Você está na página 1de 16

ALKANA

I.

Struktur umum, sifat kimia & fisika, proses pembuatan, dan fungsi alkana (Bab 3

Isomeri Struktur, Tata Nama, dan Alkana):


Rumus umum alkana: CnH2n+2

Tata
nama:
Tata Nama

Bila gugus alkil atau gugus fungsional dilekatkan pada suatu rantai alkana, rantai lurus itu
disebut akar atau induk. Gugus-gugus itu ditandai dalan nama senyawa oleh awalan dan
akhiran pada nama induknya. Suatu gugus alkil rantai lurus dinamai menurut induk
alkananya dengan mengubah akhiran ana menjadi il (Ch4 ialah metana, maka gugus CH3ialah gugus metil. CH3 CH3 ialah etana, maka gugus CH3 CH2- ialah gugus etil).

Teknik penamaan senyawa alkana rantai bercabang adalah:

1. Periksa jenis ikatannya, jika memiliki ikatan tunggal, berarti senyawa tersebut
merupakan senyawa alkana.
2. Tentukan rantai induk dan rantai cabangnya.
3. Beri nomor pada rantai induk sedemikian rupa sehingga rantai cabang menempel pada
atom C yang bernomor paling kecil.
4. Rantai induk diberi nama sesuai aturan penamaan senyawa alkana rantai lurus.
5. Rantai cabang diberi nama sesuai jumlah atom C dan struktur gugus alkil.
6. Tuliskan nomor cabang, diikuti tanda (-), nama rantai cabang yang menyambung
dengan nama rantai lurus.

Teknik penamaan senyawa alkana rantai bercabang lebih dari satu adalah:

1. Periksa jenis ikatannya, jika memiliki ikatan tunggal, berarti senyawa tersebut
merupakan senyawa alkana.
2. Tentukan rantai induk terpanjang dan jumlah rantai cabangnya yang paling banyak.
3. Beri nomor pada rantai induk sedemikian rupa sehingga salah satu rantai cabang
menempel pada atom C yang paling kecil.
4. Rantai induk diberi nama sesuai aturan penamaan senyawa alkana rantai lurus.
5. Rantai cabang diberi nama sesuai jumlah atom C dan struktur gugus alkil.
6. Tuliskan nomor cabang 1 diikuti tanda (-) nama gugus alkil rantai cabang 1, nomor
cabang 2 diikuti tanda (-) nama gugus alkil rantai cabang 2, ditulis bersambung
dengan nama rantai lurus. Nama alkil disusun berdasarkan abjad.
7. Jika rantai cabang memiliki gugus alkil yang sama, rantai cabang diberi nama sesuai
jumlah atom C dan jumlah rantai cabangnya.

Penamaan sikloalkana:

Penamaan sikloalkana sama dengan penamaan alkana dengan menambahkan awalan


siklo di depan nama alkana yang sesuai dengan jumlah atom C dalam cincin. Sikloalkana
yang memiliki substituen atau gugus pengganti lebih dari 1 pada cincin karbonnya, penamaan

dilakukan dengan cara memberi nomor 1 pada atom C yang mengikat salah satu substituen
dan yang lain diatur agar memiliki nomor yang rendah.

Penamaan senyawa turunan alkana:

