Você está na página 1de 16

KESIAPAN SMA/MA DI KABUPATEN BLORA TERHADAP KEBUTUHAN

PERALATAN DAN BAHAN PRAKTIKUM DALAM PELAKSANAAN UJIAN


PRAKTIK KIMIA SEBAGAI SYARAT KELULUSAN SISWA

Mohammad Chanifuddin1, Saptorini2, dan Woro Sumarni3


Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang
Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229

ABSTRAK

Dengan diberlakukannya ujian praktik diharapkan mampu meningkatkan sumber daya


manusia (SDM), terutama dalam aspek psikomotorik siswa yang masih rendah. Sekolah
dituntut untuk siap dalam menghadapi ujian praktik kimia sesuai dengan standar kompetensi
lulusan. Bentuk kesiapan sekolah yaitu menyediakan laboratorium kimia yang memenuhi jenis
minimal peralatan dan bahan praktikum kimia dan standar jumlah peralatan dinyatakan dalam
rasio minimal jumlah peralatan dan bahan praktikum kimia persiswa. Tujuan penelitian ini
adalah mengetahui kesiapan SMA/MA dalam pelaksanaan ujian praktik kimia, mengungkap
ketersediaan peralatan dan bahan praktikum kimia di sekolah, dan mengungkap persepsi guru
tentang kebutuhan peralatan dan bahan praktikum terhadap pelaksanaan ujian praktik kimia.
Kebutuhan peralatan dan bahan praktikum kimia menurut tuntutan KTSP masing-masing
sebanyak 49 jenis dan 63 jenis. Ketersediaan peralatan praktikum kimia pada sekolah I,
sekolah II, sekolah III, sekolah IV dan sekolah V menurut tuntutan KTSP masing-masing 43
jenis, 35 jenis, 19 jenis, 18 jenis dan 22 jenis. Ketersediaan bahan praktikum kimia pada
sekolah I, sekolah II, sekolah III, sekolah IV dan sekolah V menurut tuntutan KTSP masing-
masing 50 jenis, 36 jenis, 6 jenis, 8 jenis dan 25 jenis. Guru memberikan praktikum kepada
siswa berdasarkan ketersediaan peralatan dan bahan praktikum di sekolah. Dari ketersediaan
peralatan dan bahan praktikum kimia, menyatakan Sekolah I dan Sekolah II paling siap
melaksanakan ujian praktik kimia, Sekolah V siap melaksanakan ujian praktik kimia, sedangkan
Sekolah III dan IV belum siap melaksanakan ujian praktik kimia.

Kata kunci: alat laboratorium, bahan kimia, ujian praktik kimia

PENDAHULUAN
Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusia. Peran
pendidikan sangat penting untuk menciptakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas yaitu,
masyarakat yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Upaya yang dilakukan oleh
pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan diantaranya adalah melakukan perubahan
dan penyempurnaan kurikulum. Seperti yang dilakukan oleh pemerintah saat ini yaitu
memperbaiki Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menjadi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini disesuaikan dengan kekhasan,
kondisi dan potensi daerah, sekolah dan siswa. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan
pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan
potensi yang ada di daerah.

