Você está na página 1de 9

S.

Rusdiana dan Dwi Priyanto

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN TERNAK DOMBA


JANTAN BERBASIS TANAMAN UBI KAYU DI PERDESAAN
Economic Analysis of Cassava-Based Male Sheep Fattening in
Rural Areas
S. Rusdiana dan Dwi Priyanto
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
Jalan Raya Pajajaran Kav E-59 Bogor 16151

ABSTRACT
Raising sheep in rural areas is considered as additional source of income for
farmers. Observation on male sheep fattening farm was conducted in Ciemas Sub district
using two treatment models and a control system by putting the sheep in a coop for 4
months. Combination of cassava and its dried, wet and wilted leaf was given to feed the
sheep once a day (morning). Additional feed was supplied with mixture of rice and barn, and
waste of tofu for treatment sheep. Meanwhile, only wide leaved grass and waste of
agricultural commodity processing were prepared for control sheep. B/C ratio, Mean Test
and regression were used to analyze the economic, weight average development, and
growth rate of the sheep. The result indicates that the treatment sheeps fattening has
significantly higher than the control sheep (P<0.01), similarly with its life weight rate (9.38
kg/head/4 months or 13 gr/head/day for treatment sheep compared to 5.59 kg/head/4
months for control sheep or 4.7 gr/head/day). The study also reveals that profit earned from
the fattening activity at a scale of 50 heads of sheep is Rp. 12,000,890/perod.
Key words: economic analysis, fattening activity
ABSTRAK
Usaha ternak domba di perdesaan dilakukan dalam mendukung tambahan
pendapatan petani berbasis sumberdaya pakan yang ada di lokasi. Pengamatan usaha
ternak domba jantan lokal pola penggemukan dilakukan di Kecamatan Ciemas dengan 2
model perlakuan dan kontrol sistem keraman, ternak domba dikandangkan selama 4 bulan.
Pemberian pakan berupa ubi kayu, dengan kombinasi daun ubi kayu baik kering, layu
maupun segar yang diberikan 1 kali dalam satu hari (pagi). Untuk menutupi kekurangan gizi,
diberi tambahan pakan penguat. dedak padi, ampas tahu pada domba perlakuan.
Sedangkan domba kontrol hanya diberikan hijauan (rumput gajah) dan sisa limbah
pertanian. Analisis ekonomi B/C ratio dan analisis Paired Comparison Mean T-test, untuk
menguji perbandingan nilai rata-rata perkembangan bobot badan (R0 dengan R1) ditingkat
peternak dan Uji regresi linear digunakan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ternak
domba. Penampilan produksi penggemukan yang dilakukan menunjukkan bahwa domba
perlakuan sangat nyata (P<0,01) lebih tinggi dibanding domba kontrol.Ternak yang
memperoleh pakan perlakuan menunjukkan pertumbuhan bobot hidup yang lebih baik
dibanding kontrol. Ternak dengan pakan perlakuan menunjukkan peningkatan bobot hidup
rata-rata sebesar 9,38 kg/ekor per 4 bulan (13 gr/ekor), sedangkan pada domba kontrol
hanya mencapai 5,59 kg/ekor/4 bulan (4,7 gr/ekor/hari. Pertumbuhan bobot hidup ternak
dengan pakan kontrol (R0) dan perlakuan (R1) dengan persamaan regresi Yk= 19,77 + 1,39Y
dan Yp = 19,76 + 3,74X, dengan koefisien determinan R2 = 0,99. Hasil penelitian

176

Analisis Ekonomi Penggemukan Ternak Domba Jantan Berbasis Tanaman Ubi Kayu di Perdesaan

menunjukkan bahwa penerimaan dari hasil usaha penggemukan ternak domba skala 50
ekor memberikan keuntungan sebesar Rp.12.000.890,-/periode.
Kata kunci : analisis ekonomi, usaha penggemukan

