Você está na página 1de 109

NOVEL SHIKAMARU HIDEN BAHASA INDONESIA - CHAPTER 01 "KONOHA"

--- Penulis: Takashi Yano ----- Ilustrasi: Masashi Kishimoto ----- English Translation: Cacatua ----- Indonesian Translation: Ayudhya Prameswari #DNI --Translators Note Hello folks, frst of all, I wanna say something important. Saya cuma translate dari
naskah berbahasa Inggris, bukan langsung dari naskah original berbahasa Jepang. Jadi bila ditemui
perbedaan disana-sini dari naskah asli, saya mohon maaf sebesar-besarnya. Selamat membaca smile
emotikon
Sinopsis Chapter Satu, sebagian besar isinya adalah disposisi cerita, berupa lamunan Shikamaru
tentang dirinya sendiri dan Konoha. Serta tentang keadaan dunia Shinobi pasca perang besar berakhir.
Belum banyak yang terjadi.
--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 01 "Konoha" --Memangnya sejak kapan aku berhenti menganggap dunia ini menyusahkan...
Pikiran itu tiba-tiba terlintas di benak Shikamaru yang sedang berbaring melamun, menatap langit biru
yang sedang cerah-cerahnya. Angin saat itu tak terlalu kencang berhembus, bahkan bisa dibilang tidak
ada sama sekali. Sementara barisan awan tipis bertebaran di langit, saling berarak satu sama lain,
melintas pelan di pandangan mata Shikamaru. Sesaat terdiam, Shikamaru lalu tertawa kecil, menertawai
pikirannya sendiri beberapa detik yang lalu.
Shikamaru sadar, dia tak punya waktu untuk berpikir yang aneh-aneh. Entah dia terima atau tidak,
kenyataannya saat ini Shikamaru adalah seseorang yang sangat sibuk.
Dua tahun telah berlalu pasca Perang Dunia Shinobi yang Keempat, dunia sedang berbenah, sekuat
tenaga berusaha mengembalikan stabilitas seperti sedia kalanya. Aliansi kelima Kage yang terbentuk
ketika perang pecah terus berlanjut hingga saat ini, dan sistem Shinobi secara keseluruhan juga ikut
mengalami perubahan. Dunia kini perlahan bergerak, dan semua tak lagi sama.
Aliansi memang hanya diawali oleh lima pihak, namun setelah perang berakhir, mereka tumbuh semakin
besar. Negara-negara kecil yang bertetangga dengan Shinobi Godaikoku (Lima negara besar Shinobi)
banyak yang ikut mendeklarasikan keikutsertaan mereka dalam tubuh aliansi. Pengaruh dan lingkup
aliansi yang begitu besar membuat seakan-akan itu tidak lagi bisa disebut sebagai persekutuan antar
desa atau negara Shinobi, melainkan lebih kepada sebuah serikat. Ya, mungkin itulah istilah yang lebih
tepat, Serikat Shinobi.
Kontrak untuk melaksanakan sebuah misi yang awalnya menjadi sesuatu yang eksklusif bagi masing-

masing desa, kini ditangani langsung secara kolektif oleh Serikat Shinobi. Masing-masing desa yang
berpartisipasi dalam Serikat Shinobi memiliki duta yang ditugaskan di desa lain sebagai perwakilan
dalam negosiasi sebuah kontrak. Dengan cara ini keseimbangan kerja antar desa dapat dijamin,
kesenjangan antar desa yang terjadi di masa lalu pun sedikit demi sedikit dapat dikikis. Dunia Shinobi
akhirnya dapat menghirup udara segar, mereka menyambut era perdamaian dengan tangan terbuka.
--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 01 by Dunia Naruto Indonesia --Huaaahh...
Shikamaru menguap. Cuaca sore itu memang sedang cerah, tapi ubin tempatnya berbaring cukup dingin
untuk membuat punggungnya membeku. Bila dibiarkan seperti itu, mungkin satu-satunya hal yang akan
dia dapat adalah demam dan flu, tapi Shikamaru tak peduli. Dia memang punya alasan untuk tak segera
beranjak dari tempat itu.
Selepas waktu santainya yang cuma sekelebat ini, Shikamaru ditunggu oleh banyak sekali pekerjaan.
Begitu banyak, hingga bilapun ini sebuah lawakan, akan sangat sulit untuk tertawa atasnya.
Shikamaru tahu pasti, sesaat setelah dia bangkit dari pembaringannya, otaknya akan langsung berganti
ke mode kerja. Dan bila itu terjadi, Shikamaru paham bahwa akan sangat sulit baginya untuk mendapat
waktu santai seperti ini lagi. Dia hanya ingin bermalas-malasan selama mungkin yang dia bisa, hingga
malam, atau bahkan hingga fajar selanjutnya. Sampai ada seseorang yang datang menemukannya,
Shikamaru tidak memiliki sedikitpun niat untuk beranjak dari tempat itu.
Tempat itu... tempat dimana seseorang dapat melihat seluruh Konoha sejauh mata memandang. Juga
tempat dimana orang nomor satu di Konoha tinggal dan bertugas. Ya, tempat itu adalah kediaman sang
Hokage, dan Shikamaru sedang bermalas-malasan di atas atapnya.
Dari sana, Shikamaru dapat melihat dengan jelas wajah para Hokage dari generasi ke generasi terpahat
rapi di sebuah tebing. Urut dari yang paling kiri, wajah sang pendiri Konohagakure, Hokage pertama,
Hashirama Senju. Lalu berlanjut ke adiknya yang menjadi Hokage kedua, Tobirama Senju. Disebelahnya
terpahat wajah sang Hokage ketiga yang gugur melindungi desa dari upaya kudeta yang dilakukan
Orochimaru bertahun silam, Sarutobi Hiruzen. Berikutnya adalah pahatan wajah Hokage termuda dalam
sejarah Konoha, pahlawan perang yang dijuluki Konoha no Kiroi Senko Minato Namikaze. Sementara
pahatan kelima menggambarkan wajah salah satu dari tiga Shinobi legendaris Konoha, sekaligus satusatunya Hokage wanita yang pernah memimpin desa, Tsunade Senju.
Mereka semua adalah Hokage yang memimpin desa di era lampau. Lalu, bagaimana dengan saat ini?
--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 01 by Dunia Naruto Indonesia --Dibandingkan dengan yang lain, pahatan wajah Hokage keenam terlihat sedikit berbeda. Sepasang mata

sayu terpahat sangat detail, menatap Konoha dari antara untaian rambut yang cukup panjang hingga
menutupi sebagian besar dahinya. Namun selain mata dan pangkal hidung, tak banyak yang terlihat dari
wajah sang Hokage keenam ini. Itu karena bagian bawah wajahnya memang tersembunyi dengan
sempurna dibalik sebuah topeng.
Hatake Kakashi. Ya, itulah nama sang Hokage keenam.
(Deskripsi patung Hokage Kakashi sedikit berbeda dengan apa yang terlihat di chapter 700. Di chapter
700 diperlihatkan bahwa patung Hokage Kakashi mengenakan ikat kepala Konoha. Sementara di novel
Shikamaru Hiden pahatan wajah Kakashi di deskripsikan dengan rambut terurai, seperti penampilan
sehari-harinya sebagai Hokage bila tidak sedang dalam misi.)
Kakashi adalah guru dari dua orang yang memimpin para Shinobi menuju kemenangannya. Saat ini
hampir tidak ada satupun orang di dunia yang tidak mengenal namanya dan juga murid-muridnya.
Banyak orang yang mengagumi sosok mereka di seluruh penjuru dunia, bahkan menyebut mereka
sebagai pahlawan legendaris. Namun Shikamaru, orang yang mengenal ketiga orang tersebut dengan
sangat baik, berpendapat sedikit berbeda. Tak ada satupun dari mereka yang terlalu pas disebut sebagai
legenda setidaknya itu menurut Shikamaru.
Lihat saja Kakashi, dia memang seorang guru sekaligus Shinobi yang cakap dan layak dijadikan panutan,
juga seseorang yang sangat bisa diandalkan ketika menghadapi situasi genting. Namun diluar semua itu,
pada dasarnya dia adalah seorang pemalas kurang lebih sama seperti Shikamaru sendiri.
Sementara dua orang pahlawan yang lain juga tidak jauh berbeda. Yang satu adalah seseorang yang
bodohnya tidak terhingga, sementara yang satu lagi adalah orang yang luar biasa keras kepala. Kalau
saja orang-orang di luar sana mengenal mereka lebih dekat, mungkin tidak ada yang mau memanggil
mereka dengan gelar istimewa semacam legenda hidup Shikamaru hanya tersenyum kecil
memikirkan itu semua.
Hehehe, dibanding mereka, memangnya apa yang sudah kulakukan...
Kata-kata itu meluncur dari mulut Shikamaru tanpa disadarinya. Dia paham, dirinya sendiri adalah orang
yang sama sekali tidak cocok menjadi seorang pahlawan, alih-alih seorang legenda. Lagipula, Shikamaru
memang tidak ingin menjadi salah satunya, entah pahlawan atau legenda.
Shikamaru bukanlah seorang ninja yang mau berlatih mati-matian untuk mengembangkan Ninjutsu, atau
belajar menjadi spesialis ilmu medis. Dia juga tidak pernah ingin menjadi seseorang yang memiliki
kedudukan tinggi. Shikamaru hanya ingin menjadi sosok yang biasa-biasa saja.
Dia ingin menjadi seorang ninja dengan pangkat yang tidak terlalu tinggi, menjalankan misi yang tidak
terlalu merepotkan, menikahi seorang wanita yang bersahaja, mempunyai beberapa anak, membesarkan
mereka, lalu menghabiskan masa tua dalam kehidupan yang sederhana, hingga akhirnya meninggal

dalam damai.
Sebagian besar orang berpendapat bahwa kehidupan harusnya lebih dari sesuatu yang ala kadarnya
seperti itu, tapi tidak bagi Shikamaru. Justru kehidupan seperti itulah yang menjadi impiannya, baginya
itulah makna sebenarnya dari sebuah kebahagian.
Berbaring melamun menatap langit di hari yang cerah, memandang awan, dan membiarkan pikiran
melayang bersama mereka. Lalu bila hari hujan, menghabiskan waktu untuk bermain Shogi di rumah
seharusnya sudah lebih dari cukup. Hidup tanpa tekanan dan ekpektasi dari banyak orang. Bukankah itu
adalah sebuah kehidupan yang indah?
--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 01 by Dunia Naruto Indonesia --Huaaaahh...
Lagi-lagi Shikamaru menguap, kali ini lebih keras dari sebelumnya. Dia sadar akan sesuatu.
Kenyataan... ya, kenyataan. Kenyataan adalah lawan yang sangat berat.
Bila lawan kita adalah manusia, setidaknya kita tahu bahwa sesulit apapun, kita pasti mampu
mengalahkannya. Bilapun dia adalah manusia setengah dewa, atau bahkan dewa sekalipun. Toh, lawan
yang dihadapi dalam perang sebelum ini juga bisa dibilang bukan manusia biasa, namun dengan kerja
keras dan bersatunya para Shinobi, lawan-lawan tersebut tetap bisa dikalahkan pada akhirnya. Lalu
bagaimana dengan kenyataan?
Kenyataan adalah sesuatu yang abstrak, tak memiliki wujud. Kita tidak akan pernah bisa mengalahkan
sesuatu yang tidak memiliki wujud. Dan, Shikamaru telah membuktikannya sendiri.
Tidak peduli seberapa berharapnya Shikamaru akan kehidupan yang menjadi impiannya, kenyataan
selalu punya cara untuk membawa Shikamaru ke arah sebaliknya. Shikamaru, yang sebenarnya sangat
ingin menjadi seorang yang biasa-biasa saja, saat ini malah menjadi sosok yang sangat penting dalam
tubuh Serikat Shinobi.
Shikamaru memiliki begitu banyak pekerjaan. Mulai dari mengklasifkasikan peringkat misi, memilah
semua kontrak yang masuk ke setiap negara, kemudian menganalisis karakteristik masing-masing desa
Shinobi untuk menentukan desa mana yang paling tepat untuk menangani sebuah misi atau kontrak
tertentu, hingga mendampingi para Kage sebagai konsultan. Serikat Shinobi benar-benar membutuhkan
Shikamaru hampir dalam semua hal, bahkan yang sepele, seperti menemani Tsuchikage bermain Shogi
misalnya.
Shikamaru, sang penasehat Serikat Shinobi dari Konoha. Lihatlah, bahkan dia sudah memiliki sebuah
julukan sekarang. Sesuatu yang hampir pasti tidak pernah terlintas di pikiran Shikamaru sebelumnya.

Meski Shikamaru tidak pernah ingin menonjolkan dirinya, meski dia sama sekali tidak memiliki keinginan
untuk sukses dalam hal apapun, bahkan terkadang sengaja untuk menggagalkan dirinya sendiri, semesta
seperti selalu punya cara untuk membuatnya mengungguli orang lain.
Kesalahan pertamanya terjadi ketika ujian Chuunin. Sebuah ujian kenaikan tingkat yang diadakan oleh
lima negara besar, dan diikuti oleh Genin dari lima desa besar serta desa-desa kecil di sekitar mereka.
Ketika itu ujian dilaksanakan di Konoha, namun berhenti di tengah jalan akibat upaya kudeta yang
dilakukan oleh Orochimaru. Shikamaru, untuk beberapa alasan tertentu, dipromosikan sebagai Chuunin
dan yang lebih istimewa, dari ratusan peserta yang mengikuti ujian, hanya dialah yang berhasil
mendapatkan kenaikan tingkat tersebut.
Nasib sial Shikamaru dimulai di babak terakhir ujian Chuunin, ketika para peserta yang tersisa
berhadapan satu sama lain dalam arena pertarungan. Strategi serta cara Shikamaru menggunakan
Kagemane no Jutsu benar-benar memukau semua orang, baik para penonton, peserta lain, bahkan
lawannya sendiri seorang Kunoichi bersenjatakan kipas besar dari desa pasir, Sunagakure.
Pertarungan sendiri sebenarnya berakhir dengan imbang, sebelum akhirnya Shikamaru menyerah di
detik-detik terakhir. Namun justru itulah poin penting yang dilihat para petinggi desa darinya.
Menjadi seorang Chuunin yang bertanggung jawab akan nyawa bawahan nya, kemampuan seseorang
dalam menganalisa situasi dan mengambil tindakan terbaik atas dasar analisa tersebut menjadi sangat
penting. Para petinggi desa melihat Shikamaru memiliki kualitas tersebut, dan memutuskan untuk
menjadikannya Chuunin.
Sebuah hasil yang tentunya sama sekali tidak dia inginkan. Ah, lagipula, keikutsertaan Shikamaru dalam
ujian ini juga bukan sepenuhnya atas keinginannya sendiri.
Asuma Sarutobi, gurunya itulah yang memaksa Shikamaru untuk mengikuti ujian ini. Atas dasar
hormatnya pada Asuma serta rasa setia kawannya kepada dua rekan setimnya yang lain, Shikamaru
bersedia mengikuti ujian ini meski setengah hati. Yah apapun itu, tetap saja, kenyataan berhasil
menuntun Shikamaru untuk menjadi seorang Chuunin, sekaligus mendapatkan pengakuan dari seluruh
desa.
Sejak saat itu, rencana hidup yang diimpikan Shikamaru sedikit demi sedikit mulai hancur berantakan.
Yah, meski dalam artian yang baik.
--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 01 by Dunia Naruto Indonesia --Sudah dua tahun sejak Perang Dunia Shinobi keempat berakhir. Shikamaru saat ini telah berusia 19
tahun. Sebuah usia dimana seseorang tak lagi pantas dipanggil anak kecil.

Shikamaru bertanya-tanya, betapa bangganya seseorang ketika banyak orang yang meletakkan harapan
mereka di pundaknya. Apakah sesuatu seperti itu dapat disebut sebagai sebuah pencapaian? Tak perlu
waktu lama untuk menemukan jawabannya. Sahabat Shikamaru Naruto, yang sangat ingin menjadikan
pundaknya sebagai sandaran harapan bagi banyak orang, saat ini telah berhasil mencapai impiannya
tersebut, dan akhirnya menjadi pahlawan bagi desa dan seluruh dunia Shinobi.
Shikamaru sangat paham bahwa manusia adalah mahkluk hidup yang mau tidak mau, memang harus
saling bergantung satu sama lain. Karena itulah, meski lebih suka bila tidak ada orang yang bergantung
padanya, Shikamaru tidak pernah keberatan untuk mengulurkan tangannya bagi siapapun yang
membutuhkan. Pun dalam misi, dia sadar bahwa dalam beberapa situasi tertentu, harapan memang ada
dipundaknya, dan dia tidak keberatan untuk melakukan apapun demi mewujudkan harapan tersebut.
Dirinya mungkin tukang mengeluh, namun sama sekali tak kenal kata menyerah.
Shikamaru memang harus seperti itu, karena kini dia memiliki banyak tanggung jawab, akan tugasnya,
terlebih lagi, akan sumpahnya.
Bertahun silam, kelompok yang berniat menguasai dunia Akatsuki, membunuh gurunya Asuma dalam
sebuah pertempuran. Saat itu, istri Asuma Yuhi Kurenai, yang juga adalah guru teman seangkatan
Shikamaru, sedang dalam keadaan mengandung putrinya yang saat ini telah berusia dua tahun. Sarutobi
Mirai, nama gadis kecil itu.
Shikamaru telah bersumpah pada dirinya sendiri, bahwa dia akan membimbing serta menjaga Mirai
dengan segenap tenaganya. Sebuah sumpah yang akan dia jaga hingga akhir hayatnya.
Ayah Shikamaru, Nara Shikaku, adalah ahli strategi aliansi Shinobi dalam perang dunia keempat. Dia
gugur bersama seluruh Shinobi di markas pusat aliansi, termasuk ayah sahabat Shikamaru Inoichi
Yamanaka, setelah tempat itu dibombardir oleh Bijuudama yang ditembakkan oleh Juubi.
Kami selalu bersamamu, jangan pernah lupakan itu!
Hingga saat ini, kata-kata terakhir Shikaku tersebut masih mengiang jelas dalam pikiran Shikamaru. Dan
untuk itulah, Shikamaru berjanji akan menjadi pria yang sebaik ayahnya. Ini adalah sumpah keduanya.
Dan saat ini ada dia... Ya, dia. Naruto, sang pahlawan Shinobi. Orang keras kepala yang bermimpi
menjadi seorang Hokage. Dia yang tak pernah menarik kata-katanya, dan tak pernah menyerah dalam
situasi apapun.
Ketika pertempuran menghadapi Juubi, Shikamaru sempat berada dalam keadaan sekarat. Dan di saatsaat genting itulah, sumpah lain Shikamaru terucap.
Sepertinya memang tidak ada yang lebih cocok menjadi penasehat si bodoh itu selain aku. Maaf ayah,
aku masih belum bisa menyusulmu saat ini.

Ya, bila Naruto benar-benar akan menjadi Hokage, maka Shikamaru lah akan menjadi tangan kanannya.
Sekarang itu adalah impiannya.
Shikamaru telah memiliki banyak sekali tanggung jawab, dia sendiri bahkan tidak berani menghitungnya
karena memang sudah terlalu banyak. Semesta mendukungnya menjadi pribadi yang terus maju,
meski sebenarnya dia paham, itu bertentangan dengan impian terdalamnya. Namun tak dapat dipungkiri,
menjadi pundak tumpuan harapan banyak orang adalah sesuatu yang baik, dan Shikamaru merasa harus
bersyukur atas keadaannya sekarang.
--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 01 by Dunia Naruto Indonesia --Shikamaru tersenyum kecil.
Sebagai seorang manusia biasa, Shikamaru juga memiliki rasa lelah, serta kebimbangan. Shikamaru
yang sebenarnya bukanlah Shikamaru yang dipikirkan dan diharapkan oleh banyak orang. Shikamaru
yang sebenarnya adalah pria yang menganggap semua hal menyusahkan, dan pria yang memiliki impian
akan kehidupan yang biasa-biasa saja. Semakin besar ekspektasi banyak orang akan dirinya, semakin
besar pula keinginannya untuk lari dari kenyataan. Itulah kebenaran seorang Nara Shikamaru. Kebenaran
yang disadari namun tidak dipahami oleh banyak orang, bahkan mungkin Shikamaru sendiri.
Dia teringat masa-masa sebelum ini. Di mana orang-orang di sekitarnya sangat memahami betapa
Shikamaru adalah orang yang tidak pernah sepi dari mengeluh. Betapa Shikamaru adalah orang yang
terlalu malas untuk mencapai apapun juga.
Sejak kapan itu berubah? Sejak kapan mereka mulai salah memahami Shikamaru?
Dan seperti yang dipikirkan Shikamaru sedari tadi sejak kapan dia berhenti menganggap segala
sesuatu di dunia ini menyusahkan?
Iya ya, kalau dipikir-pikir memangnya kapan semua itu dimulai...?
Shikamaru bergumam pelan, masih sambil memandangi langit dengan pandangan setengah mengantuk.
Namun tiba-tiba mata Shikamaru menangkap sesuatu. Alisnya menajam, matanya memicing, mencoba
melihat lebih jelas. Ternyata itu adalah seekor burung, burung elang lebih tepatnya.
Elang tersebut terbang ke arah barat, dimana sebagian langit telah berubah warna menjadi jingga. Ya,
tanpa terasa matahari sudah akan tenggelam, senja akan segera datang. Elang tersebut
membentangkan sayap lebarnya dan terbang berputar-putar di atas Shikamaru atau lebih tepatnya, di
atas kediaman Hokage.

Shikamaru merasa ada yang tidak beres, dia segera bangkit dari tempatnya berbaring. Pikirannya yang
sedari tadi melayang-layang entah kemana telah kembali tajam, sementara pandangan matanya masih
sama, menatap tajam si elang.
Hitam legam. Elang itu begitu legamnya hingga seakan terbuat dengan tinta.
Tunggu, itu memang elang tinta. Chojuu Giga, teknik ninja milik salah satu rekan Shikamaru Sai.
Sai adalah seseorang yang dulunya bergabung dengan Naruto dan Haruno Sakura dalam tim 7 sebagai
pengganti Uchiha Sasuke yang menghilang dari desa. Chojuu Giga adalah salah satu spesialisasi-nya.
Akhirnya tiba juga....
Elang tinta tersebut berhenti terbang memutar dan mulai terbang rendah, sepertinya bersiap mendarat.
Bersamaan dengan itu Shikamaru segera berlari turun dari atap, menyusuri tangga menuju kantor
Hokage. Setibanya di sana, Shikamaru langsung menerobos masuk tanpa mengetuk pintu terlebih
dahulu.
Oh, Shikamaru.
Kakashi, sang Hokage, menyapa Shikamaru yang baru saja memasuki kantornya. Dia sendiri sedang
berdiri di belakang meja kerjanya yang dipenuhi tumpukan dokumen dan buku-buku, sambil sibuk
membaca sebuah gulungan, entah apa isinya.
Maaf, apa elang yang tadi...
Iya, benar.
Kakashi memberikan gulungan yang dipegangnya tersebut kepada Shikamaru, sepertinya isinya sangat
penting. Shikamaru membacanya. Terlihat sebarisan kalimat yang ditulis dengan berantakan, seakan
dalam keadaan terburu-buru.
Situasinya benar-benar lebih gawat dari apa yang kita perkirakan.
Tatapan Kakashi terasa sedikit berbeda ketika dia mengucapkan kata-kata itu. Sorot matanya terlihat
sangat serius, lebih dari apa yang Shikamaru bisa bayangkan. Bahkan cara bicara sang Hokage juga ikut
berganti, nada suaranya terdengar lebih muram. Semua itu memberi Shikamaru perasaan yang tidak
enak, sebuah frasat, seakan sesuatu yang buruk sedang terjadi.
Mata Shikamaru kembali mengalihkan pandangannya ke arah gulungan, mencermati kata demi kata yang
sebenarnya tidak terlalu mudah dibaca. Seluruh pesan Sai ditulis dengan huruf yang terlukis kecil dan
tegas. Namun, terdapat satu kalimat yang ditulis dengan ukuran yang jauh lebih besar dari yang lain,

dengan goresan tebal dan terkesan liar. Itu adalah kalimat terakhir dalam pesan Sai, yang tertulis...
Aku tak lagi mengenal siapa diriku...
--- Bersambung ke Novel Shikamaru Hiden Chapter 02 --- #ShikamaruHiden
NOVEL SHIKAMARU HIDEN BAHASA INDONESIA - CHAPTER 02 "THE LAND OF SILENCE"
--- Penulis: Takashi Yano ----- Ilustrasi: Masashi Kishimoto ----- English Translation: Cacatua ----- Indonesian Translation: Ayudhya Prameswari #DNI --Translators Note Hello folks, frst of all, I wanna say something important. Saya cuma translate dari
naskah berbahasa Inggris, bukan langsung dari naskah original berbahasa Jepang. Jadi bila ditemui
perbedaan disana-sini dari naskah asli, saya mohon maaf sebesar-besarnya. Selamat membaca smile
emotikon
Sinopsis Chapter Dua, Shikamaru berdialog dengan Hokage mengenai surat yang dikirim Sai. Banyak
Shinobi menghilang secara misterius, dan sepertinya Sai menemukan sebuah petunjuk.
--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 02 "The Land of Silence" --Kepada tuan Hokage keenam.
Sudah tidak ada waktu lagi, jadi saya harus menulisnya sesingkat dan sejelas mungkin. Penyelidikan
kami telah selesai sesuai dengan apa yang telah anda perintahkan. Namun sepuluh orang anggota tim
kami telah menghilang, dan saat in, hanya saya yang tersisa.
Saya tidak tahu pasti apakah mereka masih hidup atau tidak. Namun, saya bisa pastikan, saat ini musuh
sedang mengincar kami. Karena itu, saya akan langsung menuju intinya.
Situasi internal di negeri ini jauh lebih buruk dari apa yang anda takutkan. Bila kita membiarkannya, maka
Serikat Shinobi mungkin akan menemui akhirnya. Tidak, jauh lebih buruk, mungkin angin perubahan yang
saat ini sedang terjadi di seluruh dunia, itu semua akan terhenti sepenuhnya.
Ada seseorang yang berada di balik layar. Namanya adalah Gengo. Negeri ini ada karena Gengo, dan
Gengo berada di sini karena dia juga membutuhkan negeri ini. Agaknya bukan sesuatu yang berlebihan
bila saya katakan bahwa satu-satunya alasan negeri ini tetap berdiri, adalah hanya demi kepentingan
Gengo semata.
Kharismatik. Mungkin itulah kata yang paling tepat untuk menggambarkan sosok Gengo. Dia mungkin

adalah seseorang yang mampu mengubah dunia ini sekali lagi.


Entah, saya tidak ingin melihat dunia kembali berubah. Tapi saya belum yakin. Kita para Shinobi sama
sekali tidak pernah diberkati, iya kan? Kita adalah Shinobi, karena kita terus bertahan. Tapi apakah itu
benar-benar sesuatu yang baik?
Tuan Hokage. Tidak, Kakashi-san.
Aku tak lagi mengenal siapa diriku...
Sai
--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 02 by Dunia Naruto Indonesia --Shikamaru mengangkat pandangannya dari surat Sai, dibarengi dengan helaan nafas tanda keheranan.
Kakashi kembali duduk, kedua sikunya menekuk di atas meja. Dia masih mengenakan topi Hokage di
atas rambutnya yang tumbuh semakin panjang beberapa tahun terakhir ini. Sementara sebagian besar
dari wajahnya tertutup oleh topeng, sama seperti biasanya.
Sambil menopang dagunya dengan kedua tangannya, Kakashi hening, mengamati reaksi Shikamaru.
Bagaimana menurutmu?, Kakashi bertanya dengan suara yang jelas terdengar.
Pertanyaan itu jelas untuk Shikamaru. Tidak ada orang lain di ruangan tersebut selain mereka berdua.
Saya heran... Sai malah mengirim jutsunya kembali ke desa, mengapa bukan dia sendiri saja yang
kembali?
Yah, itu memang sedikit mengherankan...
Kakashi bersandar di kursinya, pandangannya menatap langit-langit ruangan. Dia menghela nafas yang
lumayan panjang.
Lagipula, coba lihat surat ini... sepertinya memang semua orang kita, kecuali Sai, sudah tertangkap oleh
musuh. Atau lebih buruk lagi, mereka sudah terbunuh.
Sepertinya memang begitu.
Yang dipimpin Sai adalah sepuluh ANBU yang memiliki keterampilan dan jam terbang tinggi. Saya benarbenar tidak yakin bila mereka bisa berbuat sesuatu yang cukup ceroboh sampai-sampai musuh
menemukan mereka. Yah, kecuali bila memang musuh yang kita hadapi ini sama hebatnya dengan
orang-orang kita.

Yah...
Lagi-lagi jawaban singkat dari Kakashi. Dia perlahan memutar kursinya hingga membelakangi Shikamaru.
Terdiam sejenak, dia lalu berputar kembali ke posisi semula. Memang seperti itulah seorang Kakashi
Hatake, orang yang berusaha sebisa mungkin tetap tenang di segala situasi.
Normalnya, bila seseorang dihadapkan dengan keadaan semacam ini, tubuh dan pikirannya akan kaku,
membeku. Kakashi mencoba menepis hal tersebut dengan apapun yang dia bisa lakukan. Kakashi
paham dia harus terus bergerak dalam situasi seperti ini agar tetap bisa berpikir jernih. Dia belajar dari
pengalamannya bertahun-tahun menjadi Shinobi yang telah menyaksikan banyak sekali pertumpahan
darah.
Shikamaru melihat apa yang dilakukan Kakashi dengan muka gelisah. Tak lama, dia kembali membuka
mulutnya dan berbicara.
Ketika Sai sadar bahwa dia telah kehilangan seluruh anggota timnya, hanya ada satu kemungkinan
tindakan yang mungkin dan harus dia ambil.
Melarikan diri... benar kan? ucap Kakashi, masih dengan tubuh bersandar.
Benar. Kakashi mengangguk kecil mendengar jawaban Shikamaru. Pandangannya masih menengadah
ke langit-langit.
Meski begitu, dia malah mengirim surat ini. Mengapa dia tidak melarikan diri saja dan kembali ke desa
untuk melapor langsung kepada anda, tuan Hokage...
Berapa kali aku bilang padamu, jangan panggil aku tuan Hokage, Kakashi-san saja sudah cukup... kata
Kakashi, kali ini pandangannya tertuju langsung ke arah Shikamaru.
Sejak kapan kau berubah menjadi begitu kaku. Seingatku, kau dulu tidak seperti itu. demikian lanjutnya.
Aku sudah bukan anak kecil lagi.
Bahkan setelah semua yang terjadi, Naruto saat ini masih bertingkah seperti anak kecil. Kakashi
kembali mendebat.
Naruto ya Naruto. Aku bukan dia. jawab Shikamaru tegas.
Oh, baiklah, aku mengerti... kali ini Kakashi menyerah.
Pandangan yang terkesan sendu terpancar dari mata Kakashi. Dia membentangkan gulungan Sai di atas
meja, membacanya dengan teliti sekali lagi. Matanya terhenti pada satu kalimat.

Situasinya lebih buruk dari yang aku perkirakan ya?


Sepertinya masuk akal bila kita simpulkan bahwa Shinobi-Shinobi yang menghilang di medan tempur
ketika perang masih berlangsung, serta mereka yang menghilang akhir-akhir ini, semua berada di negara
itu...
Sepertinya memang seperti itulah yang dikonfrmasi oleh Sai. Shikamaru menimpali.
Hmm, Shijima no Kuni. Negeri yang selalu sunyi.
--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 02 by Dunia Naruto Indonesia --Banyak jiwa yang terenggut selama Perang Dunia Shinobi keempat yang dimulai oleh Uchiha Madara
dan Uchiha Obito berlangsung. Berhadapan dengan banyak hal di luar nalar, para Shinobi dari lima
negara besar akhirnya menyatukan kekuatan mereka dan berjuang bersama-sama hingga tetes darah
penghabisan. Di puncak perang, seseorang yang memanipulasi Madara Kaguya Ootsutsuki, akhirnya
dapat dikalahkan. Perang pun berakhir.
Dalam rangka setiap desa untuk memulihkan diri di masa damai, upaya untuk mengetahui secara detail
siapa-siapa saja yang gugur, atau menghilang di medan perang, menjadi sesuatu yang sangat penting
dan mendesak. Perang yang terjadi begitu sengit, bahkan hingga merobek daratan benua. Alih-alih
merinci daftar nama, bila jenazah seorang korban dapat ditemukan saja sudah menjadi sebuah
keberuntungan.
Dibandingkan dengan jumlah korban yang telah diketahui pasti gugur di medan perang, jumlah korban
yang nasibnya belum jelas masih jauh lebih banyak.
Lima negara besar telah kehilangan kurang lebih 10.000 orang Shinobi, sebanyak itulah nyawa yang
direnggut dalam perang dunia keempat. Bahkan, bila melihat lawan dan situasi yang dihadapi, jumlah
korban sebanyak itu masih tergolong sebuah keberuntungan.
Namun tidak seperti itu dalam pandangan Shikamaru. Baginya, bahkan satu saja korban sudah terlalu
banyak.
Selain ayah, guru, serta orang yang dapat dia anggap sebagai paman, dalam perang ini, Shikamaru juga
kehilangan salah satu sahabatnya Hyuga Neji. Dia yakin, rasa sakitnya ketika kehilangan sahabatnya
tersebut juga dirasakan oleh semua yang ditinggalkan orang terdekatnya masing-masing.
Ketika jatuh korban dalam perang, di sana terdapat banyak kedukaan dan segala emosi yang takkan bisa
hilang hanya oleh kata-kata. Itulah alasannya... Itulah alasannya, bagaimanapun caranya, perang tidak
boleh kembali pecah sekali lagi.