1
Mahasiswa Kimia FMIPA UNNES; Jalan Japah lorong 1 Ngawen 58254. Telp. 085641719091; Email :
chanif@ymail.com
2
Dosen Kimia FMIPA UNNES
3
Dosen Kimia FMIPA UNNES
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu
pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 Bab VII Sarana dan
Prasarana pasal 43 ayat 1 dan 2 menyebutkan Standar keragaman jenis peralatan
laboratorium Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada satuan pendidikan dinyatakan dalam daftar
yang berisi jenis minimal peralatan yang harus tersedia dan standar jumlah peralatan
dinyatakan dalam rasio minimal jumlah peralatan persiswa serta Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam
menentukan kelulusan siswa. Standar Kompentensi Lulusan (SKL) untuk mata pelajaran kimia
sekolah menengah atas salah satunya melakukan percobaan, antara lain merumuskan
masalah, mengajukan dan menguji hipotesis, menentukan variabel, merancang dan merakit
instrumen, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data, menarik kesimpulan, serta
mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis. Serta Lampiran 3 Keputusan
Ketua Badan Standar Pendidikan Nasional No. 508/BSNP/I/2007 tanggal 18 Januari 2007
tentang Prosedur Operasional Standar (POS) Ujian nasional (UN) Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) yang menyebutkan bahwa ujian sekolah untuk mata pelajaran
kimia dilaksanakan dalam bentuk ujian tertulis (Ujian Nasional) dan ujian praktik. Pelaksanaan
ujian praktik diatur oleh sekolah/madrasah penyelenggara, sesuai dengan karakteristik mata
pelajaran dan kondisi sekolah/madrasah.
Diadakannya ujian praktik pada beberapa mata pelajaran bukan tanpa alasan. Sejak
diberlakukannya Kurikulum 2004 atau yang dikenal Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
aspek yang diukur tidak hanya aspek kognitifnya saja, tetapi juga aspek afektif dan
psikomotorik. Dengan diberlakukannya ujian praktik diharapkan mampu meningkatkan sumber
daya manusia (SDM), terutama dalam aspek psikomotorik siswa yang masih rendah.
Melibatkan siswa dalam praktik laboratorium bisa digunakan untuk pengembangan sikap
dan nilai siswa terhadap sains. Tabel di bawah ini merangkum praktik laboratorium pada
pengajaran sains dibagi dalam tiga ranah: kognitif, psikomotor dan afektif (Sumintono, 2009).
Tabel 1. Berbagai Tujuan Praktik Laboratorium
Ranah Tujuan
Kognitif - meningkatkan perkembangan intelektual;
- memperkuat pembelajaran konsep-konsep ilmiah;
- mengembangkan keahlian pemecahan masalah;
- mengembangkan cara berpikir kreatif;
- meningkatkan pemahaman sains dan metoda ilmiah.

2
Psikomotor - mengembangkan keahlian melakukan investigasi
ilmiah;
- mengembangkan keahlian menganalisis data
investigasi;
- mengembangkan keahlian bekerja sama.
Afektif - memperkuat sikap positif terhadap sains;
- meningkatkan persepsi yang positif terhadap
kemampuan siswa untuk memahami dan untuk
mempengaruhi lingkungannya.

Laboratorium dalam pembelajaran kimia melibatkan siswa dalam pengalaman konkrit


terhadap benda-benda dan konsep-konsep kaitannya dengan struktur, susunan, sifat, dan
perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Pengalaman konkrit yang
diperoleh melalui kegiatan laboratorium sangat penting untuk siswa dalam proses belajar.
Pembelajaran akan lebih efektif  jika siswa dapat merefleksikan pengalaman sendiri dan
mencoba menggunakan apa yang telah dipelajari dengan melalui kegiatan
praktikum/eksperimen.
Menurut Supryono (1987) dalam Simamora, tujuan kegiatan praktikum di laboratorium
dalam pembelajaran kimia  meliputi:
(1) Membangkitkan dan memelihara daya tarik, sikap, kepuasan, keterbukaan dan rasa ingin
tahu terhadap kimia;
(2) Mengembangkan berpikir kritis dan kemampuan memecahkan masalah;
(3) Meningkatkan berpikir ilmiah dan metode ilmiah;
(4) Mengembangkan pemahaman konsep dan kemampuan intelektual;
(5) Mengembangkan kemampuan berpraktikum.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sekolah dituntut
untuk siap dalam menghadapi ujian praktik kimia sesuai dengan standar kompetensi lulusan.
Bentuk kesiapan sekolah yaitu menyediakan laboratorium kimia yang memenuhi jenis minimal
peralatan dan bahan praktikum kimia dan standar jumlah peralatan dinyatakan dalam rasio
minimal jumlah peralatan dan bahan praktikum kimia persiswa.
Mengingat pentingnya keberadaan laboratorium dengan jenis dan rasio minimal peralatan
dan bahan praktikum persiswa yang telah ditetapkan sesuai dengan standar kompetensi
lulusan (SKL), mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang kesiapan SMA/MA di
kabupaten Blora terhadap kebutuhan peralatan dan bahan praktikum dalam pelaksanaan ujian
praktik kimia sebagai syarat kelulusan siswa.
Rumusan masalah penelitian yang muncul adalah: (1) Bagaimana kesiapan SMA/MA
dalam pelaksanaan ujian praktik kimia ditinjau dari tuntutan kurikulum yang berlaku? (2)
Bagaimana ketersediaan peralatan dan bahan praktikum kimia di sekolah? (3) Bagaimana

