Você está na página 1de 17

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ADHD (attention deficit

dhyperactivity disorder )

Makalah ini bertujuan guna memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak

Disusun oleh :
Maulida Fitri Kamalia
P 17420113019
2a1
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
2015

BAB I
LANDASAN TEORI
A. PENDAHULUAN
Salah satu ciri dari perilaku disruptif adalah gangguan hiperaktivitas defisit perhatian.
Anak-anak dengan gangguan ini memperlihatkan kurang perhatian, impulsivitas dan
hiperaktivitas. Gangguan ini sering dijumpai dan dapat terjadi sampai 3% dari anakanak, dengan rasio laki-laki terhadap perempuan sebesar 6:1 sampai 9:1. Sekarang
prevalensi anak ADHD diIndonesia meningkat menjadi sekitar 5% yang berarti 1 dari
20 anak menderita ADHD.
Masalah yang sering timbul pada anak dengan gangguan tersebut meliputi
kerusakan interaksi sosial, gangguan konsep diri, resiko tinggi penatalaksanaan
program terapeutik tidak efektif, resiko tinggi perubahan peran menjadi orang tua,
resiko tinggi kekerasan, dan resiko tinggi mencederai diri sendiri.
Intervensi keperawatan umumnya diimplementasikan pada pasien rawat jalan dan
komunitas, meliputi bantu orang tua dalam mengimplementasikan program perilaku
agar mencakup penguatan yang positif, sediakan struktur harian, dan beri obat
stimulans sesuai instruksi.
B. RUMUSAN MASALAH
1.

Apa yang dimaksud dengan ADHD ?

2.

Apa penyebab dari ADHD ?

3.

Bagaimana patofisiologi ADHD ?

4.

Bagaimana manifestasi klinis ADHD ?

5.

Apa pemeriksaan penunjang ADHD ?

6.

Apa komplikasi ADHD ?

7.

Bagaimana penatalaksanaan ADHD ?

8.

Bagaimana asuhan keperawatan ADHD ?

B.

TUJUAN
Tujuan umum
Menjelaskan tentang ADHD dan asuhan keperawatan pada klien dengan

ADHD.
Tujuan khusus
1. Menjelaskan tentang ADHD
2. Menjelaskan penyebab dari ADHD
3. Menjelaskan patofisiologi ADHD
4. Menjelaskan manifestasi klinis ADHD
5. Menjelaskan pemeriksaan penunjang ADHD
6. Menjelaskan komplikasi ADHD
7. Menjelaskan penatalaksanaan ADHD
8. Menjelaskan asuhan keperawatan ADHD

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Sindroma hiperaktivitas merupakan istilah gangguan kekurangan perhatian
menandakan gangguan-gangguan sentral yang terdapat pada anak-anak, yang sampai
saat ini dicap sebagai menderita hiperaktivitas, hiperkinesis, kerusakan otak minimal
atau disfungsi serebral minimal. (Nelson, 1994)
B. Etiologi
Pandangan-pandangan

serta

pendapatpendapat

mengenai

asal

usul,

gambarangambaran, bahkan mengenai realitas daripada gangguan ini masih


berbedabeda serta dipertentangkan satu sama lainnya. Beberapa orang berkeyakinan
bahwa gangguan tersebut mungkin sekali timbul sebagai akibat dari gangguan
gangguan di dalam neurokimia atau neurofisiologi susunan syaraf pusat. Istilah
gangguan kekurangan perhatian merujuk kepada apa yang oleh banyak orang diyakini
sebagai gangguan yang utamanya. Sindroma tersebut diduga disebabkan oleh faktor
genetik, pembuahan ataupun racun, bahayabahaya yang diakibatkan terjadinya
prematuritas atau immaturitas, maupun rudapaksa, anoksia atau penyulit kelahiran
lainnya.
Telah dilakukan pula pemeriksaan tentang temperamen sebagai kemungkinan
merupakan faktor yang mempermudah timbulnya gangguan tersebut, sebagaimana
halnya dengan praktek pendidikan serta perawatan anak dan kesulitan emosional di
dalam interaksi orang tua anak yang bersangkutan. Sampai sekarang tidak ada satu
atau beberapa faktor penyebab pasti yang tidak dapat diperlihatkan.
C. Patofisiologi
Kurang konsentrasi/gangguan hiperaktivitas ditandai dengan gangguan
konsentrasi, sifat impulsif, dan hiperaktivitas. Tidak terdapat bukti yang meyakinkan
tentang sesuatu mekanisme patofisiologi ataupun gangguan biokimiawi. Anak pria

