Você está na página 1de 5

Metode Analisa Kadar Abu

Penentuan kadar abu sesuai dengan Apriantono (1989) dapat dilakukan


dengan dua cara yaitu :
1. Pengabuan cara langsung (Cara Kering).
Prinsip dari pengabuan cara langsung yaitu dengan mengoksidasi semua
zat organik pada suhu tinggi, yaitu sekitar 500 600C dan kemudian melakukan
penimbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran tersebut. Mekanisme
pengabuan pada percobaan ini adalah pertama-tama krus porselin dioven selama 1
jam. Krus porselin adalah tempat atau wadah yang digunakan dalam pengabuan,
karena penggunaannya luas dan dapat mencapai berat konstan maka dilakukan
pengovenan. Kemudian didinginkan selama 30 menit, setelah itu dimasukkan
eksikator. Lalu timbang krus sebagai berat a gram. Setelah itu masukkan bahan
sebanyak 3 gram kedalam krus dan catat sebagai berat b gram. Pengabuan di
anggap selesai apabila di peroleh pengabuan yang umumnya berwarna putih abuabu (Tamiang, 2011).
Pengabuan yang dilakukan didalam muffle melalui 2 tahap yaitu :
a. Pemanasan pada suhu 300C yang dilakukan dengan maksud untuk dapat
melindungi kandungan bahan yang bersifat volatile dan bahan berlemak
hingga kandungan asam hilang. Pemanasan dilakukan sampai asap habis.
b. Pemanasan pada suhu 800C yang dilakukan agar perubahan suhu pada
bahan maupun porselin tidak secara tiba-tiba agar tidak memecahkan krus
yang mudah pecah pada perubahan suhu yang tiba-tiba.

Setelah

pengabuan selesai maka dibiarkan dalam tanur selama 1 hari. Sebelum


dilakukan penimbangan, krus porselin dioven terlebih dahulu dengan
tujuan mengeringkan air yang mungkin terserap oleh abu selama
didinginkan dalam muffle dimana pada bagian atas muffle berlubang
sehingga memungkinkan air masuk, kemudian krus dimasukkan dalam
eksikator yang telah dilengkapi zat penyerap air berupa silica gel. Setelah
itu dilakukan penimbangan dan catat sebagai bera c gram.

2. Pengabuan cara tidak langsung (Cara Basah).


Prinsip pengabuan cara tidak langsung yaitu memberikan reagen kimia
tertentu pada bahan sebelum dilakukan pengabuan. Senyawa yang biasa
ditambahkan adalah gliserol alkohol ataupun pasir bebas anorganik selanjutnya
dilakukan pemanasan pada suhu tinggi. Proses pemanasan mengakibatkan gliserol
alkohol membentuk kerak sehingga menyebabkan percepatan oksidasi. Sedangkan
pada pemanasan untuk

pasir bebas

dapat

membuat

permukaan

yang

bersinggungan dengan oksigen semakin luas dan memperbesar porositas,


sehingga mempercepat proses pengabuan. Mekanisme pengabuannya adalah
pertama-tama krus porselin dioven selama 1 jam. Kemudian didinginkan selama
30 menit, setelah itu dimasukkan ke dalam eksikator (Sudarmadji, 1996).
Lalu timbang krus sebagai berat a gram. Setelah itu masukkan bahan
sebanyak 3 gram kedalam krus dan catat sebagai berat b gram. Kemudian
ditambahkan gliserol alkohol 5 ml dan dimasukkan dalam tanur pengabuan
sampai warna menjadi putih keabu-abuan. Setelah terjadi pengabuan, abu yang
terbentuk dibiarkan dalam muffle selama 1 hari. Sebelum dilakukan penimbangan,
krus porselin dioven terlebih dahulu dengan tujuan mengeringkan air yang
mungkin terserap oleh abu selama didinginkan dalam muffle dimana pada bagian
atas muffle berlubang sehingga memungkinkan air masuk, kemudian krus
dimasukkan dalam eksikator yang telah dilengkapi zat penyerap air berupa silica
gel. Setelah itu dilakukan penimbangan dan catat sebagai berat c gram. Suhu yang
tinggi menyebabkan elemen abu yang bersifat volatile seperti Na, S, Cl, K dan P
menguap. Pengabuan juga menyebabkan dekomposisi tertentu seperi K2CO3 dan
CaCO3. Pengeringan pada metode ini bertujuan untuk mendapatkan berat
konstan. Sebelum sampel dimasukkan dalam krus, bagian dalam krus
dilapisi silica gel agar tidak terjadi pengikisan bagian dalam krus oleh zat asam
yang terkandung dalam sampel dan untuk menyerap air yang kemungkinan ada
pada kurs.

Metode Analisa Kadar Air


1.