3
persepsi guru tentang kebutuhan peralatan dan bahan praktikum terhadap pelaksanaan ujian
praktik kimia?
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengetahui kesiapan SMA/MA dalam pelaksanaan ujian
praktik kimia ditinjau dari tuntutan kurikulum yang berlaku; (2) Mengungkap ketersediaan
peralatan dan bahan praktikum kimia di sekolah; (3) Mengungkap persepsi guru tentang
kebutuhan peralatan dan bahan praktikum terhadap pelaksanaan ujian praktik kimia menurut
kurikulum yang berlaku.

METODE PENELITIAN
Untuk mengetahui kesiapan SMA/MA terhadap kebutuhan peralatan dan bahan praktikum
yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan ujian praktik kimia harus sesuai dengan butir-butir
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, maka digunakan metode penelitian kualitatif.
Dalam penelitian kualitatif tidak dikenal istilah populasi dan sampel. Istilah yang digunakan
adalah setting atau tempat penelitian. Hasil penelitian hanya berlaku bagi setting yang
bersangkutan (Arikunto, 2006:13). Tempat penelitiannya adalah SMA Negeri 1 Blora, SMA
Negeri 1 Tunjungan, SMA Muhammadiyah 1 Blora, SMA Miftahul Ulum Ngawen, dan MAN
Blora dari 27 SMA/MA yang ada di kabupaten Blora. Hasil penelitian tidak menutup
kemungkinan bisa dijadikan sebagai gambaran secara umum SMA/MA program IPA yang ada
di kabupaten Blora.
Dalam penelitian ini yang diamati adalah ketersediaan peralatan dan bahan praktikum
kimia yang ada di sekolah serta kesiapan sekolah dalam menghadapi ujian praktik kimia
sebagai syarat kelulusan siswa sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku. Ketersediaan
peralatan dan bahan praktikum kimia yang ada di sekolah dibandingkan dengan tuntutan
kurikulum, dan bila ada kesenjangan maka kesenjangan itu merupakan kebutuhan peralatan
dan bahan praktikum yang diperlukan. Untuk mengetahui peralatan dan bahan praktikum kimia
yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), analisis yang
dilakukan yaitu mengidentifikasi praktikum kimia yang harus dilakukan dalam pembelajaran
kimia. Masing-masing praktikum kimia diidentifikasi peralatan dan bahan praktikum yang
dibutuhkan. Kemudian merekap peralatan dan bahan praktikum sehingga diperoleh peralatan
dan bahan praktikum yang sesuai dengan tuntutan kurikulum.
Penulis juga perlu mengetahui persepsi guru kimia tentang kebutuhan peralatan dan
bahan praktikum yang peranannya vital, dalam rangka menunjang keberhasilan sekolah dalam
pelaksanaan ujian praktik kimia sebagai syarat kelulusan siswa.
Dengan digunakan metode kualitatif ini maka data yang didapat akan lebih lengkap, lebih
mendalam, kredibel, dan bermakna, sehingga tujuan penelitian dapat dicapai. Desain dalam
penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang dibagi dalam empat tahap, yaitu perencanaan,
pengumpulan data, analisis data dan evaluasi. Dalam tahap perencanaan, Kegiatan yang