yang hiperaktif, yang berusia antara 6 9 tahun serta yang mempunyai IQ yang
sedang, yang telah memberikan tanggapan yang baik terhadap pengobatan
pengobatan stimulan, memperlihatkan derajat perangsangan yang rendah (a low level
of arousal) di dalam susunan syaraf pusat mereka, sebelum pengobatan tersebut
dilaksanakan,

sebagaimana

yang

berhasil

diukur

dengan

mempergunakan

elektroensefalografi, potensialpotensial yang diakibatkan secara auditorik serta sifat


penghantaran kulit. Anak pria ini mempunyai skor tinggi untuk kegelisahan,
mudahnya perhatian mereka dialihkan, lingkup perhatian mereka yang buruk serta
impulsivitas. Dengan 3 minggu pengobatan serta perawatan, maka angkaangka
laboratorik menjadi lebih mendekati normal serta penilaian yang diberikan oleh para
guru mereka memperlihatkan tingkah laku yang lebih baik.
D. Manifestasi Klinik
Ukuran objektif tidak memperlihatkan bahwa anak yang terkena gangguan ini
memperlihatkan aktifitas fisik yang lebih banyak, jika dibandingkan dengan anak
anak kontrol yang normal, tetapi gerakangerakan yang mereka lakukan kelihatan
lebih kurang bertujuan serta mereka selalu gelisah dan resah. Mereka mempunyai
rentang perhatian yang pendek, mudah dialihkan serta bersifat impulsif dan mereka
cenderung untuk bertindak tanpa mempertimbangkan atau merenungkan akibat
tindakan tersebut. Mereka mempunyai toleransi yang rendah terhadap perasaan
frustasi dan secara emosional mereka adalah orangorang yang labil serta mudah
terangsang. Suasana perasaan hati mereka cenderung untuk bersifat netral atau
pertenangan, mereka kerap kali berkelompok, tetapi secara sosial mereka bersikap
kaku. Beberapa orang di antara mereka bersikap bermusuhan dan negatif, tetapi ciri
ini sering terjadi secara sekunder terhadap permasalahanpermasalahan psikososial
yang mereka alami. Beberapa orang lainnya sangat bergantung secara berlebih
lebihan, namun yang lain lagi bersikap begitu bebas dan merdeka, sehingga kelihatan
sembrono.

Kesulitan-kesulitan emosional dan tingkah laku lazim ditemukan dan biasanya


sekunder terhadap pengaruh sosial yang negatif dari tingkah laku mereka. Anak-anak
ini akan menerima celaan dan hukuman dari orang tua serta guru dan pengasingan
sosial oleh orang-orang yang sebaya dengan mereka. Secara kronik mereka
mengalami kegagalan di dalam tugas-tugas akademik mereka dan banyak diantara
mereka tidak cukup terkoordinasi serta cukup mampu mengendalikan diri sendiri
untuk dapat berhasil di dalam bidang olah raga. Mereka mempunyai gambaran
mengenai diri mereka sendiri yang buruk serta mempunyai rasa harga diri yang
rendah dan kerap kali mengalami depresi. Terdapat angka kejadian tinggi mengenai
ketidakmampuan belajar membaca matematika, mengeja serta tulis tangan. Prestasi
akademik mereka dapat tertinggal 1 2 tahun dan lebih sedikit daripada yang
sesungguhnya diharapkan dari kecerdasan mereka yang diukur.
E. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan menegakkan diagnosis
gangguan kekurangan perhatian. Anak yang mengalami hiperaktivitas dilaporkan
memperlihatkan jumlah gelombang-gelombang lambat yang bertambah banyak pada
elektorensefalogram mereka, tanpa disertai dengan adanya bukti tentang penyakit
neurologik atau epilepsi yang progresif, tetapi penemuan ini mempunyai makna yang
tidak pasti. Suatu EEG yang dianalisis oleh komputer akan dapat membantu di dalam
melakukan penilaian tentang ketidakmampuan belajar pada anak.
F.