Aku ingin tahu, kira-kira berapa banyak dari Shinobi-Shinobi yang menghilang tersebut yang jatuh ke
tangan Shijima no Kuni... rupanya Kakashi sedang memikirkan sesuatu yang sama dengan Shikamaru.
Itulah yang Kakashi katakan. Maksudnya jelas, diantara seluruh korban yang masih menghilang, pasti
ada beberapa di antara mereka yang masih hidup, namun entah bagaimana tetap berada di luar
jangkauan.
Markas besar Serikat Shinobi adalah yang paling pertama menyadari hal tersebut. Mereka adalah yang
menangani segala kontrak misi, permintaan tolong, dan hal-hal semacamnya, karena itulah mereka juga
menjadi yang pertama menyadari sebuah pola. Pola yang kurang lebih mulai muncul setahun yang lalu.
Permintaan misi bagi para Shinobi menurun dengan drastis.
Sejak lima negara besar memutuskan untuk membentuk aliansi yang nantinya berkembang menjadi
serikat, konflik semakin jarang terjadi. Dan konsekuensi logisnya adalah permintaan akan misi-misi
berbahaya seperti tingkat A atau B juga ikut menurun.
Tak hanya berhenti disitu. Bahkan misi-misi mudah setingkat C atau D pun juga turut mengalami
penurunan secara drastis.
Shikamaru mengetahui masalah ini cukup awal, karena memang dia memiliki jabatan lumayan di markas
besar Serikat Shinobi. Namun tak banyak yang dapat dia dan rekan-rekannya lakukan dalam masalah ini.
Mereka menganggap bahwa ini adalah bagian terelakkan dari perubahan yang sedang terjadi. Yah,
sepertinya itu diterima sebagai satu-satunya penjelasan yang ada atas masalah ini
Sebenarnya, ada seseorang yang dikatakan mampu mengatasi permasalahan tersebut, dan juga
masalah-masalah lain yang muncul pasca perang.
Orang itu adalah Hatake Kakashi.
Salah satu permasalahan yang coba diselesaikan oleh Kakashi adalah kasus hilangnya para Shinobi
yang terjadi dalam setahun terakhir.
Setahun belakangan, desa-desa kehilangan kurang lebih satu Shinobi hampir setiap bulannya. Itu berarti
12 orang Nukenin untuk masing-masing desa, dan 60 orang total di seluruh lima negara besar. Dan yang
lebih aneh, para Nukenin tersebut semuanya adalah Shinobi laki-laki berusia muda, dan lajang.
Masing-masing desa telah mencoba melakukan upaya pencarian, namun hasilnya nihil.
Mungkin aku melakukan kesalahan dengan mengutus Sai untuk melanjutkan penyelidikan. Mungkin
seharusnya aku menariknya mundur terlebih dahulu. ucap Kakashi.

Menyesali keputusan anda tidak akan mengubah apapun sekarang. Shikamaru menyela.
Yah, aku rasa kau benar.
Sai, yang telah dikirim untuk menyelidiki kasus menghilangnya para Nukenin, telah mengirimkan laporan
pertamanya sebulan yang lalu, mereka menemukan petunjuk. Kakashi percaya bahwa meningkatnya
jumlah Nukenin dan menurunnya jumlah permintaan misi adalah dua hal yang saling berhubungan satu
sama lain. Dia memerintahkan Sai untuk meneruskan penyelidikan, dan mengirimkan satu tim ANBU
sebagai bala bantuan.
--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 02 by Dunia Naruto Indonesia --Petunjuk yang ditemukan Sai adalah Shijima no Kuni.
Negeri ini terletak di sebelah barat sebuah benua yang luasnya hampir sama dengan lima negara besar.
Shijima no Kuni adalah sebuah negeri yang tidak pernah berinteraksi dengan negara lain manapun.
Karena itulah, negeri itu disebut sebagai tanah yang sunyi oleh banyak orang. Satu-satunya detail yang
diketahui dari negeri itu adalah keberadaan Samurai. Ya, Shijima no Kuni adalah negeri Samurai. Lebih
dari itu, masih menjadi sebuah misteri.
Menurut informasi yang dikirim oleh Sai, beberapa Nukenin yang berasal dari Konoha, entah bagaimana,
saat ini berada di Shijima no Kuni. Bukan hanya itu, bahkan beberapa Shinobi yang hilang dalam perang
besar juga berada di sana.
Shijima no Kuni sedang mengumpulkan Shinobi-Shinobi yang hilang dalam medan perang, juga mereka
yang sengaja meninggalkan desanya masing-masing. Dan sekarang pertanyaannya adalah...
Untuk apa?
Kakashi agaknya dapat melihat dengan sangat jelas apa jawaban pertanyaan itu, bukan sesuatu yang
baik tentunya.
Menurutmu, apa yang terjadi pada Sai? tanya Kakashi.
Dia masih hidup. Shikamaru menjawab dengan pasti.
Yah, aku setuju denganmu. Tapi... bila kau lihat cara dia melukiskan sosok Gengo dalam kata-katanya di
surat ini... Kakashi tak melanjutkan kata-katanya.
Ini bukan sesuatu yang ingin saya percayai, tapi kita tidak boleh mengkesampingkan kemungkinan
bahwa Sai, telah berpihak pada orang itu, Gengo. Shikamaru menegaskan apa yang sepertinya
dipikirkan Kakashi.

Yah, lagipula Sai memang orang yang polos.


Namun bila ternyata benar Sai masih hidup, kita tidak boleh membiarkannya begitu saja. Kita harus
menyelamatkannya. tegas Shikamaru.
Itu benar... terlihat rona muram di mata sayu sang Hokage.
Sebenarnya Shikamaru tahu pasti, bahwa situasi menjadi jauh lebih rumit dari sekedar menyelamatkan
seorang teman.
Bila kondisi internal Shijima no Kuni benar-benar seperti apa yang dilaporkan oleh Sai, dan situasi di
sana benar-benar seperti yang anda perkirakan, maka tidak ada pilihan lain. Kita harus segera
mengambil tindakan.
Aku tahu, Shikamaru...
Sudah dua tahun berlalu semenjak perang berakhir. Desa-desa sudah mulai kembali stabil, namun
kondisi negara secara keseluruhan masih belum seperti yang diharapkan. lanjut Shikamaru.
Bila perang kembali pecah, kita tidak akan sanggup bertahan. Kakashi menjawab pelan.
Tepat sekali. Sambil menghela nafas yang begitu panjang, Kakashi beranjak dari duduknya, dan
berjalan ke arah Shikamaru.
Sepertinya kau memiliki pemikiran yang sama denganku, Shikamaru. ucap Kakashi.
Ya. jawab Shikamaru, singkat.
Kalau begitu apa kau tahu apa yang akan aku lakukan terkait masalah ini?
Tentu, anda bermaksud pergi ke sana sendirian bukan? Shikamaru menjawab dengan yakin.
Kakashi memiliki pengalaman selama bertahun-tahun menjadi bagian dari ANBU. Tidak hanya itu, dia
juga merupakan seorang ANBU yang luar biasa, spesialis dalam misi-misi berbahaya dan rahasia,
termasuk misi pembunuhan.
Melihat gelagat di wajah sang Hokage, sepertinya tebakan Shikamaru memang tepat.
Tuan Hokage. Saya mengerti perasaan anda. Tapi maaf, saya bisa pastikan anda tidak akan dapat
melakukan itu.
Haha, kau membaca pikiranku secepat gerakan guru Minato, Shikamaru. Kakashi mencoba mencairkan
suasana, sementara Shikamaru hanya terdiam.

Apapun itu, sudah jelas negeri tersebut dipimpin oleh seseorang bernama Gengo.
Ya, itu benar.
Kita harus melakukan sesuatu terhadapnya.
Saya juga berpikir hal yang sama.
Baiklah... Kalau begitu, kira-kira menurutmu siapa yang harus kita kirim kesana? tanya Kakashi.
Saya. Biar saya yang pergi. Shikamaru menjawab dengan tegas.
Apa? kedua mata Kakashi melebar mendengar jawaban Shikamaru. Kau itu adalah perwakilan
Konoha. Kau memiliki banyak sekali tanggung jawab di Serikat Shinobi. Lagipula, ini adalah misi...
pembunuhan.
Ya, misi pembunuhan. Akhirnya kata itu terucap.
Apabila Serikat Shinobi dan negeri sunyi benar-benar berperang, maka perdamaian yang selama ini
susah payah diusahakan oleh Serikat akan terganggu, bahkan mungkin runtuh. Jujur, tak ada satupun
pihak yang mengharapkan perang.
Jika surat dan infromasi yang Sai kirim benar adanya, maka pembunuhan atas Gengo akan menjadi jalan
yang tercepat dan paling efektif untuk menghentikan Shijima no Kuni.
Kita harus menjaga rahasia ini sebisa mungkin. Tidak boleh ada yang tahu tentang ini selain orang-orang
yang benar-benar kita percaya. ucap Shikamaru.
Itu benar. Tapi tidak harus kau sendiri yang pergi kesana... Kakashi masih menentang keinginan
Shikamaru.
Salah satu teman saya sedang dalam bahaya. Mohon izinkan saya untuk pergi.
Kakashi berhenti membantah, dia melihat determinasi yang begitu tinggi di mata Shikamaru.
Seperti Kakashi katakan sebelumnya, Shikamaru tidak harus melakukannya sendiri. Di desa, bahkan di
Serikat Shinobi masih banyak orang-orang yang lebih cocok untuk menjalankan misi semacam ini.
Tapi Shikamaru telah mengajukan namanya sendiri.
Mungkin Shikamaru sendiri pun tidak tahu alasan pastinya.
Entah, tapi yang pasti, Shikamaru tak bisa hanya berdiam diri.
--- Bersambung ke Novel Shikamaru Hiden Chapter 03

NOVEL SHIKAMARU HIDEN BAHASA INDONESIA - CHAPTER 03


--- Penulis: Takashi Yano ----- Ilustrasi: Masashi Kishimoto ----- English Translation: Cacatua ----- Indonesian Translation: Ayudhya Prameswari #DNI
Translators Note Hello folks, frst of all, I wanna say something important. Saya cuma translate dari
naskah berbahasa Inggris, bukan langsung dari naskah original berbahasa Jepang. Jadi bila ditemui
perbedaan disana-sini dari naskah asli, saya mohon maaf sebesar-besarnya. Selamat membaca smile
emotikon
Sinopsis Chapter Tiga, Shikamaru mengalami konflik batin. Orang-orang disekitarnya menyadari itu,
namun tak banyak yang dapat mereka lakukan. Shikamaru akhirnya mengambil keputusan.
--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 03 by Dunia Naruto Indonesia --Baiklah, dengan ini rapat bulan ini dapat dinyatakan selesai. Apa ada yang ingin bertanya?
Shikamaru menutup matanya simbol kejenuhan mungkin, ketika suara tanpa semangat itu bertanya ke
seluruh peserta rapat. Ternyata yang berbicara adalah seorang pemuda berkacamata Chojuro, Shinobi
Kirigakure. Shikamaru mengenal Chojuro di perang dunia shinobi keempat sebagai salah satu pengawal
Mizukage.
Baiklah bila tidak ada... Shikamaru-san, silahkan... kata Chojuro, masih dengan roman suara yang
sama.
Shikamaru membuka sebelah matanya, dia melirik Chojuro. Tak kurang dari sepuluh Shinobi termasuk
Shikamaru dan Chojuro, hadir pada rapat sore hari itu, semuanya duduk rapi di satu set meja berbentuk
melingkar. Mereka semua kurang lebih seumuran dengan Shikamaru.
Saat ini mereka berada di Tetsu no Kuni, negara besi yang menjadi markas Serikat Shinobi.
Negara ini memiliki militer yang sangat kuat, namun bukan terdiri dari para Shinobi, melainkan Samurai.
Menjelang perang dunia keempat, para Kage dari lima negara besar mengadakan pertemuan penting di
negara ini. Dari pertemuan itulah terlahir aliansi Shinobi. Atas dasar itu, Tetsu no Kuni juga dipilih menjadi
lokasi markas besar Serikat.
DI markas inilah, para perwakilan dari lima negara besar bekerja siang malam, demi perubahan yang
lebih baik bagi dunia Shinobi.
Rapat hari ini dihadiri oleh para pemuda yang menanggung beban masa depan dunia Shinobi. Markas ini
merupakan tempat dimana masa depan tersebut diperbincangkan. Shinobi yang dikirim untuk menghadiri
rapat di markas besar adalah mereka yang paling berbakat di desanya masing-masing meski masih

berusia muda. Bahkan beberapa diantaranya adalah kandidat Kage, maupun posisi-posisi penting
lainnya.
Diantara mereka semua, Shikamaru dan Chojuro termasuk yang paling muda. Selain mereka berdua,
disana juga terlihat Temari dari Sunagakure, serta Omoi dari Kumogakure.
Shikamaru mendapat amanat sebagai ketua dalam pertemuan dan rapat di markas besar. Sudah dapat
dipastikan, bukan Shikamaru sendiri yang mengajukan diri untuk posisi tersebut. Ya, Shikamaru
mengambil amanat tersebut setengah terpaksa, hanya karena memang ada banyak orang yang
mencalonkan namanya.
Shikamaru-san? Chojuro terlihat heran melihat Shikamaru yang tak kunjung menanggapi kata-katanya.
Shikamaru tersadar dari lamunannya. Dia memandang sekeliling ruangan dengan tatapan setengah
mengantuk, lalu mulai bicara.
Baiklah... Aku rasa tidak ada lagi yang perlu dibicarakan dalam rapat hari ini. Aku harap pertemuan
berikutnya juga bisa berjalan lancar seperti ini. Terima kasih, sampai jumpa bulan depan.
Tanpa basa-basi, Shikamaru segera bangkit dari duduknya, mengemasi beberapa dokumen, dan
langsung melangkah pergi meninggalkan ruangan.
Hei. sebuah suara memanggil Shikamaru dari belakang.
Shikamaru berdecak, tanda tidak senang. Dia paham betul siapa pemilik suara itu. Dan dengan suasana
pikiran Shikamaru saat ini, sudah jelas, dia sedang tidak ingin bicara dengan siapapun. Termasuk dengan
orang ini.
Shikamaru mempercepat langkahnya, berpura-pura tuli.
Tunggu, Shikamaru! kali ini dia berteriak.
Ada apa sih? Shikamaru menyerah, dia menoleh pada orang yang memanggilnya. Ternyata seorang
perempuan.
Itu adalah Temari dari Sunagakure. Rambutnya tumbuh lebih pendek sejak dua tahun terakhir. Sementara
wajahnya semakin dewasa, dengan roman muka yang jauh lebih kalem dibandingkan beberapa tahun
yang lalu. Harus diakui, dia telah tumbuh menjadi wanita dewasa yang mengagumkan.
Kau ini kenapa? tanya Temari.
Apa maksudmu? Shikamaru tak menjawab, malah balik bertanya.
Tingkahmu aneh belakangan ini. Temari meraih bahu Shikamaru, memaksa pemuda itu menghadap ke
dirinya.

Menyusahkan... Kata itu sudah hampir terucap oleh bibir Shikamaru, namun ditelannya kembali di detikdetik terakhir.
Seperti di rapat tadi, kau bersikap sangat dingin. ujar Temari. Tidak biasanya kau membuat keputusan
tanpa banyak bicara dan menjelaskan semuanya. Tingkahmu membuat semua orang gugup, suasananya
jadi aneh. lanjutnya.
Oh benarkah? Shikamaru menanggapinya dengan singkat.
Astaga, kau tidak menyadari itu? Katakan padaku, apa yang terjadi? mata Temari sedikit melebar, dia
benar-benar penasaran.
Tidak ada...
Kau benar-benar tidak mau cerita pada siapapun? Bahkan padaku? Temari masih menatap Shikamaru.
--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 03 by Dunia Naruto Indonesia --Sejak perang berakhir dua tahun yang lalu, Shikamaru telah bekerja bersama Temari di Serikat Shinobi.
Temari adalah rekan yang baik dan pengertian. Mereka memiliki sentimen yang sama akan perdamaian.
Mereka tak ingin, para Shinobi yang telah bersatu selama perang kembali terpecah belah.
Jarang-jarang kau bersikap seperti ini. Sesuatu yang buruk pasti sedang terjadi di Konoha.
Firasat Temari memang ada benarnya, meskipun tak sepenuhnya tepat. Pikiran Shikamaru memang
tentang Konoha, namun tidak di Konoha.
Bila ada perubahan paling drastis dalam dunia baru para Shinobi, itu adalah cara mereka menangani
rahasia. Ya, rahasia. Seharusnya tak ada lagi atau tak banyak lagi rahasia antar desa Shinobi, apalagi
bila rahasia tersebut menyangkut kepentingan bersama.
Namun tetap saja, Shikamaru sepertinya tetap tak punya niatan untuk memberitahu Temari yang
sebenarnya. Menurutnya, melibatkan seluruh Serikat Shinobi dalam masalah dengan Shijima no Kuni
bukanlah langkah yang bijaksana. Konoha harus menanganinya sendiri, begitu pikirnya.
Sudah kubilang, tidak ada apa-apa.. jawab Shikamaru ketus.
Oh, begitu ya. Temari memejamkan matanya, tanda kesal.
Buaakk!!
Tak lama, sebuah pukulan mendarat di wajah Shikamaru.
Wajah Temari yang tadinya kalem, berubah menjadi kesal, dan akhirnya memerah karena marah.
Pukulan tadi datang begitu cepat, Shikamaru tak sempat menghindar. Ah, bahkan mungkin Shikamaru
tak tahu apa yang sedang terjadi.
Tubuhnya tersungkur, pipinya bengkak. Dilihatnya Temari yang berada di depannya, wajahnya terlihat

mengerikan.
Aku benar-benar sudah salah menilai dirimu! Temari berteriak. Kata-katanya bagai angin topan yang
menerpa Shikamaru.
Ma-maaf... Sebuah permintaan maaf keluar tanpa disengaja.
Shikamaru teringat ayahnya. Terkadang Shikaku pulang terlalu larut meskipun tidak sedang dalam misi,
sesampainya di rumah dia pasti dimarahi oleh istrinya sekaligus ibu Shikamaru, Nara Yoshino. Dan entah
mengapa, saat dimarahi oleh Temari, Shikamaru merasa posisinya sama dengan ayahnya.
Temari berlalu, meninggalkan Shikamaru yang masih kesakitan. Kedua mata sayu-nya terlihat basah oleh
air mata.
--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 03 by Dunia Naruto Indonesia --"Kau sudah berhenti makan?"
Suara itu datang dari Chouji yang duduk di depan Shikamaru, kedua pipinya sudah penuh dengan
makanan. Sementara Ino duduk tenang di sampingnya. Mereka saat ini berada di Yakiniku-Q, restoran
daging bakar terkenal di Konoha.
Sudah dua tahun sejak perang berakhir, dua teman Shikamrau itu telah tumbuh cukup dewasa. Chouji
masih bertubuh tambun, sama seperti dulu. Namun sorot matanya terlihat lebih maskulin, dia juga
memiliki jenggot yang lumayan lebat sekarang.
Sementara Ino, yang paling mencolok tentu saja perubahan di rambut pirangnya yang tumbuh semakin
panjang dan indah. Dia tak lagi mengikat rambutnya, ditambah lagi tubuhnya yang semampai semakin
membuatnya terlihat lebih dewasa.
Apa kau sudah makan sesuatu sebelum kita datang ke sini, Shikamaru? ujar Chouji, masih dengan
mulut yang penuh.
Masa pertumbuhan kami sudah lewat Chouji, itulah kenapa kami tidak makan sebanyak dirimu, hahaha.
sahut Ino.
"Hei!" mata Chouji melebar, dia sangat kesal.
Tawa Shikamaru meledak tanpa dikomando. Angin yang menenangkan berhembus di hatinya. Ah, sudah
sekian lama sejak terakhir kali.
Haha... Lagipula aku datang ke sini khusus untuk makan Yakiniku dengan kalian. Buat apa juga aku
makan duluan. masih tersisa tawa di wajahnya, Shikamaru mengulurkan sumpit untuk membakar daging
di hadapannya.
Sumpitnya dihentikan oleh sepasang yang lain. Sudah bisa ditebak milik siapa.

Heeey! Yang itu punyaku!! itu Chouji yang menyela.


Heehh.. Ya, ya, baiklah... Shikamaru mengalah, dia mengambil daging yang lain.
Sudah lama kita tidak keluar sama-sama ya, Shikamaru. ujar Ino.
Yah... Akhir-akhir ini kau susah sekali ditemui. Chouji membenarkan.
Shikamaru punya banyak tugas di Serikat. Dia juga tangan kanan Hokage. Wajar juga sih kalau dia
susah ditemui, dia super sibuk sekarang. Ino menimpali apa yang dikatakan Chouji.
Yaaahh... Aku mengerti, tapi tetap saja... Chouji menekuk kedua tangannya di meja, wajahnya tampak
cemberut.
Separuh diri Shikamaru merasa lega mengetahui teman-temannya sadar kalau dia menghilang, tapi
separuh diri lainnya merasa aneh, kesepian lebih tepatnya. Semua tak lagi sama dengan hari-hari di
masa lalu, saat ini seperti ada jarak antara dirinya dan teman-temannya.
Sebenarnya bukan hanya Shikamaru yang sibuk. Ino dan Chouji sendiri juga telah tumbuh menjadi
Chuunin yang sangat diandalkan Konoha. Yah, mereka juga sama saja sibuknya dengan Shikamaru.
Meski begitu, mereka tetap datang tanpa sedikitpun mengeluh ketika Shikamaru mengajak mereka
berkumpul sejenak. Mereka adalah teman Shikamaru sejak kecil, teman terdekatnya.
--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 03 by Dunia Naruto Indonesia --Shikamaru... Ada apa? Ino memecah lamunan Shikamaru.
Ah, tidak. Aku memang ingin bertemu kalian saja. Shikamaru menjawab sekenanya, sembari tersenyum
tipis.
Ino tak bertanya lebih jauh, meski mungkin dia ingin. Obrolan mereka berlanjut. Tentang apa saja.
Tentang kisah Chouji dan makanan. Tentang kehidupan cinta Ino. Dan pastinya. Tentang kenangan guru
mereka, mendiang Asuma...
Mereka masih sehangat yang dulu. Seperti waktu itu.
Waktu dimana dia masih sering mengeluh akan apapun. Ketika semua hal masih terasa, yah...
menyusahkan.
Meski begitu, melihat seberapa mereka telah tumbuh dewasa, Shikamaru tahu, mereka tidak akan
pernah dapat kembali ke masa-masa itu.
Shikamaru pulang sendirian. Pada akhirnya dia tetap tak bisa mengatakan apapun pada mereka.
Sebentar lagi dia akan berangkat untuk misi berbahaya di Shijima no Kuni, maka dari itu dia bermaksud
mengajak Ino dan Chouji pergi bersamanya. Namun melihat tawa dan kebahagiaan di wajah mereka,
Shikamaru tak mampu berkata apapun.
Jalan yang dia ambil sangat kelam. Demi Konoha, demi Serikat Shinobi, demi perdamaian dunia,

seseorang harus dibunuh. Ini bukanlah kemenangan yang bisa didapatkan secara adil. Dia harus dibunuh
diam-diam. Dibunuh, secara rahasia.
Itu bukanlah sesuatu yang asing bagi seorang Shinobi. Seiring waktu, Shikamaru menyadari bahwa halhal semacam itu memang diperlukan demi kelangsungan perdamaian dunia.
Tapi tetap saja... Semakin sedikit orang yang mengotori tangannya untuk pekerjaan semacam itu, maka
semakin baik. Shikamaru merasa tak tega untuk menyeret Ino dan Chouji kedalam kegelapan
bersamanya.
Jadi, seperti inilah ANBU... Shikamaru mendongak ke langit, tak ada satupun bintang malam itu.
--- Bersambung ke Novel Shikamaru Hiden Chapter 04 --- #ShikamaruHiden
NOVEL SHIKAMARU HIDEN BAHASA INDONESIA - CHAPTER 04
--- Penulis: Takashi Yano ----- Ilustrasi: Masashi Kishimoto ----- English Translation: Cacatua ----- Indonesian Translation: Ayudhya Prameswari #DNI --Translators Note Hello folks, frst of all, I wanna say something important. Saya cuma translate dari
naskah berbahasa Inggris, bukan langsung dari naskah original berbahasa Jepang. Jadi bila ditemui
perbedaan disana-sini dari naskah asli, saya mohon maaf sebesar-besarnya. Selamat membaca smile
emotikon
Synopsis Chapter Empat, pertentangan dalam diri Shikamaru masih terjadi. Namun sedikit demi sedikit
dia telah mulai menemukan jawabannya. Sebuah alasan untuk berjuang.
--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 04 by Dunia Naruto Indonesia --Shikamaru sedang berada di kantor Hokage. Sang Hokage sendiri dikelilingi oleh segunung dokumen
yang menunggu untuk ditandatangani. Pekerjaan yang kesannya mudah memang, tapi bisa sangat
melelahkan.
Jendela di seberang ruangan dalam keadaan terbuka. Dari sana Shikamaru dapat melihat jalanan
Konoha. Ramai, karena memang cuaca cerah pagi ini, suasananya benar-benar damai.
Maaf membuatmu menunggu. Ada perlu apa Shikamaru? tanya Kakashi sembari merapikan tumpukan
kertas dihadapannya.
Shijima no Kuni. jawab Shikamaru, singkat.

Oh, soal itu ya...


Shikamaru masih belum menyelesaikan laporannya terkait rapat Serikat Shinobi kapan hari. Memang
tidak ada sesuatu yang terlalu istimewa terkait rapat tersebut, Shikamaru memilih mengabaikannya
sejenak.
Soal rapat di markas besar. Semua berjalan seperti biasa. Lagipula, banyak orang hebat di sana, tidak
ada yang perlu dicemaskan. jelas Shikamaru.
Kau juga salah satu dari orang-orang hebat itu, Shikamaru. tanggapan Kakashi, singkat.
Shikamaru diam.
Apa kau benar-benar berniat pergi ke sana? Kakashi bertanya.
Ya.
Kakashi menghela nafas mendengar jawaban Shikamaru.
Apa memang harus seperti itu?
Sai tertangkap. Desa kita juga telah kehilangan sejumlah besar Shinobi, dan ternyata sebagian dari
mereka ada di sana. Apakah mereka melakukannya atas keinginan sendiri ataukah ada sebab lain, saya
ingin memastikan itu. Shikamaru menjawab pertanyaan Kakashi dengan nada tegas.
Kau sungguh-sungguh rupanya...
Kakashi memejamkan matanya sejenak. Lalu tak lama, melihat ke arah Shikamaru kembali.
Aku mengerti... Aku tidak akan menghalangimu. Siapa yang akan kau bawa? Kau tidak bermaksud pergi
ke sana sendirian kan? tanya Kakashi.
Bisakah Anda merekomendasikan dua orang anggota ANBU?
Hmmm? Mengapa bukan Chouji dan Ino? Kakashi kembali bertanya, kali ini dengan tatapan serius.
Kombinasi InoShikaChou memang bisa digunakan dalam serangan diam-diam, namun menurut saya, itu
kurang cocok dengan misi ini. jawab Shikamaru.
Karena ini misi pembunuhan, iya kan?
Terlebih lagi, ini adalah misi yang memerlukan penyusupan. Saya ingin orang-orang yang dapat
menyembunyikan chakra mereka. Shikamaru tak menjawab pertanyaan Kakashi sebelumnya.

Kakashi menutup matanya, mencoba memikirkan kandidat yang sesuai dengan apa yang diinginkan
Shikamaru.
Yang akan membunuh Gengo pastinya bukan dirimu, iya kan? Kakashi kembali bertanya.
Saya akan menggunakan Kagemane no Jutsu untuk menjerat target.
Kalau begitu kau butuh seseorang untuk mengeksekusi Gengo... Kakashi menyimpulkannya sendiri, dia
paham apa yang dipikirkan Shikamaru.
Dua orang ANBU. Satu yang ahli memanipulasi chakra dan menyembunyikan keberadaannya. Yang satu
lagi, seseorang dengan keahlian eksekusi mati.
Aku tahu orang tepat. Aku akan mengatur semuanya. ucap Kakashi.
Terima kasih. Anda tidak ingin mengatakan sesuatu tentang tugas saya yang lain? Shikamaru bertanya.
Tidak. Untuk saat ini tidak ada yang lebih penting dari ini. Kakashi menjawab dengan pasti, sejenak
terlihat jelas bahwa dia memang memiliki kualitas sebagai Hokage.
Dia mampu dengan tenang menilai sesuatu, dan menarik keputusan yang cepat dan tepat dalam
segala situasi. Karena itulah, semua orang yang bekerja di bawah perintahnya sama sekali tidak memiliki
kekhawatiran apapun, dan akan melakukan yang terbaik demi desa. Shikamaru berpikir bahwa desa tidak
akan berfungsi dengan baik tanpa Kakashi.
Kakashi memang tidak memiliki pemikiran semacam Aku ingin menjadi Hokage, tapi itu tak
mencegahnya untuk terus dan terus berkembang. Di depan seseorang seperti Kakashi, Shikamaru
merasa masih hijau, merasa belum bisa dibandingkan dengannya.
--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 04 by Dunia Naruto Indonesia --Aku akan memerintahkan mereka untuk segera kembali. Kau bisa menunggu sebentar lagi kan?
Kakashi bertanya.
Saya mohon Anda lakukan secepat mungkin.
Aku tahu. tergores senyum di balik topeng sang Hokage. Dia lalu berdiri dan menghadap ke jendela.
Menerawang jauh ke langit desa yang kini mendung.
Kau tak harus membebani dirimu sendiri, Shikamaru. ucapnya.

Shikamaru tak menjawab.


Membebani diri sendiri... Yah, kalau dipikir-pikir mungkin Shikamaru memang sedang melakukan itu.
Meskipun selalu menganggap semua hal menyusahkan, entah kenapa Shikamaru selalu bersikap
sebaliknya. Dan tanpa dia sadari, sikapnya itu telah membuat dirinya memikul banyak sekali beban.
Mungkin terlalu berat bila dirasakan, namun tak satupun yang sanggup Shikamaru lepaskan.
Shikamaru khawatir.
Shikamaru selalu merasa bahwa tanpa semua beban itu, dia akan kehilangan dirinya sendiri. Dia adalah
orang yang selalu menganggap segalanya menyusahkan. Lalu bagaimana bila ternyata ketika sedetik
saja Shikamaru melepas semua beban di pundaknya, dia akan merasa terlalu menyusahkan untuk
menyandangnya kembali?
Pikiran itu membuat Shikamaru cemas.
Aku akan memberitahumu apa yang sebenarnya ku pikirkan. Ucap Kakashi sembari mengangkat tangan
kirinya. Tiba-tiba aliran petir berwarna biru muncul dari ketiadaan, membungkus rapi tangan kiri sang
Hokage.
Saat ini, aku sangat ingin meninggalkan semua tanggung jawabku dan pergi ke Shijima no Kuni.
Shikamaru terhenyak. Dia seakan mendengar dengan jelas jeritan hati seorang Kakashi yang sangat
ingin meninggalkan posisinya dan membunuh Gengo dengan tangannya sendiri.
Tapi semua tahu, Hokage bukanlah tanggung jawab yang dapat ditinggalkan begitu saja.
Sejujurnya... ucap Kakashi. Bukan sesuatu yang pantas bagiku untuk membebani dirimu dengan
masalah ini.
Saya lalu Naruto,, serta semua teman-teman kami, masing-masing telah memiliki tanggung jawab dan
bebannya masing-masing. Justru karena Anda seorang Hokage, Anda tidak perlu memikul segalanya
sendirian. Jawab Shikamaru.
Begitu ya...
Kakashi menghela nafas panjang. Aliran petir yang tadinya menyala sangat besar di tangannya itu
perlahan memudar.
Shikamaru... Kakashi berbalik memandang Shikamaru. Terkadang aku ingin tahu, bagaimana rasanya
menjadi orang dewasa.