PENDAHULUAN

Sistem penggemukan ternak domba di perdesaan pada umumnya masih


bersifat tradisional sehingga belum dapat memberikan pertambahan bobot badan
yang memuaskan. Hal ini disebabkan pakan yang diberikan biasanya berupa
hijauan, terutama rumput lapangan yang rendah kandungan zat nutrisinya, karena
berorientasi pada pakan lokal yang tersedia di lokasi (Utomo et al., 1995).
Tanaman ubi kayu bisa dijadikan sebagai makanan ternak tetapi mempunyai
kelemahan, antara lain palatabilitas rendah dan adanya kandungan racun asam
cianida sehingga merupakan faktor pembatas dalam pemakainnya sebagai
makanan ternak, sehingga perlu perlakuan khusus.
Hasil ikutan tanaman ubi kayu sebesar 54,2 persen digunakan untuk
pangan dan sisanya sebesar 19,7 persen untuk bahan baku industri seperti tepung
tapioka untuk industri pakan 1,8 persen dan industri nonpangan lainnya 8,5 persen
serta ekspor 15,8 persen. Hasil ikutan ubi kayu yang banyak digunakan sebagai
pakan ternak adalah onggok dan gaplek afkir. Onggok merupakan hasil ikutan
pengolahan agroindustri tepung tapioka yang jumlahnya mencapai 19,7 persen
dari total produksi ubi kayu nasional (Pribadi, 2008).
Luas pengembangan areal ubi kayu mencapai 176.507.000/ha di
Indonesia dan 20.905.000/ha di Jawa Barat (Statistik Indonesia, 2006) cenderung
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yang hal demikian memberikan
peluang untuk dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak khususnya limbah yang
dihasilkan. Ternak domba di perdesaan secara umum oleh peternak di berikan
pakan ubi kayu dan hijauan karena bahan pakan tersebut cukup banyak tersedia.
Salah satu diantaranya adalah ubi kayu, daun ubi kayu dan onggok, karena ubi
kayu kaya akan kandungan karbohidrat sedangkan daun ubi kayu banyak
mengandung vitamin, mineral dan sudah umum digunakan oleh peternak di
perdesaan.
Usaha untuk meningkatkan bobot badan ternak domba yang lebih baik
dapat ditempuh melalui perbaikan kualitas dan kuantitas pakan, terutama
penambahan pakan sebagai bahan pakan pelengkap disamping (hijauan), yang
merupakan bahan pakan utama ternak ruminansia. Diantara kemungkinan
pemberian pakan tambahan tersebut yang berpeluang diterapkan pada petani
peternak adalah bahan yang umumnya mudah didapat di perdesaan dengan harga
yang terjangkau yakni ubi kayu, daun ubi kayu, onggok, dedak padi, ampas tahu
yang dapat meningkatkan laju pertambahan bobot badan khususnya usaha pola
penggemukan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan respon pemanfaatan ubi
kayu, daun ubi kayu, dan onggok sebagai bahan pakan ternak yang banyak

177

S. Rusdiana dan Dwi Priyanto

terdistisbusi di perdesaan di tinjau dari aspek produktivitas maupun kinerja


ekonomi petani di perdesaan.

MATERI DAN METODE

Materi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Ciemas Kabupaten Sukabumi
Provinsi Jawa Barat, selama + 5 bulan terhadap domba jantan lokal sebanyak 100
ekor dengan umur rata-rata 7-9 bulan dikelompokkan dalam 2 perlakuan pakan.

Metode Pengamatan
Pengamatan domba dilakukan dengan dikandangkan terus menerus
selama periode penggemukan 4 bulan yang dikelompokkan dalam 2 kelompok
(masing-masing 50 ekor). Kelompok pertama diberi perlakuan sementara
kelompok lainnya dipergunakan sebagai kontrol. Untuk domba perlakuan, pakan
penggemukan diberikan tiap yakni. Berupa, ubi kayu 0,2 kg, daun ubi kayu
sebanyak 0,5 kg baik segar, layu maupun kering diberikan sekali sehari (pagi).
Untuk menutupi kekurangan gizi dan mineral, diberi tambahan pakan penguat
berupa : dedak padi atau ampas tahu sebanyak +3,6 kg/ekor/hari. Sedangkan
domba kontrol hanya diberikan hijauan dan sisa limbah pertanian (ad libitum).
Untuk mengetahui pertambahan bobot badan harian dilakukan cara penimbangan
bobot hidup bulanan.