Komplikasi

1.

Diagnosis sekunder- gangguan konduksi, depresi dan penyakit ansietas.

2.

Pencapaian akademik kurang, gagal di sekolah, sulit membaca dan mengerjakan


aritmatika (sering kali akibat abnormalitas konsentrasi).

3.

Hubungan dengan teman sebaya buruk (sering kali akibat perilaku agresif dan
kata-kata yang diungkapkan).

G. Penatalaksanaan Medis
Rencana pengobatan bagi anak dengan gangguan ini terdiri atas penggunaan
psikostimulan, modifikasi perilaku, pendidikan orang tua, dan konseling keluarga.
Orang tua mungkin mengutarakan kekhawatirannya tentang penggunaan obat. Resiko
dan keuntungan dari obat harus dijelaskan pada orang tua, termasuk pencegahan
skolastik dan gangguan sosial

yang terus menerus karena pengunaan obat-obat

psikostimulan. Rating scale Conners dapat digunakan sebagai dasar pengobatan dan
untuk memantau efektifitas dari pengobatan.
Psikostimulan- metilfenidat (Ritalin), amfetamin sulfat (Benzedrine), dan
dekstroamfetamin sulfat (Dexedrine)- dapat memperbaiki rentang perhatian dan
konsentrasi anak dengan meningkatkan efek paradoksikal pada kebanyakan anak dan
sebagian orang dewasa yang menderita gangguan ini.
H. Pemenuhan nutrisi ADHD
.
Menurut Kulze, seluruh organ pada tubuh akan terpengaruh nutrisi yang kita
konsumsi, terutama otak. Kebutuhan utama otak adalah asupan gula dari darah, asam
amino, vitamin, mineral, dan asam lemak esensial dalam jumlah secukupnya.
"Zat tambahan pada makanan, pewarna makanan, dan pemanis buatan
membuat sistem saraf kelewat aktif. Itu juga terjadi ketika terlalu banyak gula," jelas
dr

Jennifer

Greenfield

dari

Center

for

Chiropractic

Wellness.

Hingga kini, periset terus mencari tahu mengapa pewarna dan pengawet
makanan bisa memengaruhi hiperaktivitas anak. Makanan-minuman yang paling
parah menimbulkan kelebihan gula adalah donat, roti-rotian, cupcake, kue, permen,
pancake, waffle, soda, dan minuman berpemanis lainnya.

Pola makan dan nutrisi yang disarankan :


1.

Diet GFCF ( Gluten Free - Casein Free ) :Hindarkan semua jenis makanan yang
mengandung tepung terigu ( roti, kue-kue, snack, mi, dll ), produk susu sapi (
susu bubuk/kaleng, keju, kue-kue yang dibuat dengan memakai susu sapi, es
krim, yogurt, yakult, snacks, dll). Hindarkan beras ketan karena kandungan
Gluten yang cukup tinggi. Buatlah sendiri kue atau snack dengan menggunakan
bahan-bahan yang diperbolehkan, misal : tepung beras, tepung larut, tepung
tapioka.

2.

Diet bebas gula jangan pula gunakan gula buatan seperti : saccharine, aspartam (
misal : tropicana slim, equal ). Sebagai penggantinya bisa dipakai : stevia,
glycerin, atau sarbitol.

3.

Hindarkan makanan yang dibuat dengan peragian, misal : tempe, roti, dll.

4.

Kebutuhan karbohidrat harus dipenuhi dengan makanan nasi yang cukup, makan
terlalu banyak karbohidrat juga tidak baik. Perbanyak makan protein( daging
sapi, kambing, unggas, telur, kedelai, biji-bijian, dan kacang-kacangan ).

5.

Sebisa mungkin hindarkan makan kan karena kandungan logam beratnya yang
tinggi akibat pencemaran lingkungan terutama pada ikan laut. Ikan yang relatif
aman dikomsumsi yaitu : ikan salmon, tuna, makarel/tengiri.