Mohon jangan tanyakan pertanyaan seperti itu kepada saya. Shikamaru tersenyum.
--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 04 by Dunia Naruto Indonesia --Pemakaman Konoha, senja itu.
Aku janji aku akan kembali. ucap Shikamaru pada sebuah makam. Nisannya tertulis sebaris nama
Nara Shikaku.
Shikamaru memang berniat mengunjungi makam ayahnya setelah pertemuannya dengan Hokage
berakhir.
Bagaimana rasanya menjadi orang dewasa... Yah, Shikamaru merasa dia bisa mendapatkan jawaban
atas pertanyaan Kakashi tersebut di sini.
Di perang dunia shinobi keempat, Shikaku ditugaskan di markas besar aliansi Shinobi. Setelah kelima
Kage maju ke garis depan, Shikaku dan ayah Ino Inoichi Yamanaka, mengambil alih langsung
tanggung jawab untuk memberikan arahan bagi seluruh pasukan aliansi.
Dia melaksanakan tanggung jawabnya dengan sangat baik. Bahkan ketika detik-detik kematiannya
menjelang, dia tetap fokus untuk memberikan strategi bagi para pasukan di garis depan.
Dia adalah Shinobi hingga akhir hayatnya. Bukan... Bagi Shikamaru, Shikaku hanyalah seorang ayah.
Ayah yang sangat dia banggakan.
Bagaimana rasanya menjadi orang dewasa... Lagi-lagi pertanyaan itu melintas di pikiran Shikamaru.
Beranjak dari makam Shikaku, sepasang kaki Shikamaru melangkah ke arah orang berikutnya yang ingin
ia kunjungi. Makam gurunya... Sarutobi Asuma.
Dia adalah orang yang menolak mentah-mentah kedudukan sebagai bangsawan, terlepas dari statusnya
sebagai putra Hokage ketiga. Dia lebih memilih bertahan di garis depan, dekat dengan bahaya.
Asuma adalah orang yang membesarkan Shikamaru, Ino, dan Chouji hingga menjadi sehebat sekarang.
Mereka telah menjalani misi yang tak terhitung, menghadapi banyak kesulitan bersama-sama.
Ya, Asuma... Pria yang menghadapi situasi segenting apapun dengan santai dan sulutan sebatang rokok
di mulutnya. Shikamaru menjadikannya seorang panutan.
Dia gugur dalam sebuah pertempuran menghadapi Akatsuki. Asuma paham benar dia takkan bisa
menang menghadapi kekuatan Akatsuki yang begitu diluar nalar. Dia sengaja mengorbankan nyawanya

untuk melindungi Shikamaru dan yang lain.


Dia juga, sama seperti Shikaku. Masih saja memikirkan kepentingan orang lain, bahkan di saat-saat
terakhirnya.
Sebaliknya, Shikamaru belum menemukan siapapun atau apapun untuk dilindungi, sesuatu yang mampu
membuatnya melakukan pengorbanan seperti itu.
Bukan.. Bukan berarti para penduduk desa dan teman-temannya tidak cukup berharga bagi Shikamaru.
Mereka sangat berharga, sangat-sangat berharga. Namun entah, seperti ada yang kurang.
Mungkin ini artinya Shikamaru belum sepenuhnya dewasa... Yah, mungkin.
Awalnya Shikamaru berpikir bahwa orang dewasa, yah, kata-kata rancu itu, maknanya adalah anakanak yang jiwanya terperangkap di tubuhnya sendiri yang semakin menua.
Bila seperti itu... Kakashi juga seorang anak-anak.
Namun, Kakashi telah memiliki sesuatu untuk dia lindungi.
Bagi seorang Hokage, semua orang di desa adalah anak-anaknya. Dan dia akan melakukan apapun
untuk melindungi mereka semua. Itu adalah kata-kata dari ayah Asuma, Sarutobi Hiruzen, sang Hokage
ketiga.
Yah, mungkin detik ketika Kakashi memutuskan menjadi seorang Hokage, dia telah dewasa.
Entahlah, ini terlalu rumit. Menyusahkan saja...
--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 04 by Dunia Naruto Indonesia --Shika-niichan!
Shikamaru tersadar dari lamunannya oleh sebuah teriakan. Teriakan seorang anak kecil yang memanggil
namanya.
Seorang balita perempuan berjalan terhuyung ke arah Shikamaru. Satu langkah, demi satu langkah,
sepertinya dia memang baru belajar berjalan.
Mirai? Shikamaru tersenyum. Pikirannya yang sejak tadi kalut melayang entah kemana kini sudah
kembali. Roman mukanya juga terlihat lebih tenang.
Hyaaa. Dengan susah payah, putri Asuma itu akhirnya tiba juga di tempat Shikamaru berdiri. Dengan
senyum yang sedari tadi mengembang, Mirai memeluk kaki Shikamaru dengan tangan-tangan mungilnya.

Shika-niichan.
Kepalanya mendongak ke atas, memandang wajah Shikamaru dengan sepasang matanya yang lebar.
Senyumnya terasa hangat, sehangat matahari. Cukup untuk membuat pikiran dan hati Shikamaru yang
beberapa hari ini membeku terasa lebih baik.
Lama tak bertemu, Shikamaru...
Ah, guru Kurenai. Shikamaru menyapa Kurenai, istri Asuma sekaligus ibu Mirai.
Hahaha, aku bukan seorang guru lagi. Berhentilah memanggilku seperti itu. Kurenai tertawa.
Sarutobi Kurenai...
Dia adalah mantan Jounin pembimbing, sama seperti Asuma dan Kakashi. Dia ditugaskan membimbing
tim yang beranggotakan tiga orang teman sekelas Shikamaru Hinata Hyuga, Kiba Inuzuka, dan
Aburame Shino. Namun sekarang dia telah pensiun, dan menghabiskan waktunya sebagai seorang ibu.
Kau mengunjungi Asuma? Kurenai bertanya.
Iya.
Shikaku-san juga? Kurenai lagi-lagi bertanya.
Shikamaru hanya mengangguk.
Masih memeluk kaki Shikamaru, Mirai mengangkat kepalanya.
Shika-niichan! Bertemu ayah!
Meski hanya sepatah-sepatah, kata-kata Mirai benar-benar tulus. Shikamaru memandanginya, entah
kenapa hatinya terasa hangat.
Shikamaru teringat akan sumpahnya pada Asuma, Kurenai, dan dirinya sendiri. Dia akan menjadi guru
yang menjaga dan membimbing Mirai.
Ah iya... Jadi Mirai kesini mengunjungi ayah? Shikamaru berlutut untuk berbicara pada Mirai.
Mirai mengangguk.
Wah, Mirai pandai sekali ya, hahaha. ucap Shikamaru sembari mengusap-usap rambut putri Asuma
tersebut. Terasa sangat halus. Nyaman, perasaan itulah yang mengalir hingga hatinya. Begitu

menenangkan.
Cepat besar ya Mirai, hehe. ujar Shikamaru.
Mirai lagi-lagi mengangguk. Masih dengan senyum-nya yang tak berhenti mengembang.
Mirai sangat menyayangi Shika-niichan, iya kan? tanya Kurenai sambil mengelus-elus rambut putrinya.
Mirai mengangguk keras sekali hingga hampir terjatuh, untung saja Shikamaru cukup cepat
menggapainya.
Demi anak ini... Pikiran itu seketika menyeruak dalam benak Shikamaru.
Iyaaa.
Hahaha. Baiklah, kalau begitu. Terimakasih sudah menyayangiku. ucap Shikamaru sembari
menggendong Mirai, mengangkatnya tinggi-tinggi hingga putri Asuma itu tertawa lepas. Bermandikan
cahaya senja.
Ya, demi anak ini...
Aku sama sekali belum boleh mati!
--- Bersambung ke Novel Shikamaru Hiden Chapter 05 --- #ShikamaruHiden
Sinopsis Chapter Lima, Shikamaru bertemu dua orang ANBU yang akan menjadi anggota regunya.
Mereka adalah orang-orang hebat. Namun, sebuah bayangan dari masa lalu menghantui Shikamaru. Dia
harus tenang!
--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 05 by Dunia Naruto Indonesia --Berdiri di hadapan Shikamaru, dua orang dengan wajah berwarna putih. Si Kucing dan si Kera.
Tentu saja, wajah-wajah tak lazim tersebut hanyalah sebuah topeng. Mereka mengenakan seragam
berwarna hitam, dilapisi rompi Konoha berwarna hijau di atasnya. Mereka adalah dua orang ANBU.
Sekilas, apa yang mereka kenakan membawa aura nostalgia, nostalgia akan masa lalu. Ya, rompi yang
mereka pakai adalah hasil pembaharuan. Dan berbeda dari yang lama, rompi Konoha saat ini tak lagi
memiliki sepasang kantung yang dulunya digunakan oleh para Shinobi menyimpan gulungan atau senjata
ninja mereka. Entahlah, mungkin itu juga salah satu imbas dari masa damai.
Namun tak semua hal berubah, topeng ANBU masih sama seperti dulu, kelam. Kontras dengan
warnanya yang putih, sepasang lubang mata yang terukir di topeng tersebut tak ubahnya dua palung

dalam yang gelap tanpa dasar. Sebuah garis tipis tergores dari satu ujung pipi ke ujung yang lainnya,
membentuk sebuah mulut.
Topeng si Kucing memiliki tanda berwarna merah, melingkar di kedua lubang matanya. Sementara
topeng si Kera memiliki sepasang alis tebal yang merah menyala, membuatnya seakan sedang terbakar
amarah.
Kedua ANBU itu melipat kedua tangan mereka di belakang punggung, beristirahat di tempat. Celah mata
di topeng mereka yang begitu gelap membuat Shikamaru seakan sedang diawasi oleh seseorang yang
ingin membunuhnya. Inilah ANBU, keberadaan mereka saja sudah memberi sebuah teror tersendiri.
--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 05 by Dunia Naruto Indonesia --Mereka adalah para ANBU yang kubicarakan sebelumnya. Mereka sangat ahli, aku yakin mereka
mampu menjalankan peran sesuai rencanamu, Shikamaru. ucap Kakashi dari balik mejanya.
Bila diperhatikan, kedua ANBU yang berdiri di hadapan Shikamaru dan Kakashi tersebut memiliki
perbedaan postur yang lumayan mencolok. Si Kera yang berdiri di sebelah kiri, memiliki tinggi badan
sekitar 176 cm, sedikit lebih tinggi dari Shikamaru. Sementara si Kucing yang berdiri di sebelah kanan,
tak lebih tinggi dari bahu Shikamaru.
Jadi, si Kera adalah seorang pria, sementara si Kucing adalah wanita. Meski tanpa perbedaan postur,
struktur tubuh mereka telah menunjukkan cukup bukti.
Kalian berdua, tolong lepas topeng kalian. perintah Kakashi.
Bersamaan dengan perintah Kakashi, kedua anggota ANBU tersebut mulai membuka topeng mereka
sedikit demi sedikit. Perlahan memperlihatkan sepasang wajah manusia dibaliknya.
Sudah menjadi ketentuan dalam ANBU, bahwa para anggotanya wajib memakai topeng ketika
menjalankan misi. Tugas pokok ANBU kebanyakan bersinggungan dengan gelapnya bayangan, entah itu
penculikan, pembunuhan, penyusupan, hingga sabotase di wilayah musuh. Kerahasiaan adalah
segalanya bagi mereka. Bahkan, penduduk Konoha sendiri tak akan pernah tahu apakah orang yang
berdiri, bercanda, atau makan Ramen di samping mereka itu adalah seorang ANBU atau bukan.
Bila ada yang datang dan pergi dari desa tanpa membeli makanan satu apapun, hati-hati, mereka itu
ANBU bahkan rumor aneh seperti itu banyak tersebar di kalangan masyarakat Konoha. Entah benar
entah tidak, yang pasti itu adalah bukti betapa misteriusnya organisasi ini.
Yang laki-laki namanya Rou, sementara yang perempuan adalah Soku.
Kedua ANBU tersebut membungkuk hormat ke arah Shikamaru, bersamaan dengan perkenalan yang

diucapkan Kakashi.
Gadis semuda ini berada di ANBU...
Kau tahu? Sulit dipercaya bukan? ucapan Soku memotong ketakjuban Shikamaru. Tapi kau tahu? Di
dunia para Shinobi, kemampuan adalah segalanya, dan aku mendaftar di ANBU untuk membuktikan
kemampuanku.
Dia benar. Kakashi sepertinya setuju dengan apa yang dikatakan Soku.
Terus terang, Shikamaru tak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Soku masih sangat muda. Apabila
dilihat dari garis wajahnya, kurang lebih Soku masih 5 atau 6 tahun lebih muda dibandingkan Shikamaru
sebuah usia dimana normalnya seorang calon Shinobi baru lulus dari akademi dan menjadi Genin,
atau dengan sedikit keberuntungan, Chuunin.
Soku memiliki wajah yang bulat, dengan pipi yang sekilas terlihat merona merah muda. Bibirnya tipis,
senyumnya tergaris manis namun terkesan sinis, menyimbolkan sebuah determinasi yang menggebugebu. Sementara sepasang alisnya melengkung tegas, memayungi kedua mata angkuhnya yang penuh
kepercayaan diri.
Sesuatu dari diri Soku membuat Shikamaru berpikir, mungkin seperti inilah rupa Temari waktu dia masih
kecil.
Kemampuan Hinoko telah dipantau sejak dia masih di akademi, dan begitu lulus, ANBU langsung
merekrutnya. Usianya memang baru 14 tahun, tapi dia sudah menyelesaikan banyak sekali misi. jelas
Kakashi. Dia sangat diandalkan di ANBU. imbuhnya.
Kau tahu? Tidak baik menilai seseorang hanya dari penampilannya. ujar Soku, wajahnya sedikit
cemberut. Dan tuan Hokage, berapa kali saya bilang jangan pernah memanggil nama asli saya, anda
tahu itu kan?.
Hinoko... Sebenarnya itu nama yang lumayan ba-...
Belum sempat kata-kata itu terselesaikan, dalam sekejap mata, Soku telah menghilang dari pandangan
Shikamaru. Dan sebelum Shikamaru sadar apa yang sebenarnya terjadi, sebuah jari telunjuk berselimut
chakra yang menyala jingga telah menempel di keningnya.
Kau tahu? Aku sangat benci dipanggil dengan nama itu. Jadi, tolong hati-hati dengan ucapanmu.
Shikamaru membeku ditempat. Dia merasakan sensasi aneh di sekitar keningnya, chakra di jari telunjuk
Soku itu seperti membakar kulitnya sedikit demi sedikit. Dilihat dari segi manapun, itu hampir seperti
miniatur Raikiri milik Kakashi.

Hentikan Soku, sopanlah sedikit!


Ternyata itu si Kera yang membentak Soku, dan seperti yang diperkenalkan oleh Kakashi sebelumnya,
namanya adalah Rou. Dia memiliki sepasang alis yang cukup tebal, rahang yang tercetak tegas, serta
dua mata sipit yang menatap tajam ke arah Soku, sepertinya marah.
Kau tahu? Aku harus membuat segalanya jelas sebelum kita mulai misi ini. ujar Soku, membantah
bentakan Rou. Aku sangat tidak suka dipandang remeh sebagai anak kecil, kau tahu itu kan?
Ma-maafkan aku. Untuk selanjutnya aku janji akan lebih hati-hati. Shikamaru meminta maaf. Dia tak
ingin masalah sepele semacam ini berlarut-larut. Yang lebih tua harus mengalah, mungkin seperti itulah
yang ada di pikirannya saat ini.
Soku memalingkan pandangannya dari Rou, kembali menatap Shikamaru.
Kau tahu? Aku senang kau paham, ini awal yang bagus. Soku berbalik arah, berjalan kembali ke tempat
awalnya berdiri.
Rou sangat ahli memanipulasi chakra, baik kualitas maupun kuantitasnya. Entah itu miliknya sendiri,
ataupun milik orang yang menjadi targetnya. ucap Kakashi, Rou hanya mengangguk.
Apa itu berarti kau juga bisa meningkatkan jumlah chakra? tanya Shikamaru.
Pertanyaan cerdas. Kakashi menanggapi.
Saya hanya bisa mengubah persepsi pihak lain terhadap chakra seseorang. ujar Rou. Sebagai contoh.
Bila saya meningkatkan chakra anda, tuan Shikamaru, chakra anda tidak akan benar-benar bertambah
secara kuantitas. Namun orang lain akan merasakan bahwa chakra anda tumbuh semakin besar, padahal
pada kenyataannya tidak.
Cara bicara Rou bisa dibilang agak ketinggalan jaman. Itu, ditambah dengan bentuk tubuhnya yang kekar
dan tegap, Rou lebih terlihat seperti seorang Samurai daripada ninja. Dari apa yang terlihat, usia Rou
sendiri kurang lebih berada di kisaran 40 tahunan, jauh lebih tua dari Shikamaru.
Shikamaru mengangguk kecil, tanda bahwa dia mengerti akan penjelasan Rou.
Kau bilang kau dapat meningkatkan jumlah chakra seseorang dalam persepsi orang lain, apa itu berarti
sebaliknya, kau juga mampu menghapus chakra seseorang sehingga tak lagi bisa dirasakan oleh pihak
lain? Shikamaru kembali bertanya.
Ya. Saya bisa membuat chakra seseorang menghilang dari pantauan orang lain. Saya juga mampu

membuat chakra orang tersebut hanya bisa dirasakan oleh saya seorang, atau hanya oleh anda. Jelas
Rou.
Kurasa kemampuannya sangat cocok untuk misi ini, bagaimana menurutmu Shikamaru? Kakashi
bertanya.
Ya. Saya setuju. Lalu bagaimana dengan si kecil ini? Shikamaru bertanya sembari mengalihkan
pandangannya ke arah Soku.
Alis gadis itu mengrenyit mendengar kata si kecil. Sepertinya Soku memang tidak bisa menerima
kenyataan bahwa dia memang masih kecil.
Sedikit peragaan mungkin akan membantu, benar begitu Soku? Kakashi bertanya.
Soku hanya mengangguk. Dia lalu meregangkan lengan kirinya, dan mengarahkannya ke jendela yang
terbuka di seberang kantor Kakashi. Dari situ, Shikamaru dapat melihat seekor burung walet yang sedang
terbang di luar. Dia tahu, burung tersebut akan menjadi sasaran tembak Soku.
Kau tahu? Jurusku adalah segalanya tentang jarum chakra. gumam Soku, tak lama, sebuah kilatan
chakra berwarna jingga meletup dari ujung jari telunjuknya.
Bersamaan dengan itu, burung walet yang tadi terbang diluar telah hinggap di balik sebuah pilar.
Bila Soku menembakkan chakranya sekarang, mustahil baginya untuk mengenai target. Jarum chakranya
hanya akan menerpa pilar tempat burung tersebut hinggap.
Namun...
Tak ada satupun goresan di pilar tersebut, sebaliknya, samar-samar terdengar suara kesakitan dari si
walet.
Shikamaru bergegas berlari ke arah jendela, lalu mengeluarkan kepalanya, menoleh kesana-kemari
mencari keberadaan si walet. Ternyata burung tersebut telah jatuh ke tanah, dan sepertinya mati.
Kau tahu? Aku tak mau ada kesalah pahaman di sini. Aku benci bila ada nyawa yang terbuang sia-sia.
ucap Soku.
Bersamaan dengan kata-kata Soku tersebut, burung walet yang tadinya terlihat sudah mati itu perlahan
bergerak kembali. Dia bangkit, lalu mengepakkan sayap terbang kembali ke angkasa.
Kau tahu? Chakra yang kutembakkan tadi adalah chakra penyembuhan. Aku sengaja melakukannya.
Aku yakin saat ini burung itu merasa jauh lebih sehat dari sebelumnya. imbuhnya.

Bagaimana kau melakukannya? Bagaimana kau menembak melewati pilar itu? Shikamaru bertanya,
sembari memutar pandangannya ke arah Soku.
Soku tertawa puas mendengar pertanyaan Shikamaru. Dia bahkan mengejeknya dengan menjulurkan
lidah ke arahnya. Untuk sekali ini saja, sikap Soku terlihat sesuai usianya.
Kau tahu? Sekali aku membidik targetku, meskipun dia bersembunyi dari pandanganku sekalipun, jarumjarum chakraku akan tetap mengikutinya kemana pun dia pergi. Mereka tak akan pernah berhenti sampai
bisa mengenai sasaran. Jelas Soku.

Jadi.
Kemampuan Rou akan menyembunyikan chakra dan hawa keberadaan kami, sehingga memungkinkan
kami untuk menyusup ke wilayah musuh tanpa diketahui. Lalu bila Gengo telah ditemukan, dan dia
berada dalam jangkauan, maka aku akan menggunakan Kagemane no Jutsu untuk membelenggunya.
Setelah itu, eksekusi mati akan dilakukan oleh jarum-jarum chakra Soku.
Itu terdengar seperti sebuah rencana yang bagus.
Senyap, dan mematikan.
Tenang Shikamaru, semua akan baik-baik saja.
Ya, semua akan baik-baik saja.
Setidaknya itulah yang ada di pikiran Shikamaru saat ini, mencoba menenangkan dirinya sendiri.
Oiya, boleh aku minta tolong sesuatu? Shikamaru bertanya.
Kau tahu? Kau boleh, katakan saja. Soku menjawab dengan senyumnya yang penuh kepercayaan diri.
Bisakah kau berhenti berkata kau tahu setiap kali kau bicara? Kau tahu? Mendengarnya sangat
menyusahkan. ujar Shikamaru.
--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 05 by Dunia Naruto Indonesia --Mereka datang. Para musuh, ninja-ninja Otogakure. Mereka orang-orang Orochimaru.
Tunggu sebentar... Sejak kapan aku dikejar? Seharusnya aku-lah yang mengejar seseorang.
Seseorang yang harus diselamatkan. Uchiha Sasuke...
Teman sekelas yang perilakunya menyusahkan. Tapi tetap, dia adalah seorang teman. Dia harus
diselamatkan.

Aku memimpin sebuah regu untuk pertama kalinya. Kegagalan bukanlah sebuah pilihan. Tapi temantemanku... Teman-temanku tumbang satu persatu...
Chouji, Kiba, Neji, lalu Naruto... Kami terkepung...
Maafkan aku...
Semuanya tolong maafkan aku...
Berikutnya, aku tak akan gagal lagi...
Jadi aku mohon... Aku mohon jangan mati...
Aku mohon jangan mati!
Shikamaru terbangun. Keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya. Sepertinya dia bermimpi buruk.
Mimpi buruk tentang misi pertamanya sebagai seorang Chuunin, yaitu mengejar dan mengembalikan
Uchiha Sasuke yang meninggalkan Konoha karena pengaruh Orochimaru.
Rekan setim Shikamaru saat itu adalah beberapa teman sekelasnya, ditambah Neji. Mereka tumbang,
satu persatu, seiring pengejaran. Pada akhirnya Sasuke tak dapat dikejar, dan semua rekan setim
Shikamaru terluka sangat parah.
Sebagai seorang Chuunin, dan sebagai seorang pemimpin, Shikamaru merasa gagal. Shikamaru
mengusap keningnya yang basah oleh keringat dingin, perlahan dia mengambil nafas. Mencoba
menenangkan dirinya.
Mengapa aku sampai bermimpi seperti ini? Pertanyaan itulah yang muncul di benak Shikamaru saat ini.
Sebelumnya belum pernah kejadian-kejadian tersebut muncul dalam mimpinya. Apakah ini sebuah
pertanda akan sesuatu?
Entahlah, namun satu yang pasti. Kejadian di masa lalu tersebut menggoreskan luka yang teramat dalam
di hati Shikamaru. Dia memandang kegagalannya saat itu sebagai hinaan terbesar baginya. Dia belum
pernah tersudut separah waktu itu seumur hidupnya, setidaknya hingga saat ini.
Semua baik-baik saja... Semua akan baik-baik saja, tenangkan dirimu Shikamaru... Kata-kata itu
meluncur deras dari mulut Shikamaru tanpa bisa dia hentikan. Jantungnya masih berdegup kencang.
Sepertinya dia tak akan bisa kembali tidur di sisa malam ini.
Dia akan berangkat pagi-pagi buta ke sana.
Ya, ke sana.
Shijima no Kuni, negeri yang selalu sunyi.
--- Bersambung ke Novel Shikamaru Hiden Chapter 06 --- #ShikamaruHiden
Sinopsis Chapter Enam, Shikamaru yang memulai langkahnya menuju Shijima no Kuni, tanpa sengaja
bertemu seseorang di tengah perjalanan, seseorang yang sangat dia banggakan.

--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 06 by Dunia Naruto Indonesia --Segerombolan anak kecil berlarian di sepanjang jalanan, tertawa riang seakan kegembiraan mereka
tak mengenal batas. Tak jauh, terlihat seorang pria paruh baya berjalan terburu-buru, entah menuju
kemana.
Ah iya, anak-anak itu adalah murid-murid Akademi yang sedang menuju tempat mereka menimba ilmu.
Sementara si pria paruh baya sepertinya hendak berangkat bekerja.
Di sisi jalan, ada sebuah toko penjual lauk pauk yang buka sepagi ini. Ramai sekali, toko itu dikerubungi
belasan ibu rumah tangga yang sedang bergunjing satu sama lain, entah soal apa.
Seperti itulah pemandangan Konoha di setiap paginya.

Pagi yang damai, memayungi Shikamaru yang melangkah pelan di sepanjang jalan utama Konoha. Jalan
tersebut dimulai di gerbang depan desa, berlanjut lurus hingga bermuara di kediaman Hokage, tepatnya
di tebing tempat wajah para pimpinan Konoha terdahulu terpahat.
Dan tempat itulah tujuan Shikamaru pagi ini. Dia memiliki beberapa urusan di sana.
Awamnya, saat seorang Shinobi menerima misi keluar desa, mereka akan berangkat meninggalkan
Konoha melalui gerbang utama. Itu telah menjadi sebuah tradisi, meskipun sebenarnya tidak ada satupun
peraturan resmi yang mewajibkan hal tersebut.
Para ANBU adalah satu-satunya pengecualian, mereka menangani urusan-urusan yang memiliki tingkat
kerahasiaan tinggi. Oleh sebab itu, untuk menyembunyikan keberangkatan mereka dari penduduk
Konoha, para ANBU seringkali meninggalkan desa melalui gerbang belakang. Sebuah gerbang yang
tersembunyi di balik tebing pahatan wajah para Hokage.
Shikamaru sedang menuju gerbang tersebut. Misi Shikamaru kali ini sengaja dirahasiakan dari hampir
semua orang di Konoha, hanya segelintir orang yang tahu tentang ini. Selain sang Hokage Kakashi,
hanya para tetua desa dan beberapa Jounin senior yang mengetahui perihal misi ini. Ah, dan tentunya
Shikamaru sendiri serta kedua anggota timnya, Rou dan Soku.
Untuk perkara menutup-nutupi hilangnya dia dari desa, Shikamaru mempercayakan segalanya pada
Kakashi. Bila ada yang bertanya dimana dirinya, Kakashi akan membuat alasan bahwa Shikamaru
sedang menjalankan misi dari Serikat Shinobi yang berada di luar kewenangan desa.
Meskipun begitu, tetap saja, skenario paling ideal adalah pergi dari desa secara diam-diam tanpa
seorang pun yang tahu, lalu segera kembali pulang sebelum ada yang menyadari ketidakhadiran dirinya.
--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 06 by Dunia Naruto Indonesia ---

Hmm? Di tengah perjalanannya menuju gerbang belakang, Shikamaru melihat seseorang dengan
rambut pirang berjalan ke arahnya. Sepertinya mereka saling kenal.
Yooo, Shikamaru! Mau kemana terburu-buru? sapa orang itu.
Sekilas, mungkin tak akan ada yang percaya bahwa mereka berdua seumuran. Dengan senyum lebar
yang khas, orang itu berlari ke arah temannya, Shikamaru. Dia memiliki semacam entahlah, mungkin
jambang, berjumlah tiga pasang yang melintang di masing-masing sisi pipinya. Sementara matanya yang
berwarna biru terlihat berseri, memancarkan semangat tanpa sedikitpun keraguan di dalamnya.
Yang seharusnya tanya begitu itu aku, tumben sekali kau keluar sepagi ini, Naruto?
Uzumaki Naruto... Ya, itulah namanya.
Dia adalah pahlawan yang memimpin para Shinobi memenangkan perang dunia keempat. Menariknya,
dia juga adalah putra dari Hokage keempat, suatu kebetulan-kah? Entah.
Sejak dia dilahirkan, monster rubah berekor sembilan Kyuubi, telah tersegel di dalam tubuhnya. Naruto
tumbuh besar di tengah-tengah segala pandangan miring dan kebencian terhadap dirinya, namun tak
satupun dari hal itu yang membuatnya menyerah pada impiannya menjadi seorang Hokage. Dia terus
melangkah maju tanpa keraguan. Seperti itulah seorang Uzumaki Naruto.
Saat ini, dia merupakan kandidat terkuat untuk menjadi penerus Kakashi sebagai Hokage berikutnya.
Huaah, semalam aku susah tidur... ucap Naruto sembari menguap. Jadi aku bangun sepagi ini untuk
makan ramen di Ichiraku, sekarang aku mau pulang.
Kau makan ramen sepagi ini?
Yup, Ichiraku sekarang buka 24 jam. Naruto terlihat sangat bersemangat.
Bukan itu maksudku, apa benar kau sudah makan ramen sepagi ini? Shikamaru kembali bertanya.
Yosh! Entah pagi, siang, sore, atau malam, aku memang jagonya makan ramen!
Hhm, menurutku itu bukan sesuatu yang bisa dibanggakan.
Bahkan mungkin separuh tubuhku ini terbuat dari ramen, hahahaha! Naruto tertawa lebar, sembari
menepuk-nepuk dadanya dengan bangga.
Shikamaru menghela nafas panjang melihat tingkah sahabatnya itu.
Dengar Naruto. Kau ini dikenal sebagai seorang pahlawan yang mengakhiri peperangan. Dewasalah
sedikit, jaga tubuhmu, kesehatanmu.

Haaah? Pahlawan ya pahlawan, ramen ya ramen, sudah beda urusannya! sanggah Naruto, dia lantas
tertawa.
Logikamu itu sama sekali tidak masuk akal. ucap Shikamaru.
Hehehe. Naruto masih saja tertawa, sembari menggosok-gosokkan jari ke hidungnya.
Sifat dan perilakunya sama sekali tak berubah sejak dulu. Tak peduli apapun yang terjadi, Naruto selalu
menjalani hidupnya dengan pandangannya yang tulus dan murni, tanpa basa-basi. Pandangan hidup
seperti itulah yang berhasil mengubah orang-orang di sekitar Naruto, termasuk Shikamaru sendiri.
Naruto. Seseorang yang hampir separuh masa hidupnya dipandang sebagai kutukan bagi desa, tetap
mampu mempertahankan kemurnian hatinya. Sesuatu yang perlahan namun pasti, mampu membuat
Naruto memiliki semakin banyak teman yang berdiri di sampingnya.
Bahkan, pada akhirnya Naruto mampu menyelamatkan sahabatnya yang telah terjatuh jauh ke dalam
kegelapan dan dipenuhi kebencian terhadap dunia Uchiha Sasuke.
Menyelamatkan orang seperti itu bukan perkara yang mudah bagi siapapun. Ah, bukan. Lebih tepatnya
itu memang sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh Naruto.
--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 06 by Dunia Naruto Indonesia --Hanya ada satu impian yang selama ini digenggam benak Naruto, bahkan sejak dia masih sangat kecil,
yaitu menjadi Hokage.
Dia sama sekali tak memiliki keluarga maupun kerabat yang dapat memberinya perhatian sebagaimana
seharusnya, sesuatu yang akhirnya coba Naruto dapatkan lewat segala ulah badungnya. Tak peduli
seberapapun warga desa membencinya karena hal itu, tetap saja, Naruto yakin suatu saat dia akan
menjadi Hokage.
Awalnya tak ada seorang pun yang percaya Naruto mampu mewujudkan impiannya tersebut. Namun saat
ini, sebaliknya, tak ada satupun orang di Konoha yang berpikir ada kandidat lain yang lebih layak menjadi
Hokage selanjutnya, selain Naruto.
Naruto adalah sang mentari.
Mentari yang memiliki api yang bersinar terang di dalam dirinya, yang tak pernah satu kalipun redup,
tekad yang terus menerus berkobar. Sebuah tekad yang bercahaya begitu benderang, hingga dapat
membuka hati semua yang melihatnya.
Sekarang, saat ini, dan selamanya, Shikamaru yakin bahwa Naruto akan terus melangkah maju dengan
segala kobaran tekad dan binar terang cahayanya.

Memang seperti itulah seharusnya. Suatu saat nanti, Naruto akan menjadi Hokage yang memikul begitu
banyak kepercayaan dari seluruh penduduk desa. Bila saat itu tiba, dia harus terus bercahaya, lebih
terang, dan jauh lebih terang lagi.
Dan demi cahaya itu, sang mentari tak boleh tahu betapa dunia masih memiliki sisi gelapnya.
Hingga saat ini, Naruto telah bertemu dan berurusan dengan begitu banyak orang yang hatinya telah
terenggut kegelapan. Namun Naruto sendiri belum pernah merasakan hal yang sama dengan mereka.
Tak peduli seberapa dalam seseorang tenggelam dalam kegelapan, selalu ada bagian dari hatinya yang
rindu akan cahaya.
Naruto selalu bertempur dengan keyakinan itu menempel di kepalanya. Dan Shikamaru telah
menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri, betapa keyakinan itu telah membuat Naruto berhasil
mengubah hati lawan-lawannya. Tak hanya sekali, namun berulang kali.
Tak peduli seberapa pekat kegelapan yang berada di sekitarnya, Naruto sama sekali tak pernah
kehilangan cahayanya sedikitpun.
Ya, mungkin karena itulah, Naruto tak benar-benar pernah tahu makna sesungguhnya dari sesuatu yang
disebut, kegelapan.
Selalu ada sisi gelap di hati semua manusia. Berpikir bahwa kita bisa menyelamatkan semua orang
adalah keyakinan yang hampir mustahil. Tak peduli seberapapun lengan kita coba merengkuh semua
orang dan menuntun mereka menuju cahaya, akan selalu ada segelintir dari mereka yang luput dari
jangkauan kita, terperosok ke dalam kegelapan. Ya, memang seperti itulah dunia.
Namun Naruto tak sependapat dengan itu. Tak peduli seberapa putus asanya sebuah keadaan, dia tak
akan pernah menyerah untuk menyelamatkan seseorang dari takdir kelamnya.
Seperti itulah seorang Uzumaki Naruto. Dan Shikamaru tak ingin dia berubah.
Naruto adalah seseorang yang memang harus tetap murni, sang mentari yang bersinar terang.
Semakin terang cahaya yang bersinar, semakin kelam pula kegelapan yang akan tumbuh. Namun selama
ada pundak yang mampu menanggung beban kegelapan tersebut, rasanya semua akan baikbaik saja.
Shikamaru berpikir bahwa itu adalah tugasnya untuk menjadi pundak yang menopang kegelapan
tersebut. Bukankah dia sendiri adalah pengguna jurus bayangan? Rasanya bukan sesuatu yang aneh bila
seorang pengguna bayangan juga berurusan dengan apa yang disebut kegelapan. Seperti itulah yang
ada di benak Shikamaru.
Naruto akan menjadi Hokage, dan Shikamaru akan mendukungnya sebagai tangan kanan. Berdiri di
samping Naruto, lalu menyerap segala macam bayangan yang dapat menghalangi cahayanya. Itulah
impian Shikamaru.

