Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Pada Laki-Laki
Filed under: Andrologi Leave a comment
18/03/2014
Rate This
Figure 1 Patomekanisme imunologi MAGI dan infertilitas [ sumber: Schill-Andrology for Clinician hal: 324]
Diawali dari keluarnya IL-1 yang merupakan reaksi inflamasi oleh kerusakan jaringan. IL-1 inilah
yang menyebabkan banyak reaksi berantai. Diantaranya sekresi PMN netrofil, IL-8 dan ROS,
makrofag (yang juga salah satu secretor terbesar untuk IL-8), IL-6 dan HGF (Hepatocyte Growth
Factor). IL-6 akan berinteraksi dengan Limfosit-B memproduksi antibodi. Antibody inilah yang
akan berpengaruh pada fungsi sperma.
Organ reproduksi laki-laki kan banyak Dok. Semuanya infeksi atau bagaimana, Dok?
Nah, lokasi infeksi bisa hanya satu organ, bisa beberapa organ. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan
menyeluruh untuk mendeteksi lokasi infeksi. Lokasi infeksi sangat penting karena berkorelasi
dengan kontak dan hasil pemeriksaan laboratorium. Korelasi langsung antara infeksi dan
infertilitas bergantung berapa lama terjadi kontak antara faktor inflamasi (sel darah putih, ROS,
sitokain) dengan sel sperma, yang karakternya berbeda antar organ.
Testis
Epididymis
7-14 hari
Vas deferens
sekian detik
Ejakulat
74 hari
sekian detik
sekian menit sampai jam
Selain berbeda di waktu kontak, lokasi infeksi juga akan berpengaruh terhadap tipe gangguan
yang terjadi pada sperma. Contohnya:
Obstruksi ini juga akan menyebabkan rupture epididymis karena tekanan yang tinggi dan akan
merusak blood-testis-barrier. Kondisi ini akan mengaktivasi reaksi imunologis dan memicu
produksi antibody terhadap sperma, atau yang biasa disebut anti-sperm antibodies.
Cara mendiagnosisnya bagaimana, Dok?
Diagnosis MAGI ditegakkan bila ada kelainan analisis sperma (azoospermia atau abnormal
spermatozoa) dan memiliki riwayat infeksi pada kelenjar asesori reproduksi atau penyakit
inflamasi traktus urogenital, baik sekarang maupun lampau.
MAGI merupakan infeksi pada epididymis, vesicula seminalis, dan atau prostat. Infeksi ini dapat
disebabkan oleh pathogen yang berasal dari kontak seksual. Chlamydia trachomatis merupakan
pathogen paling sering, meskipun gonococcus juga kadang didapatkan. Pathogen yang berasal
dari traktus urinarius biasanya Escherichia coli, Streptococcus faecalis, Proteus mirabilis,
pseudomonas.Staphylococcus aureus biasanya merupakan kontaminan.
Infeksi akan menyebabkan gejala inflamasi klasik seperti nyeri, bengkak, dan gangguan fungsi.
Terdapat gangguan produksi mineral, enzim, dan cairan yang dibutuhkan untuk transportasi
sperma secara optimal. Proses biokimia dari plasma seminalis terganggu menyebabkan
penurunan volume, viskositas dan likuefaksi abnormal, pH abnormal, dan tentu saja mengganggu
kapasitas fungsional spermatozoa.
Anamnesis merupakan langkah penting. Adanya episode dysuria, nyeri intrascrotal, penurunan
tekanan ejakulasi dan volume ejakulasi, nyeri selama atau sesaat setelah ejakulasi .
Pemeriksaan fisik sebaiknya fokus pada palpasi skrotum, terutama epididymis dan vas
deferens. Adanya bengkak atau nodul perlu diperhatikan. Begitu juga bila ada nyeri tekan.
Transrectal dan transabdominal echography dapat dilakukan.
Analisis urin dapat dilakukan untuk mengetahui adanya infeksi bacterial. Untuk metode
pengambilan urin direkomendasikan setelah pijat prostat. Meskipun, tidak adanya abnormalitas
urin tidak menyingkirkan kemungkinan MAGI, terutama epididymitis.
Analisis sperma merupakan langkah penting. Jumlah leukosit yang dapat dideteksi dengan uji
peroksidase. Uji biokimia sperma juga dilakukan untuk mengetahui ada petanda obstruksi seperti
alfa-glukosidase dan fruktosa. Dan bila kecurigaan pada Anti-Sperm Antibodies dapat dilakukan
MAR test, direk dan indirek.
Terapi. Terapi sama dengan terapi infeksi traktus urinarius. Untuk terapi pada prostat dan
vesikula seminalis menggunakan quinolone generasi ketiga. Pada kasus infeksi streptococcus
lebih efektif menggunakan amoxicillin atau cephalosporin.
Penanganan MAGI dengan PMS sama, Dok?
Secara prinsip, STD hampir sama dengan MAGI. Perbedaanya, pada STD ditemukan
mikroorganisme pada semen. Bila mikroorganisme ditemukan pada ejakulat, maka sulit
dipastikan berasal dari mana infeksinya, apakah hanya berkoloni di uretra, atau kelenjar asesoris,
epididymis bahkan testis.
Infeksi ini dapat menyebar melalui darah maupun asenden melalui uretra.
Secara gejala dan keluhan mirip dengan MAGI. Pemeriksaan fisik lebih diarahkan mencari tandatanda cedera jaringan melalui inflamasi kronis, seperti menebalnya epididymis.
Infeksi pada vesikula seminalis mungkin akibat proses inflamasi akut yang belum sembuh
sempurna. STD sering tanpa gejala, atau mirip dengan gejala prostatitis maupun MAGI.
Pemeriksaan dengan ultrasound transrectal juga dapat dilakukan pada prostatovesikulitis kronis.
Proses pemeriksaan penunjang dan terapi direkomendasikan dilakukan pada pasangan.
Terapi secara empiris lebih banyak menggunakan pendekatan dua penyakit yang paling sering
ditemui, yaitu urethritis gonorrhea dan urethritis non-gonorrhea. Penggunaan Ceftriaxone single
dose atau cefixime single dose masih menjadi pilihan pertama untuk urethritis gonorrhea. Terapi
empirik merekomendasikan untuk kombinasi dengan Azithromycin atau Doxycycline
(kontraindikasi pada ibu hamil).
Dicky Faizal
Mahasiswa PPDS Androlog