Você está na página 1de 8

ANAK DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan luar biasa merupakan media pendidikan yang sangat relevan sekali dengan
anak yang mempunyai kebutuhan khusus. Sebagai calon guru pendidikan luar biasa
tentunya kami mempunyai misi penting yang akan di realisasikan nantinya dalam
kehidupan bermasyarakat, apalagi mengingat bahwa ilmu yang digali merupakan salah
satu cabang ilmu pengetahuan tentang anak yang mempunyai kebutuhan khusus yang
keberadaannya boleh dibilang kecil. Dan sebagai mahasiswa kami mempunyai tugas untuk
selalu menggali tentang bagaimana anak dengan kebutuhan khusus, akahirnya kami
mencoba membuat satu makalah yang mengambil tentang apa itu anak dengan
kelainan penglihatan.
Banyak alasan mengapa kami makalah yang kami buat mempunyai topik tentang anak
dengan kelainan penglihatan. Salah satu alasannya adalah bahwa anak yang mempunyai
kelainan dalam penglihatan mempunyai banyak karakteristik yang mudah kita lihat pada
perilakunya dalam kehidupan sehari-hari, selain itu kami sangat tertarik dan ingin
mengetahui lebih jauh dan memperdalam pengetahuan tentang apa, bagaimana, dan seperti
apa anak dengan kelainan penglihatan ?. Sesuai dengan tugas yang diberikan oleh dosen
mata kuliah Ortopedagogik I, maka kami dalam makalah ini hanya membahas beberapa hal
saja tentang anak dengan kelainan penglihatan.

B. Rumusan Masalah
Ada beberapa hal yang kami akan coba bahas dalam makalah ini, diantaranya :
1. Apakah Pengertian/definisi dari bergangguan penglihatan ?
2. Ada berapa klasifikasi dan jenis-jenis bergangguan penglihatan ?
3. Bagaimana karakteristik dari anak dengan gangguan penglihatan ?
4. Bagaimana prevalensinya anak dengan gangguan penglihatan ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah dan rumusan masalah diatas adalah untuk :
1. Mengetahui dan memahami pengertian bergangguan penglihatan.
2. Untuk mengetahui pengklasifikasian bergangguan penglihatan.
3. Untuk mengetahui karakteristik anak dengan gangguan penglihatan.
4. Dan terakhir untuk mengetahui prevalensi anak dengan gangguan penglihatan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bergangguan Penglihatan


Dalam lingkungan masyarakat awam bergangguan penglihatan mungkin saja bisa
diartikan sebagai satu gangguan pada mata kita yang disebabkan oleh berbagai faktor,
misalnya karena ada suatu benda renik yang masuk pada mata sehingga menyebabkan mata
kita kelilipan akibatnya mengganggu kelancaran dalam melihat. Atau bisa saja gangguan
penglihatan diartikan sebagai suatu keadaan dimana mata ini tidak bisa melihat lagi secara
awas yang disebabkan oleh faktor umur. Tapi dalam dunia pendidikan luar biasa kita
dituntut untuk mempunyai definisi sendiri tentang bergangguan penglihatan, sesuai dengan
sumber-sumber yang dikemukakan oleh para ahli tentang apa itu yang dinamakan
bergangguan penglihatan. WHO sendiri mengemukakan istilah tunanentra kedalam dua
katagori, ialah blind atau buta dan low vision atau penglihatan kurang. Buta
menggambarkan kondisi dimana indera penglihatan tidak bisa lagi digunakan meskipun
sudah menggunakan alat bantu sehingga bergantung pada alat-alat indera lain. Sedangkan
penglihatan kurang menggambarkan kondisi penglihatan dengan ketajaman yang kurang,
daya tahan rendah mempunyai kesulitan dengan tuga-tugas utama yang menuntut fungsi
penglihatan tetapi masih dapat berfungsi dengan alat bantu khusus namun tetap terbatas.
Adapun kalau kita melihat definisi dari anak dengan gangguan penglihatan sebagian
(partially sighted) menurut DeMott (1982 : 430) adalah mereka yang memiliki tingkat
ketajaman penglihatan sentral antara 20/70 dan 20/200. Siswa yang digolongkan seperti ini
membutuhkan bantuan khusus atau modifikasi materi atau membutuhkan kedua-duanya
dalam pendidikan di sekolah.
Dengan demikian dapatlah kita mengambil kesimpulan bahwa anak dengan
bergangguan dalam penglihatan adalah anak dimana kondisi penglihatannya atau jarak
penglihatannya sekitar 6/60 biasanya sudah dikatagorikan sebagai anak dengan
bergangguan penglihatan. Sedangkan dalam pendidikan anak dengan bergangguan
penglihatan adalah anak yang mengalami gangguan dalam melihat sedimikian rupa sehingga
mengalami hambatan dalam pencapaian belajarnya secara optimal.