Sesaat setelah pikiran itu melintas di kepalanya, tiba-tiba Shikamaru merasa dia mengerti dirinya sendiri.
Tentang alasan mengapa dia begitu keras kepala mengajukan dirinya sendiri untuk pergi ke Shijima no
Kuni.
Ya, demi Naruto.
Bila Shijima no Kuni terus tumbuh semakin kuat, perang akan kembali pecah. Naruto pasti akan sangat
menderita melihat perdamaian yang dia usahakan mati-matian runtuh begitu saja. Shijima no Kuni akan
menjadi rintangan besar bagi Naruto.
Itulah mengapa Shikamaru akan pergi ke sana dan menghentikannya sejak awal.
Lagipula, dia memang telah memutuskan untuk menanggung seluruh kegelapan yang mencoba
menghalangi cahaya Naruto. Itu termasuk berhadapan dengan apa yang akan menjadi halangan bagi
Naruto di masa depan.
--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 06 by Dunia Naruto Indonesia --Jadi, kau sendiri sedang apa Shikamaru? Naruto bertanya, memecah lamunan Shikamaru.
Oh, aku cuma jalan-jalan.
Jalan-jalan? Sepagi ini? Naruto kembali bertanya.
Naruto. Shikamaru berucap tanpa ekspresi. Aku, jalan-jalan, kadar keanehannya tidak lebih tinggi dari
dirimu yang makan ramen pagi-pagi buta seperti ini.
I-iya juga sih... ucap Naruto.
Sesaat hening, tawa mereka berdua pecah tak lama setelahnya.
Kau sedang libur, Naruto? tanya Shikamaru.
Tidak, aku ada misi, nanti siang aku berangkat. Yah, kau tahu sendiri kan, karena ada seseorang yang
terus menerus memberiku misi, aku jadi tidak bisa libur satu hari pun. Sudah hampir setengah tahun ini
aku lupa rasanya libur. ujar Naruto sembari melirik Shikamaru.
Ya, seseorang itu adalah Shikamaru.
Berhentilah mengeluh. Misi-misi itu aku berikan juga demi kepentinganmu. Shikamaru menanggapi.
Iya aku paham, aku cuma ingin istirahat sebentaaaar saja.
Kau dipandang sebagai kandidat Hokage yang selanjutnya. Waktumu terlalu berharga untuk sekedar

beristirahat. Dewasalah sedikit, Naruto.


Iyaaa, aku paham soal itu, tapi aku benar-benar ingin istirahat satu ha-
Tidak ada tapi-tapian. potong Shikamaru, layaknya sedang memarahi seorang anak kecil. Semua orang
di desa telah mengakuimu. Tapi justru karena itulah, kau perlu menjalankan lebih banyak misi lagi, jadi
orang-orang bisa berpikir ahhh, apa yang akan kita lakukan bila Naruto tak ada di sini. Sudah dua tahun
sejak perang berakhir, kau tidak bisa dengan begitu naifnya berpikir bahwa pengakuan semua orang
terhadapmu telah terjamin hanya karena jasa-jasamu pada waktu itu.
Iya-iya-iya, baiklah, aku paham... Naruto meregangkan kedua tangannya, wajahnya sedikit cemberut.
Perutku kenyang sekali, jadi kupikir lebih baik aku pulang dan tidur sebentar.
Shikamaru memicingkan matanya, menatap Naruto. Ingat, jangan tidur terlalu lama.
Aku usahakan. Naruto tertawa melihat roman serius Shikamaru, lalu mulai melangkah pergi.
Hei, Naruto. Shikamaru memanggilnya.
Apa? Naruto berbalik.
Kau adalah orang yang akan menjadi Hokage. Jangan lupakan itu.
Tenang saja, aku tidak akan pernah menarik kata-kataku. Naruto menjawab Shikamaru dengan wajah
penuh keyakinan. Itu adalah jalan ninjaku.
Ya, jangan pernah tarik kata-katamu. Karena itu adalah jalan ninjaku juga. ujar Shikamaru.
Yeah, sampai jumpa. Naruto mengangkat tangan kanannya, melambai ke arah Shikamaru, dan kembali
berlalu.
Shikamaru terdiam sejenak, memandangi Naruto yang telah melangkah semakin jauh.
Ya, aku pasti akan menjadikanmu seorang Hokage.
Shikamaru tersenyum kecil, lalu melanjutkan langkahnya menuju gerbang belakang.
--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 06 by Dunia Naruto Indonesia --Aku membuat kalian menunggu ya.
Kata-kata itu Shikamaru tujukan pada kedua rekannya, Rou dan Soku.
Misi kali ini mengharuskan mereka menyusup ke dalam sebuah negara, lalu mengeliminasi target. Itu
bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan sepenuhnya secara diam-diam, mereka harus sebisa mungkin

membaur. Itulah kenapa, baik Rou maupun Soku tidak ada yang mengenakan topeng mereka.
Kita memiliki beberapa sasaran dalam misi ini. ujar Shikamaru. Mengumpulkan informasi sebanyakbanyaknya mengenai situasi Shijima no Kuni, pencarian terhadap Sai dan 10 orang anggota ANBU yang
menghilang, dan yang menjadi prioritas kita, membunuh orang bernama Gengo.
Rou dan Soku mengangguk, tanda paham.
Kakashi tidak datang untuk melepas mereka. Shikamaru, Rou, dan Soku adalah satu-satunya yang
berada dekat gerbang belakang yang masih tertutup itu. Gerbang tersebut tersembunyi di balik
pepohonan yang menyelimuti kaki tebing. Meskipun pagi itu sangat cerah, gerbang tersebut terlihat
lembab dan suram.
Ah baiklah, karena ini adalah misi pembunuhan, maka kita harus pastikan tidak ada pengamatan
Lubang hidung Rou melebar ketika menekankan kata pengamatan.
Shikamaru menatap Rou, terlihat agak bingung dengan maksud kata-katanya.
Kau tahu? Lawakanmu gagal total. ujar Soku pada rekannya itu.
Rou tampak kebingungan, butiran keringat sebesar biji jagung mengalir di dahinya, mungkin karena malu.
Kau tahu? Dia tadi itu melawak. Soku menjelaskan pada Shikamaru dengan roman wajahnya yang
seakan berkata aku minta maaf soal ini. Kau tadi sempat bicara soal mengumpulkan informasi, nah
karena pengumpulan informasi memiliki makna yang hampir serupa dengan pengamatan, Rou
membuat lawakan tentang misi pembunuhan kita yang tak boleh sampai diamati orang lain, karena ini
sangat rahasia... kurang lebih seperti itulah. jelas Soku panjang lebar.
Kau tahu? Rou memang orangnya seperti itu. Dia sering sekali membuat lawakan tidak bermutu seperti
barusan. lanjutnya.
Shikamaru ingin sekali tertawa, dan menanggapi apa yang saat ini terjadi dengan sesuatu yang tak kalah
lucunya. Namun dia memilih tidak melakukannya. Shikamaru berdeham, mencoba mengembalikan
suasana serius yang sejenak tadi menghilang.
Begitu kita melewati gerbang ini, kita akan langsung berlari.
Kau tahu? Kami paham. jawab Soku dengan penuh semangat.
Sementara Rou yang wajahnya masih tampak memerah, juga ikut mengangguk tanda mengerti.
Baiklah kalau begitu, ayo berangkat.
Gerbang terbuka. Tiga orang Shinobi itu segera berlari menuju misi mereka.

Entah takdir apa yang menunggu mereka di sana, Shijima no Kuni, negeri yang selalu sunyi.
--- Bersambung ke Novel Shikamaru Hiden Chapter 07 --- #ShikamaruHiden
Sinopsis Chapter Tujuh, sikap aneh Shikamaru membuat orang-orang terdekatnya khawatir. Bahkan
beberapa dari mereka merasakan sebuah frasat tidak enak.
--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 07 by Dunia Naruto Indonesia --Temari berdiri di belakang Gaara, memandangi rambut merah tuanya yang menari tertiup angin. Adik
kecilnya ini benar-benar telah tumbuh dewasa, begitu pikir Temari.
Mereka berdiri di puncak sebuah bukit, dengan pemandangan indah Sunagakure yang terhampar jelas di
bawahnya. Penduduk desa setempat menamai bukit ini sebagai titik membaca angin, karena angin tak
pernah seharipun berhenti bertiup di sini, sepanjang tahun. Temari sangat paham, Gaara adalah satusatunya orang yang sering datang ke sini hanya untuk menikmati pemandangan desa, tanpa
mempedulikan betapa kerasnya angin bertiup.
Ada perlu denganku, kak? Gaara bertanya, sembari menoleh kebelakang, melihat ke arah kakak
perempuannya itu. Temari dapat dengan jelas melihat kanji Ai cinta, yang terlukis di kening adiknya.
Bertahun yang lalu, apabila seseorang dari desa mendengar nama Gaara, satu-satunya reaksi mereka
adalah rasa takut yang amat sangat. Namun lihatlah dia saat ini. Dia adalah pemimpin Sunagakure, salah
satu pilar utama yang menjaga persatuan para Shinobi tetap utuh. Gaara telah menjadi sosok penting
bagi dunia Shinobi.
Itu semua berkat Naruto.
Sama seperti dia, Gaara juga telah memiliki Bijuu di dalam tubuhnya sejak dia di lahirkan ke dunia.
Dulunya, Gaara hanya memiliki cinta bagi dirinya sendiri dan menganggap seluruh dunia adalah
musuhnya, dia tak ingin siapapun dekat dengannya. Gaara yang dulu bahkan tak ingin membuka hatinya
bagi kedua saudaranya, Temari dan Kankuro. Meskipun tak sepatah katapun yang keluar dari mulutnya,
namun gerak-gerik tubuhnya, ketika rasa haus akan darah membuatnya kehilangan dirinya, semua yang
dia lakukan, telah berteriak jauh lebih lantang dari sekedar kata-kata.
Naruto tak pernah sanggup meninggalkan Gaara, sesama Jinchuuriki yang menjalani kehidupan sekeras
dirinya. Setelah saling baku hantam dalam sebuah pertempuran yang sangat sengit, keduanya perlahan
saling mengenal satu sama lain. Ketika Bijuu Gaara direbut oleh Akatsuki dan dia berada di ambang
kematian, Naruto memberikan chakranya sebanyak yang dia bisa untuk menyelamatkan Gaara, tanpa
sedikitpun keraguan. Gaara akhirnya menganggapnya sebagai seorang, teman.
Sejak bertemu Naruto, Gaara mulai berubah. Sikap dinginnya perlahan menghilang, termasuk terhadap
Temari dan Kankuro. Cara pandang Gaara terhadap desa dan para penduduknya sedikit demi sedikit
juga ikut berubah.

Dan pada akhirnya, Gaara dapat diterima oleh semua orang.


Temari akan selamanya berterima kasih pada Naruto atas semua itu. Dia berpikir bahwa Konoha
merupakan desa yang sangat menyenangkan. Penduduk desa mereka memiliki kebanggaan yang besar
sebagai shinobi, dan sebagian besar dari mereka merupakan orang-orang yang berpikir logis.
Bersamaan dengan lamunannya tentang Konoha, tiba-tiba wajah orang itu melintas di benak Temari.
Dadanya terasa sakit seketika itu juga, lidah Temari mendecak, tanda kesal.
Ada masalah, kak?
Eh? Ti-tidak ada... jawab Temari terbata-bata.
Gaara memandanginya, dia terlihat khawatir. Temari tahu itu dan lekas membuang pandangannya dari
mata adiknya.
Desa Sunagakure selalu mengalami kekeringan. Berada tepat ditengah-tengah sebuah padang pasir,
hujan hampir tak pernah turun. Angin yang bertiup pun bercampur dengan butiran halus pasir di
dalamnya.
Mataku cuma kemasukan pasir...
Tidak biasanya. ucap Gaara pelan.
I-iya, itu benar...
Mereka yang terlahir di Suna telah terbiasa dengan keadaan anginnya yang berpasir. Bahkan selama
badai gurun sekalipun, tak ada satupun Shinobi desa ini yang matanya pedih karena pasir.
Kata-kata Temari soal matanya yang kemasukan pasir hanyalah sebuah kebohongan belaka.
Shikamaru... Gaara tiba-tiba menyebut nama orang itu, Temari hanya terdiam mendengarnya.
Meski kakaknya terdiam seakan sedang berhadapan dengan seorang musuh, Gaara tidak
menghiraukannya, dan terus bicara seolah tak terjadi apa-apa.
Sikapnya aneh belakangan ini. Kali terakhir aku bertemu dengannya di markas Serikat, pikiran dan
tindakannya seperti sedang tidak berada di satu tempat. Sepertinya dia bekerja terlalu keras.
Kau berpikir seperti itu juga ya. ujar Temari.

Gaara mengangguk. Dulunya aku tidak pernah peduli pada orang lain, tapi sekarang sebaliknya, aku
mencoba sebisa mungkin memperhatikan sikap dan penampilan seseorang. Mungkin karena itulah aku
jadi sedikit lebih peka terhadap suasana hati orang lain.
Tentu saja. Adik Temari itu pada dasarnya adalah seorang yang sangat serius. Sekali dia ingin melakukan
sesuatu, dia akan melakukannya dengan sangat sungguh-sungguh. Oleh sebab itulah, pada akhirnya dia
mampu membuka hatinya sepenuhnya untuk orang lain. Sesuatu yang dulu kesannya mustahil dia
lakukan.
Bukan sebuah kejutan bila Gaara juga mampu merasakan perubahan sikap Shikamaru.
Dia menyembunyikan sesuatu.
Mmm... Temari mengangguk setuju.
Dia adalah seseorang yang memikirkan masa depan Serikat dan dunia Shinobi lebih serius dari
siapapun. ujar Gaara. Aku yakin, dia tidak akan melakukan sesuatu yang membahayakan Serikat.
Gaara merujuk pada fakta bahwa setiap desa yang berpartisipasi dalam Serikat memiliki kewajiban untuk
melaporkan semua permasalahan yang mereka ketahui, baik yang berada di dalam, maupun di luar
yurisdiksi mereka. Dia juga merujuk pada fakta lain bahwa baik dia sendiri, maupun Temari, menyadari
bahwa Shikamaru sengaja tidak melaporkan beberapa hal terkait situasi di Konoha, entah apa. Namun
yang pasti, masalah apapun yang sanggup membuat Shikamaru bertindak seperti itu, kemungkinan
besar adalah sesuatu yang dapat berimbas pada seluruh desa Shinobi.
Kira-kira apa yang dia sembunyikan... Kau punya pendapat, kak?
Entahlah, aku tidak yakin...
Sesuatu yang normal bila Gaara bertanya padanya. Temari adalah orang yang paling sering bekerja
bersama Shikamaru dibanding siapapun di dalam Serikat.
Sebenarnya ada sesuatu yang kupikirkan... Tapi seperti kubilang, aku tidak benar-benar yakin. ujar
Temari.
Gaara hanya mengangguk, lalu mendengarkan dengan seksama.
Dia sedang serius menyelidiki tentang Shinobi-Shinobi yang menghilang dalam perang, dan juga yang
akhir-akhir ini sering terjadi, kasus para Nukenin.
Gaara berbalik setelah mendengar jawaban Temari, pandangannya kembali menerawang jauh ke arah
desa. Sebuah guratan tipis muncul di antara kedua matanya.

Dia sedang berpikir.


Angin berhembus kencang. Butiran-butiran pasir menerpa dahi mereka, rasa sakit yang terasa begitu
familiar.
Mari kita tanya Naruto... ujar Gaara lirih. Apa kau mau pergi ke Konoha, kak?
Ya, tentu saja. jawab Temari, tergores senyum tipis di bibirnya.
Kakak juga harus bertanya pada Kakashi-san, tapi aku tidak yakin dia akan memberikan jawaban. Jadi
kakak harus bertanya pada Naruto terlebih dahulu. ujar Gaara. Bila ternyata Shikamaru sedang dalam
bahaya, maka kita harus ikut menyelamatkannya dengan segenap tenaga kita. Bila memang dibutuhkan,
kakak bisa membawa serta Shinobi Suna sebanyak yang kakak mau.
...Shikamaru... Dia itu Shinobi Konoha, kau tahu itu kan?
Kita telah melupakan era itu, kak. Era lama di mana perbedaan antara Shinobi Suna atau Shinobi
Konoha masih menjadi sesuatu yang penting, itu sudah lewat. Shikamaru adalah sosok penting bagi
Serikat. Kita harus mendukungnya sebisa mungkin.
Terima kasih, Gaara... ucap Temari, lirih.
Kau tak perlu berterimakasih padaku untuk hal semacam ini, kak. Gaara tersenyum.
Setetes air mata mengalir turun di sela pipi Temari. Dia bergegas menghapusmya, lalu menatap ke arah
Gaara.
Entah kenapa hari ini pasirnya masuk terus ke mataku, hehe... Gadis itu tersenyum manis.
--- Novel Shikamaru Hiden Chapter 07 by Dunia Naruto Indonesia --Hei Sakura-chan, apa kau mendengarkanku? tanya Naruto, sembari menyandarkan sikunya di atas
tumpukan buku yang menggunung setinggi dadanya. Dia bicara pada Sakura yang sedang sibuk
menelusuri rak buku yang memanjang menutupi dinding.
Kau tahu kan, Sai sudah menghilang sebulan ini, sekarang ditambah lagi Shikamaru yang sikapnya jadi
aneh. Apa kau pikir dia menyembunyikan sesuatu dari ku? lanjutnya.
Aku tidak tahu!
Sakura terdengar jengkel.

Bagaimana misi mu Naruto? tanya Sakura, masih dengan roman suara yang sama.
Sudah selesai hari ini.
Kalau begitu sana pergi ke Ichiraku, makan Ramen yang banyak, pulang, lalu tidur! teriak Sakura.
Haaaaah? Tapi sudah lama sekali sejak terakhir kau berada di Konoha, aku cuma ingin ngobrol
sebentar, mumpung kau masih di sini. Kau kan anggota Tim 7 sama sepertiku, sikapmu itu dingin sekali,
huh... ujar Naruto, mukanya terlihat cemberut.
Mendengar itu, Sakura segera berbalik menatap sahabatnya itu.
Dengar ya Naruto. Sekarang ini aku sedang kewalahan dengan pekerjaanku bersama Nona Tsunade
untuk mengembangkan sistem jutsu medis. Aku juga sedang sibuk di Serikat Shinobi. Selain itu aku juga
harus mempelajari ribuan dokumen yang ditinggalkan oleh Nona Tsunade semasa masih menjabat
sebagai Hokage! Kau lihat kan? Aku tidak punya waktu luang untuk mendengarkanmu bergosip!
Mengerti?
Sakura mengalihkan pandangannya kembali ke arah rak buku setelah mengomel panjang lebar.
Sepertinya dia memang sedang sangat suntuk.
Lagipula, bukannya kau sedang dekat dengan Hinata akhir-akhir ini? Bukankah akan lebih baik kalau
kau memintanya mendengarkan masalahmu?
Ooooohhh... Kau cemburu yaaa? goda Naruto.
Duaakk!
Sebuah pukulan mendarat di kepala Naruto.
Siapa yang cemburu... Kau kan tahu, aku sudah memutuskan untuk menunggu Sasuke-kun kembali.
Iya-iyaaaa... aku paham Nona. Naruto menjawab sembari mengelus-elus kepalanya yang masih terasa
sakit. Namun tak lama, pandangan matanya berubah serius. Sakura juga menyadarinya.
Meski begitu... Kau tahu? Perasaanku belakangan ini benar-benar tidak enak.
Apa Kyuubi yang merasakannya? tanya Sakura.
Rubah ekor sembilan Kyuubi masih hidup di dalam tubuh Naruto, bersama sebagian kekuatan dari 8
Bijuu yang lain. Sehingga bisa dibilang bahwa Naruto merupakan manusia yang menjadi pilar bagi

kekuatan monster berekor sepuluh Juubi. Di perang besar sebelum ini, Obito menjadikan dirinya
Jinchuuriki Juubi dan mendapatkan chakra yang bahkan menandingi sang resi enam jalan, Rikudo
Sennin. Sementara Naruto sendiri yang telah mendapatkan kepercayaan dari kesembilan Bijuu, saat ini
juga memiliki kekuatan yang diberikan langsung oleh Rikudo.
Perasaan tidak enak dari seseorang seperti Naruto berbeda dari kebanyakan manusia biasa, dan tidak
boleh dianggap sepele. Sakura sangat paham akan hal itu.
Apa kau yakin kau tidak salah mengira, Naruto?
Ahhh, kau kejam sekali Sakura, kau tidak percaya sama sekali padaku... Naruto bergumam, sembari
membaringkan dirinya sendiri ke lantai.
Bukan begitu... Kau tidak perlu khawatir. Sai dan Shikamaru, keduanya adalah Shinobi yang hebat.
Meskipun semisal mereka berada di situasi yang tidak bisa mereka tangani sendiri, mereka pasti akan
segera meminta bantuan. Bilapun keadaan mereka begitu buruknya hingga tak bisa meminta bantuan,
maka Kakashi-sensei pasti akan memerintahkan kita untuk segera menyelamatkan mereka.
Ehhh... Aku sama sekali tidak yakin Kakashi-sensei tahu kapan harus melakukan itu. ujar Naruto.
Kakashi-sensei tidak bodoh sepertimu, Naruto... Sakura terlihat semakin kesal.
Berhenti bicara hal-hal yang tidak penting, dan konsentrasilah pada misimu. Itu yang Sai dan Shikamaru
ingin kau lakukan. Terutama Shikamaru. Dia telah bekerja keras di Serikat Shinobi hanya supaya kau bisa
jadi Hokage. Jangan sia-siakan itu! lanjutnya.
Justru karena itu, Sakura... Aku mengkhawatirkannya karena dia sangat berjasa bagiku.
Sakura menghela nafas panjang.
Tenangkan dirimu Naruto... Mereka itu teman-teman yang telah mempercayaimu selama ini, tidak akan
terjadi apa-apa pada mereka. Kalaupun... mereka gugur, mereka tidak akan gugur tanpa makna. ujar
Sakura, sedikit menahan diri.
Jangan bicara sembarangan tentang kematian, Sakura! Itu menakutkan, hiii...
Ya ampuuuun, aku bicara ini salah, aku bicara itu juga salah. Kau ini menyusahkan sekali Naruto.
Sakura mengucapkan kalimat yang biasa diucapkan Naruto padanya. Sekarang pulang sana dan
istirahatlah!.
Sakura melempar sahabatnya itu keluar ruangan.

Ya, melempar...
--- Bersambung ke Novel Shikamaru Hiden Chapter 08 --- #ShikamaruHiden
NOVEL SHIKAMARU HIDEN BAHASA INDONESIA - CHAPTER 08
--- Penulis: Takashi Yano ----- Ilustrasi: Masashi Kishimoto ----- English Translation: Cacatua Tumblr ----- Indonesian Translation: Ayudhya Prameswari #DNI --Note If you love the story so far, PLEASE BUY THE ORIGINAL NOVEL to support the author. Terima
kasih, selamat membaca smile emotikon
Sinopsis Chapter Delapan, petualangan Shikamaru di negeri kesunyian telah dimulai. Mereka berhasil
menyusup ke ibu kota. Di sana mereka menemukan sesuatu yang mengejutkan.
--- Shikamaru Hiden Chapter 08 by Dunia Naruto Indonesia --Shijima no Kuni.
Setelah berlari selama genap tiga hari tiga malam, regu pimpinan Shikamaru akhirnya mencapai tujuan
mereka, Shijima no Kuni.
Shijima no Kuni merupakan sebuah negeri yang tak terlalu besar, terletak di ujung paling barat benua.
Sebagian besar wilayahnya terdiri dari pegunungan dan bentangan hutan, sementara sisanya adalah
dataran rendah yang dihiasi oleh beberapa kota kecil. Tak ada satupun kota di dataran tersebut yang
ukurannya sebesar desa-desa di Hi no Kuni. Shijima no Kuni akan terasa seperti wilayah pedesaan masa
lampau bagi siapapun yang pertama kali menginjakkan kakinya di sini.
Pusat pemerintahan negeri ini berada di ibu kota mereka, desa Tirai. Sebuah kota kecil yang terletak
tepat di tengah-tengah negeri. Shikamaru dan regunya harus menyelinap melewati perbatasan tanpa
terdeteksi, sehingga rute yang mereka lalui bukanlah rute biasa. Mereka harus rela keluar masuk hutan,
menembus barisan bukit, dan menyusuri lembah. Tepat hari keempat sejak melangkah keluar dari
gerbang Konoha, mereka akhirnya tiba di desa Tirai.
Meski Shijima no Kuni adalah negeri yang tergolong miskin, kemegahan ala kota besar masih dapat
dilihat di ibu kota mereka. Di saat sebagian besar rumah di wilayah lain negeri ini masih beratapkan
jerami, di desa Tirai, bahkan rumah paling sederhana sekalipun telah memiliki atap berlapiskan genting.
Banyak pula bangunan yang terbuat dari beton, sementara jalanan mereka terlihat bersih dan tertata
dengan baik.

Rangkaian jalan menyebar ke seluruh wilayah desa, membentuk pola menyerupai jalinan jaring laba-laba.
Pola tersebut bergerak melingkar, menjadikan pusat desa sebagai pangkalnya. Di sepanjang sisi jalan
itulah, banyak berdiri apartemen-apartemen serta barisan rumah yang tertata rapi, terlihat sangat teratur.
Yang paling mencolok dari tata kota desa Tirai ini adalah sebuah gedung besar yang berdiri tepat di pusat
desa. Bila dipandang dari kejauhan, gedung ini terlihat menjulang tinggi melebihi bangunan-bangunan
lain di sekitarnya. Tingginya sekitar 10 lantai, dengan atap yang berwarna merah keunguan, sementara
kedua sisinya berhiaskan sepasang patung singa yang terbuat dari emas. Sangat megah untuk ukuran
sebuah desa kecil.
Aha, itu pasti istana yang kita cari.
Kau tahu? Tidak usah sok pintar, itu kan sudah jelas.
Shikamaru mengamati bangunan megah tersebut dengan seksama, tentu saja sembari menguping
percakapan antara Rou dan Soku. Saat ini mereka sedang berjalan di jalanan utama desa. Pakaian
mereka telah berganti, tak lagi mengenakan seragam ANBU dan rompi Konoha.
Setiap negara memiliki budaya dan tradisi yang berbeda satu sama lain, termasuk pula dalam hal cara
berpakaian. Oleh sebab itulah, Rou dan Soku menyarankan agar mereka menggunakan pakaian
penduduk setempat, supaya tak terlihat mencolok selama melakukan penyusupan. Shikamaru hanya
menurut, karena bagaimanapun mereka berdua adalah ANBU yang lebih senior darinya, sekaligus
memiliki segudang pengalaman menjalankan misi semacam ini.
Dalam perjalanan menuju desa Tirai, mereka bertiga sempat berhenti di rumah orang kaya setempat, dari
sana lah mereka mendapatkan pakaian-pakaian tersebut. Bisa jadi mereka membeli, meminta, atau
mungkin juga... mencuri, entahlah.
Busana yang dikenakan orang-orang Shijima no Kuni sangatlah sederhana, tanpa pola apapun yang
khas. Tubuh bagian atas terbalut jubah sederhana yang terbuat dari kain disebut Uwagi, kemudian
diikat dengan Obi, untaian ikat pinggang yang juga terbuat dari kain.
Sementara dari pinggang ke bawah, para penduduk Shijima no Kuni mengenakan celana yang lumayan
lebar Hakama. Bagian bawah Hakama mereka dimasukkan ke dalam sepasang sepatu bertali yang
membungkus kaki mereka hingga setinggi betis. Melihat mereka berlalu-lalang benar-benar serasa
kembali ke era lampau.
Warna pakaian mereka pun sama hambarnya dengan cara mereka berbusana. Hampir semua orang di
desa Tirai mengenakan pakaian berwarna suram, entah itu hitam, cokelat tua, atau abu-abu gelap.
Bahkan di sepanjang jalanan utama ini, tak ada satupun toko yang memiliki lampu penerangan yang
memadai, alih-alih papan iklan yang berpendar cahaya neon. Semua tampak suram, membosankan.

Ya, suram. Seakan tak ada satupun hal cerah yang dapat ditemukan di desa ini.
Apa anda menyadarinya, tuan Shikamaru? Tanya Rou yang berjalan paling depan.
Shikamaru sendiri berada di tengah-tengah, Rou berjaga di depan, sementara Soku mengawasi dari
belakang. Posisi seperti ini juga atas saran dari mereka berdua.
Pertanyaan Rou sangat bias. Dia tak menyebutkan secara pasti apa hal yang seharusnya Shikamaru
sadari.
Kita sama sekali belum melihat satupun pengawal Daimyo. ujar Rou lagi, kali ini lebih rinci.
Oh, itu. Ya, kau benar. Shikamaru sepertinya sependapat dengannya.
Sembari berbincang, mereka berjalan menuju ke arah istana. Tidak ada maksud untuk melaksanakan
pembunuhan itu sekarang, mereka hanya mengikuti arus orang-orang di sekitar yang juga berjalan
menuju bangunan megah tersebut. Shikamaru sama sekali tak ingin bertindak buru-buru dan gegabah,
dia tak ingin mempertaruhkan keberhasilan misi sepenting ini. Semua harus dilakukan dengan sangat
hati-hati dan penuh perhitungan.
Sejauh ini, semua orang yang kita temui di jalan hanyalah penduduk biasa, kita belum melihat ada
satupun pengawal atau pembantu Daimyo. Ini aneh sekali.
Pengamatan Rou sepertinya memang benar, ada yang tidak beres di negeri ini.
Seakan seperti telah menjadi sebuah ketentuan umum, penguasa daerah atau pimpinan sebuah negara
hampir selalu adalah seorang Daimyo. Memang, persatuan dunia Shinobi telah berkembang sangat
pesat, namun para Shinobi tidak pernah, dan tidak akan pernah mampu mengambil peran utama dalam
urusan politik. Itu adalah bagian Daimyo.
Para Daimyo berdiam di ibu kota negara mereka masing-masing, dan tempat tinggal mereka hampir pasti
selalu dijaga ketat oleh ratusan atau bahkan ribuan pengawal kerajaan selama dua puluh empat jam
tanpa jeda. Tempat itu pastinya juga dipenuhi oleh para bawahan yang bertugas melayani sang penguasa
daerah setiap saat.
Para pengawal dan bawahan Daimyo tersebut seringkali memandang dirinya sendiri berada di atas
penduduk biasa. Terlihat jelas dari cara mereka berpakaian yang sangat mencolok, dan tentunya perilaku
serta cara bicara mereka yang terkesan arogan. Keseharian mereka lebih sering dihabiskan di ibu kota
tempat Daimyo tinggal, hanya pergi ke luar wilayah bila memang diperintahkan.
Namun tetap saja, Shikamaru dan regunya sama sekali belum menemui satupun dari para pengawal dan
bawahan Daimyo tersebut di Shijima no Kuni.

--- Shikamaru Hiden Chapter 08 by Dunia Naruto Indonesia --Kau tahu? Mungkin negeri ini memang tidak punya Daimyo. Ujar Soku.
Kata-kata Soku juga ada benarnya. Terkadang, beberapa negara kecil sengaja mencitrakan dirinya
sendiri seakan-akan mereka memiliki seorang penguasa, padahal sebenarnya para penduduk negara
tersebut menangani urusan daerah mereka secara swadaya, tanpa bergantung pada sosok sentral
semacam Daimyo.
Mungkin Shijima no Kuni adalah salah satu yang seperti itu. Tapi entah kenapa, Shikamaru merasa
sangat tidak yakin akan hal tersebut.
Shikamaru berbalik, matanya menerawang ke arah istana tersebut yang saat ini telah mereka lewati.
Surat Sai dengan jelas mengatakan bahwa negeri ini berada di bawah kendali seseorang bernama
Gengo. ujar Shikamaru.
Kau tahu? Itu benar, tapi bisa jadi dia bukan seorang Daimyo. Soku menambahkan.
Yah, mungkin kau benar. ujar Shikamaru. Bersamaan dengan itu, pandangan matanya seketika beralih
pada sosok seorang pria yang berjalan melewati mereka.
Pria itu mengenakan jubah hitam panjang, tatapan matanya sangat tajam. Cara dia berpakaian terlihat
sedikit lebih mencolok dibandingkan orang-orang di sekitarnya.
Desain jubah pria itu mengingatkan Shikamaru pada jubah Akatsuki. Meski sebenarnya, jubahnya tak
memiliki lukisan awan merah, atau kerah tinggi khas organisasi kriminal itu. Jubah tersebut juga tak
memiliki resleting atau lapisan penguat apapun, hanya ada lima buah kancing baju yang terbuat dari
perak. Ukurannya cukup besar, berbaris rapi di bagian tengah jubah, urut dari atas ke bawah.
Kalian lihat pria yang di sana itu... Kita sudah bertemu beberapa orang yang berpakaian sama
dengannya. Apa tidak mengingatkanmu akan sesuatu? tanya Shikamaru.
Saya juga menyadarinya, tuan Shikamaru. jawab Rou.
Kau tahu? Biasanya orang akan melihat lebih jelas dulu baru setuju tentang sesuatu. Soku
mengomentari Rou yang langsung menjawab pertanyaan Shikamaru dengan sangat yakin, padahal dia
sedang melihat ke arah lain.
Uhmm... Pakaian itu, pakaian itu benar-benar membuat mereka jadi sasaran empuk. Rou kembali
mengeluarkan lawakan kurang bermutu nya.