Metode Pengolahan dan Analisis Data


Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan bobot badan ternak secara
individu dilakukan penimbangan setiap satu bulan sekali selama empat bulan
yang dinyatakan sebagai ulangan sehingga diperoleh data dari masing-masing
perlakuan (treatment) R0 dan R1. Sebelum dilakukan percobaan ternak domba di
biasakan dengan kondisi pakan selama adaptasi (+5 hari) kemudian domba
ditimbang pada bulan pertama sampai dengan bulan ke empat. Pengujian statistik
dalam kegiatan penelitian adalah :
a. Paired Comparison Mean T-test yaitu untuk menguji perbandingan nilai ratarata berdasarkan skala usaha (R0 dengan R1) ditingkat Peternak digunakan uji
statistik (T-student) pada bulan pertama, bulan ke dua, bulan ke tiga dan bulan
ke empat selama percobaan berlangsung. (Sudjana, 1992).
Adapun rumus dari t-hit yaitu :

t hit

178

X1 X 2
S x1 x 2

Analisis Ekonomi Penggemukan Ternak Domba Jantan Berbasis Tanaman Ubi Kayu di Perdesaan

dimana :

= Rata-rata pada tingkat skala usaha ternak domba

S x1 x 2 = Galat baku
2

(Xi)
= ---------------2
xi n
--------------ni 1

SXi

dimana :
S

= Nilai Varians

Xi

= Skala Usaha ke-i

ni

= Jumlah pengamatan ke i

b. Uji regresi linear digunakan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ternak


domba selama percobaan berlangsung. Analisis regresi linear diaplikasikan
pada pertumbuhan ternak domba atau bobot badan ternak pada tingkat:
kontrol (R0) dan perlakuan (R1). Model yang digunakan dengan persamaan
adalah: (Steel and Torrie,1980; Sudjana,1992)
Yi = a + bXi
dimana :
Y = peubah tidak bebas yaitu Bobot Badan (kg)
X = peubah bebas yaitu waktu penimbangan (bulan)
a = slope / kemiringan
b = koefisien regresi

Analisis Usaha Ternak


Analisis pendapatan usaha digunakan untuk menggambarkan faktor
keuntungan usaha. Pendapatan dapat didefinisikan sebagai selisih antara
penerimaan total dengan biaya total, atau dapat dirumuskan sebagai berikut :
Analisis ekonomi dengan usaha penggemukan ternak domba diperhitungkan B/C
ratio (Soekarwati, 1994; Boediono, 1983). yang dirumuskan sebagai berikut:
= TR TC
dimana :

= Keuntungan (benefit)

TR = Penerimaan Total (Total Revenue)


TC = Biaya Total (Total Cost)

179

S. Rusdiana dan Dwi Priyanto

Untuk mengetahui berapa besar penerimaan yang akan diperoleh dari


setiap rupiah yang dikeluarkan oleh petani ternak dalam kegiatan usaha
penggemukan ternak domba dapat dilihat dari rasio penerimaan terhadap biaya.
Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus. (Gittinger, 1986).
B/C rasio = TR
TC
dimana :
B/C = Imbangan Penerimaan dan Biaya
TR = Penerimaan Total (Total Revenue)
TC = Biaya Total (Total Cost)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Pengamatan


Usaha penggemukan ternak domba jantan lokal pada kegiatan ini
merupakan ternak yang baru didatangkan oleh petani ternak dan sekitar desa atau
dari desa lain sebagai domba bakalan untuk usaha penggemukan. Ternak domba
dikandangkan secara individu dengan luas 1 m2/ekor. Pada domba yang dilakukan
penelitian terlebih dahulu domba diadaptasikan dengan pemberian pakan ubi kayu,
daun ubi kayu dan onggok untuk membiasakan mengkonsumsi pakan sebelum
dilakukan penimbangan awal ( + 5 hari) baru siap untuk dilakukan pengamatan.
Hal tersebut dilakukan karena tanaman ubi kayu mempunyai kelemahan,
yakni palatabilitas rendah dan adanya kandungan racun asam cianida (HCn)
sehingga sering merupakan kendala dalam penggunaannya sebagai pakan ternak.
Hasil penelitian terdahulu bahwa kadar cianida (HCn) dapat diturunkan atau
dihilangkan dengan cara memasak, direndam dalam air, menggoreng, mengeringkan pada sinar matahari, atau udara panas. Crush (1975) mengatakan bahwa
kadar HCn dapat menyebabkan kematian diatas ambang 2,4 mg/kg bobot badan
domba. Jonson dan Raymon yang disitir oleh Jaludin (1978) mengatakan dosis
kematian akibat keracunan HCn adalah 1,4 mg/kg bobot badan ternak domba.
Pada kasus pengamatan tidak terdapat kasus kematian atau gejala keracunan
akibat HCn dari ransum yang diberikan pada ternak domba, karena batas
pemberiannya tidak berlebihan.
Ubi kayu yang di gunakan sebagai pakan ternak pengamatan adalah ubi
kayu mentega (kuning), merah, dan ubi kayu putih (arsin). Sedangkan kandungan
nutrisi daun singkong cenderung lebih rendah kualitasnya di banding ubi kayu,
yakni hanya mengandung protein 2,80 gr, dan kandungan karbohidrat hanya 10,40
gr.
Hasil analisis kandungan ubi kayu menunjukkan peningkatan kandungan
gizi dari tanaman ubi kayu cukup baik (Tabel 1). Kandungan kadar protein ubi kayu
putih dan merah adalah tertinggi yakni mencapai 1,80 gram, sedangkan ubi kayu