Golongan

Struktur

Tatanama

Tatanama IUPA untuk

Tatanama

IUPAC

rantai siklik

umum

(jika beda dari rantai


lurus)
-

Alkil
Alkil

halida
Alkil

alkohol
Alkil

Asam

Alkana
Asam (Alk +

Asam

amina
-

karboksilat

1)anoat

sikloalkanakarbosilat

Aldehida

Alkanal

Sikloalkanakarbaldehida

Keton

Alkanon

Alk(1)il

Gugus alkil
Halogen

R
RX

Alkohol

(halogen)
ROH

Amina

RNH2

Alkil
Halo'alkana
Alkanol
Alkamina/Amino

Alk(2)il
Thiol

RSH

Alkanathiol

keton
-

Amida

(Alk +

Sikloalkanakarboksamida

Alk(1)il

Alk(1)il

Alk(1)il

Alk(2)il eter
Alk(1)il (Alk

Alk(2)anoat

Sikloalk(2)anakarboksilat

+ 1)(2)anoat

1)anamida
Eter

R1O

alkoksialkana

R2
Ester

Sifat Fisika dan Kimia Alkana


1. Senyawa nonpolar, akibatnya gaya tarik antar molekul lemah.
2. Alkana rantai lurus sampai butana adalah gas pada suhu kamar, alkana C 5 sampai C17
cairan, dan rantai lurus dengan 18 atom C zat padat.
3. Titik didih senyawa dalam deret homolog, bertambah sekitar 30C untuk tiap gugus
metilena (CH2) tambahan. Kenaikan titik didih ini disebabkan oleh membesarnya
gaya tarik van der Waals antara molekul yang makin panjang.
4. Percabangan dalam bagian hidrokarbon menurunkan titik didih karena terganggunya
gaya tarik van der Waals.
5. Alkana larut dalam pelarut non polar atau sedikit polar, seperti dietil eter atau
benzena, kalarutan ini disebabkan gaya van der Waals antara pelarut dan zat terlarut.
6. Alkana tidak larut dalam air dan lebih ringan daripada air.
7. Alkana kurang reaktif sehingga sering disebut sebagai parafin (Latin: parum affins,
afinitas kecil sekali).
8. Reaksi alkana yang terkenal adalah halogenasi, oksidasi, sulfonasi, nitrasi, dan
pirolisis (cracking)
Proses pembuatan alkana
Alkana dapat diperoleh dari reduksi alkil halida dan logam, misalnya logam Zn (campuran Zn
+ Cu) atau logam Na dan alcohol.

b) Alkana dapat diperoleh dari alkil halida melalui terbentuknya senyawa grignard kemudian
dihidrolisis.

c) Alkana dapat diperoleh dari alkil halida oleh logan Na (reaksi Wurtz), dimana alkana
yang dihasilkan mempunyai atom karbon dua kali banyak dari atom karbon alkil halida yang
digunakan.

Kegunaan Alkana
Alkana adalah komponen utama dari gas alam dan minyak bumi. Kegunaan alkana dalam
kehidupan sehari-hari antara lain sebagai berikut.
1. Bahan bakar, misalnya elpiji, kerosin, bensin, dan solar. Minyak bumi merupakan
campuran dari berbagai senyawa hidrokarbon, yaitu golongan alifatik, asiklik, dan
aromatik, serta unsur lain dalam jumlah sedikit, misalnya belerang (6%), oksigen
(3,5%), dan nitrogen (0,5%).Golongan alifatik adalah golongan hidrokarbon dengan
rantai atom karbon terbuka, baik rantai lurus maupun rantai bercabang. Alkana rantai
lurus merupakan komponen utama dalam minyak bumi.
2. Pelarut. Berbagai jenis hidrokarbon, seperti petroleum eter dan nafta, digunakan
sebagai pelarut dalam industri dan pencucian kering (dry cleaning).
3. Sumber hidrogen. Gas alam dan gas petroleum merupakan sumber hidrogen dalam
industri, misalnya industri amonia dan pupuk.
4. Pelumas. Pelumas adalah alakana suku tinggi (jumlah atom karbon tiap molekulnya
cukup besar, misalnya C18H38)

5. Bahan baku untuk senyawa organik lain. Minyak bumi dan gas alam merupakan
bahan baku utama untuk sintesis berbagai senyawa organik seperti alkohol, asam
cuka, dll.
6. Bahan baku industri. Berbagai produk industri seperti plastik, deterjen, karet sintetis,
minyak rambut, dan obat gosok dibuat dari minyak bumi atau gas alam.
II.

Hubungan Sifat Fisika Hidrokarbon dengan Strukturnya

Elektronegativitas

Elektronegativitas adalah ukuran dari kecenderungan sebuah atom untuk menarik


elektron. Skala Pauling adalah yang paling sering digunakan. Flourin (element yang paling
elektronegatif) memiliki nilai 4.0, nilai tersebut turun sampai dengan sesium dan fransium
dengan elektronegatif terendah 0.7. Contoh yang paling jelas adalah ikatan diantara dua buah
karbon. Kedua atom akan menarik elektron dengan kekuatan yang sama. Ini berarti bahwa
jika dirata-rata pasangan elektron ikatan akan ditemukan pada pertengahan dari dua nuklei
seperti gambar berikut:

Suatu hal yang penting untuk menyadari bahwa gambar ini hanyalah rata-rata dari
yang terjadi. Elektron sebenarnya berada dalam orbital sigma, dan bergerak secara konstan
dalam orbital itu. Fluorin jauh lebih elektronegatif dari karbon.Nilai aslinya dalam skala
Pauling adalah
Karbon

2.5

fluorine

4.0

Ini berarti bahwa fluorin menarik elektron lebih kuat daripada karbon. Ikatan pada
rata-rata akan berbentuk seperti ini:

Contoh gambar garis-dan-titik dari ikatan C-F sangat tepat untuk menjelaskan hal ini.

