Você está na página 1de 3

American Academy of Clinical Toxicology

Panduan praktis untuk menangani penderita yang mengalami keracunan


methanol
Latar Belakang
Epidemiologi : Hampir semua kasus keracunan methanol yang terjadi adalah karena masuknya
methanol kedalam sistem pencernaan, pada beberapa kasus keracunan methanol juga terjadi
melalui sistem pernapasan atau melalui kulit. Methanol yang masuk melalui sistem pencernaan
akan mencapai konsentrasi puncaknya dalam waktu 30-60 menit yang akan menyebabkan
keracunan. Mekanisme Toksisitas : Methanol pada dasarnya memiliki tingkat toksisitas yang
rendah namun proses metabolisme tubuh dapat mengubah methanol menjadi bahan toksik.
Dalam proses metabolisme, methanol diuraikan oleh enzim alcohol dehydrogenase menjadi
senyawa formaldehyde, selanjutnya penguraian senyawa formaldehyde menjadi asam format
dilakukan oleh enzim formaldehyde dehydrogenase dan kemudian asam format diuraikan oleh
enzim 10-formyltetra hydrofolate menjadi karbon dioksida dan air. Pada kasus keracunan
methanol terjadi akumulasi asam format yang pada tingkat konsentrasi tertentu menyebabkan
sakit dan kematian. Hasil observasi menunjukkan bahwa meningkatnya kadar zat asam dalam
cairan tubuh (asidosis) merupakan akibat dari diproduksinya asam format. Asam format yang
berlebih dapat menghambat kinerja enzym sitokrom oksidase yang menjadi penyebab utama
toksisitas okular, scidosis juga meningkatkan difusi asam format kedalam sel tubuh. Fitur :
Keracunan methanol umumnya mengakibatkan mual, muntah, sakit perut dan depresi ringan
CNS. Masa laten adalah selama 12-24 jam (tergantung banyaknya methanol yang terkonsumsi)
yang mengakibatkan kadar asam basa dalam tubuh menjadi tidak seimbang sehingga sistem
penglihatan menjadi terganggu mulai dari kabur, berkurangnya jarak pandang hingga kebutaan.
Manajemen : Untuk pasien yang mengalami opthalmologic abnormalities atau asidosis yang
parah, asidosis harus dinormalkan dengan suntikan sodium bicarbonate dan asam folinat. Dapat
juga dilakukan hemodialisis untuk menormalkan sistem metabolisme yang terganggu dan
mempercepat hilangnya asam format dan methanol. Untuk pasien yang keracunan methanol
tanpa adanya data toksisitas klinis maka yang paling penting adalah menghambat terurainya
methanol dengan menyuntikkan ethanol atau fomepizole. Walaupun belum ada data klinis yang
mengkonfirmasi kemanjuran dari masing-masing antidote namun ada beberapa kekurangan dari
penggunaan ethanol sebagai antidote, yaitu penentuan dosis yang compleks, kesulitan menjaga
konsentrasi terapeutic, perlunya monitoring secara klinis dan test laboratorium dan munculnya
efek samping akibat pemakaian ethanol. Sehingga fomepizole lebih diminati namun harganya
relatif mahal. Conclusion : Manajemen penanganan keracunan metanol meliputi standard
supportive care, koreksi level asidosis, pemakaian asam foliat, pemakaian antidote untuk
menghambat penguraian methanol menjadi asam format, melakukan hemodialisis secara selektif
jika diperlukan saja untuk normalisasi sistem metabolisme dan menghilangkan methanol serta
asam format. Meskipun ethanol dan fomepizole adalah antidote yang efektif namun femizole
lebih banyak diminati.
Epidemiologi
Dalam kasus keracunan methanol yang parah hampir semuanya disebabkan terkonsumsinya
methanol yang masuk melalui sistem pencernaan. Hal ini dapat terjadi sebagai akibat
kontaminasi methanol pada minuman beralkohol yang diproduksi dari bahan baku padi-padian,
atau secara sengaja mencampur cairan yang mengandung methanol dengan minuman
beralkohol oleh para pecandu alkohol, bunuh diri dengan meminum cairan yang mengandung
methanol atau secara tidak sengaja produk yang mengandung methanol dikonsumsi oleh anakanak. Methanol memang sangat murah dibandingkan ethanol sehingga seringkali dicampurkan
pada minuman beralkohol yang ilegal. Narapidana dan pecandu alkohol seringkali membuat
minuman dengan campuran methanol saat pasokan minuman beralkohol mereka habis. Kejadian
keracunan methanol yang seperti inilah yang paling umum dilaporkan dari berbagai kasus