180

Analisis Ekonomi Penggemukan Ternak Domba Jantan Berbasis Tanaman Ubi Kayu di Perdesaan

kuning hanya mencapai 1,10 gr. Sebaliknya ubi kayu kuning mengandung
karbohidrat tertinggi (32,3 gr). Dilihat dari kandungan serat kasar, jenis ubi kayu
kuning memiliki serat kasar tertinggi (1,40 gr) yang disusul ubi kayu merah (1,20
gr) dan ubi kayu putih (0,90 gr)
Tabel. 1. Kandungan Gizi dari Berbagai Varitas Ubi Kayu
Kandungan gizi

Ubi kayu putih

Kalori (kal)
123,00
Protein (g)
1,80
Lemak (g)
0,70
Karbohidrat (g)
27,90
Air (g)
68,50
Serat kasar (g)
0,90
Kadar gula (g)
0,40
Beta karotin
31,29
Sumber : Pribadi,S.H. 2008

Ubi kayu
merah
123,00
1,80
0,70
21,90
68,50
1,20
0,40
174,20

Ubi kayu
kuning
136,00
1,10
0,40
32,30
1,40
0,30
-

Daun
47,00
2,80
0,40
10,40
84,70
-

Kinerja Penampilan Bobot Badan Domba


Hasil pengamatan rataan bobot badan domba perlakuan jauh lebih tinggi di
banding pada domba kontrol. dengan kondisi bobot badan awal yang hampir sama
masing-masing domba perlakuan dan domba kontrol (19,76 vs 19,77 kg), di capai
bobot akhir sebesar 43,74 vs 25,36 kg . Pertambahan bobot badan selama 4 bulan
pengamatan mencapai 14,98 kg dan 5,59 kg masing-masing pada domba
perlakuan dan domba kontrol, dan terlihat pertambahan bobot badan harian
(PBBH) mencapai 13 gr dan 4,7 gr yang jauh lebih tinggi pada domba perlakuan.
Hasil pengamatan PBBH terlihat sangat rendah dibanding penelitian sebelumnya,
hal tersebut karena di lakukan pada kondisi peternakan rakyat sehingga komposisi
ransum cenderung tidak terkontrol.
Tabel.2. Rata-rata Pertambahan Bobot Badan Ternak Domba per 4 Bulan
BB.Awal
(kg)

BB.Akhir
(kg)

PBB/4 bln
(kg)

PBB/Harian
(+ gr)

19,76

34,74

14,98

13

Kontrol
19,77
25,36
Keterangan : PBB :Pertambahan Bobot Badan

5,59

4,7

Uraian
Perlakuan

Pengamatan Utomo et al. (1995), mendapatkan pertambahan bobot badan


ternak domba dengan pemberian dedak padi dalam bentuk kering, dan pelet
sebesar 27,5 gr/ekor/hari, Mathius et al. (1983.) dengan menggunakan daun
singkong segar sebanyak 200 gr/ekor/hari didapatkan kenaikan bobot badan
ternak domba sebesar 66,9 gr/ekor/hari,
sedangkan Rinto et al. (1995),
melaporkan domba yang diberi rumput lapangan dan konsumsi tepung daun
singkong dengan tepung gaplek memperoleh kenaikan bobot badan sebesar
59,33gr/ekor/hari.