Pasangan elektron ikatan berada di tingkat energi kedua dari flourin maupun Karbon,
Jadi tanpa adanya efek dari luar, jarak pasangan elektron ikatan akan berjarak sama dari
kedua nuklues.
Pasangan elektron ikatan dilindungi dari gaya dari kedua nuklei oleh elektron 1s,
sekali lagi tidak ada hak yang menarik pasangan elektron ikatan lebih dekat ke salah satu
atom.
Namun, nukleus Fluorin mempunyai sembilan proton sedangkan karbon hanya
memiliki 6.
Melewati efek perlindungan dari elektron 1s, pasangan elektron ikatan tertarik
dengan gaya4+ dari karbon dan sekitar 7+ dari fluorine. Gayainilah yang akan menarik
pasangan elektron ikatan lebih dekat ke fluorin.
Ikatan karbon-klorin, elektronegatifitas-nya adalah:
Karbon

2.5

Klorin

3.0

Pasangan ikatan elektron akan ditarik menuju klorin tapi tidak sekuat seperti pada
florin. Karena klorin tidak senegatif florin.
Klorin merupakan atom yang lebih besar dari florin. fluorin: 1s22s22px22py22p z1
klorin: 1s22s22px22py22p z23s23px23py23p z1
Dalam kasus klorin pasangan ikatan akan terlindungi oleh elektron di tingkat energi
satu dan dua. 17 proton dari nukleus akan terhalangi oleh 10 elektron sehingga gaya tarik
total klorin hanya sebesar 7+.
Hal itu sama dengan tarik pada flourin, namun pada klorin jarak pasangan elektron
ikatan jauh berada di level energi tingkat 3. Karena jarak yang lebih jauh itu gaya tarik dari
nukleus-pun menjadi lebih lemah.

Perbedaan Elektronegativitas

Jenis Ikatan yang Terbentuk

0,0 sampai 0,2

Kovalen nonpolar

0,3 sampai 1,4

Kovalen polar

> 1,5

Ionik

Titik Didih dan Titik Leleh Hidrokarbon

Semakin banyak jumlah atom karbon maka jumlah massa molekul relatif juga
semakin besar dan titik didih dari senyawa karbon tersebut semakin tinggi. Senyawa alkana
yang memiliki rantai cabang, seperti isopentana dan neopentana memiliki titik didih lebih
kecil dibandingkan dengan senyawa yang memiliki rantai karbon lurus. Senyawa alkana ini
memiliki rumus molekul sama, namun struktur molekulnya bisa berbeda, ada yang rantai
lurus ada juga rantai karbon bercabang.

Interaksi Antarmolekul

Terdapat lima jenis interaksi antarmolekul, yang disusun berdasarkan kekuatan, dari
yang terlemah hingga yang terkuat, yaitu:
1. Gaya London atau Gaya Dispersi
Jenis gaya tarik yang sangat lemah ini umumnya terjadi di antara molekul-molekul
kovalen nonpolar, seperti N2, H2, atau CH4. Ini dihasilkan oleh menyurut dan mengalirnya
orbital-orbital elektron, sehingga memberikan pemisahan muatan yang sangat lemah dan
sangat singkat di sekitar ikatan. Gaya London meningkat seiiring bertambahnya jumlah
elektron. Gaya London juga meningkat seiiring bertambahnya massa molar zat, sebab
molekul yang memiliki massa molar besar cenderung memiliki lebih banyak elektron.
Adanya percabangan pada molekul akan menurunkan kekuatan Gaya London, sebab adanya

percabangan akan memperkecil area kontak antarmolekul. Titik didih senyawa sebanding
sekaligus mencerminkan kekuatan Gaya London.
2. Interaksi Dipol Terimbas (Dipol Terinduksi)
Gaya antarmolekul ini terjadi saat molekul polar mengimbas (menginduksi) molekul
nonpolar. Sebagai contoh, molekul air (H2O) yang bersifat polar dapat menginduksi molekul
oksigen (O2) yang bersifat nonpolar. Dipol terimbas inilah yang menyebabkan gas oksigen
larut dalam air.
3. Interaksi Dipol-Dipol
Gaya antarmolekul ini terjadi bila ujung positif dari salah satu molekul dipol ditarik
ke ujung negatif dari dipol molekul lainnya. Gaya ini lebih kuat dari Gaya London, namun
tetap saja sangat lemah. Interaksi ini terjadi pada senyawa kovelen polar, seperti HCl dan
HBr.

