Você está na página 1de 2

Field Trip:

Dari Bayat Hingga Kulonprogo


Minggu dan Sabtu, 23 dan 24 Mei 2015 merupakan hari dimana kami mengikuti field
trip perdana kami semenjak hampir satu tahun kami menjadi mahasiswa Geofisika di
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Setelah satu semester lamanya kami menerima mata
kuliah Geologi Dasar dan Mineralogi, akhirnya hari ini kami bisa langsung terjun ke
lapangan mempelajari dan mengaplikasikan langsung materi-materi dan konsep-konsep baik
yang mengenai Geologi Dasar maupun Mineralogi yang telah kami dapatkan di kelas. Rasa
senang sekaligus antusias tidak hanya dirasakan oleh kelompok kami, namun juga rekanrekan seangkatan Geofisika 2014.
Untuk menjalani rangkaian field trip yang rencananya akan dilangsungkan dua hari
berturut-turut di dua tempat yang berbeda ini, kami seangkatan terbagi menjadi beberapa
kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari sekitar enam sampai tujuh orang.
Dalam menjalankan tugas, kami ditemani oleh dua asisten yang akan bergantian memandu
kami di lapangan setiap harinya. Kami sendiripun membagi tugas antar diri kami untuk
memudahkan kelompok kami di lapangan diantaranya ada yang bertugas menggambar sketsa
lokasi, memfoto lokasi, mengambil sempel batuan dan mineral di lokasi, mengukur
kemiringan lokasi (strike dip), hingga mencatat semua data yang kami peroleh di lapangan.
Hari pertama, Sabtu, 23 Mei 2015, kami melakukan field trip di kecamatan Bayat,
kabupaten Klaten, provinsi Jawa Tengah. Lokasi ini sengaja dipilih karena tempat ini menjadi
salah satu dari tiga tempat di pulau Jawa dimana kita bisa menjumpai singkapan formasi
batuan tertua di pulau Jawa.
Kami berangkat pagi hari bersama-sama dengan dosen dan asisten menggunakan mini
bus sekitar pukul 7.00 wib dan sampai dilokasi sekitar pukul 9.00 wib.
Disana, kami mengunjungi tiga stasiun pengamatan dimana di setiap stasiun
pengamatan ada yang memiliki dua lokasi untuk diamati. Ada banyak singkapan dan struktur
geologi yang kami jumpai disana. Di stasiun pertama kami menjumpai singkapan
batugamping berlapis dan struktur geologi berupa sesar turun. Di stasiun kedua, kami
mengamati singkapan batuan metamorf yang menjadi batuan tertua di pulau Jawa yang
pernah tersingkap. Selain singkapan batuan metamorf, di stasiun ini kami juga menjumpai
batu sedimen yang memiliki fosil foraminifera purba di permukaannya yang mengindikasikan
bahwa tempat ini dulunya merupakan daerah laut dangkal. Di stasiun terakhir kami
menjumpai singkapan batuan diorit yang mengalami pelapukan membawang dan struktur
geologi berupa kekar.
Kami meninggalkan lokasi field trip sekitar pukul 16.00 wib dan sampai dikampus
kebali sekitar pukul 18.00 wib.
Di hari kedua, Minggu, 24 Mei 2015, kami mengunjungi kabupaten Kulonprogo,
provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi ini menjadi lokasi field trip kedua kami.
Lokasinya cukup sederhana jika dibandingkan lokasi di hari pertama. Namun di lokasi ini
kami tetap bisa belajar mengintepretasikan data-data geologi yang kami jumpai menjadi
sebuah rangkaian cerita tentang asal-usul daerah Kulonprogo ini. Sebuah pengalaman

bermakan bagi kami untuk mengasah daya imajinasi kami sebagai seorang calon
geofisikawan.
Sama dengan hari pertama, di hari kedua ini, kami mengunjungi tiga stasiun
pengamatan. Stasiun pertama kami belajar tentang singkapan batu sedimen breksi dan
batupasir karbotan dengan bongkah andesit di sebuah aliran sungai. Di stasiun kedua, dosen
kami mengajak sedikit berimajinasi tentang bagimana proses terbentuknya gunung Mujil
yang menjulang keatas di tengah-tengah barisan pegunungan dibelakangnya. Di stasiun
ketiga, kami menjumpai singkapan batu bara jenis lignit di sebuah aliran sungai.
Setidaknya itulah tadi sedikit cerita tentang perjalanan field trip pertama kami selama
dua hari berturut-turut di Bayat dan Kulonprogo. Kami sangat senang melakukan kegiatan ini
karena begitu banyak ilmu yang kami dapatkan di lapangan dan bahkan ilmu yang tidak kami
dapatkan di kelas. Kedepannya kami berharap, kegiatan semacam ini dapat sering-sering
dilakukan untuk melatih naluri geofisikawan kami.
Artikel ini ditulis oleh:
1. Mohamad Rahmat Cahyadi
2. Hesti Nilam Prasasti
3. Fadiyah

14/369110/PA/16355

Você também pode gostar