Kau tahu? Lebih baik kau ini diam saja. Soku mengomel.
Tak menggubris kelakar mereka berdua, Shikamaru kembali bertanya.
Rou, bagaimana dengan pria di seberang jalan itu, apa dia terlihat tidak asing bagimu? Tanya
Shikamaru, sembari memandang sebuah kedai teh di seberang jalanan yang ramai.
Rou menoleh, mengikuti arah pandangan Shikamaru. Matanya memicing, mencoba melihat lebih jelas.
I-Itu... Ini tidak mungkin...
Ehh, ada apa sih ini... Kau tahu? Aku sama sekali tidak paham apa yang kalian berdua bicarakan. ujar
Soku, sepertinya dia belum menyadari apapun.
Jadi dugaanku memang benar. ucap Shikamaru lirih. Pantas aku merasa tidak asing dengan wajahwajah ini.
Pria tersebut memanggil si pemilik kedai. Tak lama, seorang laki-laki paruh baya keluar dari dalam
ruangan, dia segera membungkuk berkali-kali, memberi hormat sekaligus meminta maaf kepada pria itu.
Lucunya, itu adalah sesuatu yang biasa dilakukan oleh penduduk biasa kepada para bawahan Daimyo.
Di-Dia... Dia dulu seorang ANBU, namanya Minoichi. ujar Rou yang masih belum hilang rasa
terkejutnya.
Orang itu...
Kau tahu? Orang itu adalah salah satu yang menghilang dalam perang besar, iya kan? tebak Soku,
memotong kata-kata Shikamaru.
Mereka bertiga terus berjalan melewati kedai itu, sembari tetap memperhatikan pria yang menurut Rou
bernama Minoichi tersebut. Mereka melakukannya sehati-hati mungkin agar si target tak merasa sedang
diamati.
Hanya ada satu cara memastikan itu. ujar Shikamaru, dia tersenyum. Mari kita tanyakan langsung
padanya...
--- Shikamaru Hiden Chapter 08 by Dunia Naruto Indonesia --Kau sudah tak bisa bergerak lagi. ujar Shikamaru pada seorang pria yang gemetaran di hadapannya.
Mereka berada di sebuah gang sempit di antara dua bangunan beton. Tempat ini sangat sepi, bahkan di

tengah hari seperti ini.


Rou dan Soku berjaga di ujung gang yang mengarah ke jalan utama. Mereka bersembunyi dalam
kegelapan, tanpa ada gerakan sedikitpun, berkonsentrasi penuh terhadap tugas mereka. Benar-benar
menunjukkan diri sebagai para ANBU yang berpengalaman.
Bayangan yang sangat gelap, lebih gelap dari bayang-bayang matahari tengah hari itu, bergerak
memanjang dari kaki Shikamaru. Merangkak sepanjang lorong gang tersebut layaknya ular berwarna
hitam kelam, bayangan tersebut melilit erat tubuh pria di hadapan Shikamaru. Ujung-ujungnya berubah
menjadi sebuah tangan yang melingkar di leher si korban, seakan siap mencekiknya kapan saja.
Konoha Hiden, Kage Kubishibari no Jutsu...
Keluarga Shikamaru, klan Nara, adalah pengguna teknik bayangan dari generasi ke generasi. Kubishibari
no Jutsu memungkinkan penggunanya untuk membelenggu pergerakan lawannya. Teknik bayangan klan
Nara adalah sesuatu yang sifatnya nyata. Mereka tak hanya dapat menghentikan, atau membelenggu
seseorang, klan Nara juga dapat melukai orang lain menggunakan bayangan mereka.
Aku katakan padamu... Aku bisa mematahkan lehermu dengan mudah menggunakan bayanganku ini.
ujar Shikamaru dengan roman suara yang terdengar parau.
Ba-bagaimana bisa... Kau... Kau ini siapa dasar sial!
Oh, kau tidak mengenalku? tanya Shikamaru. Tapi aku mengenalmu... Minoichi-san.
A-apa yang kau bicarakan... Siapa itu, aku tidak kenal nama itu...
Berhentilah berlagak bodoh. Kau mantan Shinobi Konoha, bukan? tanya Shikamaru lagi.
Su-sudah ku... bilang, aku tidak tahu apa yang kau bicarakan! Lepaskan aku!
Seketika, bayangan Shikamaru bergerak semakin dekat ke arah tenggorokan pria tersebut. Tangantangan gelap itu mencekik erat leher Minoichi.
Urgghh... Dia mengerang kesakitan.
Kau terlahir di Konoha. ujar Shikamaru. Pastinya kau pernah mendengar tentang teknik bayangan klan
Nara, bukan?
Kalau kau terus menerus bertingkah seperti ini, maka jangan salahkan aku...
...AKAN KUPATAHKAN LEHERMU.

Ancaman itu yang keluar dari mulut Shikamaru. Suara paraunya membuatnya terdengar lebih
menakutkan.
Jadi, sebelum terlambat... katakan padaku sekarang juga. Kenapa Shinobi Konoha sepertimu berada di
sini dan memakai pakaian seperti itu? tanya Shikamaru sekali lagi.
A-aku bukan lagi seorang Shinobi... ucap Minoichi terbata-bata. Aku... adalah orang yang tercerahkan!
lanjutnya.
Orang yang tercerahkan? Apa maksudmu?
Heh... O-orang-orang lamban... yang hidup di dunia Shinobi yang tak pernah berkembang... orang-orang
seperti kalian... tidak akan pernah mengerti tekad mulia kami!
Berhenti bicara tidak jelas. Yang aku tanyakan, apa yang kau maksud dengan mereka yang tercerahkan
itu? tanya Shikamaru, sembari menguatkan cengkraman bayangannya.
Ergghh!! Minoichi semakin kesakitan.
Bicaralah... Ancam Shikamaru lagi, masih dengan suaranya yang parau. Auranya begitu dingin, seakan
hati Shikamaru telah dirasuki kegelapan.
Hahhh... Tidak mungkin! Kalian tidak mungkin bisa mengerti Eurghhhh!!
Cengkraman bayangan itu semakin erat.
Baiklah, bila memang itu pilihanmu... Akan kubunuh kau sekarang juga.
Pupil Shikamaru melebar, membuat mata cokelatnya itu terlihat lebih gelap, sama gelapnya dengan
bayangannya. Raut wajahnya terlihat sangat dingin, dia bersiap mengakhiri hidup tawanannya tersebut.
Tu-tunggu! A-aku mengerti!
Hmm?
Aku... akan bicara... ujar Minoichi.
Shikamaru melonggarkan belenggunya. Minoichi jatuh berlutut, terbatuk-batuk, air mata menetes deras
dari kedua matanya.
Baiklah, sekarang jawab aku. Apa atau siapa sebenarnya yang tercerahkan itu? Dan kenapa banyak

sekali mantan Shinobi yang berada di negeri ini? Tanya Shikamaru.


Minoichi menghela nafas sejenak, lalu mulai bicara.
Kami adalah Kakusha, mereka yang tercerahkan. Kami adalah penguasa di negeri ini. Di sini tidak ada
orang rendahan yang kalian sebut Daimyo itu. Gelar mereka yang tercerahkan diberikan kepada kami,
para Shinobi yang telah membuka mata terhadap ideologi mulia tuan Gengo.
Tujuan kami adalah mengobarkan api revolusi yang sebenarnya di dunia ini, dan kami akan melangkah
maju bersama tuan Gengo. Apapun yang orang-orang rendahan seperti kalian rencanakan, akan sia-sia
saja di hadapannya.
Heh, lagipula... Apapun yang kau dengar dariku, tak akan membuat kalian mengerti tentang kebenaran
negeri ini... Hahahahaha!!
Minoichi berteriak dan mulai tertawa liar. Dia membuka rahangnya lebar-lebar, berusaha menggigit
lidahnya sendiri. Minoichi ingin bunuh diri.
Berhenti! Dasar bodoh! Shikamaru panik.
Terlambat. Pria itu tumbang.
Untuk sesaat, Shikamaru berpikir Minoichi telah benar-benar mati, namun tak lama, Shikamaru
menyadari keadaan sebenarnya. Ada sesuatu yang menusuk leher Minoichi sesaat sebelum dia
tumbang.
Kau tahu? Aku menembakkan jarum chakra pelumpuh padanya. Dia tak akan bisa bergerak selama...
entah, mungkin tiga hari, atau lebih.
Itu Soku yang berbicara. Ternyata dia telah berdiri di samping Shikamaru tanpa disadarinya.
Huh, lagipula... apanya yang tercerahkan. Kau tahu? Itu terdengar sangat menjengkelkan. ujar Soku,
sembari menatap Minoichi yang sudah tak sadarkan diri.
Wajah mantan Shinobi itu terlihat tenang dalam tidurnya.
--- Bersambung ke Novel Shikamaru Hiden Chapter 09 --- #ShikamaruHiden
Sinopsis Chapter Sembilan, penyelidikan di Shijima no Kuni telah dimulai. Shikamaru dan yang lain
berhasil menemukan beberapa informasi penting, namun di saat bersamaan, pertanyaan-pertanyaan
baru kembali bermunculan. Apapun itu, rencana pembunuhan akan segera dilaksanakan!

--- Shikamaru Hiden Chapter 09 by Dunia Naruto Indonesia --Shikamaru gemetaran, rasa dingin menjalar ke seluruh tubuhnya. Lantai ubin yang keras dan seakan
beku itu benar-benar berhasil membuatnya menggigil.
Tak ada satupun jendela di tempat ini. Sementara dinding dan langit-langitnya, semua terbuat dari beton
berwarna abu-abu. Di ruangan suram inilah terlihat Shikamaru, Rou, dan Soku tengah duduk melingkar,
sepertinya merencanakan sesuatu.
Mereka bertiga telah mengenakan jubah para Kakusha mereka yang tercerahkan. Tentu saja itu
semua hasil rampasan. Bahkan ruangan tempat mereka berada saat ini pun juga hasil rampasan. Pemilik
aslinya adalah seorang Kakusha yang mereka sekap di ruangan sebelah, dia pingsan setelah terkena
jarum chakra pelumpuh milik Soku.
Tentu saja, dalam serangkaian perampasan tersebut, Shikamaru dan yang lain juga sempat menggali
informasi dari korban mereka. Hasilnya lumayan, beberapa hal yang cukup penting berhasil mereka
ketahui.
Sepertinya dugaan awal tuan Shikamaru memang benar. ujar Rou, membuka pembicaraan. Negeri ini
memang dipimpin oleh seseorang bernama Gengo, sosok yang sepertinya memiliki kharisma dan
pengaruh yang luar biasa.
Shikamaru setuju dengan Rou, terutama dalam hal kharisma Gengo.
Sejauh ini, terhitung sudah tiga orang Kakusha yang berhasil mereka interogasi. Dan ketiga-tiganya
memiliki satu persamaan, yaitu keyakinan mereka yang tak tergoyahkan terhadap sosok bernama Gengo.
Keyakinan. Ya, keyakinan yang dimiliki para Kakusha terhadap Gengo benar-benar berbeda dari yang
dimiliki Shinobi-Shinobi Konoha terhadap pimpinan mereka, Hokage. Bahkan juga berbeda dari
kepercayaan yang Konoha titipkan pada diri seorang Uzumaki Naruto.
Rasa cinta dan saling menghargai satu sama lain. Menurut Shikamaru, itulah ikatan yang dimiliki oleh
para Shinobi Konoha, baik kepada Hokage, maupun Naruto.
Namun ini berbeda. Cara para Kakusha menghormati Gengo benar-benar terasa berbeda. Mereka bicara
tentang Gengo seolah-olah dia adalah seorang Dewa. Para Kakusha menganggap diri mereka sama
sekali bukan apa-apa di hadapannya. Sebuah keyakinan yang luar biasa, namun di saat yang
bersamaan, mengerikan.
Orang macam apa yang mampu melakukan semua itu...
Pertanyaan itu sangat mengganggu Shikamaru, dia ingin sekali mengetahui jawabannya.

Yah, kau tahu? Bukannya sudah jelas dari awal, kalau kita ingin mengakhiri apapun yang sedang terjadi
di negeri ini, kita harus membunuh Gengo. ujar Soku dengan gaya bicaranya yang tanpa basa-basi,
sama seperti biasanya.
Kau pikir untuk apa aku dan pak tua ini ditugaskan bersamamu. Kalau situasinya tidak seperti ini, kau
tidak akan butuh kami. Meskipun sebenarnya, kau tahu? Aku akan lebih senang kalau memang kau tidak
butuh kami.
Meskipun terdengar sedikit kurang sopan, kata-kata Soku memang benar adanya.
Seakan-akan, pemikiran mereka tentang Gengo telah berubah menjadi semacam... agama. ujar Rou.
Kau tahu? Kali ini aku sependapat denganmu. Soku mengangguk. Pasti sudah terjadi sesuatu pada
mereka, sesuatu yang mampu membuat mereka terikat pada Gengo. lanjutnya.
Apa yang kau maksud dengan sesuatu, Hinoko?
Shikamaru-san! Sudah berapa kali ku bilang, jangan panggil aku dengan nama itu! Soku seketika
berdiri, wajahnya terlihat sangat kesal. Jari telunjuk Soku mengarah ke Shikamaru, dengan chakra
berwarna jingga terlihat meletup-letup dari ujungnya. Sekali lagi kau memanggilku seperti itu, aku akan
benar-benar menghajarmu!
Soku sangat kesal, saking kesalnya, dia sampai lupa mengucapkan kau tahu dalam setiap kalimatnya.
Lagipula, kenapa kau tidak menyukainya? Menurutku, itu nama yang bagus... Shikamaru bertanya balik.
Nama Hinoko sendiri memiliki makna yang cukup indah, yaitu bunga api.
Justru karena itulah! Justru karena itulah aku tidak suka! Chakra Soku menyala semakin terang seiring
rasa kesalnya. Kenapa bukan nama-nama keren seperti Gorai, atau Shippu, atau bisa juga Kimidare, itu
terdengar jauh lebih baik! Kenapa harus Hinoko!
Sepertinya benar. Tak peduli seberapa ahlinya Soku sebagai seorang Shinobi, jauh di dalam dirinya, Soku
tetaplah seorang gadis berusia 14 tahun. Kata-katanya soal nama-nama keren barusan adalah buktinya.
Shikamaru berusaha keras untuk tidak tertawa. Tertawa hanya akan memperburuk keadaan, pikirnya.
Sepertinya raut muka tegang Shikamaru yang sedang menahan tawa itu disalah-artikan oleh Soku
sebagai ekspresi penyesalan. Chakra yang sebelumnya meluap-luap di ujung telunjuknya perlahan-lahan
menghilang.
Aku minta maaf. ujar Shikamaru yang mulai dapat menguasai dirinya. Aku benar-benar tidak tahu kalau
kau membenci namamu sendiri sampai sejauh itu. Aku akan lebih hati-hati.

Ba-baguslah kalau kau sudah paham... Soku terlihat sedikit malu setelah meluapkan rasa kesalnya,
wajahnya tertunduk memandang lantai.
--- Shikamaru Hiden Chapter 09 by Dunia Naruto Indonesia --Sebuah peta desa Tirai terhampar di lantai di depan mereka bertiga. Ini juga hasil rampasan dari si
Kakusha pemilik ruangan.
Menurut saya, bentuk desa ini benar-benar mirip sebuah jaring laba-laba. ujar Rou sembari bersedekap,
sepertinya sedang berpikir.
Shikamaru juga memperhatikan peta tersebut dengan seksama. Tiba-tiba pandangannya tertuju pada
gambar sebuah bangunan besar yang berada di tengah-tengah desa. Tulisan di sebelah gambar tersebut
berbunyi, istana bagi tahanan yang mengambang.
Tahanan yang mengambang? Shikamaru heran.
Itu istilah untuk merendahkan martabat seseorang. jelas Rou dengan pengetahuannya tentang masa
lalu. Biasa digunakan untuk para tahanan perang, atau gelandangan yang hidup di sekitar pinggiran kota
besar. Orang-orang yang tidak jelas nasibnya.
Merendahkan martabat ya... Ujar Shikamaru, dia terlihat memikirkan sesuatu. Apa Gengo yang
menamainya? Atau memang sudah seperti itu sebelum dia berkuasa? tanya Shikamaru.
Shijima no Kuni selalu menghindari kontak dengan negara-negara lain. Karena itulah, bahkan ANBU
Konoha sekalipun hanya memiliki informasi yang terbatas mengenai negeri ini. ujar Rou.
Jadi begitu. Entah kenapa, Shikamaru memiliki frasat bahwa Gengo sendirilah yang memberi nama
bangunan tersebut. Namun dia memilih tidak membahas itu lebih lanjut.
Lagipula, kenapa juga dia menamai istananya sendiri dengan nama aneh seperti itu... ujar Shikamaru.
Apa mungkin maknanya seperti ini? ketika lima negara besar dan negara-negara kecil yang lain saling
berebut wilayah di dataran utama, kami para gelandangan dipaksa hidup di daerah pinggiran Jadi,
menurut saya negeri ini sengaja merendahkan martabat mereka sendiri. jelas Rou.
Entahlah, mungkin memang seperti itu. Shikamaru sependapat.
Konyol sekali. Soku tiba-tiba menyela. Sejak tadi dia hanya diam mendengarkan Rou dan Shikamaru,
namun akhirnya ikut angkat bicara juga. Merendahkan martabat diri sendiri, menyebut diri sendiri
sebagai sampah, hal gila macam apa itu? Apa benar orang-orang sinting seperti mereka akan coba

menguasai dunia Shinobi? Heh, menggelikan.


Lagi-lagi Soku lupa mengucapkan kau tahu.
Shikamaru sadar, Soku sangat kesal pada orang-orang di negeri ini, yang entah kenapa, dengan sengaja
merendahkan martabat mereka sendiri.
Mungkin, lewat merendahkan diri itulah mereka menemukan keberanian untuk menunjukkan taring dan
melawan dunia.
Soku hanya diam mendengar jawaban Shikamaru. Dia memalingkan wajahnya yang terlihat muak.
Keinginan untuk balas dendam muncul dari kebencian kita terhadap musuh. Dan kebencian adalah
sesuatu yang tidak akan pernah bisa lahir dalam diri seseorang tanpa adanya konflik yang memicunya.
lanjut Shikamaru.
Bila seperti itu, apa menurut tuan Shikamaru orang-orang negeri ini memiliki kebencian terhadap negaranegara lain? Rou bertanya.
Kau tahu? Itu benar-benar menggelikan. Lagi-lagi Soku menyela, kali ini dia tidak lupa mengucapkan
kau tahu. Semua Kakusha yang katanya berkuasa di negeri ini adalah para mantan Shinobi dari negaranegara lain, benar kan?
Kata-kata Soku ada benarnya. Pada kenyataannya, lewat penyelidikan dan interogasi yang sejauh ini
mereka lakukan, ditemukan fakta bahwa memang seluruh Kakusha yang berkuasa di negeri ini adalah
orang-orang yang dulunya merupakan Shinobi dari negara-negara lain. Beberapa dari mereka hilang
dalam perang besar, sementara sisanya adalah mereka yang masuk daftar Nukenin dalam setahun
terakhir. Dan mereka semua adalah bawahan yang setia pada Gengo.
Mereka juga mendapat informasi bahwa negeri ini memang pernah dipimpin oleh seorang Daimyo. Dan
dapat ditebak, pihak yang menggulingkan Daimyo, mengangkat para Kakusha, serta mengubah Shijima
no Kuni hingga ke akar-akarnya, tak lain adalah seorang bernama Gengo.
Apapun itu, harus diakui bahwa saat ini Shijima no Kuni adalah sebuah negara yang dikuasai oleh para
Shinobi.
--- Shikamaru Hiden Chapter 09 by Dunia Naruto Indonesia --Bila mereka membenci negara-negara lain... Itu artinya, mereka juga membenci desa yang pernah
menjadi rumah mereka masing-masing. Kau tahu? Itu mustahil... lanjut Soku.
Soku sepertinya masih asing dengan pengkhianatan seorang Shinobi pada desa kelahirannya.

Banyak juga Shinobi yang seperti itu. ujar Shikamaru, suaranya terdengar tenang. Kelompok kriminal
yang menyebabkan perang besar terakhir Akatsuki, sebagian besar beranggotakan para Nukenin yang
mengkhianati desa mereka masing-masing. Mereka adalah orang-orang dengan kemampuan
mengerikan, serta memiliki kebencian yang luar biasa terhadap dunia Shinobi.
Ketika seseorang terjebak dalam sebuah situasi yang sangat buruk, kegelapan akan mulai menyelimuti.
Bukanlah sebuah hal yang aneh apabila semua kebencian dan kemarahan itu mampu membuat
seseorang memberontak pada negaranya sendiri. Seseorang akan menyalahkan desanya atas segala
penderitaan dan ketidakberuntungan yang dia alami. Dia akan menyalahkan struktur desa dan negaranya
yang cacat, lebih dari itu... dia akan menyalahkan seluruh dunia.
Dari pemikiran semacam itulah, akhirnya terlahir orang-orang seperti para anggota Akatsuki dan para
Kakusha, mereka yang tercerahkan.
Tapi, katakanlah itu benar... Ujar Rou, sementara Shikamaru dan Soku diam memperhatikan.
Katakanlah memang benar bahwa para Kakusha merasa kecewa terhadap keadaan dunia Shinobi saat
ini, dan mereka datang ke negeri ini atas dasar kekecewaan itu... Lalu apa artinya? Bukankah apa yang
mereka lakukan di sini juga tidak ada bedanya dengan apa yang selama ini terjadi di dunia Shinobi?
Rou benar. Berdasarkan informasi yang berhasil mereka dapatkan, diketahui bahwa Shijima no Kuni
menawarkan jasa kurir serta rute khusus bagi urusan perniagaan. Mereka bahkan juga menerima
permintaan misi dari berbagai wilayah, sesuatu yang lazimnya dilakukan oleh negara-negara dan desa
Shinobi. Namun yang lebih menarik adalah, tarif dasar yang mereka kenakan atas jasa-jasa tersebut jauh
lebih murah dari apa yang dapat ditawarkan oleh Serikat Shinobi.
Lima negara besar sangat mengutamakan kredibiltas pelayanan mereka, namun seperti dikatakan
banyak orang, kualitas menentukan harga. Kehandalan mereka dalam menjalankan misi juga berimbas
pada besarnya tarif yang mereka kenakan atas setiap jasanya. Dalam keadaan seperti itu, kehadiran
Shijima no Kuni benar-benar menjadi sebuah alternatif bagi negara-negara kecil yang tidak memiliki
cukup biaya untuk berurusan dengan Serikat Shinobi.
Pantas saja permintaan misi yang diterima Serikat Shinobi semakin surut dari hari ke hari.
Itulah maksud perkataan Rou. Bagaimana mungkin, orang-orang yang muak terhadap dunia Shinobi dan
mengkhianati desa mereka atas alasan itu, mau datang jauh-jauh ke Shijima no Kuni, hanya untuk
melakukan apa yang sebelumnya juga mereka lakukan sebagai seorang Shinobi.
Dari sisi manapun, itu benar-benar tidak masuk akal.
Revolusi yang sebenarnya... Gumam Soku tiba-tiba.

Ketika Shikamaru dan Rou mengalihkan pandangan mereka pada Soku, gadis itu terlihat salah tingkah.
I-itu yang dikatakan orang itu, si Minoichi... tujuan kami adalah mengobarkan api revolusi yang
sebenarnya di dunia ini, dan kami akan melangkah maju bersama tuan Gengo... bla bla bla... dan
seterusnya, dan seterusnya... ujar Soku.
Jadi menurutmu, apa yang mereka lakukan itu hanyalah bagian dari rencana untuk mencapai tujuan
mereka yang sebenarnya, yaitu revolusi. Benar begitu? tanya Shikamaru.
Soku mengangguk.
Hmm, bagaimanapun... Gengo adalah sebuah ancaman yang harus segera dibinasakan. gumam Rou.
Itu benar. Dan kau tahu? Kita diberkati dengan kesempatan yang sangat bagus. ujar Soku, sembari
menunjuk gambar alun-alun di depan istana.
Alun-alun ini pasti digunakan sebagai tempat pidato... Benar-benar panggung yang sempurna untuk
sebuah pembunuhan diam-diam bukan? Rou tertawa, dia melihat Shikamaru dengan roman wajah yang
terlihat bersemangat.
Rou. Orang yang biasanya begitu sederhana dan rendah hati itu, saat ini bicara tentang sebuah rencana
pembunuhan dengan senyum mengembang di wajahnya. Shikamaru seakan tersadar, bahwa jauh di
dalam dirinya, Rou tetaplah seorang ANBU.
Jadi kesimpulannya... Rou, kau akan menggunakan kemampuanmu untuk membuat kita berbaur dalam
keramaian di alun-alun. Lalu, begitu berada dalam jangkauan, aku akan menggunakan bayanganku untuk
mencapai Gengo dan membelenggunya. Dan Soku. Kau akan kutempatkan di atap bangunan terdekat
yang memberimu pandangan jelas ke arah alun-alun. Begitu target terbelenggu, kau akan
menyelesaikannya dengan jarum chakramu. Mengerti? jelas Shikamaru.
Dua orang ANBU itu mengangguk tanda paham. Aura dingin mereka begitu terasa, seakan sudah tidak
sabar untuk segera memulai rencana pembunuhan ini.
Kami sangat mengandalkanmu, Hinoko. ujar Shikamaru, entah sengaja atau tidak.
Heeehhh! Sudah berapa kali kubilang jangan panggil aku dengan nama itu! Soku berdiri, lagi-lagi dia
terlihat kesal.
Ehhmm... empat puluh kali. bisik Rou.
Haah? Soku balik menatap Rou, seniornya di ANBU itu.

Nama tuan Shikamaru di dalamnya memiliki kata Shi yang artinya empat, dan Maru yang artinya
kosong... jadi ya, empat puluh. jelas Rou, dengan wajah polosnya yang seakan tanpa dosa itu.
Soku terlihat semakin kesal mendengarnya.
Lagi-lagi lawakan tidak bermutu!! Kenapa tidak sekalian Ka yang kau artikan?! geram Soku, dia
melangkah maju ke arah Rou.
Rou segera berdiri dan bersembunyi di balik Shikamaru, menghindar dari amukan seorang gadis kecil
berusia 14 tahun. Padahal kalau dipikir-pikir, selain jauh lebih tua, Rou juga bertubuh lebih besar dari
juniornya itu.
Tentu saja, Rou bertingkah seperti itu hanya sebagai lawakan. Yah, mau bagaimana lagi, memang itu
hobinya.
Namun tetap saja, Shikamaru merasa agak aneh melihat perilaku mereka berdua.
Apa iya besok akan baik-baik saja... Shikamaru menerawang, menghela nafas panjang.
Kedua ANBU itu seketika berhenti bertengkar, tergores senyum di wajah mereka.
Kau tahu? Semua akan baik-baik saja.
Benar... tidak ada yang perlu Anda khawatirkan, tuan Shikamaru.
Shikamaru bergeming, memandangi mereka berdua.
Helaan nafas panjang kembali keluar darinya.
--- Bersambung ke Novel Shikamaru Hiden Chapter 10 --- #ShikamaruHiden
Sinopsis Chapter Sepuluh, orang itu akhirnya muncul, dan regu Shikamaru memulai rencana mereka.
Namun, sesuatu yang mengejutkan telah menunggu Shikamaru di ujung hari!
--- Shikamaru Hiden Chapter 10 by Dunia Naruto Indonesia --Lautan manusia terhampar di alun-alun depan istana hari ini.
Bukan hanya para Kakusha yang berada di tempat itu, namun mungkin juga seluruh penduduk desa. Baik
laki-laki maupun perempuan, tanpa peduli akan usia atau juga status sosial, semuanya tumpah ruah
menjadi satu, menantikan kehadiran pemimpin mereka.
Semangat, serta kesetiaan yang luar biasa terlukis jelas dalam raut wajah orang-orang itu. Suara mereka

menggema, melantunkan segala puja-puji bagi sosok yang sedang mereka nantikan kemunculannya.
Namun, bagi Shikamaru, semua itu tak lebih dari sesuatu yang bising dan menjengkelkan.
Terjebak dalam kerumunan manusia sebanyak itu, ditambah lagi cuaca pagi yang cukup terik, membuat
Shikamaru yang saat ini mengenakan jubah panjang para Kakusha itu benar-benar basah kuyup
bermandikan keringat.
Rou berada tepat di sampingnya. Sementara Soku saat ini tengah mengintai dari atas atap sebuah
gedung yang berada di seberang alun-alun, menunggu gilirannya beraksi tiba.
Saat ini Rou menggunakan kemampuannya untuk menyamarkan chakra Shikamaru agar menyerupai
chakra si pemilik asli jubah yang saat ini dia kenakan. Baik secara kualitas, maupun kuantitas. Tentu saja,
Rou juga melakukan hal yang sama pada dirinya sendiri.
Wajah mereka juga telah tersamarkan, lagi-lagi atas kontribusi Rou. Itu merupakan sesuatu yang sangat
penting, karena tak peduli seberapa baiknya mereka menyembunyikan chakra, bila musuh memiliki
seseorang dengan mata yang awas, atau seseorang yang pandai mengingat wajah, penyamaran mereka
berdua akan dengan mudah terbongkar. Setidaknya, keterampilan Rou ini memberikan cukup jaminan
bahwa penyamaran mereka telah sempurna, baik luar maupun dalam.
Dengan semua kedok yang mereka kenakan, akan sangat sulit membedakan Shikamaru dan Rou dari
para Kakusha asli yang mereka tiru identitasnya. Lagipula, keberadaan Shikamaru dan Rou sendiri juga
telah tersamarkan oleh kerumunan manusia yang luar biasa banyaknya ini.
Semuanya telah diatur sedemikian rupa, pihak musuh tidak akan menyadari kalau mereka ada di sana.
Tuan Shikamaru, saya rasa kita harus mendekat ke tempat itu. Ujar Rou lirih. Pandangan matanya tetap
fokus mengawasi sebuah panggung yang berada di depan kerumunan, ke sanalah mereka akan menuju.
Panggung tersebut tak terlalu megah, hanya lebih tinggi beberapa jengkal dari tanah. Terlihat pula
barisan anak tangga yang terbuat kayu menghiasi kedua sisinya. Tak ada apapun di atasnya, tidak ada
mikrofon, tidak ada pula barisan pengawal, panggung tersebut terlihat kosong melompong. Letaknya juga
sangat dekat dengan kerumunan, bahkan beberapa orang di barisan terdepan ada yang berhasil
menyentuhnya.
Saya penasaran, apa Gengo benar-benar akan muncul? gumam Rou, tampak ada sedikit keraguan di
wajahnya.
Apa yang dirasakan Rou tersebut ada benarnya. Bagi pemimpin sebuah negara, berdiri di atas panggung
yang tak memiliki pengamanan satu apapun adalah sesuatu yang sangat berbahaya. Dia akan menjadi
sasaran yang sangat mudah di serang.