4. Interaksi Ion-Dipol
Gaya antarmolekul ini terjadi saat ion (kation maupun anion) berinteraksi dengan
molekul polar. Kekuatan interaksi ini bergantung pada muatan dan ukuran ion serta kepolaran
dan ukuran molekul polar. Kation memiliki interaksi yang lebih kuat dengan molekul polar
dibandingkan anion. Salah satu contoh interaksi ini adalah hidrasi senyawa NaCl dalam air
(proses ion-ion dikelilingi oleh molekul air).
5. Ikatan Hidrogen
Interaksi dipol-dipol yang sangat kuat, yang terjadi bila atom hidrogen terikat pada
salah satu dari ketiga unsur yang sangat elektronegatif, yaitu F, O, dan N. Ketiga unsur ini
memiliki tarikan yang sangat kuat pada pasangan elektron yang berikatan sehingga atom
yang terlibat pada ikatan mendapatkan muatan parsial yang sangat besar. Ikatan ini sangat

polar, sehingga interaksi antarmolekul menjadi sangat kuat. Akibatnya, titik didih senyawa
yang memiliki ikatan hidrogen relatif tinggi (walapun massa molarnya paling rendah) bila
dibandingkan senyawa lain pada golongan yang sama.
Bentuk molekul (geometri molekul) dari suatu molekul adalah cara atom-atom
tersusun dalam ruang tiga dimensi. Hal ini penting untuk diketahui oleh para ahli kimia,
sebab hal ini sering menjelaskan mengapa reaksi-reaksi tertentu dapat terjadi, sedangkan
yang lain tidak. Sebagai contoh, dalam ilmu farmasi, geometri molekul dari suatu obat dapat
mengakibatkan reaksi-reaksi samping. Selain itu, geometri molekul juga menjelaskan
mengapa air mempunyai dwikutub (ujung positif pada atom H dan ujung negatif pada atom
O), sementara karbondioksida tidak.
III.

Parafin & Solubilitas

Parafin

Parafin merupakan kelompok senyawa yang memiliki ciri khas sebagai senyawa
hidrokarbon jenuh (alkana), CnH2n+2. Senyawa ini juga dapat kita kelompokkan ke dalam
normal paraffin, dan yang memiliki gugus cabang. Kelompok normal paraffin meliputi
metana(CH4), etan (C2H6), n-butana (C4H10), dan yang memiliki gugus cabang seperti
isobutana (2-metilpropane, C4H10), isopentana (2-metilbutana, C5H12), dan isooktana
(2,2,4-trimetil pentane, C8H18). Jumlah senyawa yang tergolong ke dalam senyawa yang
memiliki gugus cabang jauh lebih banyak daripada senyawa yang tergolong normal paraffin.
Parafin mempunyai sifat alrut dalam eter, benzene, CS 2, seidkit berbau dan berasa,
tidak larut dalam air, alkohol dan gliserin, dan minyak transparan. Parafin mempunyai
kegunaan sebagai berikut:
o
o
o
o
o
o
o

Campuran minyak bumi


Industri kompot
Industri cleansing cream
Industri lipstik
Industri briliantine
Industri hair cream
Perekat (pada industri gelas)

Solubilitas

Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut
(solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah
maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil
disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu
pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih
tepatnya disebut miscible.
Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun
campuran. Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat. Kelarutan bervariasi
dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut, seperti perak klorida dalam air.
Istilah "tak larut" (insoluble) sering diterapkan pada senyawa yang sulit larut, walaupun
sebenarnya hanya ada sangat sedikit kasus yang benar-benar tidak ada bahan yang terlarut.
Dalam beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan
suatu larutan yang disebut lewat jenuh (supersaturated) yang metastabil.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain :
1.

PH

2.

Temperatur

3.

Jenis pelarut

4.

Bentuk dan ukuran partikel zat

5.

Konstanta dielektrik pelarut

6.

Adanya zat-zat lain, misalnya surfaktan pembentuk kompleks, ion sejenis, dan lainlain.

IV.

Cracking dan Fraksi Minyak Bumi

Cracking

Proses pirolisis atau cracking adalah proses pemecahan alkana dengan jalan
pemanasan pada temperatur tinggi, sekitar 10000 C tanpa oksigen, akan dihasilkan alkana
dengan rantai karbon lebih pendek

Proses pirolisis dari metana secara industri dipergunakan dalam pembuatan karbonblack. Proses pirolisa juga dipergunakan untuk memperbaiki struktur bahan bakar minyak,
yaitu, berfungsi untuk menaikkan bilangan oktannya dan mendapatkan senyawa alkena yang
dipergunakan sebagai pembuatan plastik. Cracking biasanya dilakukan pada tekanan tinggi
dengan penambahan suatu katalis (tanah liat aluminium silikat).

