

Perguruan Tinggi

5. Pekerjaan Ibu
IRT

PNS

Petani/Buruh

Lain-lain

Wiraswasta

Pilihlah jawaban yang benar dari pertanyaan dibawah ini :

I. PENGETAHUAN

1. Kepanjangan dari ASI adalah


a. Air Susu Ibu
b. Air yang keluar dari payudara
c. Tidak tahu
2. Apa yang dimaksud dengan ASI
a. Makanan paling baik bagi bayi
b. ASI untuk pertumbuhan bayi
c. ASI meningkatkan kecerdasan
3. ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan pada bayi usia
a. 0-6 bulan
b. 4 bulan saja
c. > 6 bulan
4. ASI yang pertama kali keluar disebut
a. Kolostrum
b. ASI basi
c. Kotoran
5. Warna dari kolostrum adalah
a. Putih
b. Kuning-kekuningan
c. Merah
6. ASI diberikan pada waktu
a. Segera setelah lahir
b. 2 jam setelah bayi lahir
c. 3 jam setelah bayi lahir

7. ASI diberikan setiap


a. 2 jam sekali
b. 3 jam sekali
c. 4 jam sekali
8. Apa manfaat pemberian ASI Eksklusif terhadap bayi
a. ASI sebagai nutrisi dan meningkatkan kecerdasan
b. Makanan Tambahan
c. Menghindari bayi dari kegemukan
9. Kelebihan ASI dibanding susu lain
a. Suhunya cocok untuk bayi
b. Mengandung gizi yang tinggi
c. Menambah berat badan bayi
10. Apakah Manfaat dari kolostrum
a. Untuk kekebalan pada bayi
b. Menjaga keseimbangan tubuh bayi
c. Menambah berat badan bayi

11. Bila bayi tertidur, pada jadwal pemberian ASI maka ibu
a. Membangunkan bayi
b. Membiarkan
c. Bayi disusui jika bangun
12. Cara menyusui bayi yaitu dengan

a. Memberikan ASI secara bergantian payudara kanan dan


kiri
b. Kanan saja
c. Kiri saja
13. Posisi menyusui yang benar adalah
a. Dengan setengah duduk bayi dipangku
b. Tidur
c. Berdiri
14. Untuk mencegah lecet dan nyeri sebaiknya tindakan kita:
a. Oles putting susu dengan ASI setiap kali hendak dan
sesudah menyusui
b. Menggunakan BH yang terlalu ketat
c. Putting dibersihkan dengan sabun
15. Berapa lama ASI disusukan :
a. 10 15 menit
b. 5 10 menit
c. 10 15 menit atau sesuai kebutuhan pada payudara

Kuisioner C
Petunjuk Menjawab
1. Baca pertanyaan dengan benar dan teliti
2. Berilah tanda ( ) pada kolom disebelah kanan pertanyaan yang sesuai
dengan pendapat anda

SS

: Sangat Setuju

: Setuju

RR

: Ragu Ragu

TS

: Tidak Setuju

STS

: Sangat Tidak Setuju

Pernyataan
1. Menyusui dilakukan setiap 2
jam sekali.
2. Segera setelah lahi, bayi
langsung disusui.
3. Cara menyusui yang benar
adalah dengan posisi tidur.
4. Menyusui bayi dengan cara
bergantian payudara kanan
dan kiri.
5. Setelah menyusui bayi terus
menangis, ibu memberikan
makanan tambahan.
6. Jika putting susu sakit pada

SS

RR

TS

STS

saat menyusui maka ibu


tidak akan menyusui bayinya
lagi.
7. Jika

bayi

diare

maka

pemberian ASI diteruskan.


8. Ibu

selalu

membersihkan

payudara jika akan disusui


dan setelah menyusui
9. ASI

merupakan

makanan

terbaik bagi bayi.


10. Cara

membersihkan

payudara yaitu dengan sabun


setiap kali mandi.

Você também pode gostar