diseluruh dunia, jarang sekali ada laporan keracunan methanol karena menghirupnya ataupun
karena kontaminasi langsung methanol pada kulit.
Methanol dalam porsi sedikit memang dapat terkandung pada makanan seperti buah-buahan,
sari buah, sayur dan makanan berbahan baku susu yang mengandung aspartam. Methanol juga
merupakan hasil fermentasi alami yang ditemukan pada minuman beralkohol. Meskipun dalam
jumlah sedikit, methanol juga dapat membuat mabuk. Setelah menenggak minuman beralkohol,
serum methanol terbentuk namun belum mencapai konsentrasi level yang dapat menyebabkan
asidosis atau gangguan penglihatan.
The American Association of Poison Centers Toxic Exposure Surveilance System mencatatkan
terjadinya kasus keracunan methanol sejak tahun 2000. Sebanyak 219 kasus diantaranya adalah
tindakan yang disengaja. 193 pasien menderita keracunan sedang dan parah yang 12
diantaranya meninggal dunia. Semua kasus kematian tersebut terjadi pada pasien dengan umur
diatas 25 tahun, pengecualian untuk bayi berumur 3 bulan yang meninggal dunia akibat
ketidaksengajaaan mencampur susunya dengan methanol malah bukan dengan air. Dari 12
kasus meninggal dunia, 4 diantaranya meninggal dunia tanpa alasan yang jelas, 3 kasus
kematian disebabkan oleh tindakan penganiayaan dan 4 kasus kematian lainnya disebabkan
karena bunuh diri. Database ini disusun dari populasi sekitar 271 juta jiwa, namun yang kasus
yang tercatat tersebut adalah kasus yang dilaporkan secara sukarela sehingga ada kemungkinan
masih banyak kasus termasuk kasus kematian akibat methanol yang tidak dilaporkan.
Sebagai pembanding kasus kematian di provinsi Ontario Canada dengan populasi 11 juta jiwa
rata-rata mencapai 7 orang selama tahun 1986 1991. Dari ke 43 kasus kematian akibat
methanol selama masa 6 tahun tersebut yang direview oleh Kantor Koroner Provinsi Ontario
diketahui bahwa 22 kasus korban meninggal akibat bunuh diri dengan mengkonsumsi methanol
secara langsung, 14 kasus korban meninggal akibat mengkonsumsi produk bermerek yang
mengandung methanol sebagai pengganti ethanol, 3 kasus korban meninggal akibat
mengkonsumsi methanol yang disimpan tidak hati-hati dari botol/wadah yang biasa digunakan
untuk tempat menyimpan ethanol dan 4 korban meninggal lainnya disebabkan mengkonsumsi
minuman alkohol ilegal yang bercampur methanol. Semua korban berumur diatas 18 tahun dan
91% adalah laki-laki.
Selanjutnya dalam 11 tahun hasil review dari seluruh daftar pasien dewasa yang keracunan
methanol melalui sistem pencernaan diketahui bahwa 74% dari 51 pasein tersebut adalah lakilaki. Satu diantaranya terkena shock dan meninggal, yang lainnya sempat menjalani hemodialis
namun 18 orang diantaranya meninggal dunia. Hasil penanganan pasien tersebut sangat
tergantung dari tingkat derita sakit yang muncul akibat asidosis, koma dan kejang-kejang pada
saat diteliti. Data epidemiologi yang dihasilkan dari hasil review data series mungkin saja bias jika
melihat distribusi umur dari pasien yang dirawat, sementara itu hasil dari laporan lainnya juga
dapat bias jika jumlah populasinya terbatas.
Bentuk Fisik Methanol
Methanol (methyl alcohol, H3COH) adalah zat cair bening tanpa warna pada suhu ruang.
Memiliki sedikit bau alcohol. Methanol dikenal sebagai alcohol kayu karena disuling dari kayu
pada tahun 1920 -1930. Saat ini hampir semua alcohol dibuat secara sintesisi melalui proses
reduksi katalis karbon monoksida atau karbon dioksida dengan hydrogen. Berat molekul
methanol adalah 32g/mol. Sedikit lebih encer dari air dan memiliki titik didih hanya 65 celcius.
Sering kali methanol dikira sebagai air, ethanol ataupun material organik cair lainnya.
Sumber dan Manfaat Methanol
Di Amerika Serikat lebih dari jutaan gallon methanol diproduksi setiap tahunnya. Umumnya
digunakan sebagai campuran bahan kimia yang dapat digunakan untuk meningkatkan kadar
oktan pada BBM. Methanol memiliki kadar oktan sekitar 106 -115 dan memiliki tingkat polusi
yang rendah dibandingkan BBM. Dengan bentuknya yang cair methanol digunakan sebagai
campuran cairan pembersih, campuran bahan tinta percetakan, lem, bahan pewarna kimia,

furnish, tinner, dan pengelupas cat. Hampir semua produk tersebut ada dirumah kita. Methanol
jua tersedia sebagai zat anti beku pada cairan pembersih kaca mobil, antibeku pada gas,
campuran BBM, bahan bakar untuk kompor kemping dan bahan bakar untuk alat pemanas
makanan.
Toxicokinetics
Pharmacokinetics dari methanol sudah terdefinisikan dengan baik pada manusia. Sehingga
literature kontemporer yang mempelajari pharmacokinetics dan toxicokinetics methanol pada
hewan non-primata tidak banyak bermanfaat untuk manajemen penanganan keracunan methanol
pada manusia. Selain itu ada perbedaan proses metabolisme/penguraian methanol antar spesies
yang membuat interpretasi dan extraplorasi data tersebut menjadi tidak valid jika digunakan pada
manusia. Sebagai contoh pada tikus sistem katalis peroksidasi bekerja pada tahap awal
metabolisme/penguraian methanol. Sebaliknya pada primata enzim alcohol dehydrogenase lah
yang bekerja pada tahap awal metabolisme. Inilah sebabnya mengapa hasil penelitian
pharmacokinetik pada hewan non primata tidak lagi relevan dan tidak aplikatif.
Absorption
Penyerapan methanol

Você também pode gostar