Bila Gengo benar-benar muncul di atas panggung seperti itu, maka bisa dikatakan, dia sama sekali tidak
memiliki rasa curiga sedikitpun bahwa ada pihak-pihak yang mungkin mengincar nyawanya.
Untuk saat ini, yang harus kita lakukan hanyalah mendekat ke sana, lalu menunggu. Bila Gengo tidak
juga muncul hari ini, kita mundur. ujar Shikamaru.
Saya mengerti. jawab Rou.
Benar, yang saat ini harus mereka lakukan adalah terus mendekat ke arah panggung. Sedekat yang
mereka bisa, setidaknya hingga berada dalam jarak dimana Kagemane no Jutsu milik Shikamaru mampu
menjangkau Gengo. Sesuai rencana, setelah Shikamaru berhasil membelenggu pergerakan Gengo,
Soku akan menyelesaikan semuanya dengan jarum chakra miliknya.
Tapi, bila dia benar-benar mun-
Kata-kata Rou terpotong oleh sorak-sorai yang tiba-tiba terdengar dari barisan paling depan. Keriuhan
tersebut menyebar dengan cepat ke seluruh alun-alun bagaikan sebuah gelombang pasang. Shikamaru
masih terus mencoba bergerak maju ke barisan terdepan, bertahan sebisa mungkin di tengah teriakan
orang-orang disekitarnya yang semakin lantang memekakkan telinga.
Tak lama, sesosok pria menampakkan diri di atas panggung.
--- Shikamaru Hiden Chapter 10 by Dunia Naruto Indonesia --Dia mengenakan jubah panjang berwarna hitam, serupa dengan yang dipakai para Kakusha. Namun
kontras dengan jubah mereka yang terkesan suram, jubah milik pria ini dipenuhi hiasan berwarna-warni
yang tak terhitung jumlahnya. Dia juga memakai sebuah ikat pinggang yang terbuat dari perak, ukurannya
lumayan besar. Seakan masih belum cukup, sepasang renda berbentuk dua ekor ular berwarna perak
juga menghiasi lengan-lengan jubahnya. Dibandingkan dengan seluruh penduduk desa, atau bahkan
para Kakusha, penampilan orang ini terlihat jauh lebih mencolok.
Rambut pria itu berwarna biru tua. Perawakannya tegap, sementara wajahnya terlihat tenang, namun
tegas. Dari sepasang matanya yang tajam dan berbinar, tersirat bahwa dia adalah seorang yang cerdas.
Samar-samar, terlihat pula bekas pangkasan rambut di dagunya, sepertinya dia baru saja bercukur.
Secara keseluruhan, pria itu terlihat seperti seseorang yang berusia sekitar 30 tahunan.
Orang itu... Apa mungkin orang itu yang bernama Gengo? gumam Rou yang tiba-tiba berhenti berjalan.
Shikamaru tak menjawab, dia terus bergerak maju. Dia sangat yakin, bahwa orang yang baru saja muncul
di atas panggung tersebut adalah benar-benar Gengo.

Perlahan, orang itu mengangkat lengan kanannya ke udara. Seketika itu pula, segala keriuhan yang
semenjak tadi bising terdengar berangsur surut dan akhirnya menghilang. Matanya terpejam sejenak, lalu
tersenyum. Perlahan dia mengambil nafas dan mulai berbicara.
Pertama-tama... Aku ingin mengucapkan banyak terima kasih bagi semua yang telah berkumpul di sini,
hari ini.
Suaranya terdengar berat, namun entah kenapa, terasa menenangkan. Seakan-akan mampu membuat
seseorang mendengarnya bukan hanya dengan telinga, namun juga dengan hati dan seluruh tubuhnya.
Termasuk Shikamaru. Entah kenapa, sesaat setelah mendengar orang itu berbicara, Shikamaru
merasakan sesuatu yang begitu mengganggu dan membuat hatinya gelisah.
Rou berhasil menyusul Shikamaru setelah tadi sempat tertinggal. Sekilas terlihat, bahwa dia juga
merasakan perasaan tidak nyaman yang sama dengan Shikamaru. Kedua Shinobi itu segera memberi
isyarat satu sama lain, lalu kembali bergerak dengan langkah mereka yang perlahan dan senyap.
Sudah sepuluh tahun sejak pertama kali aku berdiri di atas panggung ini. Semakin banyak saudara
sepemikiran yang bergabung dengan kita, dan negara ini terus menerus berkembang. Namun, belum ada
satupun dari impian kita yang terwujud.
Semua yang hadir saat itu mendengarkan dalam keheningan. Tak ada satupun yang terdengar, selain
tentunya suara orang itu yang terdengar jelas meski tanpa pelantang. Oleh karenanya, ketika orang itu
berhenti bicara, suasana alun-alun benar-benar berubah sunyi, seakan tanpa kehidupan.
Aku punya pertanyaan untuk kalian, para penduduk Shijima no Kuni!
Suara orang itu yang sebelumnya terdengar tenang, tiba-tiba berubah menjadi menggelora penuh
semangat. Kata demi kata dia ucapkan lantang, seakan semua itu keluar langsung dari lubuk hatinya
yang terdalam.
Negeri ini semasa dipimpin Daimyo, atau negeri ini di masa sekarang... Menurut kalian, yang manakah
yang lebih baik? Siapa yang lebih mampu memimpin negeri ini?
TUAN GENGO!!
Ya, orang yang saat ini berdiri di atas panggung itu ternyata memang benar-benar Gengo. Semua yang
hadir saat itu serempak meneriakkan namanya, membuatnya menggema di seluruh penjuru alun-alun.
Tidak salah lagi... Orang itu adalah Gengo. gumam Rou.
Shikamaru hanya mengangguk, dan kembali bergerak. Saat ini mereka berdua berada semakin dekat

dengan panggung. Hanya tinggal beberapa meter lagi, sebelum akhirnya mereka sampai ke jarak ideal
bagi Kagemane no Jutsu milik Shikamaru.
Saat-saat inilah yang menentukan keberhasilan seluruh misi.
--- Shikamaru Hiden Chapter 10 by Dunia Naruto Indonesia --Gengo mengangkat tangan kanannya sekali lagi, dan keadaan yang sejenak tadi riuh rendah telah
kembali tenang.
Aku sangat senang mendengar jawaban kalian. Hari-hari dimana Daimyo berkuasa telah usai. Ya,
Daimyo, orang yang sama sekali tidak pernah menghargai kebijaksanaan kita, kekuatan kita, dan diri kita
para Shinobi... Itu semua telah berakhir, masa-masa kelam itu telah lama berakhir!
Para penduduk Shijima no Kuni yang sangat aku cintai, telah tiba era dimana kalian akan merasakan
perdamaian yang sesungguhnya. Kami para Kakusha... Kami yang telah tercerahkan ini akan melindungi
kalian untuk selama-lamanya, dengan segala daya upaya yang kami miliki, bahkan dengan nyawa kami
sekalipun!
Kalian tidak perlu khawatir akan apapun. Kesejahteraan, kemakmuran, kenyamanan hidup, semuanya
akan kami wujudkan... Karena memang itulah impian kami para Kakusha.
Semua yang hadir di tempat itu benar-benar terhanyut oleh kata-kata Gengo. Beberapa bahkan ada yang
sampai meneteskan air mata.
Sejujurnya, Shikamaru berpikir bahwa apa yang dikatakan Gengo bukanlah sesuatu yang istimewa. Tak
peduli seberapa keras dia berusaha mengolah kata-kata, apa yang dia sampaikan sama sekali bukan
pidato yang enak didengar. Namun tetap saja, Shikamaru mengakui bahwa ada sesuatu yang misterius
terkandung dalam suara Gengo, entah apa.
Negeri kita ini terletak di wilayah pinggiran. Sejarah menulis kita sebagai negeri yang terasingkan, yang
tertindas, yang diinjak-injak. Para pendahulu negeri ini memutus hubungan dengan dunia luar bukan
untuk melindungi kalian, akan tetapi untuk menguasai kekayaan Shijima no Kuni bagi diri mereka sendiri!
Bila kita tetap menutup diri, kita akan semakin lemah... Tapi sekarang, itu semua telah berakhir.
Nada suara Gengo terdengar meninggi.
Orang seperti Daimyo sama sekali tidak pantas memimpin dunia! Kami para Shinobi lah yang
seharusnya menyandang tugas itu. Berkat perjuangan para Shinobi, negeri ini dapat terlindungi.
Keberadaan para Shinobi yang memiliki kekuatan dan kebijaksanaan melebihi manusia biasa adalah
sebuah kenyataan yang tak terbantahkan. Namun tetap saja, dunia ini malah dipimpin oleh para Daimyo.
Orang-orang egois yang hanya mementingkan dirinya sendiri, bahkan menginjak-injak para Shinobi dan

rakyatnya tanpa perasaan!


Lihatlah... Sudah sepuluh tahun berlalu sejak aku menggulingkan Daimyo yang berkuasa. Negeri ini
tumbuh semakin makmur sejak saat itu! Gengo membusungkan dadanya dengan bangga.
Hampir sampai... gumam Shikamaru.
Hanya tinggal beberapa langkah saja, maka Gengo akan berada dalam jangkauan bayangannya.
Negeri ini hanyalah awal. Selanjutnya, aku akan memusnahkan para Daimyo yang berkuasa di seluruh
dunia, dan membangun sebuah era baru bagi kita semua!
Mengapa mereka tidak pernah menghormati kita? Padahal kita menyandang kekuatan yang jauh lebih
hebat dari Daimyo manapun!
Lalu mengapa kita selalu dipinggirkan? Bukankah kita sangat berjasa bagi mereka? Mereka memandang
kita sebelah mata, mendiskriminasi dan mengasingkan kita, menginjak-injak kita di bawah keserakahan
mereka! Para Shinobi dan rakyat jelata, kita semua sama, kita adalah... korban.
Mengapa para Daimyo melakukan itu semua? Itu karena... sesungguhnya mereka takut pada kita!
Tanpa mempedulikan pidato Gengo yang berapi-api, Shikamaru dan Rou terus bergerak maju. Saat ini
mereka sudah berada di dekat panggung, cukup dekat untuk melihat sosok Gengo dengan lebih jelas.
Sedikit lagi, tinggal sedikit lagi.
Sejauh ini mereka berdua mampu mendekat ke arah Gengo dengan sangat mudah, hampir tidak ada
halangan yang berarti. Namun justru itulah yang sedikit mengganggu pikiran Shikamaru.
Shikamaru merasa ini terlalu mudah, mungkinkah sebuah perangkap?
Namun dia cepat-cepat menepis kecurigaannya tersebut. Shikamaru meyakinkan dirinya sendiri, bahwa
dengan segala penyamaran yang dia dan Rou kenakan, musuh tidak akan mungkin mengenali mereka.
Ini adalah kesempatan yang sangat bagus, dan mereka harus tetap maju. Itulah yang ada dalam benak
Shikamaru saat ini.
REVOLUSI... ucap Gengo, singkat.
Akatsuki pernah berdiri menantang dunia demi mewujudkan sebuah era yang baru, namun pada
akhirnya mereka tumbang, dihancurkan oleh dunia Shinobi yang tak pernah berubah. Keadaan tak
menjadi lebih baik setelahnya, para Shinobi masih saja dimanfaatkan dan berada di bawah bayang-

bayang kekuasaan para Daimyo. Namun... Akatsuki benar-benar menghidupi makna nama mereka, yaitu
fajar. Ya, Akatsuki adalah simbol dari fajar penuh harapan yang akan segera menyingsing!
Sekarang dengarlah, wahai para penggenggam mentari pagi yang terbit dari kegelapan yang hening!
Gengo perlahan mengangkat kedua tangannya ke udara, seakan sedang menyambut para dewa yang
turun dari kahyangan.
Secercah cahaya pertama dari mentari fajar dunia yang baru ini... akan terbit dari negeri kita tercinta,
Shijima no Kuni!
Seketika, semua yang berada di situ berteriak dengan semangat yang menggelora. Begitu kerasnya,
seakan bumi ikut bergetar.
Inilah kesempatan yang mereka tunggu-tunggu sejak tadi.
Shikamaru melepaskan bayangannya. Sulurnya bergerak cepat menyusuri kerumunan layaknya seekor
ular berwarna hitam kelam, kemudian merayap ke atas panggung dan berhenti tepat di kaki Gengo.
Tepat setelah bayangan itu menangkap kaki Gengo, pergerakannya akan terbelenggu, dan Soku akan
mengakhiri semuanya dengan jarum chakra miliknya.
Semua akan baik-baik saja, semua berjalan sesuai rencana.
Hanya saja...
Bayangan Shikamaru... tak mampu mencapai Gengo.
Kenapa ini... Harusnya dia ada dalam jangkauan, dia sudah ada dalam jangkauan! Lalu kenapa
bayanganku... Kenapa bayanganku tak mampu mencapainya?! Shikamaru terlihat kebingungan.
Tikusnya ada di sebelah sana... Perlahan namun pasti, Gengo mengalihkan pandangannya pada
Shikamaru yang berada di tengah kerumunan. Tatapan matanya masih tetap tenang, namun entah
kenapa, terasa sangat mengancam.
Tuan Shikamaru! Dia menyadari keberadaan kita! teriak Rou.
Beberapa sosok melompat ke arah Rou, menahannya.
Shikamaru belum menyerah, dia mencoba mencapai Gengo dengan bayangannya sekali lagi.
Itu sia-sia saja... ujar Gengo.

Bayangan Shikamaru, yang sudah bagaikan perpanjangan tangan dan kakinya sendiri itu, tiba-tiba
berubah menjadi tak terkendali, layaknya sebuah layang-layang yang benangnya terputus. Sulurnya sama
sekali tak mampu mencapai target, mereka hanya berputar-putar tanpa arah di atas tanah.
Jika memang seperti itu...
Shikamaru melompat ke atas panggung, tangannya menggenggam sebuah Kunai. Rencananya telah
gagal, maka tak ada pilihan lain, dia harus bertarung dan melakukan ini dengan tangannya sendiri.
Shikamaru menerjang ke arahnya, namun Gengo sama sekali tak bergeming. Justru tergores sebaris
senyum di bibirnya.
Shikamaru semakin mendekat, dia mengayunkan senjatanya ke arah leher Gengo dengan cepat dan
tepat.
Namun tiba-tiba...
Duakkk!
Seseorang melompat dari arah samping panggung dan menendang Shikamaru tepat di perutnya.
Shikamaru terhempas ke belakang, namun mampu menguasai keseimbangan dan kembali siaga.
Dia segera mengalihkan pandangannya ke sosok yang menyerangnya barusan.
K-kau... Apa yang kau...?
Seorang pria berdiri di antara Gengo dan Shikamaru. Kulitnya sangat putih, bahkan bisa dibilang pucat.
Matanya sayu, seakan menyembunyikan sejuta misteri di baliknya. Sementara wajahnya terlihat tenang,
nyaris tanpa ekspresi.
Tidak salah lagi, sepertinya Shikamaru mengenal siapa orang ini.
Apa yang kau lakukan... Sai?
--- Bersambung ke Novel Shikamaru Hiden Chapter 11 --- #ShikamaruHiden
NOVEL SHIKAMARU HIDEN BAHASA INDONESIA - CHAPTER 11
--- Penulis: Takashi Yano ----- Ilustrasi: Masashi Kishimoto ----- English Translation: Cacatua Tumblr ---

--- Indonesian Translation: Ayudhya Prameswari #DNI --Note If you love the story so far, PLEASE BUY THE ORIGINAL NOVEL to support the author. Terima
kasih, selamat membaca smile emotikon
Sinopsis Chapter Sebelas, Sai muncul di hadapan Shikamaru!
--- Shikamaru Hiden Chapter 11 by Dunia Naruto Indonesia --Sai.
Pemuda itu mengeluarkan sebuah kuas lukis, dan seketika menggoresnya di gulungan yang dia genggam
erat dengan tangan kirinya. Dan tepat setelah kuasnya terangkat, beberapa ekor harimau yang terbuat
dari tinta keluar dari gulungan tersebut, menerjang cepat ke arah Shikamaru.
Shikamaru mencoba menghindari terkaman mereka. Dia berguling keluar panggung dan jatuh tepat di
tengah kerumunan yang terlihat bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi.
Shikamaru panik. Sai bukanlah satu-satunya yang dia khawatirkan saat ini, pikiran Shikamaru benarbenar sedang kacau.
Mengapa bayangannya tidak berfungsi?
Mengapa penyamaran sempurna mereka bisa sampai ketahuan?
Apa Soku baik-baik saja?
Pikiran-pikiran itulah yang saat ini berlarian di benak Shikamaru.
Shikamaru masih terus menghindari terjangan mahkluk-mahkluk buas itu. Dia sempat melirik ke arah
Rou, terlihat ada lebih dari selusin Kakusha sedang mengepungnya. Rou mencoba berontak, namun
mustahil dia mampu melepaskan diri dari belenggu orang sebanyak itu.
Pipi Shikamaru terasa perih akibat cakaran salah satu harimau tinta milik Sai. Namun bukan rasa sakit itu
yang dia khawatirkan.
Topeng getah damar yang dibuat Rou untuk menyembunyikan wajah Shikamaru mulai mengelupas akibat
cakaran tersebut. Sedikit demi sedikit memperlihatkan wajah asli yang berada dibaliknya.
Topengmu itu akan lepas sebentar lagi, mungkin itu akan membuat wajahmu terasa sedikit lebih
nyaman. ucap Sai dengan sebuah senyum. Senyum yang entah tulus, ataukah sinis.

Tangannya masih belum berhenti melukis. Harimau demi harimau terus bermunculan, mengepung
Shikamaru dari segala penjuru.
Kenapa kau lakukan ini... gumam Shikamaru.
Aku heran... Kau ini bicara seolah-olah kau mengenalku, apa kau mengenalku? ucap Sai, masih dengan
senyumnya yang penuh misteri.
Shikamaru terdiam. Dia tidak ingin memberitahu Sai siapa dia yang sebenarnya. Lebih tepatnya, dia tidak
bisa melakukan itu.
Seorang Shinobi tidak boleh mengungkap namanya ketika berada dalam situasi seperti ini. Itu adalah
sesuatu yang sangat beresiko. Karena bila dirinya tertangkap, musuh dapat menggunakan informasi
sekecil itu untuk melacak, bahkan menyusup balik ke desa asalnya. Itu adalah aturan pakem bagi semua
Shinobi yang sedang bertugas di wilayah asing.
Diantara sebarisan Kakusha yang menerjang ke arahnya, Shikamaru dapat melihat Gengo yang masih
berada di atas panggung. Dengan kedua tangannya yang terlipat di belakang punggung, Gengo berdiri
tenang mengamati Shikamaru yang sedang berjuang mati-matian menghindari serangan Sai dan para
Kakusha.
Andai saja aku bisa mencapainya sekali lagi... gumam Shikamaru.
Shikamaru melompat ke atas salah satu harimau Sai, menusuknya dengan Kunai, dan segera melompat
turun dengan cepat. Begitu kakinya menapak tanah, Shikamaru berlari keluar dari kepungan melalui
celah yang dibuatnya tersebut. Sekilas, dia melihat harimau yang ditusuknya tadi menghilang seiring
ledakan tinta yang menghambur.
Namun Shikamaru belum sepenuhnya lepas, begitu banyak Kakusha yang menghalangi langkahnya.
Mudah-mudahan ini berhasil... gumam Shikamaru, sembari merapal sebuah segel dengan tangannya.
Seketika, sulur-sulur berwarna hitam yang tak terhitung jumlahnya keluar dari bayangan Shikamaru,
menyebar ke segala arah.
Kagenui no Jutsu, teknik penyulam bayangan.
Teknik yang menggunakan sulur-sulur bayangan untuk mengikat lawan, layaknya berhelai-helai benang
sulam dengan jarum di ujungnya. Shikamaru mampu menciptakan benang bayangan dalam jumlah
berlipat, sehingga jutsu ini sangat berguna bila berhadapan dengan banyak lawan sekaligus.
Shikamaru mengincar harimau-harimau Sai dan juga para Kakusha yang mengepungnya. Benang-

benang bayangan miliknya menyebar dengan cepat, bergerak tanpa halangan ke arah targetnya.
Berhasil! teriak Shikamaru, suaranya lantang bagai genderang perang.
Benang-benang tersebut mencapai sasarannya masing-masing, berdiri tegak, bersiap untuk
membelenggu mereka, namun
Berhentilah melakukan hal yang sia-sia. ucap Gengo dari atas panggung. Dan seketika itu pula, entah
kenapa, tiba-tiba benang-benang bayangan Shikamaru tersungkur lemas. Perlahan memudar dan hilang
tanpa bekas.
A-Apa... APA YANG SUDAH KAU LAKUKAN?! Shikamaru berteriak penuh amarah ke arah Gengo.
Kenapa suaranya berpengaruh pada bayanganku?
Sebenarnya apa yang dia lakukan?
Deretan pertanyaan itu seketika menghantui benak Shikamaru.
Hmm? Kurasa aku kenal jutsu barusan. ucap Sai, sembari melompat ke depan Shikamaru, berdiri
menghalangi jalannya.
Sai, jangan coba-coba menghalangiku...
Tingkahmu itu benar-benar membuat mataku sakit. ucap Sai, masih dengan roman wajahnya yang
sangat tenang.
Tangannya kembali menggoreskan kuas lukisnya dengan cekatan. Dan kali ini, seekor harimau belang
keluar dari gulungannya. Binatang buas tersebut berukuran jauh lebih besar dari harimau-harimau yang
lain.
Kau akan mengalaminya sendiri. Baru setelah itu... kau akan mengerti. ujar Sai, sembari menunjuk
kuasnya ke arah Shikamaru. Harimau belang itu bereaksi pada isyarat tuannya dan mulai bergerak
mendekati sasarannya.
K-kau, dasar sial... geram Shikamaru sembari mengeluarkan sebuah Kunai. Tatapannya tajam ke arah
harimau tersebut, Shikamaru bersiap untuk bertarung.
Namun tiba-tiba...
Shikamaru merasakan ada sesuatu yang menghantam kaki kanannya. Sedetik kemudian, sesuatu yang
lain juga menghantam kaki kirinya. Ternyata itu adalah para Kakusha yang melompat menangkapnya.

Dan tepat ketika Shikamaru menyadari itu, semua sudah terlambat.


Shikamaru jatuh tersungkur. Para Kakusha yang lain segera menimpa tubuhnya, menahan Shikamaru
hingga tak bisa bergerak.
Orang secerdas dirimu sampai tidak menyadari bahwa harimau ini hanya pengalih perhatian... Pikiranmu
pasti sedang kacau. ujar Sai, pandangan sinisnya tertuju pada Shikamaru yang masih berusaha
berontak dari para penangkapnya.
Samar-samar, Shikamaru melihat ada seseorang yang muncul dari belakang Sai, dan berjalan pelan ke
arahnya.
Itu adalah Gengo.
Lepaskan topengnya. perintah Gengo pada para bawahannya.
Seorang Kakusha memasukkan jarinya ke dalam celah topeng Shikamaru yang tadi terkelupas, dan
merobeknya dalam sekali tarikan.
Benar kan... Ternyata memang Shikamaru-san. ujar Sai.
Jadi inilah si jenius dari Konoha, Nara Shikamaru... Suara Gengo terdengar seperti seorang kolektor
yang berhasil menemukan benda yang selama ini dia cari-cari.
Shikamaru mendongakkan kepalanya, menatap tajam sepasang mata Gengo yang berbinar biru. Dia lalu
tersenyum kecil.
Asal kau tahu saja... ujarnya pelan. Kalau kau tidak membereskanku sekarang juga, hati-hati... Nanti
akan terjadi hal-hal yang mengerikan.
Aku sama sekali tidak takut. Kau akan hidup di sini, bersama kami.
Bersamaan dengan kata-kata Gengo yang penuh keyakinan itu, rasa sakit yang amat sangat
menghantam leher Shikamaru.
Dia tak sadarkan diri.
--- Shikamaru Hiden Chapter 11 by Dunia Naruto Indonesia --Gelap. Tempat ini teramat gelap.
Tak ada secerca pun cahaya di sini, Shikamaru bahkan tak mampu melihat dengan jelas kedua

tangannya yang berada tepat di depan wajahnya.


Dalam kegelapan inilah Shikamaru terduduk, tenggelam dalam pikirannya.
Dia tak yakin, sudah berapa hari berlalu sejak dia ada di sini. Bila dilihat dari berapa kali mereka
memberinya makanan, dan juga kondisi perutnya, setidaknya ini sudah lima hari. Atau lebih, entahlah.
Bagaimana bisa jadi begini?
Apanya yang salah?
Tak peduli seberapa keras Shikamaru berpikir, dia tak mampu menemukan satupun jawaban atas
pertanyaannya tersebut.
Ini bukan hanya soal Sai.
Shikamaru yakin, dia sudah mencapai Gengo dengan tekniknya. Namun entah kenapa, bayangannya itu
tak mampu menjerat sasaran, mereka seperti kehilangan arah di hadapan Gengo.
Gengo juga mampu merasakan kehadirannya dan Rou, bahkan memanggil mereka dengan sebutan
tikus. Padahal Shikamaru yakin, berlapis-lapis penyamaran yang mereka kenakan sudah sangat
sempurna, tanpa ada celah sedikitpun. Tapi tetap saja, kedok mereka seakan tak ada artinya di hadapan
Gengo.
Seolah-olah ada semacam penghalang di sekitar orang itu. Sebuah penghalang yang mampu membuat
segala jutsu yang diarahkan kepadanya kehilangan dayanya.
Apa Gengo benar-benar mampu melakukan itu?
Apa dia benar-benar mampu menetralkan jutsu?
Shikamaru sama sekali belum yakin.
Bayangan Shikamaru tak mampu mengikat Gengo. Lalu ketika dia mencoba menggunakan Kagenui
terhadap harimau-harimau Sai, hasilnya juga sama, benang-benang bayangannya itu tiba-tiba jatuh tak
berdaya.
Satu-satunya kesimpulan yang terpikirkan oleh Shikamaru ialah, ada sesuatu di luar sana yang
melemahkan kekuatan Kagemane miliknya. Entah itu Gengo sendiri, ataukah sesuatu lain yang berada di
sekitarnya.
Shikamaru yakin, teknik penyamar chakra milik Rou juga bernasib sama dengan Kagemane-nya,

dilemahkan hingga luntur tak berbekas. Mungkin karena itulah kehadiran mereka berdua dapat diketahui
oleh Gengo.
Setidaknya itulah teori yang ada di kepala Shikamaru saat ini.
Jutsu tak berfungsi menghadapi Gengo.
Tapi kenapa?
Shikamaru benar-benar tidak tahu. Dia tak punya cukup petunjuk, apapun yang bisa digunakannya untuk
mengungkap kebenaran dibalik kejadian ini. Segalanya terjadi begitu cepat, dia tak sempat menyelidiki
apapun.
Keadaan seperti ini membuat Shikamaru gusar.
Pikirannya kalut, dia benar-benar hilang akal.
Uarghhh! Arghhh!
Dari sebuah sudut di balik kegelapan yang teramat sangat itu, teriakan Rou mencapai telinga Shikamaru.
Samar-samar terdengar pula jeritan Soku, sepertinya mereka tengah menghadapi siksaan. Tak ada hal
lain yang terdengar selain rintihan dan ratapan kesakitan mereka berdua.
Namun entah kenapa, Shikamaru tak mengalami nasib yang sama dengan mereka.
Aku mohon, maafkan aku... ratap Shikamaru, kedua matanya menatap kosong ke arah sudut gelap
dimana teriakan Rou berasal.
Ini semua salahku...
Bukankah akan lebih baik jika aku menyelidiki orang itu sedikit lebih jauh sebelum bertindak...
Ada banyak rencana lain yang bisa ku pakai...
Tapi, aku ceroboh...
Ini semua salahku
Rasa bersalah menghantui Shikamaru. Dia terus menghantamkan tangannya yang mengepal itu
membabi-buta dalam kegelapan, berulang kali mengenai lantai dingin tempatnya berada saat ini. Lagi,
dan lagi...

--- Shikamaru Hiden Chapter 11 by Dunia Naruto Indonesia --Kau masih hidup?
Suara Gengo tiba-tiba terdengar dari balik kegelapan.
Atau kau sudah mati? Nada suaranya terdengar seolah-olah dia khawatir karena tak ada jawaban dari
Shikamaru.
Chakra Shikamaru memang menipis, namun dia jelas masih hidup, dan Gengo tahu itu. Pertanyaannya
tadi tak lebih dari sekedar sarkasme. Atau lebih buruk, hinaan.
Kulihat kau memakan makanan yang kami berikan, apa rasanya enak?
Shikamaru memakan apapun yang mereka berikan padanya, tentunya setelah memastikan itu tidak
diracuni. Kemampuan merasakan racun dalam sekali kecap merupakan keterampilan dasar yang wajib
dikuasai oleh semua Shinobi, terlebih lagi para ANBU.
Shikamaru melakukan itu karena dia belum menyerah.
Dia harus bertahan hidup, karena sekecil apapun, pasti akan ada kesempatan untuk melarikan diri. Bila
tubuhnya lemas tak berdaya ketika kesempatan itu tiba, maka semuanya tamat, dia akan mati di sini.
Tak ada satupun Shinobi yang menyerahkan harapannya untuk hidup. Tetap bertahan apapun yang
terjadi, tetap menjunjung tinggi tanggung jawabnya apapun yang terjadi, itulah Shinobi yang sebenarnya.
Kita adalah Shinobi, karena kita bertahan untuk sebuah tujuan.
Karena itulah, Shikamaru sangat yakin bahwa Rou dan Soku juga belum menyerah, sama sepertinya.
Sudah cukup lama kau berada dalam kegelapan seperti ini, apa kau sudah bisa lebih tenang? tanya
Gengo. Apa sekarang kau mau mendengarkan ku?
Sayang sekali... ujar Shikamaru. Sejujurnya, aku dan kegelapan adalah teman akrab.
Hahahahaha... Kau ini orang yang sangat menarik. Gengo tertawa sinis. Aku akan datang lagi nanti.
Pria itu melangkah pergi dari hadapan Shikamaru, keberadaannya memudar dalam kegelapan.
AARRRRGGHHHHHHH!
Bersamaan dengan itu, jeritan Rou kembali terdengar.

--- Bersambung ke Novel Shikamaru Hiden Chapter 12 --- #ShikamaruHiden


NOVEL SHIKAMARU HIDEN BAHASA INDONESIA - CHAPTER 12
--- Penulis: Takashi Yano ----- Ilustrasi: Masashi Kishimoto ----- English Translation: Cacatua Tumblr ----- Indonesian Translation: Ayudhya Prameswari #DNI --Note If you love the story so far, PLEASE BUY THE ORIGINAL NOVEL to support the author. Terima
kasih, selamat membaca smile emotikon
Sinopsis Chapter Dua belas, Gengo memulai pembicaraannya dengan Shikamaru. Kata-katanya
begitu menggetarkan, apakah Shikamaru akan terpengaruh?
--- Shikamaru Hiden Chapter 12 by Dunia Naruto Indonesia --Balairung yang sangat megah, bahkan jauh lebih megah dari kediaman seorang Hokage di Konoha
sekalipun.
Lantai ruangan besar tersebut dihiasi oleh bentangan permadani berwarna merah darah yang tergelar
dari luar hingga masuk ke dalam, melewati dua buah pintu besar yang juga tak kalah mewahnya. Dan di
atas hamparan indah itulah, Shikamaru tertunduk.
Kedua tangan Shikamaru terikat di belakang punggung. Sementara terlihat dua orang Kakusha berdiri di
kedua sisinya, berjaga kalau-kalau dia berniat macam-macam. Bagaimanapun, para Kakusha adalah
mantan Shinobi, kewaspadaan mereka masih belum luntur sedikitpun.
Rou dan Soku berada tepat di belakang Shikamaru. Nasib mereka juga sama saja, sepasang tangan
terikat dan dijaga oleh dua orang Kakusha. Namun berbeda dengan Shikamaru, baik wajah Rou maupun
Soku dihiasi barisan luka lebam dan bekas sayatan. Seakan tergambar dengan jelas, siksaan macam
apa yang telah mereka lalui beberapa hari belakangan ini.
Bila perhitungan Shikamaru tepat, ini adalah hari kesepuluh sejak mereka menjadi tawanan. Dan selama
sepuluh hari tersebut, tak sekalipun Shikamaru mengalami siksaan.
Gengo memang beberapa kali sempat datang menemuinya, namun dia hanya bicara sepatah dua-patah
kata, lalu pergi. Semua yang dikatakannya juga hanyalah omong kosong. Basa-basi tanpa makna seperti
bisakah aku bicara padamu sekarang? atau apa makan siang yang kau inginkan?, dan hal-hal
semacamnya.

