Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Percobaan II
PENGARUH INDUKTOR DAN INHIBITOR TERHADAP EFEK
FARMAKOLOGI
Disusun oleh:
Kelompok I-3
Firdha Mustika
Fitri Viana
Hanik Linawati
Jang Chyntia Yena.S
Kartini Hattu
1041311
1041311
1041311
1041311080
1041311
PROGRAM S1
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
YAYASAN PHARMASI
SEMARANG
A. Tujuan
Mempelajari pengaruh beberapa senyawa kimia terhadap enzim pemetabolisme
obat dengan mengukur efek farmakologinya.
B. Dasar Teori
Metabolisme obat sering juga disebut biotransformasi, metabolisme obat terutama
terjadi dihati, yakni di mambran endoplasmic reticulum (mikrosom) dan dicytosol.
Tempat metabolisme yang lain (ekstrahepatik) adalah : dinding usus, ginjal, paru , darah,
otak dan kulit, juga di lumen kolon (oleh flora usus).
Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang nonpolar (larut lemak)
menjadi polar (larut air) agar dapat diekskresi melalui ginjal atau empedu. Dengan
perubahan ini obat aktif umumnya diubah menjadi inaktif, tapi sebagian berubah menjadi
lebih aktif, kurang aktif, atau menjadi toksik. (Syarif, Amir,dkk.1995. Farmakologi dan
Terapi edisi V, hal 8)
Faktor faktor yang mempengaruhi metabolisme obat antara lain :
Faktor genetik atau keturunan
perbedaan individu pada proses metabolisme sejumlah obat kadang - kadang
terjadi dalam system kehidupan. Hal ini menunjukkan bahwa faktor genetic atau
perbedaan kuantitatif.
Perbedaan jenis kelamin
Pada beberapa spesies binatang menunjukkan ada pengaruh jenis kelamin
terhadap kecepatan metabolisme obat. Studi efek hormon androgen, seperti
testosteron pada sistem mikrosom hati menunjukkan bahwa rangsangan enzim
oksidasi pada tikus jantan ternyata berhubungan dengan aktivitas anabolik dan
lebih singkat.
Faktor faktor lain
Faktor faktor lain yang dapat mempengaruhi metabolisme obat adalah diet
makanan, keadaan kekurangan gizi, keseimbangan hormon, kehamilan,
pengikatan bat oleh protein plasma, distribusi obat dalam jaringan dan keadaan
patologis hati, missal kanker hati. (Siswandono dan Soekadjo, Bambang, 2008)
Interaksi dalam metabolisme obat berupa induksi atau inhibisi enzim
Reaksi Oksidasi
b.
Reaksi reduksi
c.
Reaksi hidrolisis
Reaksi konjugasi
Konjugasi sulfat
b.
Reaksi asetilasi
c.
Reaksi metilasi
(Siswandono, dan Soekadjo, Bambang, 2008)
D. Skema Kerja
Di bagi tiap kelas menjadi 5 kelompok, masing-masing mendapat 5
ekor
Kelp.I(kontrol): hewan uji di beri Phenobarbital 80 mg/kgBB dosis
tunggal secara intraperitonial
Kelp.II dan IV: seperti kelompok I, dengan perlakuan Phenobarbital
80 mg/kgBB, i.p., selama tiga hari, tiap 24 jam
Kelp.III dan V: seperti kelompok I, yang di berikan bersama-sama
dengan simetidin, i.p, 80 mg kg/BB 1 jam sebelumnya
Diamati lama waktu sampai terjadi hypnosis serta lama waktu tidur
karena Phenobarbital dengan parameter righting reflex
E. Data Pengamatan
Data Penimbangan Mencit (kelompok III IntraPeritoneal)
1. Berat mencit (no 22) + wadah
Wadah
= 62
= 76,7 g
g14,7 g
= 84,2 g
= 62
22,2 g
= 83,7 g
Wadah
= 62
= 21,7 g
Berat
mg Pemberian
Volume Pemberian
Badan
1.
14,7 g
14,7
2.
22,2 g
22,3
= 1,95 mg
3.
21,7 g
22,0
= 0,195 ml ~ 0,19 ml
/1000 x 87,57
BB
= 1,93 mg
= 62
g25,5 g
= 62
22,6 g
= 62
= 20,4 g
No.
Berat
mg Pemberian
Volume Pemberian
Badan
1.
25,5 g
25,5
2.
20,2 g
20,2
3.
20,5 g
20,5
BB
/1000 x 87,57
= 1,79 mg
= 62
g24,3 g
= 62
20,0 g
Berat
mg Pemberian
Volume Pemberian
Badan
1.
24,3 g
24,3
2.