6.

Perbanyak makan sayur-sayuran dan buah-buahan segar sebagai sumber vitamin,


mineral, dan serat ( fiber ).

7.

Minum air yang cukup( kira-kira 2 liter sehari )

8.

Hindari berikan makanan yang mengandung campuran bahan-bahan kimia


(additives), misalnya : pengawet ( preservatives ), pewarna ( colouring ),
penyedap ( flavoring ). Hindari MSG atau micin pada makanan anak.

9.

Dengan menggunakan Makanan yang bervariasi. Karena sebagian besar anakanak ini mempunyai alergi makanan akibat penumpukan makanan yang sama
akibat komsumsi yang berlebihan, maka perlu diadakan rotasi makanan ( food
rotation )

10. Lakukan tes alergi makanan lewat pembuatan food diary ; dengan pengamatan
yang cermat dapat diketahui efek dari makanan tertentu terhadap perubahan
kesehatan maupun perilaku anak.
11. Pemberian suplement penting untuk melengkapi kebutuhan nutrisi yang tidak
tercukupi dari makanan ( multi-vitamin, mineral-mineral, enzim pencernaan,
probiotik, colustrum, dll ).
12. Periksalah dengan teliti terlebih dahulu label makanan untuk melihat komposisi
dari makanan yang akan kita beli di toko. Karena seringkali komposisi ditulis
dalam bahasa inggris, daftar bahan makanan yang harus dihindari berikut ini
mungkin bisa membantu : wheat flour, milk ( dairy ), yeast, Monosodium
Glutamate ( MSG ), vegetable oil, natural coloring, natural flavoring, food dyes,
preservatives.
I.

Menstimulasi anak ADHD

Cara Mengatasi Anak Yang Hiperaktif


J.

Cara mengatasi anak ADHD


Peran orang tua amat dibutuhkan dalam mengarahkan perilaku anak agar

dapat menjadi lebih tenang dan bisa menjalani hari-harinya seperti anak seusianya.
Diperlukan kesabaran ekstra agar orang tua dapat mengatasi

perilaku anak

hiperaktif . Berikut cara yang bisa anda coba untuk mengatasi anak yang hiperaktif :
1.

Luangkan waktu bersama anak , sehingga anak sepenuhnya bisa merasakan


kenyamanan .

2.

Berbicara secara pribadi , ajak anak berbicara dengan sikap yang penuh kasih dan
pengertian .

3.

Ajarkan anak untuk disiplin pastikan dia tahu bahwa kapan saatnya untuk serius
dan disiplin .

4.

Alihkan perhatian anak ke arah yang benar . Tanamkan pikiran positif dan
berikan kegiatan yang bermanfaat.

5.

Bantu anak untuk mengembangkan kreativitasnya dan libatkan ia dalam kegiatan


yang bisa mengalihkan energinya dan membuatnya tetap fokus di kegiatan
tersebut .

6.

Bawa anak berjalan-jalan secara teratur . Penelitian yang ada membuktikan


ternyata anak yang berjalan secara teratur bisa meningkatkan kekuatan dan
konsentrasi .

7.

Ajarkan latihan pernapasan pada anak . Ajarkan anak untuk mengambil napas
dalam-dalam ketika ia merasakan kemarahan dan terlihat agresif . Jika Anda
dapat mengajarkan ini pada anak , maka dia tidak akan memukul atau menyakiti
orang lain atau dirinya sendiri .

8.

Libatkan anak dalam tugas rumah tangga . Kegiatan bersih-bersih di rumah bisa
dilakukan bersama-sama anak setiap hari atau di akhir pekan

9.

Bila bimbingan orang tua tidak berhasil , maka bawa anak untuk terapi perilaku
ke psikiater anak untuk membantunya mengontrol sikap hiperaktifnya.

K.
L. vyfyu

10

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.