Tundukkan kepalamu! Perintah seorang Kakusha yang berada di sebelah kanan Shikamaru, sembari
mendorong kepala tawanannya itu ke arah lantai, memaksanya bersujud.
Jangan seperti itu... mereka adalah tamu kehormatan, kita harus memperlakukan mereka dengan baik.
Suara Gengo tiba-tiba terdengar dari arah depan Shikamaru.
Begitu mendengar kata-kata pemimpinnya, Kakusha tersebut segera melepaskan kepala Shikamaru dan
kembali siaga di posisinya semula. Wajahnya terlihat agak gugup.
Anak buahku agak kasar, tolong maafkan mereka. ujar Gengo. Angkat kepalamu.
Shikamaru sudah lebih dulu mengangkat wajahnya bahkan sebelum diperintahkan oleh Gengo.
Pandangannya tajam tertuju ke arah depan.
Tepat di ujung bentangan permadani indah di lantai balairung, terdapat barisan anak tangga yang terbuat
dari batu pualam. Tangga tersebut menuju sebuah singgasana yang dihiasi oleh pahatan sepasang naga
di kedua sisinya, terlihat begitu megah.
Gengo duduk di atas singgasana tersebut layaknya seorang kaisar agung. Kakinya berjigang,
menumpangkan yang satu di atas yang lain. Dia bertopang dagu dengan tangan kirinya, sementara
sikunya bersandar di atas pinggiran singgasana. Aura pemimpin besar sebuah negara benar-benar
terasa darinya.
Bawa mereka mendekat. ujar Gengo.
Para Kakusha segera melaksanakan perintahnya, mereka menyeret Shikamaru, Rou, dan Soku
mendekat ke arah Gengo. Mereka berhenti tepat di ujung permadani, tempat anak tangga menuju
singgasana Gengo berawal.
Apa sekarang kau sudah berubah pikiran? tanya Gengo. Apa sekarang kau ingin tahu apa maksud
semua kata-kata ku?
Maafkan aku, tapi jujur, aku sama sekali tidak tertarik. ujar Shikamaru.
Gengo hanya tertawa kecil mendengar jawaban Shikamaru.
Terlihat beberapa Kakusha berjejer rapi di samping kanan dan kiri singgasana Gengo, sepertinya mereka
lebih istimewa dari para Kakusha yang lain. Shikamaru yakin, mereka adalah para penasehat atau
pengawal pribadi Gengo. Sai juga berada di antara mereka.
Meski mereka adalah teman, atau setidaknya, pernah menjadi teman, pandangan Sai terhadap
Shikamaru benar-benar dingin. Dari dulu Sai memang jarang menunjukkan ekspresi yang berlebihan,

namun ini jelas berbeda. Tatapan matanya terasa jauh lebih kosong, lebih datar dari biasanya.
Oh, ayolah... Kalau benar kau secerdas reputasimu, aku rasa kau sudah paham apa sebenarnya yang
kuinginkan darimu. ujar Gengo.
Tentu saja. Shikamaru paham benar apa yang diinginkan Gengo darinya, bahkan dia sudah
mengetahuinya sejak sangat awal. Tapi itu adalah sesuatu yang tidak mungkin, dan tidak ingin Shikamaru
wujudkan. Oleh karenanya, dia memilih diam.
Jadilah tangan kananku, Nara Shikamaru. ujar Gengo. Bersama-sama kita akan mewujudkan dunia
yang baru. Aku yakin, kau adalah orang yang mampu melakukannya.
Lupakan saja. jawab Shikamaru singkat. Sorot matanya menatap tajam ke arah Gengo. Begitu tajam,
seakan-akan Shikamaru ingin membunuh Gengo saat itu juga.
Tapi pemimpin Shijima no Kuni itu tak sedikitpun gentar, lebih tepatnya, dia tak peduli. Gengo membalas
sorot mata penuh amarah Shikamaru dengan tatapannya yang terlihat tenang, namun sangat
mengancam.
Bagus, Shikamaru. Orang lain pasti akan langsung menerima tawaranku tanpa pikir panjang, tapi tidak
dirimu. Dan aku tahu, itu yang membuatmu berbeda. ujar Gengo.
Kau benar-benar membuatku muak dengan semua omong kosongmu. Kau bicara seolah- olah kau tahu
segalanya. Memangnya kau tahu apa tentang aku! ujar Shikamaru. Nada suaranya meninggi, sepertinya
dia benar-benar sedang marah.
Ah tidak, Shikamaru bukan orang yang gampang terbakar emosi. Dia hanya berpura-pura bersikap
seperti itu untuk melihat reaksi Gengo selanjutnya.
Mengerti orang lain sepenuhnya ya... Hal yang sungguh mustahil. ujar Gengo. Itulah kenapa aku
berusaha bicara denganmu, aku ingin lebih mengerti tentang dirimu.
Aku ini sudah hidup lebih lama darimu, Shikamaru. Karena itulah... Aku sedikit banyak bisa membaca
emosi anak muda sepertimu. Bila menurutmu tingkah ku ini arogan, aku benar-benar minta maaf.
lanjutnya.
Heh, kau lihat kan? Bicaramu yang seperti barusan itulah yang membuatku muak. timpal Shikamaru
ketus.
Begitu ya... Gengo menutup kedua matanya, lalu tertawa.
Usai tawanya, suasana hening sejenak. Pandangan mata Gengo menerawang ke seluruh sudut

balairung, sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu.


Sekilas, Gengo terlihat seperti orang yang sengaja menghentikan sejenak percakapan untuk memikirkan
apa yang akan dia katakan selanjutnya.
Namun, kenyataannya berbeda. Gengo paham benar, bila dia melanjutkan pembicaraan dalam keadaan
seperti ini, maka situasi tidak akan berada dipihaknya. Shikamaru sedang dalam keadaan emosi, bila
Gengo terus bicara, bisa-bisa dia akan semakin marah hingga tak lagi mau mendengar apapun darinya.
Karena itulah, Gengo sengaja diam sejenak, menunggu suasana sedikit lebih dingin.
Menciptakan jeda bagi kedua pihak untuk mengambil nafas dan menenangkan diri adalah langkah yang
tepat dalam sebuah pembicaraan seperti ini. Bilapun Shikamaru tetap meluapkan kemarahannya, tanpa
ada reaksi dari Gengo, itu justru akan membuat amarahnya berkurang sedikit demi sedikit.
Gengo mengarahkan pembicaraan ini sesuai keinginannya.
Dia benar-benar seseorang yang ahli dalam negosiasi.
--- Shikamaru Hiden Chapter 12 by Dunia Naruto Indonesia --Setelah beberapa saat teralihkan, akhirnya pandangan Gengo kembali ke arah Shikamaru.
Aku punya sebuah pertanyaan untukmu, Nara Shikamaru. Maukah kau menjawabnya?
Apa? Shikamaru sepertinya menyesal menanggapi pertanyaan Gengo, tapi sudah terlambat untuk
menariknya kembali.
Kenapa para Shinobi begitu tertindas?
Tertindas? Shinobi? Shikamaru sama sekali tidak paham apa maksud pertanyaan Gengo. Dia terdiam,
namun diamnya itu justru seakan memberi isyarat bagi Gengo untuk melanjutkan kata-katanya.
Desa-desa tempat para Shinobi tinggal selalu disebut sebagai desa tersembunyi. Apa para Shinobi
harus selalu bersembunyi?
Di semua negara, entah kecil atau besar. Seberapa banyak wilayah yang dikuasai oleh para Shinobi?
Tanah yang dapat mereka sebut sebagai ibu pertiwi? Sangat sedikit, Shikamaru... sangat sedikit. Kita
adalah minoritas.
Kau tahu mengapa itu bisa terjadi, Shikamaru? Benar sekali, itu karena ada pihak lain yang menguasai
mayoritas. Yaitu para Daimyo. tutup Gengo.

Apa yang dikatakan Gengo tidak keliru. Desa-desa para Shinobi memang memiliki gelar desa
tersembunyi disamping nama mereka masing-masing. Dan benar, sebagian besar wilayah memang
dikuasai oleh para Daimyo.
Lalu, memangnya kenapa?
Para Daimyo menjalankan pemerintahan negara, sementara para Shinobi tinggal di desa tersembunyi
mereka masing-masing. Itu sama sekali tidak membuat para Shinobi merasa ditindas.
Shikamaru merupakan salah satu tulang punggung Serikat Shinobi, wajar bila dia mengetahui keadaan
politik dunia lebih dari kebanyakan orang. Daimyo, dan seluruh rakyat negara yang dipimpinnya, dapat
hidup berdampingan dengan para Shinobi dalam sebuah hubungan yang harmonis dan saling
menguntungkan.
Lalu apanya yang tertindas? omong kosong.
Itulah yang ada di benak Shikamaru saat ini.
Pikirkanlah, Shikamaru. Mengapa Daimyo-Daimyo itu menindas para Shinobi? tanya Gengo lagi.
Memangnya sejak kapan kami ditindas oleh para Daimyo? Shinobi tidak pernah merasa tertindas
sedikitpun. jawab Shikamaru, ketus.
Gengo hanya tersenyum mendengarnya. Namun tak lama, raut wajahnya berubah serius.
Ini bukan hanya soal Daimyo. Kita para Shinobi telah ditindas oleh semua orang... Semua orang yang
bukan Shinobi. ujar Gengo. Aku akan bertanya padamu sekali lagi...
Kau bilang kau hanya akan bertanya satu
Aku akan tanya lagi. potong Gengo, suaranya terdengar meninggi. Shinobi memiliki kekuatan yang
membedakan kita dari manusia biasa, apa kau setuju akan hal itu?
Lagi-lagi, apa yang dikatakan Gengo bukanlah sesuatu yang keliru.
Olah chakra dan Ninjutsu. Tidak bisa dipungkiri kedua hal itu adalah pembeda jelas antara para Shinobi
dengan manusia biasa.
Kali ini Shikamaru mengangguk, dia tak bisa mengelak dari fakta tersebut.
Melihat reaksi Shikamaru, Gengo melanjutkan kata-katanya.

Berarti kau juga setuju bahwa kekuatan para Shinobi telah melampaui batasan-batasan yang dimiliki
oleh seorang manusia?
Shikamaru lagi-lagi mengangguk. Karena memang apa yang dikatakan Gengo itu benar adanya.
--- Shikamaru Hiden Chapter 12 by Dunia Naruto Indonesia --Perang besar yang terjadi dua tahun silam adalah sebuah pertempuran yang menentukan nasib seluruh
dunia. Bila saja waktu itu aliansi para Shinobi kalah, maka entah Shikamaru maupun Gengo tak akan
bisa leluasa bicara seperti saat ini.
Dan baik Uchiha Madara, seseorang yang berusaha menyeret umat manusia ke dalam dunia mimpi,
maupun Naruto Uzumaki, seseorang yang berusaha mewujudkan perdamaian dengan menghentikan
perang, keduanya sudah tidak lagi bisa disebut manusia. Seiring waktu berjalan, Shinobi seakan telah
melepaskan sisi manusia mereka sedikit demi sedikit.
Kenapa kita para Shinobi yang telah melampaui batasan seorang manusia, harus terus dipaksa untuk
hidup bersembunyi? Kenapa mereka harus menjalani kehidupan yang semacam itu?
Kenapa kita dipaksa bekerja menjadi suruhan para Daimyo? Padahal, dalam perang besar dua tahun
silam, siapa yang menyelamatkan dunia dari kehancurannya? Jelas bukan mereka.
Suara Gengo semakin keras, seakan menyudutkan Shikamaru dari segala arah.
Bukan mereka... Tapi kita, para Shinobi lah yang telah menyelamatkan dunia ini.
Apa ini... Sebenarnya apa yang kurasakan ini...
Suara Gengo membuat jantung Shikamaru berdegup tak menentu.
Shikamaru merasakan sesuatu yang belum pernah dirasakannya seumur hidup. Sensasi aneh yang sulit
untuk dijelaskan. Entah kenapa, hatinya terasa sangat bersemangat.
Kenapa aku merasa seperti ini? Mungkinkah...
Mungkinkah itu karena Gengo berhasil menarik keluar pikiran yang selama ini tersembunyi di relung hati
Shikamaru yang paling dalam? Sebuah pemikiran berbahaya yang berusaha keras Shikamaru tekan,
bahkan hilangkan.
Gengo benar...

Dua tahun silam, para Shinobi adalah penyelamat dunia.


Shinobi yang tak terhitung jumlahnya telah merelakan nyawanya terenggut demi melindungi dunia ini.
Tapi seberapa banyak orang yang tahu akan hal itu?
Uzumaki Naruto... seseorang yang dikagumi oleh para Shinobi di seluruh dunia sebagai pahlawan besar
yang mengakhiri perang. Tapi seberapa banyak rakyat Daimyo yang mengenalnya?
Sangat sedikit, Shikamaru... Sangat sangat sedikit.
Belum lagi tokoh-tokoh seperti Uchiha Madara, Uchiha Obito, Uchiha Sasuke, Hatake Kakashi, kelima
Kage, Akatsuki, semuanya... Bukankah sebuah fakta yang menyakitkan, bahwa selain para Shinobi,
sangat sedikit orang yang mengenal mereka. Alih-alih menghargai apa yang telah mereka korbankan
demi dunia ini.
Itulah yang coba disampaikan Gengo. Tak peduli seberapa banyak pengorbanan yang dilakukan oleh
para Shinobi untuk melindungi dunia, orang-orang yang hidup di luar lingkungan Shinobi tak akan pernah
mengetahuinya.
Masa-masa damai sekarang ini dibangun di atas tumpukan jenazah para Shinobi. Meskipun begitu, para
Daimyo duduk di atas kekuasaannya tanpa ada keraguan sedikitpun. Sama halnya para penduduk yang
melanjutkan hidup mereka seakan tidak pernah terjadi apa-apa. Pengorbanan kita tak terlintas sedikitpun
di pikiran mereka.
Padahal, demi bajingan-bajingan itulah kita maju ke medan perang. Para Shinobi dengan suka rela
menjadi perisai hidup bagi orang-orang sialan itu. Tapi apa balasannya? Sama sekali tidak ada.
Tidak ada yang berubah.
Shikamaru mendengar kata-kata Gengo dengan seksama. Dia merasa, apa yang dibicarakan Gengo
tersebut merupakan sesuatu yang tidak masuk akal.
Pihak musuh, yaitu Uchiha Madara dan sang dewi, Kaguya Ootsutsuki, berniat menyeret seluruh makhluk
hidup ke dalam dunia mimpi, sehingga mereka dapat menyerap chakra mereka semua hingga kering.
Tujuan mereka nyaris tercapai. Tepat dipuncak perang, sebuah Genjutsu yang skalanya luar biasa besar
berhasil diaktifkan. Sebagai akibatnya, hampir seluruh umat manusia terlelap dalam tidur panjang,
termasuk para Daimyo dan rakyatnya.
Tapi tetap saja...
Pertempuran telah berlangsung beberapa hari sebelum Genjutsu tersebut aktif, para Daimyo dan

rakyatnya tahu pasti akan hal itu. Namun setelah perang usai, tak ada lagi yang membicarakannya.
Membicarakan perjuangan heroik para Shinobi. Membicarakan pengorbanan mereka yang telah gugur.
Mereka seakan tak mau melakukannya. Atau mereka tak peduli? Entahlah.
Mengapa para Shinobi harus terus hidup dalam bayangan? Gengo berdiri dari singgasananya. Apakah
ini benar-benar yang terbaik bagi kita?
Dia perlahan berjalan menuruni anak tangga di depannya. Pandangannya masih tertuju pada Shikamaru.
Shikamaru... Yang sebenarnya ingin aku tanyakan kepadamu adalah...
Gengo menapaki anak tangga terakhirnya, lalu melangkah lurus ke arah Shikamaru.
Bukankah akan lebih baik, bila kita... para Shinobi lah yang memimpin dunia ini?
Kau salah!
Biasanya Shikamaru akan langsung meneriakkan kata-kata itu, tapi entah kenapa, saat ini dia tak bisa
melakukannya. Dia sama sekali tak mampu menjawab pertanyaan Gengo.
Shikamaru tak lagi tahu mana yang benar, dan mana yang salah. Keraguan mulai merasukinya.
Kita adalah Shinobi, karena kita bertahan demi suatu tujuan.
Tak peduli seberapa hebat seorang Shinobi, dia harus menjalankan segala tanggung jawabnya secara
diam-diam, bergerak di dalam gelapnya bayangan. Itulah inti dari seorang Shinobi sejati.
Namun...
Potensi tak terbatas terkandung dalam chakra dan Ninjutsu yang digunakan oleh para Shinobi. Bila
Shinobi benar-benar mengambil alih kendali dari para Daimyo, bila mereka memerintah negara-negara
seperti yang dikatakan Gengo, bukankah dunia akan jauh lebih berkembang?
Yang manakah yang lebih baik?
Shikamaru tak mampu memberi jawaban.
Dengan kekuatan yang dimiliki oleh para Shinobi, aku akan mengangkat derajat negeri ini. ujar Gengo.
Aku akan mengakhiri era para Daimyo. Ya... dengan kekuatan para Shinobi, itu semua mungkin terjadi!
Membunuh orang ini, Gengo...

Apa ini benar-benar jalan yang terbaik?


Apa ini perlu dilakukan?
Shikamaru tak lagi yakin...
--- Bersambung ke Novel Shikamaru Hiden Chapter 13 --- #ShikamaruHiden
Sinopsis Chapter Tiga Belas, keyakinan Shikamaru mulai pudar. Gengo melihat celah itu dan terus
memanfaatkannya. Apakah akan berhasil?
--- Shikamaru Hiden Chapter 13 by Dunia Naruto Indonesia --Dia tak mampu membantah kata-kata Gengo...
Shikamaru tak berdaya di hadapan pertentangan hebat yang saat ini melanda hatinya.
Dia datang jauh-jauh ke Shijima no Kuni hanya untuk membunuh Gengo.
Dia berangkat dengan sebuah keyakinan bahwa Gengo adalah kerikil tajam bagi perdamaian dunia.
Begitu yakinnya, hingga dia memutuskan melangkah menuju kegelapan tanpa ada seorang pun yang
tahu akan itu.
Namun...
Saat ini, ketika Gengo telah berada tepat di depan matanya, Shikamaru meragu. Dia tak lagi yakin bahwa
yang dilakukannya ini adalah hal yang benar.
Shikamaru... Apa pernah terpikirkan olehmu, mengapa perang terus menerus terjadi di dunia ini? tanya
Gengo.
Jawaban atas pertanyaan itu bukanlah sesuatu yang pernah terpikirkan oleh Shikamaru.
Sejak dahulu kala, negeri-negeri di dunia telah berseteru satu sama lain. Perang terus terjadi, lagi dan
lagi, seakan tanpa akhir. Sudah tak terhitung lagi berapa negeri yang hancur atau bangkit sepanjang arus
waktu.
Dan di antara celah kekacauan itulah, Shinobi hidup.
Para Shinobi menawarkan jasa dan keahlian mereka di medan tempur demi beberapa ratus keping emas,
atau sekotak besar perbekalan. Bagi mereka, itu bukanlah perang, melainkan hanya sebuah ladang

tempat mereka mencari penghidupan.


Shikamaru adalah seseorang yang menaruh perhatian besar terhadap perkembangan dunia Shinobi.
Namun tak seperti Gengo, dia tak begitu peduli dengan apa yang terjadi di bagian dunia yang lain.
Bagaimana mewujudkan masa depan yang lebih baik bagi para Shinobi, bagaimana mempertahankan
hubungan baik antar desa, bagaimana menjaga Serikat Shinobi tetap utuh, bagaimana menjadikan
Naruto seorang Hokage, bagaimana membangun pondasi yang kokoh bagi generasi yang akan datang,
dan sebagainya. Hal-hal semacam itulah yang lebih sering berlalu-lalang di dalam pikiran Shikamaru.
Namun Gengo jelas berbeda, dia tak hanya terpaku dengan apa yang disebut sebagai Shinobi dan
batasan-batasannya. Pemikirannya begitu luas, mencakup nasib dunia secara keseluruhan.
Alasan mengapa pertempuran tak juga berakhir adalah karena para Daimyo-lah yang memerintah dunia,
bukan para Shinobi... Apa kau setuju dengan itu, Shikamaru?
Mereka hanyalah manusia biasa, tanpa kemampuan lebih layaknya para Shinobi. Namun setiap kali
mereka bertemu satu sama lain, pertempuran selalu pecah. Bukankah mereka adalah orang-orang yang
arogan dan keras kepala? ujar Gengo.
Semua negeri sama saja, Shikamaru... Tak ada satupun yang benar-benar lebih kuat dari yang lain.
Mereka terus berperang, menang di hari ini, kalah di hari berikutnya, bangkit di hari ini, runtuh di hari
berikutnya, terus begitu tanpa pernah berhenti. lanjutnya.
Dan aku ingin mengakhiri semua itu... Dengan kekuatan Shinobi, dengan dukungan para Kakusha, aku
akan mewujudkan sesuatu yang belum pernah dicapai oleh orang lain sebelumnya... yaitu
mempersatukan dunia.
Mempersatukan... dunia, katamu... gumam Shikamaru.
Gengo mengangguk, raut wajahnya begitu percaya diri.
Sejak dulu, dunia ini selalu berpihak kepada yang kuat. Seperti kata pepatah lama, siapa yang kuat,
dialah yang akan bertahan.
Hukum rimba seperti itu tak hanya berlaku pada para binatang. Hewan buas bernama manusia ternyata
juga masih menerapkan hukum semacam itu. Yang kuat yang berkuasa, kenyataan seperti itulah yang
ada di dunia sejak dahulu kala, bahkan hingga saat ini.
Kau pun setuju, Shikamaru... kita para Shinobi adalah yang terkuat. Dan bila seperti itu, bukankah
memang kitalah yang seharusnya berada di puncak hirarki dunia?

Itu sudah menjadi kehendak alam, Shikamaru... revolusi yang sejak tadi kubicarakan hanyalah sarana
untuk mewujudkan kehendak tersebut. Aku hanya berusaha untuk menjadikan dunia ini seperti yang
seharusnya.
Shinobi lah yang seharusnya berkuasa di dunia... mungkin pemikiran seperti itu tidaklah salah.
--- Shikamaru Hiden Chapter 13 by Dunia Naruto Indonesia --Tuan Shikamaru...
Shikamaru segera menoleh begitu mendengar suara Rou. Pandangannya yang semenjak tadi tertuju
pada Gengo, kini sepenuhnya beralih pada rekannya itu.
Bukankah apa yang dikatakan tuan Gengo itu benar? tanya Rou. Mengapa para Shinobi harus terus
tunduk kepada para Daimyo?
Saya sudah lama bertugas di ANBU, dan saya telah berulang kali menyaksikan dengan mata kepala
saya sendiri betapa bejatnya para Daimyo. Mereka menganggap kita hanyalah sebuah alat yang bisa
dimanfaatkan, lalu dibuang bila sudah tak lagi berguna. lanjutnya.
Salah satu sahabat saya telah menjadi korban. Dia bertugas sebagai mata-mata ketika negeri api terlibat
perang dengan negeri angin, dan berhasil menjalankan tugasnya dengan sangat baik. Namun ketika
akhirnya kedua negeri tersebut sepakat untuk berdamai, dia disingkirkan begitu saja. ujar Rou, terlihat
pipinya dibasahi oleh air mata. Mereka menganggapnya sebagai seorang penganggu.
Kau tahu? Aku sependapat dengannya. ujar Soku tiba-tiba.
Shikamaru mengalihkan pandangannya ke arah gadis itu. Dia dapat melihat dengan jelas barisan luka
lebam di sekujur wajah manis Soku. Sekalipun usia gadis ini masih sangat muda, sepertinya Gengo tak
memberi sedikitpun toleransi padanya.
Kau tahu? Kurasa apa yang dikatakan Gengo juga ada benarnya. lanjutnya.
Hinoko... gumam Shikamaru.
Kau tahu? Ini bukan hanya soal para Daimyo, tapi juga rakyat mereka. Soku melanjutkan kata-katanya
dengan menggebu-gebu, seakan tengah menahan amarah yang begitu hebat. Dia bahkan tak lagi peduli
pada Shikamaru yang memanggil nama aslinya.
Kau tahu? Tak peduli seberapa ramahnya dirimu, saat mereka tahu bahwa kau adalah seorang Shinobi,
mereka akan langsung memandangmu sebelah mata. Rasa cemas, curiga, ketakutan... aku bisa melihat
semua itu dengan jelas dalam sorot mata mereka. Kita dipandang sebagai seseorang yang berbeda, atau

lebih parah, tidak normal.


Lalu buat apa kita bertaruh nyawa demi orang-orang sialan seperti mereka? Kau tahu, aku sama sekali
tidak paham. tutup Soku.
Dari caranya berbicara, Soku tampak begitu menghormati pemikiran Gengo. Padahal Gengo adalah
orang yang bertanggung jawab atas barisan luka yang dia derita saat ini. Seakan-akan, Soku telah
melupakan segala penyiksaan yang dia alami beberapa hari ini.
Kau lihat, Shikamaru... Bahkan rekan-rekanmu juga setuju denganku. Apa yang akan kulakukan adalah
sesuatu yang berarti bagi seluruh Shinobi di dunia. Bergabunglah denganku, Shikamaru... kita dapat
mengakhiri era kacau ini bersama-sama.
Gengo mengulurkan tangannya...
Bila Shikamaru menyambut uluran tangan tersebut, tak akan ada jalan untuk pulang.
Tapi... apa gunanya pulang? Toh bila Gengo benar-benar mampu mempersatukan seluruh dunia, maka
Shikamaru pasti bisa berkumpul lagi dengan Naruto, Chouji, Ino, dan yang lainnya.
Ah lebih dari itu, bahkan mungkin Shikamaru dapat langsung mengundang mereka untuk bergabung
dengannya, bersama-sama mempersatukan dunia.
Jadilah tangan kananku, Nara Shikamaru...
Kata-kata Gengo merasuk dalam diri Shikamaru, membuat tubuhnya bergetar.
A-aku...
Separuh diri Shikamaru mendorongnya untuk menyambut uluran tangan Gengo.
Namun...
Separuh yang lain juga sedang berusaha mati-matian mencegahnya melakukan itu.
Mari, Shikamaru... ujar Gengo, berusaha meyakinkan tawanannya.
Me-memang...
Shikamaru berusaha keras untuk bicara, meski tenggorokannya terasa begitu serak.
Memangnya kenapa aku harus jadi anak buah orang sepertimu! Shikamaru akhirnya mampu

mengeluarkan kata-kata, meski suaranya terdengar parau dan bibirnya gemetaran.


--- Shikamaru Hiden Chapter 13 by Dunia Naruto Indonesia --Padahal sudah kujelaskan panjang lebar padamu, tentang dunia, tentang segalanya. Namun kau masih
belum paham juga...
Ada yang salah... Ada sesuatu yang salah dalam diri Shikamaru.
Relung hati Shikamaru yang paling dalam sama sekali tidak percaya pada kata-kata Gengo. Dia yakin,
mengabdikan diri pada orang seperti Gengo tidak akan membawa kebaikan. Meskipun sebenarnya, tak
satupun alasan masuk akal yang terlintas di pikiran Shikamaru untuk membantah apa yang dikatakan
Gengo.
Sebuah frasat buruk... Itulah satu-satunya tempat kesadaran Shikamaru berpijak. Karena saat ini hampir
seluruh bagian dirinya telah berhasil diyakinkan oleh Gengo. Hanya frasat itulah yang menjaga
Shikamaru tetap waras, setidaknya hingga detik ini.
Bila memang seperti itu, baiklah...
Gengo memberi isyarat kepada para Kakusha yang menjaga Shikamaru untuk melepaskan ikatan yang
membelenggu kedua tangannya. Begitu terlepas, tubuh Shikamaru hampir saja tersungkur ke lantai
karena lemas, namun dia mampu bertumpu pada tangan kanannya yang masih gemetaran. Tatapannya
tertuju pada Gengo.
Gengo berdiri hanya beberapa langkah dari Shikamaru. Dia membuka lebar kedua tangannya seakan
sedang menyambut pelukan kematian.
Bila kau benar-benar tidak percaya pada semua yang kukatakan... Silakan, bunuh saja aku.
Me-membunuhmu... Shikamaru terbelalak, tubuhnya semakin bergetar hebat.
Apa ada masalah? Dengan jurus bayanganmu yang terkenal itu, rasanya bukan hal yang sulit bagimu
untuk menjeratku hingga mati.
Silahkan Shikamaru... bunuh aku.
Kenapa dia sampai seperti itu... Kenapa dia sampai menyuruhku membunuhnya...
Shikamaru dalam situasi yang serba salah.
Mentari fajar yang baru saja terbit menyelipkan seberkas cahayanya diantara celah jendela balairung.

Sinarnya begitu terang, terasa hangat menerpa tubuh Shikamaru. Sebarisan bayangan mulai tercipta,
semakin besar dan semakin besar. Setiap sisinya berguncang hebat seiring kedua tangan Shikamaru
yang juga masih bergetar.
Ayo! Bunuh aku, Shikamaru! teriak Gengo. Wajahnya sama sekali tak menunjukkan sedikitpun rasa
takut.
Majulah... perintah Shikamaru pelan. Seketika, sebuah sulur bayangan berwarna hitam kelam
memanjang dan merayap cepat ke arah Gengo.
Namun...
Bayangannya berhenti.
Bayangannya berhenti tepat di depan Gengo. Tak peduli seberapa keras Shikamaru berusaha, bayangan
itu tetap tak mampu bergerak lebih jauh.
Kenapa? Kenapa kau berhenti, Shikamaru? tanya Gengo.
Terjadi lagi...
Kenapa bayanganku tak berdaya di hadapannya...
Ada yang tidak beres... Jelas ada yang tidak beres...
Berpikir Shikamaru, berpikir!
Kepala Shikamaru serasa ingin pecah. Dia tak lagi bisa berpikir jernih.
Rou dan Soku...
Mereka berdua adalah anggota pasukan ANBU yang sangat setia, dan telah terlatih untuk tetap setia
meski dalam situasi sesulit apapun. Namun mengapa mereka begitu mudahnya terpengaruh kata-kata
Gengo?
Lagipula, atas perintah Gengo-lah tubuh mereka disiksa, namun mengapa tak ada setitikpun dendam
dalam diri mereka? Semudah itukah mereka memaafkan Gengo?
Dilihat dari sisi manapun, ini tetaplah sesuatu yang tidak masuk akal.
Pasti ada semacam tipu daya, ilusi, Genjutsu, atau apapun itu di belakang semua ini.

Tunggu... Benar juga...


Genjutsu...
Itu adalah teknik yang digunakan oleh sebagian ninja untuk memanipulasi pikiran lawannya, atau
menjebak seseorang dalam belenggu khayalan. Sepertinya Rou dan Soku sedang berada dalam
pengaruh Genjutsu.
Pertanyaannya, apakah Shikamaru juga bernasib sama dengan mereka?
Bisa jadi.
Tapi Genjutsu adalah sesuatu yang sangat terkait erat dengan Doujutsu, atau teknik mata. Seperti
layaknya klan Uchiha dari Konoha yang memiliki mata istimewa, yaitu Sharingan. Kemampuan turun
menurun yang memungkinkan mereka menjebak orang lain dalam sebuah Genjutsu.
Waktu itu, ketika insiden di alun-alun, ada sesuatu yang melemahkan jurus penyamaran Rou hingga
keberadaan mereka berhasil diketahui oleh musuh. Itu tidak mungkin akibat Dojutsu. Karena sebelum
akhirnya kedok mereka terbongkar, baik Shikamaru maupun Rou belum pernah sekalipun bertatap mata
dengan Gengo.
Lalu, apa sebenarnya yang terjadi saat itu?
Lagi-lagi pikiran Shikamaru menemui jalan buntu.
Bila seseorang terperangkap dalam jerat Genjutsu, maka dibutuhkan bantuan orang lain untuk dapat
lepas dari belenggunya. Namun saat ini, kedua rekan Shikamaru telah berada dalam genggaman Gengo.
Shikamaru benar-benar kehabisan akal. Seakan-akan saat ini dia sedang berjalan di tengah-tengah
sebuah rawa, setiap langkah membawanya tenggelam semakin dalam. Bila dibiarkan terus seperti ini,
Shikamaru akan karam sepenuhnya.
Aku tak tahu lagi harus bagaimana... tanpa sengaja kata-kata putus asa itu keluar dari mulut Shikamaru.
Gengo menatapnya dengan sorot mata penuh kemenangan. Tersungging sebaris senyum tipis di
wajahnya.
Apa sekarang kau sudah mau mengerti?
Suaranya terdengar begitu kalem dan menenangkan.
Setitik demi setitik, sisa-sisa kewarasan yang ada pada benak Shikamaru mulai memudar.

Jadi begitu... Ini adalah Genjutsu Gengo yang sebenar-benarnya.


Sepertinya Shikamaru mulai dapat memahami kebenaran dibalik segala keanehan yang menyelimuti
sosok pemimpin Shijima no Kuni ini.
Namun entah kenapa, dia tak lagi ingin memikirkan itu lebih jauh.
Ah tidak... lebih tepatnya, dia tak lagi peduli.
Shikamaru melangkah... menyerah kalah.
--- Bersambung ke Novel Shikamaru Hiden Chapter 14 --- #ShikamaruHiden
NOVEL SHIKAMARU HIDEN BAHASA INDONESIA - CHAPTER 14
--- Penulis: Takashi Yano ----- Ilustrasi: Masashi Kishimoto ----- English Translation: Cacatua Tumblr ----- Indonesian Translation: Ayudhya Prameswari #DNI --Note If you love the story so far, PLEASE BUY THE ORIGINAL NOVEL to support the author. Terima
kasih, selamat membaca smile emotikon
Sinopsis Chapter Empat-Belas, Shikamaru telah terpedaya kata-kata Gengo! Namun, ketika semuanya
seakan telah berakhir, dia muncul!
--- Shikamaru Hiden Chapter 14 by Dunia Naruto Indonesia --Mari, Nara Shikamaru...
Shikamaru menyambut uluran tangan Gengo.
Shikamaru yakin, hatinya akan tenang bila melakukan itu.
Dia tak perlu lagi memikirkan begitu banyak hal yang menyusahkan.
Para Shinobi akan menyatukan dunia di bawah kepemimpinan mereka, karena memang
itulah yang semestinya terjadi.
Segalanya akan menjadi lebih baik.

Shikamaru tak perlu lagi merasa gundah akan apapun.