4
dilakukan adalah: (a) analisis kurikulum; (b) menyusun rancangan penelitian; (c) menetapkan
tempat penelitian; (d) menyusun instrumen penelitian. Pada tahap pelaksanaan peneliti sebagai
pelaksana penelitian dan sekaligus sebagai human instrument mencari informasi data, yaitu
memberikan angket dan wawancara mendalam pada guru kimia kelas X, XI, dan XII. Selain itu
peneliti juga melakukan observasi tentang ketersediaan peralatan dan bahan praktikum kimia di
sekolah. Analisis data dilakukan setelah semua angket diterima kembali, peneliti telah
melakukan wawancara mendalam pada guru kimia kelas X, XI, dan XII, serta peneliti telah
melakukan observasi tentang tentang ketersediaan peralatan dan bahan praktikum kimia di
sekolah. Semua data yang telah dianalisis kemudian dievaluasi sehingga diperoleh analisis
ketersediaan peralatan dan bahan praktikum kimia di sekolah yang ditampilkan dalam bentuk
diagram batang dan dibandingkan data yang diperoleh dengan tuntutan kurikulum, sehingga
diketahui kesiapan SMA/MA terkait dengan kebutuhan peralatan dan bahan praktikum yang
diperlukan.
Model analisis data dalam penelitian ini mengikuti konsep yang diberikan Miles and
Huberman (Sugiyono, 2005: 91-99). Miles and Huberman mengemukakan bahwa aktivitas
dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus
pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh. Komponen
analisis data penelitian ini terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan/verifikasi.
Untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel dalam penelitian kualitatif yang diuji
adalah datanya (Sugiyono, 2006: 119). Pengujian kredibilitas data penelitian dilakukan dengan
cara perpanjangan pengamatan dan triangulasi. Yang dimaksud triangulasi adalah menjaring
data dengan berbagai metode dan cara dengan menyilangkan informasi yang diperoleh agar
data yang didapatkan lebih lengkap dan sesuai dengan yang diharapkan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Ketersediaan peralatan dan bahan kimia tiap-tiap sekolah berbeda. Hal ini karena
kemampuan sekolah untuk memfasilitasi sarana dan prasarana laboratorium dengan peralatan
dan bahan praktikum berbeda-beda. Sekolah dengan kemampuan yang tinggi akan
memberikan fasilitas laboratorium yang lengkap kepada siswanya, sedangkan sekolah dengan
kemampuan yang sedang akan memberikan fasilitas laboratorium yang ala kadarnya kepada
siswanya.

Hasil Penelitian Sekolah I


Alat-alat kimia yang tersedia di sekolah I sebanyak 56 jenis, ada 43 jenis alat-alat kimia
yang memenuhi tuntutan kurikulum dari 49 jenis alat-alat kimia sesuai tuntutan kurikulum. Alat-

5
alat kimia yang tidak ada seperti amplas, baterai, kain wool, kertas tisu, dan paku besi sangat
mudah diperoleh tanpa harus beli di toko alat-alat kimia. Alat-alat ini memang tidak tersedia di
laboratorium kimia, tetapi alasan ketahanan daya baterai yang tidak cukup kuat disimpan terlalu
lama dan sifat dari paku besi yang mudah mengalami perkaratan, kain wool bisa digantikan
dengan rambut kering, siswa membawa sendiri kertas tisu sehingga alat-alat ini hanya akan
tersedia pada saat alat-alat ini dibutuhkan dalam pelaksanaan praktikum tertentu.
Alat-alat kimia yang tersedia di sekolah I yang memenuhi rasio jumlah peralatan kimia
persiswa hanya 22 jenis, yaitu alat-alat kimia yang tersedia jumlahnya minimal sesuai dengan
kebutuhan siswa. Sedangkan alat-alat kimia yang ada tetapi jumlahnya tidak memenuhi
kebutuhan siswa ada 21 jenis.
Bahan-bahan kimia yang tersedia di sekolah I sebanyak 99 jenis, ada 50 jenis atau 78,1%
bahan-bahan kimia yang memenuhi tuntutan kurikulum dari 64 jenis bahan-bahan kimia sesuai
tuntutan kurikulum yang berlaku.
Pada pembelajaran kimia, praktikum yang melibatkan titrasi tidak diberikan mengingat
keterbatasan buret dan resiko tinggi. Sebagai gantinya, guru memberikan demontrasi cara
titrasi yang benar, tetapi dalam pelaksanaannya siswa hanya menggunakan pipet tetes sebagai
pengganti buret serta menghemat bahan-bahan kimia dengan praktikum hanya menggunakan
setengah resep dari petunjuk praktikum.
Sudah menjadi kebiasaan setiap kali pembelajaran kimia terutama pada kelas XII
dilakukan di laboratorium kimia. Hal ini dilakukan agar siswa tidak asing lagi dengan peralatan
dan bahan-bahan kimia, selain itu guru semakin mudah untuk menjelaskan suatu materi
dengan demontrasi sederhana, misalnya saja logam alkali bereaksi sangat hebat dengan air.
Guru memberikan petunjuk yang aman ketika sedang mengambil logam alkali, dalam hal ini
logam natrium yang disimpan dalam minyak tanah. Logam natrium jangan pernah diambil
dengan menggunakan tangan langsung melainkan menggunakan tang. Sebelumnya
mengambil atau memotong logam natrium dalam ukuran milimeter, bongkahan kecil. Kemudian
diletakkan di atas kertas kering dan dimasukkan perlahan-lahan ke dalam gelas kimia yang
dipersiapkan berisi air yang sudah ditetesi fenolftalein. Saat kertas menjadi basah terjadi
letupan kecil dan kertas terbakar. Kemudian guru menanyakan kepada siswa mengapa warna
air berubah menjadi merah muda.
Kegiatan praktikum yang diberikan pada sekolah I pada kelas X, kelas XI, dan kelas XII
yang sesuai dengan tuntutan kurikulum ada 19 macam praktikum. Diantaranya, 4 macam
kegiatan praktikum diberikan pada kelas X, 9 macam kegiatan praktikum diberikan pada kelas
XI, dan 6 macam kegiatan praktikum diberikan pada kelas XII.
Praktikum yang diujikan ada 12 macam, 7 diantaranya sesuai dengan tuntutan kurikulum,
yaitu (1) Perubahan energi pada reaksi kimia, (2) Reaksi pengendapan golongan alkali tanah,
(3) Uji karbohidrat, (4) Pergeseran kesetimbangan, (5) Uji Protein, (6) Koloid, dan (7) Hidrolisis