Fraksi Minyak Bumi

V.

LPG (Liquified Petroleum Gas)

Komposisi LPG

LPG memiliki jumlah karbon yang lebih sedikit dibandingkan kerosin. Hal ini
membuat LPG lebih ramah lingkungan. Maka dari itu banyak negara di dunia yang kini
mempromosikan penggunaan gas secara besar-besaran.
Komposisi produk LPG sesuai Direktorat Jendral Minyak & Gas Bumi No.
26525.K/10/DJM.T/2009 minimal mengandung campuran Propane (C3) & Butane (C4)
sebesar 97% dan maksimum 2% merupakan campuran Pentane (C5) dan hidrokarbon yang
lebih berat. Batasan komposisi Propane (C3) dan Butane (C4) dalam spesifikasi tersebut
dibatasi dengan parameter makimum tekanan uap yang ditentukan (145 psi).

Pembuatan LPG

Minyak bumi atau minyak mentah sebelum masuk kedalam kolom fraksinasi (kolom
pemisah) terlebih dahulu dipanaskan dalam aliran pipa dalam furnace (tanur) sampai dengan

suhu 350C. Minyak mentah yang sudah dipanaskan tersebut kemudian masuk kedalam
kolom fraksinasi. Untuk menjaga suhu dan tekanan dalam kolom maka dibantu pemanasan
dengan steam (uap air panas dan bertekanan tinggi).
Karena perbedaan titik didih setiap komponen hidrokarbon maka komponenkomponen tersebut akan terpisah dengan sendirinya, dimana hidrokarbon ringan akan berada
dibagian atas kolom diikuti dengan fraksi yang lebih berat dibawahnya. Pada tray (sekat
dalam kolom) komponen itu akan terkumpul sesuai fraksinya masing-masing.
Pada setiap tingkatan atau fraksi yang terkumpul kemudian dipompakan keluar
kolom, didinginkan dalam bak pendingin, lalu ditampung dalam tanki produknya masingmasing. Produk ini belum bisa langsung dipakai, karena masih harus ditambahkan aditif (zat
penambah) agar dapat memenuhi spesifikasi atau persyaratan atau baku mutu yang
ditentukan oleh Dirjen Migas RI untuk masing-masing produk tersebut.
Minyak bumi atau minyak mentah diambil dari dalam bumi kemudian dikirim ke
tempat produksi.
Minyak mentah yang sudah dipanaskan tersebut kemudian masuk kedalam kolom
fraksinasi. Dimana gas merupakan hidrokarbon ringan berada di atas atau Pemisahan gas dari
minyak (Associated gas) dan masuk kedalam kedalam tangki pengolahan gas.
Pada prinsipnya pengolahan LPG dilakukan dengan tahapan :
o Pemisahan Impurites seperti CO2 dan H2S (gas beracun, berbau dan korosif)
o Pengeringan gas dari air (yang terkandung di dalamnya)
o dan refrigerasi (pendinginan) untuk mendapatkan gas cair yang disebut LPG.
VI.

Strategi Penyelesaian Masalah


Pengoplosan LPG sebenarnya dilakukan akibat permintaan konsumen yang sangat

tinggi, namun tidak seimbang dengan ketersediaan yang ada. Di samping itu juga tujuan para
oknum nakal yang menginginkan untung berlebih. Namun hal ini akan lebih bisa diantisipasi
ketika Indonesia bisa memenuhi kebutuhan dalam negerinya secara maksimal, bahkan masih
banyak sumber daya alam yang dimiliki.
Eksplorasi sampai ke pengolahan LPG memang tidak mudah. Proses ini pula yang
mempengaruhi harga LPG, di samping karena terbatasnya sumber daya. Namun saat ini yang
dapat dilakukan masyarakat adalah dengan membuat biofuel dari bahan-bahan organik seperti
limbah ataupun kotoran ternak. Cara ini lebih ekonomis dan ramah lingkungan karena jumlah
karbon yang dihasilkan tidak sebanyak kerosin atau fraksi minyak lain.

Referensi:
Referensi: http://www.migas.esdm.go.id/wap/?op=Berita&id=1942 Komposisi LPG
Tidak Berubah
Kimia Organik I Jilid 1 Buku pegangan kuliah untuk mahasiswa farmasi, Stefanus
Layli Prasojo, S.Farm., Apt. 2013
Kimia Dasar jilid 1 Edisi 3 Raymond Chang, Erlangga 2010
Organic Chemistry By Jonathan Clayden, Nick Greeves, Stuart Warren, Oxford,
2011

Você também pode gostar