Ikutlah bersamaku... ujar Gengo. Suaranya terdengar begitu menenangkan.
Perlahan, Shikamaru mengangkat lengan kanannya. Dia bersiap menggapai telapak tangan Gengo yang
terbuka lebar seakan menawarkan sejuta harapan.
Sedikit lagi... Tinggal sedikit lagi ujung jari mereka akan saling menggenggam satu sama lain.
Namun... Tiba-tiba tubuh Shikamaru melayang tinggi ke udara, begitu tinggi hingga mencapai langit-langit
balairung. Dalam kebingungannya, samar-samar Shikamaru dapat melihat Gengo dan para Kakusha
yang berdiri gemetaran, mencoba bertahan dari hembusan angin yang luar biasa kencang di bawah
sana.
Shikamaru terhempas keras menghantam lapisan lelangit yang terbuat kayu. Tubuhnya terasa begitu
nyeri akibat kerasnya benturan, seakan seluruh tulangnya telah remuk tanpa sisa.
Tak lama, angin kencang itu akhirnya berhenti berhembus. Dan saat itu juga, tubuh Shikamaru yang
sejenak tadi tersangkut di langit-langit seketika terjun bebas ke lantai.
Arghhh!
Shikamaru mendarat dengan aman. Namun tetap saja, terjatuh dari tempat setinggi itu membuat nyeri di
punggung Shikamaru semakin menjadi-jadi. Dadanya juga terasa sesak, membuatnya susah bernafas
untuk beberapa saat.
Meski belum paham apa yang sesungguhnya terjadi, Shikamaru perlahan bangkit, mencoba menguasai
diri. Saat ini dia berada di sisi lain balairung, sepertinya angin kencang tadi menghempaskan tubuhnya
cukup jauh dari tempat Gengo.
Dan tiba-tiba...
SHIKAMARU!!
Sebuah suara penuh amarah memanggil nama Shikamaru, menggema ke seluruh sudut ruangan.
Tunggu, siapa itu...
Aku mengenalnya...
Aku kenal suara ini...

Shikamaru menoleh ke sana kemari, berusaha mencari asal suara tersebut. Sepertinya, dia paham benar
siapa pemiliknya.
Tak lama, sudut mata Shikamaru menangkap sosok sang pemilik suara dari kejauhan. Dan benar saja,
Shikamaru memang mengenalnya.
K-kau? Apa yang kau lakukan di sini...
Seorang wanita muda berdiri di pintu masuk balairung. Untaian rambut pirangnya tergelung rapi dengan
sepasang sanggul di masing-masing sisinya. Sorot matanya tajam, menyiratkan keberanian yang begitu
besar.
Kedua tangan wanita tersebut memegang sebuah kipas yang ukurannya tidak biasa, begitu besar hingga
nyaris setinggi pemiliknya. Sepertinya, dari kipas raksasa itulah angin kencang yang menerpa ruangan
tadi berasal.
Temari... Ya, wanita itu adalah Temari, putri sulung Kazekage keempat desa pasir, sekaligus rekan
Shikamaru di Serikat Shinobi.
--- Shikamaru Hiden Chapter 14 by Dunia Naruto Indonesia --Kau ini kenapa! teriak Temari. Bertingkah aneh hanya karena ada orang yang menyuruhmu begitu, apa
kau ini benar-benar Shikamaru yang ku kenal!
Kau adalah pria yang ku hormati lebih dari yang lain, sekarang buka matamu dan sadarlah, dasar orang
payah!
Ceramah orang menyusahkan macam dia harusnya tak lebih dari sekedar omong kosong bagimu! Iya
kan! Hei, jawablah! Katakan sesuatu, Shikamaru!
Suara berat Gengo tidak apa-apanya dibandingkan teriakan Temari yang menggelegar bagai petir yang
menyambar gendang telinga Shikamaru.
A-apa...
Roman wajahnya saat ini mungkin adalah sesuatu yang pantas dijadikan bahan tertawaan. Kedua
matanya memicing, dahinya mengrenyit, Shikamaru benar-benar bergidik ketakutan mendengar teriakan
rekannya tersebut.
Namun justru karena itulah...
Kabut yang semenjak tadi menyelimuti pikiran Shikamaru mulai memudar. Seluruh pemikiran asing yang

tadi sempat terpatri dalam akal sehatnya juga ikut menguap tanpa bekas.
Benar-benar sebuah perasaan yang menenangkan.
Shikamaru memejamkan mata. Dia menghela nafas panjang, lalu menghembuskannya perlahan.
Bibirnya tak lagi gemetaran, bahkan mampu menyunggingkan sebuah senyum.
Dia bersyukur... Meski sejujurnya Shikamaru tak pernah menyangka, bahwa omelan seorang wanita lah
yang akan menyelamatkannya dari jerat ilusi Gengo.
Yang aneh itu ya justru kau... Tiba-tiba muncul, lalu teriak-teriak begitu, menyusahkan saja. ujar
Shikamaru, sembari menggosok-gosokkan telapak tangannya ke belakang leher.
Heh! Aku ini datang menyelamatkanmu! Kalau kau memang tidak mau berterima kasih, setidaknya
berhentilah menggerutu! jawab Temari. Dia lalu melipat kipas raksasanya, menghujamkannya ke tanah,
dan menjadikannya tempat bersandar.
Dari gerak-geriknya, terpancar jelas martabat yang begitu tinggi dari Kunoichi muda Sunagakure ini.
Tak lama, lebih dari selusin Shinobi muncul dan berbaris rapi di belakang Temari. Dari simbol yang terukir
di ikat kepalanya, sudah jelas bahwa mereka juga adalah Shinobi-Shinobi Sunagakure.
Lagipula, aku belum mengijinkanmu untuk mati sekarang. Temari tersenyum.
Senyuman itu bagaikan mentari terik di gurun pasir, menghapus sepenuhnya kegelapan yang sempat
membelenggu hati Shikamaru.
Kata-kata Temari masih mengiang jelas di kepalanya.
Ceramah orang menyusahkan ya... Pandangan Shikamaru tertuju pada Gengo yang berdiri di kejauhan.
Merasa pimpinannya dalam bahaya, para Kakusha yang semenjak tadi siaga di sekitar singgasana
segera melompat turun. Sebagian melindungi Gengo, dan sebagian lagi bersiap menghadapi serangan
musuh.
Begitu pula dengan bala bantuan dari Sunagakure, mereka juga segera bergerak ke depan Shikamaru,
dan bersiap untuk melindunginya.
Pertempuran dimulai...
Pasukan dari masing-masing kubu saling menerjang satu sama lain. Suara dentingan yang berasal dari

benturan senjata mereka begitu riuh, mengalun saling bersahutan. Orang biasa pasti akan langsung
panik bila berada di tengah situasi semacam itu, namun tidak bagi Shikamaru.
Sengitnya pertempuran bukanlah hal baru baginya. Shikamaru mampu untuk tetap tenang. Pikirannya
terpusat, dan matanya tajam menatap Gengo.
Perlahan, Shikamaru melangkahkan kakinya ke arah pimpinan Shijima no Kuni itu, setapak demi setapak.
Shikamaru kini dapat dengan jelas melihat Gengo yang tengah melemaskan kedua bahunya. Tampaknya
dia juga telah siap untuk bertempur.
Shikamaru terus berjalan, tanpa peduli akan segala kekacauan yang terjadi di sekelilingnya.
Selangkah demi selangkah, Shikamaru berjalan melewati Rou dan Soku yang masih terbelenggu. Tanpa
menoleh ke arah mereka, Shikamaru lalu mengenggam bahu rekan-rekannya tersebut. Menenangkan
keduanya.
Kalian tahu? Tenang saja. Segalanya sudah kembali baik. ujarnya. Rou dan Soku hanya mampu
memandangi Shikamaru yang terus berjalan menjauh.
Shikamaru berhenti beberapa jengkal di depan Gengo. Dia menatap pria itu tepat di matanya. Dan tanpa
basa-basi...
Shikamaru menguap.
Ahhhhh...
Itu. Jari Gengo menunjuk-nunjuk sesuatu di wajah Shikamaru.
Hm? Shikamaru lalu meraba-raba daerah yang ditunjuk Gengo, dan merasakan ada sesuatu yang
merembes keluar dari lubang hidung sebelah kirinya... Itu darah.
Ya, tanpa disadarinya, ternyata hidung Shikamaru meneteskan darah.
Dasar Temari... gumam Shikamaru. Dia yakin, benturan akibat hempasan angin Temari tadilah yang
membuat hidungnya mimisan.
Oh iya, maaf... terima kasih. ujar Shikamaru sembari mengusap darah di hidungnya. Sekarang... apa
kau ingin mengatakan sesuatu?
--- Shikamaru Hiden Chapter 14 by Dunia Naruto Indonesia --Rupanya bala bantuanmu telah tiba, tapi itu

Hah? potong Shikamaru. Bala bantuan? Di mana?


Mata Gengo melebar, dia nampak sangat terkejut mendengar kata-kata Shikamaru.
Oh, maksudmu mereka yang sedang ribut di belakang sana? ujar Shikamaru. Jangan salah paham,
mereka bukan bala bantuan.
Lalu? Tanya Gengo.
Entahlah. Mereka datang begitu saja tanpa diundang, jadi...
Gengo semakin heran melihat tingkah Shikamaru yang berubah drastis. Beberapa menit yang lalu, dia
adalah orang yang hampir menyerah kalah, namun saat ini, dia seperti orang punya kadar percaya diri
berlebih.
Terserah saja. ujar Gengo. Tak peduli seberapa keras kalian mencoba, serangan seperti ini takkan
pernah mampu membuat Shijima no Kuni takut
Hahahaha. Shikamaru seketika tertawa tanpa dikomando.
Gengo hanya bisa mengrenyitkan dahinya.
Tidak akan takut katamu? Shikamaru bertanya, masih dengan sisa-sisa tawanya. Apa kau yakin? Lihat
sekelilingmu, kacau bukan? Apa kau masih yakin semua akan baik-baik saja?
Jangan remehkan para pengikutku. ujar Gengo. Mereka tidak akan kalah dari para Shinobi rendahan
seperti kalian.
Ya ya ya... Kita lihat saja nanti.
Sekarang dengarkan aku, Nara Shikamaru
Sshhhhh... Diamlah. potong Shikamaru, sembari menempatkan jari telunjuk tepat di depan mulutnya
sendiri. Kalau aku mendengarkan omong kosongmu lebih dari ini, bisa-bisa aku terjerat ilusimu sekali
lagi.
Gengo terdiam, dia terlihat gusar.
Kau lihat wanita yang di sana itu? Berkat dia, aku terbangun. ujar Shikamaru. Kau kira aku akan jatuh
ke lubang yang sama dua kali?

Naif. Kau benar-benar naif, Nara Shikamaru.


Kau mengalirkan chakra ke dalam suaramu ketika kau bicara panjang lebar, sehingga siapapun yang
mendengar omong kosongmu akan terjebak dalam ilusi, apa ada yang kulewatkan? Tidak? Benar-benar
sebuah kemampuan yang cocok bagi orang yang terobsesi pada revolusi seperti dirimu. ujar Shikamaru.
Agak sulit memecahkan masalah ini. Tapi setelah sekian lama berpikir, aku akhirnya paham. Alasan
mengapa bayanganku kehilangan kekuatannya waktu itu di alun-alun adalah karena mereka telah
terpengaruh pidatomu. Pidatomu itu... adalah Genjutsu. Katakan, apa aku keliru? lanjutnya.
Genjutsu? Ilusi? Omong kosong macam apa yang kau bicarakan, Shikamaru. bantah Gengo. Pidatoku
mampu menggerakkan rakyat negeri ini, menginspirasi mereka untuk berjuang.
Setiap kata-kata yang kuucapkan adalah benar adanya, tanpa sedikitpun kebohongan. Kau sangat naif,
Nara Shikamaru... Mengapa kau tidak mau menerima kenyataan! lanjutnya.
Saat inipun, kata-kata Gengo juga dipadati dengan chakra, hingga membuat cuping telinga Shikamaru
bergetar hebat. Shikamaru menyadarinya, tapi entah kenapa dia tak melakukan apapun untuk
mempertahankan diri.
Dia sama sekali tak peduli.
Hati Shikamaru yang sempat bergejolak layaknya samudera yang diterpa badai, kini telah tenang. Tak
peduli apapun yang akan terjadi, dia takkan takut.
Entah kenapa, lama-kelamaan semua hal berubah jadi menyusahkan. Shikamaru kembali menguap.
Aku heran, kenapa ya mata seseorang tertutup waktu mereka menguap?
Gengo tidak menjawab. Dia sama sekali tidak paham apa yang dikatakan Shikamaru.
Membuat Gengo terdiam dalam kebingungan. Itu bukan sesuatu yang disengaja oleh Shikamaru. Jelas
bukan strategi atau semacamnya.
Shikamaru hanya menjadi dirinya sendiri. Sesuai kata-kata Temari...
Ceramah orang menyusahkan macam dia harusnya tak lebih dari sekedar omong kosong bagimu!
Dia benar. Shikamaru bukan tipe orang yang mau repot-repot memikirkan nasib seluruh dunia. Dia
hanyalah seseorang yang menganggap segalanya menyusahkan, dan ingin hidup sebagai orang biasa.
Berpikir bahwa tindakannya akan mengubah dunia, memangnya apa lagi yang lebih menyusahkan dari
itu? Shikamaru tidak perlu membebani dirinya dengan pemikiran semacam itu...

Gengo bisa terus berusaha mengubah dunia semaunya, Shikamaru tak peduli.
Tunggu sebentar.
Bila Gengo bertindak sesuai keinginannya, apa yang akan terjadi pada Naruto dan yang lain?
Apa yang akan terjadi pada Temari?
Pada akhirnya... ujar Shikamaru sembari menghela nafas panjang. Kelihatannya aku tidak bisa
membiarkanmu bertindak semaumu. Bila dibiarkan, kau akan jadi masalah besar di kemudian hari.
Kemana perginya ambisimu yang tadi? tanya Gengo, wajahnya terlihat sedikit panik. Kemana perginya
pemikiranmu tentang mengubah dunia menjadi lebih baik! Buka matamu, Shikamaru!
Sshhhh. Lagi-lagi Shikamaru menyuruh Gengo untuk diam. Ku mohon jangan bicara omong kosong
lagi.
Bukankah sudah ku bilang...
Shikamaru melangkah ke arah Gengo.
Inilah diriku yang sebenarnya...
Tergores sebaris senyum di wajahnya.
Telah tiba waktunya bagi Shikamaru untuk turun ke medan laga!
--- Bersambung ke Novel Shikamaru Hiden Chapter 15 --- #ShikamaruHiden
~ Shikamaru Hiden: Yami no Shijima ni Ukabu Kumo
Sinopsis Chapter Lima Belas, bantuan tiba! Shikamaru akhirnya mampu menetapkan tekadnya, dan
pertempuran akhir melawan Gengo akan segera dimulai!
--- Shikamaru Hiden Chapter 15 | Translate by Dunia Naruto Indonesia --Di tengah riuh rendah suara logam yang berdenting seiring sengitnya pertempuran, Shikamaru menatap
tajam Gengo, bersiap untuk bertarung.
Apa maksudmu! Apa kau tak lagi peduli pada nasib para Shinobi yang tertindas! teriak Gengo, wajahnya
terlihat tegang.

Orang yang sebelumnya begitu bersahaja itu tiba-tiba kehilangan ketenangan, apakah itu karena
Shikamaru berhasil lepas dari jerat ilusinya?
Bukan... Pasti bukan cuma itu alasannya.
Apapun itu, yang jelas saat ini Gengo benar-benar panik. Tak ada setitik pun rasa tenang yang tersisa
pada dirinya.
Kau ini kenapa? Santailah sedikit. ujar Shikamaru.
A-apa... S-siapa?
Ya kau itu. Santai sajalah, wajahmu aneh sekali kalau sedang panik.
Siapa yang Gengo tak melanjutkan kata-katanya, gigi-giginya gemeretak menahan geram.
Dengarkan aku, Nara Shikamaru... Kita, para Shinobi, memiliki kekuatan yang lebih dari manusia biasa.
Mereka yang bukan Shinobi selalu memandang kita dengan rasa takut. Dan dari rasa takut itulah,
penindasan lahir.
Bila dibiarkan terus menerus seperti itu, para Shinobi akan semakin menderita, kau sadar itu kan! lanjut
Gengo.
Kau tahu... ujar Shikamaru, sembari melemaskan lehernya. Aku rasa, akan lebih baik bila konsep
bernama Shinobi itu dihilangkan saja sepenuhnya.
A-apa maksudmu?!
Sudah aku bilang, santailah sedikit. Tidak perlu terkejut sampai seperti itu. jawab Shikamaru.
Lagipula... Bukannya kau dan para Kakusha-mu itu sudah menyerah sebagai seorang Shinobi?
Lagi-lagi Gengo tak mampu menjawab. Wajah tegangnya terlihat begitu menggelikan di mata Shikamaru.
Setelah sekian lama, para Shinobi akhirnya dapat bersatu dalam sebuah persekutuan. lanjut Shikamaru.
Bila persatuan seperti ini dapat terus dipertahankan, maka aku yakin... Tak lama lagi, perdamaian akan
sepenuhnya tercipta.
Jangan bicara seolah-olah perdamaian adalah hal yang sesederhana itu... ucap Gengo.
Yah, kau tidak akan pernah tahu bila belum mencoba, benar kan?
Gengo tersenyum. Tangan kanannya bergerak ke belakang punggung, sepertinya dia tengah berusaha

menggapai sesuatu...
Ternyata sebuah Kunai.
Shikamaru yang semenjak tadi tenang-tenang saja, seketika bersiaga. Wajahnya terlihat sedikit panik,
karena bagaimanapun juga, saat ini Shikamaru tak memiliki apapun untuk mempertahankan diri. Seluruh
senjatanya telah disita Gengo ketika dia tertangkap.
Shikamaru! teriak Temari tiba-tiba. Shikamaru segera menoleh ke arah suaranya berasal.
Dan tanpa basa-basi, Temari melemparkan sesuatu ke arahnya. Shikamaru segera menangkap benda
yang dilempar rekannya itu dengan tangan kanan.
Lagi-lagi sebuah Kunai.
Temari tersenyum padanya sekilas, lalu kembali bertempur.
Shikamaru terdiam sejenak. Dan tepat ketika dia mengalihkan pandangannya kembali pada Gengo, pria
itu menerjang ke arahnya.
Shikamaru segera menyambut serangan pemimpin Shijima no Kuni itu.
Percikan bunga api tercipta ketika sepasang Kunai mereka berbenturan di udara. Segenap kekuatan
dikerahkan pada pergelangan tangan mereka, kedua pihak benar-benar berusaha keras untuk saling
mengalahkan.
Perselisihan dan peperangan yang terjadi di dunia... Bukankah karena itulah kita para Shinobi lahir? ujar
Shikamaru.
Bicara apa kau, bocah kurang ajar... Timpal Gengo. Tak lagi seperti sebelumnya, kali ini suara Gengo
terdengar begitu kasar.
Setelah beberapa saat mengadu senjata, kedua orang tersebut melompat ke belakang. Saling menjaga
jarak satu sama lain, seakan memberi kesempatan bagi mereka untuk mengambil nafas. Namun
keduanya tetap siaga, tatapan tajam mereka masih tertuju pada lawannya masing-masing.
Tak lama, Shikamaru kembali menerjang.
Dia menebaskan Kunai miliknya ke arah kepala Gengo. Begitu pula, dengan Gengo. Dia juga melakukan
hal yang serupa.
Shikamaru memalingkan wajahnya, menghindari tebasan Gengo. Namun dia kalah cepat, Kunai milik

Gengo mampu menggores pipi kirinya. Percikan darah segar keluar dari luka tersebut.
Shikamaru tak menyerah. Masih dalam posisi menghindarnya yang gagal, Shikamaru mengayunkan
Kunainya sekali lagi ke arah Gengo.
Kali ini usahanya membuahkan hasil. Shikamaru mampu membayar lunas goresan di pipinya itu dengan
luka serupa yang dipahatnya di wajah lawannya itu.
Mereka berdua nyaris kehilangan keseimbangan. Namun Shikamaru dengan cekatan mampu bertumpu
pada kedua kakinya. Dia lalu meraih pergelangan tangan kanan Gengo dan mencengkramnya erat,
mencegahnya mengayunkan senjata.
Namun lagi-lagi. Gengo juga melakukan hal yang sama. Mereka berdua saling mengunci satu sama lain.
Pertarungan berhenti sejenak.
--- Shikamaru Hiden Chapter 15 | Translate by Dunia Naruto Indonesia --Langkah pertama bagi terciptanya perdamaian... adalah Serikat Shinobi. ujar Shikamaru. Para Shinobi
harus terlebih dahulu bersatu. Baru setelah itu, wabah persatuan juga akan kami tularkan kepada para
Daimyo dan seluruh rakyatnya.
Bila seluruh dunia telah bersatu dan saling memahami, perdamaian akan tercipta. Dan bila perdamaian
telah tercipta, dunia tak lagi membutuhkan Shinobi. Entah itu di masa ini, di masa depan, atau entah
kapan... aku yakin, Shinobi akan menghilang sepenuhnya. Dengan kata lain, perdamaian telah tercipta di
dunia ini. tutup Shikamaru.
Kau harusnya paham, Nara Shikamaru. Di dunia ini, pemikiran tak selalu sejalan dengan kenyataan.
ujar Gengo.
Bukankah omong kosong yang kau ceritakan padaku tadi juga sebuah pemikiran? sanggah Shikamaru.
Lalu apa bedanya? Pemikiranku sama tidak masuk akalnya dengan milikmu.
Sekali lagi, Gengo terdiam tanpa bisa menjawab. Hanya sebaris senyum yang tersungging darinya, itupun
terkesan dipaksakan.
Sepertinya kau ingin mengatakan sesuatu. ujar Shikamaru. Tapi sebelum itu, biar ku perjelas satu hal...
Bila kau berniat menjebakku dalam Genjutsu sekali lagi, aku katakan padamu, itu sia-sia saja.
Terserah apa katamu... Dengar, Nara Shikamaru. ujar Gengo. Sesuatu bernama pemikiran... hanya
akan bernilai bila tinggi kemungkinannya untuk menjadi nyata.
Pemikiran tentang perdamaian yang tadi kau katakan, itu hanyalah bualan yang sama sekali mustahil

untuk diwujudkan. Membandingkannya dengan pemikiranku tentang dunia baru, perbedaannya bagaikan
bumi dan langit. lanjutnya.
Dasar bodoh... timpal Shikamaru.
Bodoh? Sepertimu? Seburuk-buruknya orang bodoh, adalah mereka tidak menyadari kebodohannya
sendiri. ujar Gengo.
Tepat sekali. Karena itulah aku menyebutmu bodoh. ujar Shikamaru.
Gengo hanya tersenyum.
Tanpa peringatan, Gengo menarik lengan kirinya dan berbalik mencengkeram tangan kanan Shikamaru.
Lalu dengan sebuah gerakan cepat, dia mampu memutar dan mengunci pergelangan tangan lawannya
itu.
Shikamaru meringis kesakitan.
Rasa nyeri di pergelangan tangannya membuat cengkraman Shikamaru terhadap Gengo sedikit
melemah. Gengo memanfaatkan kesempatan itu untuk mendorong Kunai nya mendekati leher
Shikamaru, sedikit demi sedikit.
Cih...
Shikamaru terdesak.
Tak ingin terus berada dalam situasi terpojok seperti itu, Shikamaru segera bertindak. Dia memutar
tubuhnya searah dengan kuncian yang Gengo lakukan pada pergelangan tangannya. Lalu dengan satu
hentakan cepat, Shikamaru melompat. Tangan Gengo yang menggenggam Kunai seketika terlontar ke
samping akibat gerakan Shikamaru. Dia hampir kehilangan keseimbangan.
Shikamaru yang masih melayang di udara segera mendaratkan sebuah tendangan keras, tepat ke arah
ubun-ubun Gengo.
Tak ada pilihan lain.
Mau tak mau Gengo harus melepaskan kunciannya pada tangan kanan Shikamaru agar dapat
melindungi kepalanya sendiri dari tendangan lawannya itu.
Dia berhasil bertahan. Namun tendangan Shikamaru begitu kerasnya hingga Gengo terlihat cukup
kesakitan. Sepertinya ada tulang di lengannya yang retak.

Begitu menapak tanah, Shikamaru segera mengayunkan kakinya sekali lagi ke arah Gengo. Sebuah
tendangan keras kembali mendarat bersih di tubuh Gengo.
Pemimpin Shijima no Kuni itu terhempas mundur beberapa langkah.
Serangan Shikamaru tak berhenti di situ.
Melihat lawannya lengah, lagi-lagi Shikamaru mengayunkan sebuah tendangan dengan kaki kirinya untuk
menjatuhkan Gengo.
Itu adalah gerakan Shishi Rendan milik Uchiha Sasuke, dan Uzumaki Naruto Rendan milik Naruto.
Shikamaru meniru dua teknik tersebut dalam rangkaian serangannya terhadap Gengo.
Dan dia berhasil, Gengo jatuh tersungkur.
Tanpa menunggu lama, Shikamaru segera melompat ke atas tubuh Gengo, menahan gerakannya,
sembari menodongkan Kunai ke arah lawannya itu.
Bergerak sedikit saja, kau akan ku habisi... ancam Shikamaru.
K-kenapa kata-kataku tidak berpengaruh sedikitpun padamu... tanya Gengo.
Genjutsu hanya berpengaruh pada seseorang yang memiliki titik lemah di dalam hatinya, kau tahu itu
kan? jawab Shikamaru.
Sejak wanita itu muncul... ujar Gengo. Perubahan perilakumu sejak wanita itu muncul benar-benar
menunjukkan bahwa hatimu dipenuhi titik lemah, itu benar kan! Lalu kenapa...
Kau ini benar-benar bodoh atau apa? Shikamaru menghela nafas, lalu tersenyum. Asal kau tahu saja...
Hatiku ini memang dipenuhi titik lemah. Bukan. Lebih tepatnya hatiku ini memang hanya berisi titik lemah,
tidak ada yang lain.
Tapi justru karena itulah... Justru karena titik lemah di hatiku ini terlalu banyak, kau tidak bisa menyelinap
masuk ke dalam semuanya. Jadi... ah sudahlah, orang berpikiran sempit seperti dirimu ini mana bisa
mengerti apa yang ku maksud.
K-kau... Kurang ajar... geram Gengo.
Sudah, intinya, terima sajalah kenyataan ini. Saat ini dan seterusnya, omong kosongmu tidak akan
berpengaruh lagi padaku.
Barisan keringat dingin sebesar biji jagung menetes deras di kening Gengo.

Asal kau tahu, sejujurnya... aku malas sekali melakukan hal-hal merepotkan semacam ini. ujar Gengo.
Kalau boleh, sebenarnya aku lebih memilih menjalani kehidupan yang biasa-biasa saja. Tapi...
--- Shikamaru Hiden Chapter 15 | Translate by Dunia Naruto Indonesia --Walau sedikit, selalu ada penyesalan yang dirasakan Shikamaru atas hidupnya yang sibuk dan jauh dari
apa yang dia impikan. Namun detik ini, penyesalan itu menghilang tanpa bekas.
Dia telah membulatkan tekad.
Sepertinya, tak peduli seberapa inginnya, aku bukanlah seseorang yang bisa hidup seperti itu. ujar
Shikamaru. Teman-temanku membutuhkanku, Konoha membutuhkanku, dunia Shinobi juga
membutuhkanku, maka tak ada pilihan lain...
Aku akan terus maju. tutupnya.
Shikamaru mengambil keputusan seperti itu bukan tanpa alasan. Seiring waktu berjalan, Shikamaru
merasa ada yang salah dalam dirinya. Kenyataan hidup yang bagaikan bumi dan langit dengan sifat serta
impiannya, membuat Shikamaru sering sekali menyalahkan orang lain, bahkan takdir, atas nasibnya.
Tanpa sadar, dia menjadi seseorang yang menjalani apapun dengan setengah hati.
Shikamaru ingin berubah, benar-benar ingin berubah. Meski mungkin itu akan menutup sepenuhnya pintu
menuju impiannya. Ya, impian Shikamaru akan kehidupan yang biasa-biasa saja, mungkin itu tidak akan
pernah terwujud.
Tapi itu bukan masalah bagi Shikamaru.
Lagipula, dia telah menemukan impiannya yang baru...
Aku akan menghabiskan sisa hidupku untuk membangun sebuah dunia dimana semua orang bisa hidup
dengan tenang. ujar Shikamaru. Aku akan menghentikan perselisihan, perang, dan semacamnya. Aku
akan mendamaikan semua negara yang ada.
Jadi bila nanti ada orang-orang sepertiku, orang-orang yang hanya ingin hidup biasa-biasa saja, orangorang yang tak menginginkan apapun selain sebuah kehidupan yang sederhana, mereka dapat
mewujudkan impiannya itu tanpa harus berpikir macam-macam.
Aku akan menciptakan dunia seperti itu!
Seorang sederhana yang melindungi kebahagiaan orang lain yang juga ingin hidup sederhana.

Rasanya Shikamaru sangat cocok dengan impian semacam itu.


Dan demi mewujudkannya, Shikamaru akan menjadikan Naruto seorang Hokage, lalu dia sendiri akan
menjadi guru Mirai. Menjadi seorang Shinobi yang berbakti bagi klan, desa, dan dunia, serta tidak
mempermalukan nama mendiang Shikaku dan Asuma. Itulah tujuan yang ingin dicapai Shikamaru.
Keraguanku telah menghilang sepenuhnya.
Lalu memangnya kenapa? Sebuah suara terdengar pelan dari belakang Shikamaru.
Ini... Sakki!
Merasakan bahaya, Shikamaru melompat menjauhi Gengo.
Dan ternyata frasatnya benar. Terlambat satu detik saja, maka kepala Shikamaru akan putus ditebas
cakar seekor harimau.
Seekor harimau yang terbuat dari tinta.
Sudah jelas, itu adalah teknik Sai.
Apa kau pikir aku akan membiarkanmu membunuh tuan Gengo hanya demi impian konyolmu itu? ujar
Sai.
Saat ini dia berdiri tepat di depan Shikamaru, dengan kuas lukis tergenggam di satu tangan, serta sebuah
gulungan di tangan yang lain.
Sai...
Tuan Gengo! Segera tanamkan kehendak anda pada Shinobi-Shinobi naif dari Sunagakure itu! teriak
Sai.
Baiklah. Gengo mengangguk. Dia bergegas menaiki anak tangga di belakangnya, berdiri tepat di depan
singgasana, lalu membuka lebar kedua tangannya.
Kalian semua, dengarkan aku! Dia bersiap untuk mengeluarkan pidato berselimut Genjutsu-nya.
Tidak akan kubiarkan! Shikamaru segera berlari ke arah Gengo, namun Sai kembali menghalangi
jalannya.
Aku tidak akan mengizinkanmu mengganggu tuan Gengo lebih dari ini. Sai menggoreskan kuasnya
secepat kilat, dan seekor harimau kembali muncul dari percikan tintanya.

Majulah! perintah Sai.


Seketika, kedua harimau tinta ciptaan Sai itu menerjang ke arah Shikamaru.
Sementara di kejauhan, terlihat Gengo yang sedang berpidato dengan suara yang begitu keras. Bila ini
dibiarkan, maka hanya tinggal menunggu waktu saja sebelum para Shinobi Sunagakure terjebak dalam
ilusinya.
Di tengah situasi genting itu, tiba-tiba muncul sebuah ide di benak Shikamaru.
Temari, dengarkan aku! teriak Shikamaru, meski sebenarnya dia tidak tahu posisi pasti dari rekannya
ini. Orang itu mampu menjebak orang dalam ilusi lewat pidatonya! Gunakan teknik anginmu untuk
melenyapkan suaranya!
Aku mengerti! Temari menyahut. Dari suaranya, sepertinya dia berada tak jauh dari tempat Shikamaru
berdiri.
Tak lama, hembusan angin yang luar biasa besar menghantam seluruh sudut balairung. Suara Gengo tak
lagi terdengar, tenggelam dalam riuh angin yang ditiupkan Temari.
Shikamaru tersenyum, taktiknya membuahkan hasil.
Namun masalah tak berhenti sampai disitu. Sadar bahwa kata-katanya tidak akan berguna dalam situasi
seperti ini, Gengo mencoba untuk kabur.
Sial! Shikamaru mencoba mengejarnya, namun lagi-lagi sepasang harimau milik Sai menghalangi
jalannya.
Tidak akan kubiarkan kau lewat. ujar Sai.
Sudah cukup, Sai! Sadarlah! teriak Shikamaru.
Yang seharusnya sadar itu justru kau dan teman-temanmu, Shikamaru-san.
Ini tidak ada gunanya... Sai benar-benar sudah terlelap dalam ilusi Gengo!
Tiba-tiba...
Angin berhembus kuat dari arah belakang Shikamaru dan menghantam harimau-harimau milik Sai.
Merekapun hancur dan kembali ke bentuk asalnya, yaitu tinta.

Tak lama, Temari melompat ke depan Shikamaru, memisahkannya dari Sai.


Serahkan yang ini padaku, kejar bajingan itu! perintah Temari.
Kau...
Jangan membantah! Kalau kau mau mengeluh, simpan untuk nanti saja! Sekarang cepat pergi!
I-iya, baiklah nona... Yang di sini kuserahkan padamu. ujar Shikamaru, dia bergegas berlari menaiki
anak tangga menuju singgasana.
Berhenti, Shikamaru-san! teriak Sai.
Hei hei... Kau ini melihat kemana... ujar Temari, sembari membuka kipas perangnya. Akulah lawanmu!
Temari dan Sai bersiap untuk bertarung.
Pandangan Shikamaru lurus ke depan, mengejar Gengo adalah tujuan utamanya.
Namun ada sesuatu di dalam hati Shikamaru yang memerintahkannya untuk menengok ke belakang.
Dan dia tak kuasa menolak...
Shikamaru menoleh sembari terus berlari. Sudut matanya sejenak memandang dua sahabatnya yang
akan bertarung itu.
Mungkin untuk yang terakhir kalinya...
--- Bersambung ke Novel Shikamaru Hiden Chapter 16 --- #ShikamaruHiden

Você também pode gostar