22,0 g
22,0
F. Perhitungan
ANAVA 1 JALAN
DATA ONSET
Kontrol
Induksi
Induksi
Inhibitor
Inhibitor
kelompok I
44
kelompok II
39
kelompok IV
17
Kelompok III
33
Kelompok V
24
21
37
16
25
20
20
23
14
36
25
20
32
16
14
16
26
x = 131
x2 =3853
=26,2
n=5
XT =569
28
x=159
x2=5227
=31,8
n=5
17
x=80
x2=1286
=16
n=5
12
x=120
x2=3350
=24
n=5
14
x=79
x2=1653
=15,8
n=5
X 2 T = 15369
N = 25
1.X 2 t = XT - (X T)2
N
= 15369- ( 569 2) /25
= 2418,56
2.X 2b =
= 946,16/ 4 = 236,54
5. Rjkw = .X 2w
N-3
= 1472,4/ 22= 66,93
5,14
*Kesimpulan : F hitung ( 0,16 ) < F tabel (5,14 ) , jadi tidak ada perbedaan onset pada setiap
perlakuan.
DATA DURASI
Kontrol
Induksi
Inhibisi
kelompok I
219
kelompok II
232
kelompok IV
459
322
230
453
98
230
425
x = 639
x2 =161249
=213
n=3
x=692
x2=159629
=230,67
n=3
x=1337
x2=596513
=445,67
n=3
XT =2668
X 2 T =917386
N=9
1.X 2 t = XT - (X T)2
N
=917386 ((26682)/9)
= 126472,22
2.X 2b = (X1)2 +(X2)2 +(X3)2
n
- (XT)2
N
4. Rjkb = X 2b
n-1
5. F hiitung = Rjkb
Rjkw
=124646,89/ 2
= 1825,33
= 62323,44/ 304,22
= 204,86
6. Rjkw = X 2w
N-3
= 1825/ 6
= 304,22
7. F tabel dengan dk :
(daftar I)
2
5,14
*Kesimpulan : F hitung ( 204,86 ) > F tabel ( 5,14 ) , jadi ada perbedaan durasi pada
setiap perlakuan.
1 VS 2
312,229
>F
SIGNIFIKAN
1 VS 3
54135,329
>F
SIGNIFIKAN
2 VS 3
46,225
>F
SIGNIFIKAN
Jadi, Pemberian Kontrol, Induksi, Inhibisi ada perbedaan durasi secara signifikan
G. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan pengaruh induktor dan inhibitor
terhadap efek farmakologi. Adapun tujuan dari percobaan ini untuk mengetahui pengaruh
beberapa senyawa kimia terhadap enzim pemetabolisme obat
dalam metabolisme obat berupa induksi atau inhibisi enzim metabolisme, terutama enzim
CYP 450.
Induksi berarti peningkatan sistem enzim metabolisme pada tingkat transkripsi
sehingga terjadi peningkatan kecepatan metabolisme obat yang menjadi substrat enzim
yang bersangkutan. Inhibisi enzim metabolisme berarti hambatan yang terjadi secara
langsung dengan akibat peningkatan kadar substrat dari enzim yang dihambat juga terjadi
secara langsung.
Hewan uji yang digunakan adalah mencit, digunakan mencit yang mempunyai
sistem metabolisme menyerupai manusia, lebih ekonomis, dan mudah didapatkan.
Obat yang digunakan pada percobaan ini yaitu phenobarbital yang mempunyai
dosis 80mg/kgBB dimana pada praktikum digunakan Phenobarbital Na sehingga
dosisnya menjadi 87,57 mg/kg BB. Phenobarbital memiliki efek hipnotik/sedative
sehingga lebih mudah dilakukan pengamatan untuk masa kerja dari phenobarbital yakni
berdasarkan waktu tidur dari hewan uji.. Pemberian phenobarbital dilakukan secara
intraperitonial agar efek yang ditimbulkan lebih cepat karena di dalam rongga perut
memiliki atau terdapat banyak pembuluh darah. Waktu paruh dari phenobarbital adalah 910 jam. Dan obat yang digunakan sebagai inhibitor adalah Simetidin. Simetidin dapat
menghambat aktivitas enzim pemetabolisme obat dari phenobarbital sehingga metabolit
yang dihasilkan sedikit dan kadar obat dalam plasma darah meningkat. Pemberian
simetidin secara intraperitonial. Waktu paruh dari obat ini dalah 2-3 jam.
Pada hewan uji yang dilakukan sebagai kontrol, hewan uji (mencit) hanya diberi
phenobarbital Na sebagai bahan obatnya dengan satu kali dosis pemberian (87,57
mg/kgBB). Pemberiannya dilakukan pada saat praktikum. Kelompok kontrol ini
digunakan untuk membandingkan apakah ada pengaruh yang signifikan pada pemberian
senyawa induktor dan inhibitor terhadap metabolisme obat.
Phenobarbital dimetabolisme oleh enzim sitokrom P-450 terutama berlangsung di
hati menjadi metabolit yang inaktif dan tidak toksik. Phenobarbital yang aktif memiliki
efek hipnotika sedative. Pada biotransformasinya, phenobarbital mengalami reaksi fase
1 yaitu reaksi oksidasi yakni dengan penambahan gugus OH pada struktur kimianya
sehingga bersifat lebih polar. Awalnya terbentuk karena oksida yang bersifat toksik lalu
mengalami detoksifikasi dengan penataulangan spontan menjadi arenol yang bersifat
lebih polar atau mengalami hidrasi menjadi trans-dihidrodiol yang sifatnya tidak toksik.