6
garam. Ada lima macam praktikum yang diujikan di luar indikator kurikulum yang berlaku,
diantaranya penyabunan, kesadahan air, ion kompleks, berbagai macam reaksi kimia, dan
reaksi dapat balik. Tetapi, kelima macam praktikum tersebut masih masuk dalam materi kimia.
Praktikum yang diujikan melihat ketersedian alat dan bahan yang ada di laboratorium.

Hasil Penelitian Sekolah II


Alat-alat kimia yang tersedia di sekolah II sebanyak 46 jenis, ada 35 jenis alat-alat kimia
yang memenuhi tuntutan kurikulum dari 49 jenis alat-alat kimia sesuai tuntutan kurikulum. Alat-
alat kimia yang tidak ada pada sekolah II yaitu, amplas, baterai, bejana stereofoam, kain wool,
kawat nikrom, kertas tisu, lampu senter, paku besi, pipa kaca, pipet volum, spatula, sumbat
berlubang, dan sumbat tabung. Alat-alat seperti amplas, baterai, dan paku besi bisa diusahakan
dengan menyediakan pada saat alat-alat ini dibutuhkan dalam kegiatan praktikum tertentu,
sedangkan alat-alat lain yang tidak ada bisa digantikan dengan alat-alat yang sudah tersedia di
laboratorium yang fungsinya hampir sama.
Alat-alat kimia yang tersedia di sekolah II yang memenuhi rasio jumlah peralatan kimia
persiswa hanya 21 jenis, yaitu alat-alat kimia yang tersedia jumlahnya sesuai dengan
kebutuhan siswa. Sedangkan alat-alat kimia yang ada tetapi jumlahnya tidak memenuhi
kebutuhan siswa ada 14 jenis.
Bahan-bahan kimia yang tersedia di sekolah II sebanyak 79 jenis, ada 36 jenis atau 56,3%
bahan-bahan kimia yang memenuhi tuntutan kurikulum dari 64 jenis bahan-bahan kimia sesuai
tuntutan kurikulum.
Dari 25 macam praktikum yang harus diberikan sesuai tuntutan kurikulum, sekolah II
hanya melaksanakan 16 macam praktikum yang diberikan pada kelas X, kelas XI, dan kelas XII
yang sesuai dengan tuntutan kurikulum ada 16 macam praktikum. Diantaranya, 4 macam
kegiatan praktikum diberikan pada kelas X, 7 macam kegiatan praktikum diberikan pada kelas
XI, dan 5 macam kegiatan praktikum diberikan pada kelas XII.
Keterbatasan alat dan bahan menyebabkan sekolah tidak melaksanakan sepenuhnya
semua kegiatan praktikum sesuai tuntutan kurikulum. Sekolah tidak mempunyai logam Na dan
logam K, sehingga reaksi logam natrium dan logam kalium dengan air tidak pernah diberikan.
Siswa hanya diberi penjelasan materi bahwa logam alkali bereaksi hebat dengan air, sehingga
disimpan dalam dalam minyak tanah. Kemudian untuk kegiatan praktikum uji karbohidrat dan uji
protein tidak pernah diberikan kepada siswa pada pembelajaran kimia. Selain tidak adanya
bahan kimia seperti larutan fehling A, larutan fehling B, larutan biuret, larutan benedict, glukosa,
fruktosa, maltosa, dan sukrosa; uji karbohidrat dan uji protein pernah dilakukan siswa pada
kegiatan praktikum biologi.
Keterbatasan peralatan dan bahan praktikum menyebabkan praktikum kimia yang diujikan
ada 7 macam, yaitu (1) Uji daya hantar larutan elektrolit, (2) Memperkirakan pH dengan