B. Kalasifikasi dan Jenis-Jenis Bergangguan Penglihatan


1. Berdasarkan Waktu Terjadinya Gangguan Penglihatan
a.

Tunanetra sebelum dan sejak lahir; yakni mereka yang sama sekali tidak memiliki
pengalaman penglihatan.

b. Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil; mereka telah memiliki kesan-kesan serta
pengalaman visual tetapi belum kuat dan mudah terlupakan.
c.

Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja; mereka telah memiliki kesan-kesan
visual dan meninggalkan pengaruh yang mendalam terhadap proses perkembangan pribadi.

d. Tunanetra pada usia dewasa; pada umumnya mereka yang dengan segala kesadaran mampu
melakukan latihan-latihan penyesuaian diri.
e.

Tunanetra dalam usia lanjut; sebagian besar sudah sulit mengikuti latihan-latihan
penyesuaian diri.
2. Berdasarkan kemampuan daya penglihatan

a.

Tunanetra ringan (defective vision/low vision); yakni mereka yang memiliki hambatan
dalam penglihatan akan tetapi mereka masih dapat mengikuti program-program pendidikan
dan mampu melakukan pekerjaan/kegiatan yang menggunakan fungsi penglihatan.

b. Tunanetra setengah berat (partially sighted); yakni mereka yang kehilangan sebagian daya
penglihatan, hanya dengan menggunakan kaca pembesar mampu mengikuti pendidikan
biasa atau mampu membaca tulisan yang bercetak tebal.
c.

Tunanetra berat (totally blind); yakni mereka yang sama sekali tidak dapat melihat.
3. Berdasarkan pemeriksaan klinis

a.

Tunanetra yang memiliki ketajaman penglihatan kurang dari 20/200 dan atau memiliki
bidang penglihatan kurang dari 20 derajat.

b. Tunanetra yang masih memiliki ketajaman penglihatan antara 20/70 sampai dengan
20/200 yang dapat lebih baik melalui perbaikan.
4. Berdasarkan kelainan-kelainan pada mata
a.

Myopia; adalah penglihatan jarak dekat, bayangan tidak terfokus dan jatuh di belakang
retina. Penglihatan akan menjadi jelas kalau objek didekatkan. Untuk membantu proses
penglihatan pada penderita Myopia digunakan kacamata koreksi dengan lensa negatif.

b. Hyperopia; adalah penglihatan jarak jauh, bayangan tidak terfokus dan jatuh di depan
retina. Penglihatan akan menjadi jelas jika objek dijauhkan. Untuk membantu proses
penglihatan pada penderita Hyperopia digunakan kacamata koreksi dengan lensa positif.

c.

Astigmatisme; adalah penyimpangan atau penglihatan kabur yang disebabkan karena


ketidakberesan pada kornea mata atau pada permukaan lain pada bola mata sehingga
bayangan benda baik pada jarak dekat maupun jauh tidak terfokus jatuh pada retina. Untuk
membantu proses penglihatan pada penderita astigmatisme digunakan kacamata koreksi
dengan lensa silindris.

C. Karakteristik Gangguan Penglihatan


Ada beberapa karaktersitk orang dengan gangguan penglihatan, antara lain :
1. Karakteristik bergangguan penglihatan total
a). Rasa curiga pada orang lain
b). Perasaan mudah tersinggung
c). Ketergantungan yang berlebihan
d). Blindsm (merupakan gerakan-gerakan yang tidak disadari)
e). Rasa rendah diri
f).

Tangan kedepan dan badan agak membungkuk

g). Suka melamun


h). Fantasi yang kuat untuk mengingat suatu objek
i). Kritis
j). Pemberani
k). Peratiannya selalu terpusat
2. Karaktersitik bergangguan penglihatan yang sedang/ masih bisa menggunakan alat
indera lihatnya walaupun hanya beberapa persen saja.
a). Selalu mengadakan fixition atau melihat suatu benda dengan memfokuskan pada titik
benda.
b). Menanggapi rangsang cahaya yang datang padanya, terutama pada benda yang
memantulkan cahaya, disebut juga dengan visually function.
c). Bergerak dengan penuh percaya diri baik dirumah maupun disekolah.
d). Merespon warna.
e). Mereka dapat menghindari rintangan-rintangan yang berbentuk besar dengan sisa
penglihatannya.
f).