Selanjutnya phenobarbital mengalami reaksi fase 2 yaitu reaksi konjugasi menjadi
senyawa yang sangat polar dan tidak toksik sehingga mudah diekskresikan melalui ginjal
atau mengalami siklus enterohepatik, yaitu dari hati masuk ke dalam usus dan terjadi
hidrolisis menjadi senyawa lipofil yang dapat direabsorbsi lagi masuk ke sirkulasi darah
dan mengalami redistribusi, begitu seterusnya sampai kadar phenobarbital dalam darah
habis. Sehingga efek tidurnya pun semakin berkurang dan lama-lama hilang. Durasi
dihitung mulai dari timbulnya efek sampai hilangnya efek.
Hewan uji (mencit) kelompok inductor diberikan dengan praperlakuan dengan
phenobarbital Na dosis 87,57mg/kgBB secara intraperitonial tiap 24 jam selama 3 hari.
Phenobarbital disini digunakan sebagai induktor sekaligus bahan obat yang diujikan.
Pada pemberian induktor harus diberikan praperlakuan selama 3 hari karena dalam
sintesis enzim membutuhkan waktu yang lebih lama, untuk membiasakan atau
meningkatkan jumlah enzim sitokrom P 450 dalam metabolisme senyawa obat.
Phenobarbital merupakan induktor yang dapat meningkatkan kapasitas atau
jumlah dari enzim pemetabolisme P450. Senyawa induktor ini (phenobarbital) dapat
meningkatkan aktivitas enzim pemetabolisme sehingga metabolit yang dihasilkan banyak
dan kadar obat dalam plasma darah sedikit. Akibatnya efek terapeutiknya tidak maksimal
karena bentuk zat aktif dari obat sedikit dibandingkan dengan metabolitnya.
Hewan uji (mencit) kelompok inhibitor diinjeksikan simetidin dosis 80 mg/kgBB,
satu jam sebelumnya. Kemudian setelah 1 jam dinjeksikan phenobarbital dengan dosis
yang sama secara Intraperitonial. Simetidin mencapai kadar puncak (konsentrasi tinggi)
di plasma kira-kira 1 - 3 jam setelah pemberian dan setelah itu dapat berkompetisi dengan
obat yang dipengaruhi (phenobarbital). Digunakan simetidin sebagai inhibitor dari
phenobarbital karena simetidin dan phenobarbital bekerja pada reseptor yang sama yaitu
reseptor H2, daya hambat simetidin lebih kuat dalam menghambat Sitokrom P-450
daripada antagonis reseptor H2 (AH2) yang lain dan bioavailabilitas simetidin sekitar 70
%. Inhibisi enzim bisa menyebabkan interaksi obat yang tidak diharapkan. Interaksi ini
cenderung terjadi lebih cepat daripada yang melibatkan induksi enzim karena interaksi ini
terjadi segera setelah obat yang menghambat mencapai konsentrasi yang cukup tinggi
untuk berkompetisi dengan obat yang dipengaruhi.
4. Durasi dari waktu tidur mencit yang diberi inductor Phenobarbital lebih singkat
karena sebelumnya telah diinduksi dengan obat yang sama. Pengaruh induksi dapat
meningkatkan enzim pemetabolisme sehingga kadar zat aktif dari obat lebih sedikit
daripada metabolitnya.
5. Durasi dari waktu tidur mencit yang diberi inhibitor simetidin lebih lama dari normal.
Pengaruh inhibitor dapat menurunkan enzim pemetabolisme sehingga kadar zat aktif
dari obat lebih tinggi daripada metabolitnya
I. Daftar Pustaka
1. Tjay, Tan Hoan dan Rahardja, Kirana. 2003. Obat-Obat Penting. Jakarta: Gramedia.
2. Anief, Moch. 1990. Perjalanan dan Nasib Obat Dalam Tubuh. Jogjakarta:
Universitas Gadjah Mada Pers.
3. Anonim. 1995. Farmakologi dan Terapi edisi V. Jakarta: Departemen Farmakologi
dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
4. Sulistia dan Gunawan. 2007. Farmakologi dan Terapi ed V Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia .Jakarta: Gaya Baru.
5. Siswandono dan Soekardjo, Bambang. 2000. Kimia Medisinal 1. Surabaya:
Universitas Airlangga Press.
Dosen Pembimbing
Hanny Setyowati
(1041111063)
Lulu Meldawati
(1041111082)
Ie Febby Angela
(1041111068)
Latifatul Qodriyah
(1041111077)
Maria Stephanie E
(1041111087)
Percobaan Ii
PENGARUH INDUKTOR DAN INHIBITOR
TERHADAP EFEK FARMAKOLOGI
Disusun oleh
Hanny Setyowati
(1041111063)
Lulu Meldawati
(1041111082)
Ie Febby Angela
(1041111068)
Latifatul Qodriyah
(1041111077)
Maria Stephanie E
(1041111087)