Metode Pengeringan (Oven)


Metode oven biasa / pengeringan yang digunakan merupakan salah satu

metode pemanasan langsung dalam penetapan kadar air suatu bahan pangan.
Dalam metode ini bahan dipanaskan pada suhu tertentu sehingga semua air
menguap yang ditunjukkan oleh berat konstan bahan setelah periode pemanasan
tertentu. Kehilangan berat bahan yang terjadi menunjukkan jumlah air yang
terkandung. Metode ini terutama digunakan untuk bahan-bahan yang stabil
terhadap pemanasan yang agak tinggi, serta produk yang tidak atau rendah
kandungan sukrosa dan glukosanya seperti tepung-tepungan dan serealia (AOAC
1984). Prinsipnya menguapkan air yang ada dalam bahan dengan jalan
pemanasan. Kemudian menimbang bahan sampai berat konstan berarti semua air
sudah diuapkan.

2.

Metode Destilasi
Metode destilasi adalah suatu metode yang digunakan untuk menetapkan

kadar air suatu bahan pangan yang mudah menguap, memiliki kandungan air
tinggi, dan bahan yang mudah teroksidasi. Metode ini digunakan untuk bahanbahan yang memiliki ciri-ciri di atas agar pengeringan yang dilakukan tidak
menghilangkan kadar air seluruhnya. Destilasi dilakukan melalui tiga tahap, yakni
evaporasi yaitu memindahkan pelarut sebagai uap air dari cairan; pemisahan uap
cairan di dalam klom, untuk memisahkan komponen dengan titik didih lebih
rendah yang lebih volatil dari komponen lain yang kurang volatil; dan kondensasi
dari uap cairan untuk mendapatkan fraksi pelarut yang lebih volatil. Metode ini
sering digunakan pada produik-produk bahan pangan yang mengadung sedikit air
atau mengandung senyawa volatil, diantaranya adalah keju biru, kopi dan bahan
volatil seperti rempah-rempah yang banyak mengandung minyak volatile
(Guenther 1987).

3.

Metode Desikasi Kimia


Dengan bantuan bahan kimia yang mempunyai kemampuan menyerap air

tinggi, seperti: fosfor pentaoksida (P2O5), barium monoksida (BaO), magnesium


perklorat (MgCl3), kalsium klorida anhidrous (CaCl2), dan asam sulfat (H2SO4)
pekat. Metode analisis ini cukup sederhana. Contoh yang akan dianalisis
ditempatkan pada cawan kemudian diletakkan dalam desikator. Bahan pengering
ditaburkan atau dituangkan pada alas desikator. Proses pengeringan berangsung
pada suhu kamar sampai berat konstan/tetap. Untuk mencapai berat konstan
dibutuhkan waktu lama dan keseimbangan kadar airnya tergantung pada
reaktivitas kimia komponen dalam contoh tersebut terhadap air dan sangat sesuai
untuk bahan yang mengandung senyawa volatil (mudah menguap) tinggi, seperti
rempah-rempah. Penggunaan suhu kamar dapat mencegah hilangnya senyawa
menguap selama pengeringan.

4.

Metode Karl Fischer


Metode ini digunakan untuk mengukur kadar air contoh dengan metode

volumetri berdasarkan prinsip titrasi. Titran yang digunakan adalah pereaksi Karl
Fischer (campuran iodin, sulfur dioksida, dan pridin dalam larutan metanol).
Pereaksi karl fischer pada metode ini sangat tidak stabil dan peka terhadap uap air
oleh karena itu sebelum digunakan pereaksi harus selalu distandarisasi. Selama
proses titrasi terjadi reaksi reduksi iodin oleh sulfur dioksida dengan adanya air.
Reaksi reduksi iodin akan berlangsung sampai air habis yang ditunjukka
munculnya warna coklat akibat kelebihan iodin. Penentuan titik akhir titrasi sulit
dilakukan karena kadang-kadang perubahan warna yang terjadi tidak terlalu jelas.
Pereaksi karl fischer sangat sensitif terhadap air. Sehingga metode ini dapat
diaplikasikan untuk analisis kadar air bahan pangan yang mempunyai kandungan
air sangat rendah (seperti minyak/lemak, gula, madu, dan bahan kering). Metode
Karl Fischer juga dapat digunakan untuk mengukur kadar air konsentrasi 1 ppm.

5.

Metode Termogravimetri
Metode ini dilakukan dengan cara mengeluarkan air dari bahan dengan

bantuan panas. Perubahan berat (karena hilangnya air dari bahan selama
pemanasan) dicatat oleh neraca termal (thermobalance) secara otomatis sebagai
fungsi dari waktu dan suhu. Diperoleh kurva perubahan berat selama pemanasan
untuk suatu program suhu tertentu.
Pencatatan berlangsung sampai bahan mencapai berat konstan/tetap.
Penimbangan dilakukan secara otomatis di dalam alat pengering dan kesalahan
akibat penimbangan sangat kecil. Analisis dilakukan dalam waktu yang singkat.
Jumlah sampel yang digunakan hanya sedikit yaitu berkisar mg sampai 1 gram.
Kurva perubahan berat air selama pengeringan dapat menunjukkan sifat fisiko
kimia tentang gaya yang mengikat air pada komponen di dalam contoh serta data
kinetik dari proses pengeringan.

Você também pode gostar