Miringkan kepala bila akan memulai dan melakukan suatu pekerjaan.

g). Mampu mengikuti gerak benda dengan sisa penglihatannya.


h). Tertarik pada benda yang bergerak.

i). Mencari benda jatuh selalu menggunakan penglihatannya.


j). Mereka akan selalu menjadi penuntun bagi temannya yang buta.
k). Jika berjalan selalu sering membentur atau menginjak-nginjak benda tanpa disengaja.
l).

Berjalan dengan menyeretkan kaki atau salah langkah.

m). Kesulitan melakukan gerakan-gerakan halus dan lembut. Selalu melihat benda dengan
global atau menyeluruh.

3. Karakteristik bergangguan penglihatan sementara yang diakibatkan matanya terkena


sesuatu/kelilipan.
a). Bisanya mengesek-gesekan tangannya kemata dengan dengan kelopak mata yang tertutup.
b). Mata merah karena terus di gesek dan terjadi iritasi ringan.
c). Selalu mencari orang lain untuk membantu melihat lilipan yang masuk kemata dan suka
menyuruh meniup matanya.

D. Prevalensi Bergangguan Penglihatan


Sampai sekarang tidak mudah mendapatkan laporan-laporan prevalensi untuk
penyandang gangguan penglihatan. Ini dikarenakan oleh ketidak stabilan informasi
misalnya dari faktor definisi, faktor diagnosa yang tumpang tindih atau faktor stigma dalam
masyarakat, faktor definisi misalnya harus jelas batas-batas mana yang termasuk gangguan
penglihatan atau tunanetra dan mana yang bukan. Cacat mata yang bisa dikoreki dengan
kaca mata ini tidak dimasukan kedalam katagori tunanetra atau gangguan penglihatan,
karena kalau kita melihat dari kaca mata pendidikan bahwa yang termasuk gangguan
penglihatan yaitu kondisi penglihatan yang secara keseluruhan tidak bisa berfungsi
walaupun

sudah

menggunakan alat bantu

penglihatan

dan untuk menolongnya

menggunakan huruf braille dalam pendidikannya.


Kondisi susahnya pemerolehan informasi prevalensi gangguan penglihatan disetujui
juga oleh Kirk dan Gallagher (1986). Dikatakan bahwa statistik mengenai banyaknya jumlah
penyandang tunanetra sukar didapat. Statistik yang berbeda juga diberikan oleh Kantor
Pendidikan AS, yaitu kantor percetakan bagi tunanetra dan Lembaga Tunanetra Amerika.
Namun di Indonesia angka prevalensi kebutaan di Indonesia antara lain menggunakan
data

estimasi

yang

dikeluarkan

oleh

Departemen

Sosial

Republik

Indonesia.

Menyatkan bahwa jumlah keseluruhan penyandang cacat di Indonesia diperkirakan


mencapai 3,11% dari jumlah penduduk (Susilo Sipeno, 1990), dan dari perkiraan tersebut

jumlah penyandang tunanetra atau cacat penglihatan menduduki jumlah yang paling besar
dibanding dengan jumlah cacat lain yaitu mencapai sekitar 0,90%. Jika penduduk Indonesia
nanti mencapai 200 juta jiwa, maka jumlah orang yang mengalami gangguan penglihatan
sekitar 1,8 juta jiwa. Angka ini tentunya bukan merupakan angka yang sedikit mengingat
untuk pengobatan, perawatan maupun pelayanannya maka akan membutuhkan sarana dan
prasarana tenaga biaya yang tidak sedikit.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gangguan

penglihatan

merupakan

suatu

kondisi

dimana

seseorang

mengalami hambatan untuk melakukan kegiatan sehari-hari atau dalam dunia pendidikan
gangguan penglihatan merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami hambatan
dalam belajar sekalipun

sudah

menggunakan

alat bantu

dan cara

mengajarnya

membutuhkan layanan khusus.


Bergangguan penglihatan juga dibagi kedalam beberapa klasifikasi dan orang yang
bergangguan penglihatan biasanya mempunyai kriteria khusus dalam kegiatan sehariharinya, serta mempunyai kebiasaan aneh yaitu suka menggoyang-goyangkan kepala,
berjalan mondar-mandir yang semuanya tidak mereka sadari bahwa hal itu mengundang
keanehan dari penglihatan orang normal.

B. Saran
Untuk pembaca apabila anda bertemu dengan anak bergangguan penglihatan maka
hendaklah membantunya. Karena anak bergangguan penglihatan sangat membutuhkan
bantuan kita.

Você também pode gostar