181

S. Rusdiana dan Dwi Priyanto

Hasil analisis untuk menguji antar perlakuan (R1 dan R0) digunakan uji
statistik terlihat bahwa dari periode pengamatan bulan 1 s/d ke 4 menunjukkan
perbedaan sangat nyata (P<0,01) dimana terlihat bahwa bobot badan ternak
perlakuan lebih tinggi di banding kontrol terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Uji t Perubahan Bobot Badan Ternak Domba (R0 Dan R1) di Tingkat Peternak
Bulan
Ke
I

Skala Usaha
Kontrol (Ro)
Perlakuan (R1)

II

Kontrol (Ro)
Perlakuan (R1)

III

Kontrol (Ro)
Perlakuan (R1)

IV

Kontrol (Ro)
Perlakuan (R1)

Perbedaan pada

N observasi

dk

50

49

50

49

50

49

50

49

50
49
bulan ke IV
Keterangan: N observasi = jumlah pengamatan,
dk = derajat kebebasan (n-1),
PROB |T| = Probabilitas pada uji T.

Rata-rata
(kg)
21,14
23,42
22,52
27,13
23,93
30,88
25,36
34,74
9,38

T-test

Prob | T |

367,40

0,001

597,77

0,001

785,57

0,001

930,27

0,001

1968,32

0,001

Sedangkan untuk mengukur tingkat pertumbuhan bobot hidup pada ternak


kontrol (R0) maupun perlakuan (R1) koefisien regresi yaitu Yk= 19,77 + 1,39Y dan
untuk skala usaha perlakuan (R1) diperoleh persamaan regresi yaitu Yp = 19,76 +
2
3.74X, dengan nilai R = 0,99.
Analisis Kelayakan Usaha
Biaya yang dipergunakan untuk usaha penggemukan ternak domba skala
2
50 ekor adalah : Sewa lahan seluas 300 m sebesar Rp 600.000/tahun, sehingga
sewa lahan sebesar Rp 200.000/periode penggemukkan, satu ekor domba
membutuhkan luas kandang individual 1m2/ekor sehingga luas kandang yang
2
dibutuhkan +75 m . Kandang dibangun berbentuk panggung (keraman), luas
2
bangunan kandang total adalah +75 m dengan biaya pembangunan Rp 100.000/
2
m dengan masa pakai 5 tahun, jadi pembangunan kandang sebesar Rp
7.500.000/5 tahun= Rp 1.500.000/3 bulan = Rp 500.000/periode, sehingga biaya
penyusutan Rp 500.000/periode. Kendaraan pengangkut domba disewa dua kali
dalam satu periode sebesar Rp 200.000. Peralatan kandang Rp 150.000 dan biaya
tak terduga di pasar hewan Rp 75.000.
Metode analisis ini membandingkan antara penerimaan dan biaya yang
dikeluarkan pada suatu usaha. Usaha dikatakan layak apabila angka B/C ratio-nya
lebih besar dari 1. Untuk usaha penggemukan domba terlihat pada Tabel 4.

182

Analisis Ekonomi Penggemukan Ternak Domba Jantan Berbasis Tanaman Ubi Kayu di Perdesaan

Tabel. 4. Analisis Ekonomi Penggemukan Ternak Domba Jantan Lokal

No

Perlakuan
Volume
(Rp)
1.125.000

Uraian

1
2.

Kontrol
Volume
(Rp)
1.125.000

A. Biaya Variabel
B. Biaya Produksi :
Bibit bakalan 50 ekor
25.194.000
25.194.000
- Ubi kayu 0,2 kg x 50 x120 x Rp 500
600.000
- Daun ubi kayu 0,5 x 50 x 120 x Rp 50
150.000
- Hijauan 2 kg x 50 x 120 x Rp 50
600.000
- Dedak padi 0,3 kg x 50 x 120 x Rp 1.500
2.700.000
- Onggok 0,2 kg x 50 x 120 x Rp 200
240.000
- Ampas tahu 0,2 x 50 x 120 x Rp 200
240.000
- Obat-obatan /paket
100.000
- Tenaga kerja 2 org x Rp 300.000
2.400.000
2.400.000
Jumlah
32.224.000
27.594.000
Total Biaya Variabel + Produksi
33.349.000
28.719.000
3
C. Pendapatan
45.109.890
- (50-2%) x Rp 26.500 x 34,74 kg (P)
32.929.960
- (50-2%) x Rp 26.500 x 25,36 kg. (K)
240.000
- (0,4 x 120 hari x 50 ekor x Rp 100) (P)
300.000
- (0,5 x 120 hari x 50 ekor x Rp 100) (K)
Total Pendapatan
45.349.890
33.229.960
4
- Keuntungan /periode (4 bulan)
12.000.890
4.510.960
5.
- B/C
1,4
1,2
Keterangan : 2% risiko kematian, harga daging/kg Rp.26.500,-, P: perlakuan K: kontrol