Pengkajian
1.Kaji riwayat keluarga melalui wawancara atau genogram.
Data yang dapat diperoleh apakah anak tersebut lahir premature, berat badan

lahir rendah, anoksia, penyulit kehamilan lainnya atau ada faktor genetik yang diduga
sebagai penyebab dari gangguan hiperaktivitas pada anak.
2.Kaji riwayat perilaku anak.
Riwayat perkembangan, dimana dulu seorang bayi yang gesit, aktif dan
banyak menuntut, yang mempunyai tanggapan tanggapan yang mendalam dan kuat,
dengan disertai kesulitan kesulitan makan dan tidur, kerap kali pada bulan bulan
pertama kehidupannya, sukar untuk menjadi tenang pada waktu akan tidur serta
lambat untuk membentuk irama diurnal. Kolik dilaporkan agak umum terjadi pada
mereka.
3.Laporan guru tentang permasalahan permasalahan akademis serta tingkah laku
di dalam kelas.
B.

Diagnosa Keperawatan
1)

Kerusakan interaksi sosial

2)

Gangguan konsep diri

3)

Resiko tinggi penatalaksanaan program terapeutik tidak efektif

4)

Resiko tinggi kekerasan

5)

Resiko tinggi mencederai diri sendiri

11

C.

Perencanaan

Intervensi keperawatan umumnya diimplementasikan pada pasien rawat jalan dan


komunitas.
1.

Bantu orang tua dalam mengimplementasikan program perilaku agar mencakup


penguatan yang positif.
1) Latih kefokusan anak
Jangan tekan anak, terima keadaannya. Perlakukan anak dengan hangat dan

sabar, tapi konsisten dan tegas dalam menerapkan norma dan tugas. Kalau anak tidak
bisa diam di satu tempat, coba pegang kedua tangannya dengan lembut, kemudian
ajak untuk duduk dan diam. Mintalah agar anak menatap mata anda ketika bicara atau
diajak berbicara. Berilah arahan dengan nada lembut.
2) Telatenlah
Jika anak telah betah untuk duduk lebih lama, bimbinglah anak untuk melatih
koordinasi mata dan tangan dengan cara menghubungkan titik titik yang
membentuk angka atau huruf. Selanjutnya anak diberi latihan menggambar bentuk
sederhana dan mewarnai. Bisa pula mulai diberikan latihan berhitung dengan
berbagai variasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Mulailah
dengan penjumlahan atau pengurangan dengan angka-angka di bawah 10. Setelah itu
baru diperkenalkan konsep angka 0 dengan benar.
3) Bangkitkan kepercayaan diri anak
Gunakan teknik pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat positif.
Misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan tertib. Tujuannya untuk
meningkatkan rasa percaya diri anak.
4) Kenali arah minatnya
Jika anak bergerak terus jangan panik, ikutkan saja dan catat baik-baik,
kemana sebenarnya tujuan keaktifan dari anak. Yang paling penting adalah mengenali
bakat anak secara dini.

12

5) Minta anak bicara


Anak hiperaktif cenderung susah berkomunikasi dan bersosialisasi. Karena itu
Bantu anak dalam bersosialisasi agar ia mempelajari nilai nilai apa saja yang
diterima di kelompoknya.\
2. Sediakan struktur kegiatan harian
Anak hendaknya mempunyai daftar kegiatan harian yang berjalan dengan
teratur menurut jadwal yang ditetapkan dan hendaknya segera mengikuti serta
melaksanakan kegiatan rutinnya itu, anak perlu dihadiahi kata kata pujian.
Perangsangan yang berlebihan serta kelelahan yang sangat hebat hendaknya
dihindarkan. Anak membutuhkan saat santai setelah bermain, terutama setelah ia
melakukan kegiatan fisik yang kuat dan keras. Periode sebelum tidur harus
merupakan masa tenang, dengan cara menghindarkan acara televisi yang merangsang,
permainan yang keras dan jungkir balik.
3.

Beri obat stimulans sesuai instruksi.


Stimulans dapat dihentikan sementara pada akhir pekan dan hari libur. Di

mana untuk menentukan apakah kemampuan pengendalian yang dimiliki oleh anak
itu sendiri telah mengalami suatu kemajuan.
Stimulans tidak diberikan sesudah pukul 3 atau 4 sore, dimana efek samping
stimulans adalah insomnia. Insomnia dapat dicegah dengan tidak lagi memberikan
pengobatan perangsang setelah jam 3 sore serta mengatur sedemikian rupa, sehingga
periode sebelum tidur itu merupakan saat yang tenang serta tidak merangsang.