Hasil analisis usaha penggemukan ternak domba yang dijalankan selama


4 bulan dengan skala 50 ekor diperoleh keuntungan dari domba perlakuan Rp
12.000.890 sedangkan dari domba kontrol Rp 4.510.960 dengan B/C ratio 1,4 dan
1,2 layak untuk dikembangkan pada kondisi dilokasi. Semakin tinggi nilai B/C maka
peluang usaha penggemukkan ternak domba tersebut makin mendatangkan
keuntungan.

KESIMPULAN

Hasil pengamatan domba di perdesaan pola penggemukan dapat


disimpulkan bahwa, kinerja pertambahan bobot badan domba perlakuan jauh lebih
tinggi di banding domba kontrol, masing-masing 14,98 kg vs 5,59 kg selama 4
bulan. Hasil uji t pada skala usaha ternak domba antara R0 dan R1 menunjukkan
perbedaan yang sangat nyata (P<0,01). Sedangkan tingkat pertumbuhan bobot
hidup ternak baik berskala usaha kontrol (R0) dan perlakuan (R1) dapat
digambarkan dengan persamaan regresi Yk= 19,77 + 1,39Y dan Yp = 19,76 +
2
3,74x, dimana masing-masing memiliki R = 0,99. Pakan penguat ubi kayu, daun
ubi kayu, onggok, dedak padi, ampas tahu, dan dedak padi dapat digunakan
sebagai pakan tambahan untuk penggemukan ternak domba. Penerimaan dari
hasil usaha penggemukan ternak domba perlakuan memberikan keuntungan

183

S. Rusdiana dan Dwi Priyanto

sebesar Rp 12.000.890. Sedangkan ternak kontrol hanya mencapai Rp 4.510.960


B/C ratio 1,4 dan 1,2.

DAFTAR PUSTAKA

Boediono. 1983. Ekonomi Mikro. BPFE. Jakarta.


Crush, D.C.1974. Vol.2. Nutrien Albany Co., Oregon.
Gittinger, J.P.1986. Analisis Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Edisi Kedua.
Universitas Indonesia. Jakarta.
Jaludin, S. 1978. In Feeding Stuffs for Livestuk in Southeast Asia., Nasional Uni.of
Malaysia, Serdang-Malaysia
Mathius, W., Djadjanegara dan M. Rangkuti. 1983. Pengaruh Penambahan Daun
Singkong (manihot utillisima pohl) dalam Ransom Domba. Majalah Ilmiah
Peternakan Vol1.No.2. 1983.
Pribadi, S.H. 2008. Pemanfaatan Hasil Ikutan Pertanian untuk Pakan Ternak.
JURNAL BBP2TP, Bogor No.3238. Edisi 6-12 Pebruari 2008.
Pusat Statistik Indonesia. 2006.
Rinto, A., R.S., H. Pulungan dan Kartiaso.1995. Pemanfaatan Tepung Daun
Singkong dan Tepung Gaplek sebagai Makanan Penguat Ternak Domba
Lepas Sapih. Karya Ilmiah Fapet IPB, Bogor.
Soekarwati, A.Soehardjo, J.L. Dillon, and J.B. Hhardaker. 1994. Ilmu Usahatani
dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. UI Press. Jakarta.
Steel, G.D. Robert and James H. Torrie. 1980. Principles and Procedures of
Statistics Biometrical Approach 2nd Edition. Mc-Graw-Hill Book Company,
New York. USA.
Sudjana. 1992. Metoda Statistika, Edisi ke 5, Tarsito, Bandung
Utomo, B., B.W. Dirdjopratono,U.Nuschati dan Subihatta. 1995. Pemberian Dedak
Padi dalam Bentuk Kering dan Pelet pada Penggemukan Domba yang
Dipelihara Secara Bergilir. Pros. Pertemuan Ilmiah Komunikasi dan
Penyuluhan Hasil Penelitian untuk Menunjang Industri Peternakan di
Perdesaan-Bendungan Seminar Sub Balitnak Klepu, Semarang

184

Você também pode gostar