13

D. IMPLEMETASI
Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995). Jenis tindakan pada
implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri, saling ketergantungan / kolaborasi, dan
tindakan rujukan / ketergantungan. Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan
dengan rencana tindakan keperawatan.
E. EVALUASI
Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan
hiperaktif antara lain:
1.

Anak mampu memperlihatkan perasaan-perasaan nilai diri yang meningkat saat

pulang.
2.

Anak tidak akan melukai diri sendiri atau orang lain.

3. Anak mampu mengembangkan dan menggunakan keterampilan koping yang


sesuai dengan umur dan dapat diterima sosial.
4.

Anak mampu untuk mencapai tidur tidak terganggu selama 6 sampai 7 jam

setiap malam.
5. Anak mampu mempertahankan ansietas di bawah tingkat sedang, sebagaimana
yang ditandai oleh tidak adanya perilaku yang tidak mampu dalam menanggapi stres.
6.

Anak mampu mendemonstrasikan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang

lain tanpa menjadi defensif, perilaku merasionalisasi atau mengekspresikan pikiran


waham kebesaran.
7.

Orang tua dapamendemonstrasikan metode intervensi yang lebih konsisten dan

efektif dalam berespons perilaku anak.


8.

Dapat mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang penyebab masalah

perilaku, perlunya terapi dalam kemampuan perkembangan.

14

F.

Perencanaan Pemulangan (Discharge Planning) dan Perawatan di Rumah


1. Didik dan bantu orang tua dan anggota keluarganya.
2. Berkolaborasi dengan guru dan libatkan orang tua. Dorong orang tua untuk
menjamin bahwa guru dan perawat sekolah mengetahui tentang nama, dosis dan
waktu minum obat.
3. Pastikan bahwa anak mendapatkan evaluasi dan bimbingan akademik yang
diperlukan. Memasukkan anak dalam kelas pendidikan khusus sering kali
diperlukan.
4. Pantau kemajuan dan respons anak terhadap pengobatan.
5. Rujuk ke spesialis perilaku dan orang tua untuk mengembangkan dan
mengimplementasikan rencana perilaku.

15

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Salah satu ciri dari perilaku disruptif adalah gangguan hiperaktivitas defisit
perhatian. Gangguan ini sering dijumpai dan dapat terjadi sampai 3% dari anak-anak,
dengan rasio laki-laki terhadap perempuan sebesar 6:1 sampai 9:1.
Masalah yang sering timbul pada anak dengan gangguan tersebut meliputi kerusakan
interaksi sosial, gangguan konsep diri, resiko tinggi penatalaksanaan program
terapeutik tidak efektif, resiko tinggi perubahan peran menjadi orang tua, resiko
tinggi kekerasan, dan resiko tinggi mencederai diri sendiri.
B. Saran
Dalam memberikan perawatan kepada anak dengan gangguan hiperaktivitas
ditujukan kepada keadaan sosial lingkungan rumah dan ruangan kelas penderita serta
kepada kebutuhan-kebutuhan akademik dan psikososial anak yang bersangkutan,
dengan disertai pemakaian obat-obat yang bijaksana. Perawat harus memberikan
penjelasan yang terang mengenai keadaan anak tersebut kepada kedua orang tuanya
dan kepada anak itu sendiri.

16

DAFTAR PUSTAKA

L. Betz, Cecily, A. Sowden, Linda. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Alih
Bahasa Jan Tambayong. Jakarta, EGC, 2002
Nelson. Ilmu Kesehatan Anak. Bagian 1. Alih Bahasa Hunardja S. Jakarta, Widya
Medika, 2002
Nelson, Ilmu Pediatri Perkembangan. Alih Bahasa Moelia Radja Siregar. Jakarta,
EGC, 1994
Pilliteri, Adelle, Child Health Nursing Care of The Child and Family. Philadelphia,
Lippincott, 1999
Mengarahkan Anak Hiperaktif . 2004. http://www.Suaramerdeka.com
Penanganan Anak Hiperaktif. 2004. http://www.republika,co.id

17

Você também pode gostar