7
indikator universal, (3) Larutan penyangga, (4) Hidrolisis garam, (5) Pembuatan koloid, (6)
Reaksi nyala golongan alkali tanah, dan (7) Reaksi pengendapan. Semua praktikum yang
diujikan memenuhi indikator tuntutan kurikulum. Ujian praktikum dilaksanakan secara individu
sesuai nomor urut ujian, setiap tujuh siswa masuk dalam laboratorium sekaligus memilih nomor
undian. Setiap siswa tidak akan memperoleh praktikum yang sama, sehingga dalam
pelaksanaannya tidak ada kerja sama. Ujian praktikum dibagi menjadi tiga macam, yaitu
pelaksanaan, tanya jawab, dan laporan. Waktu yang tersedia sembilan puluh menit sudah
termasuk dalam pembuatan laporan.

Hasil Penelitian Sekolah III


Ada 19 jenis alat-alat kimia yang memenuhi tuntutan kurikulum dari 49 jenis alat-alat kimia
sesuai tuntutan kurikulum. Dari 19 jenis alat-alat kimia yang tersedia, hanya ada 1 jenis alat
yaitu 12 buah plat tetes yang memenuhi rasio jumlah sesuai kebutuhan siswa.
Bahan-bahan kimia yang ada banyak yang rusak. Hanya ada 12 jenis bahan kimia yang
dipastikan dalam kondisi baik, itupun hanya ada 6 jenis atau 9,4% bahan kimia yang sesuai
dengan tuntutan kurikulum dari 64 jenis bahan-bahan kimia sesuai tuntutan kurikulum.
Pada pembelajaran kimia, guru jarang mengajak siswa untuk melakukan kegiatan
praktikum. Hal ini dikarenakan laboratorium yang ada masih bergabung serta peralatan dan
bahan-bahan kimia yang tersedia jumlah dan jenisnya sangat sedikit. Ada 4 macam praktikum
yang diberikan pada sekolah III yang sesuai dengan tuntutan kurikulum. Satu macam kegiatan
praktikum diberikan pada kelas X dan tiga macam kegiatan praktikum diberikan pada kelas XI,
sedangkan kelas XII tidak pernah dilakukan kegiatan praktikum sama sekali. Praktikum yang
diberikan hanya sebatas identifikasi asam, basa, dan garam dengan kertas lakmus; uji daya
hantar larutan elektrolit; dan memperkirakan pH larutan asam basa dengan indikator universal;
serta pengenalan alat-alat dan bahan-bahan kimia yang ada.
Pada pelaksanaan ujian praktikum, praktikum kimia yang diujikan ada 2 macam, yaitu
identifikasi larutan asam basa dan uji daya hantar larutan elektrolit. Hal ini karena keterbatasan
peralatan dan bahan-bahan kimia yang tersedia.
Saat ini sekolah sedang membangun laboratorium baru yang nantinya terpisah antara
laboratorium kimia, laboratorium fisika dan laboratorium biologi. Dana yang diperoleh untuk
membangun ketiga laboratorium ini sebagian besar berasal dari bantuan APBN dan sisanya
swadaya. Peralatan dan bahan-bahan kimia juga akan ditambah, yang dananya juga diperoleh
dari bantuan APBN. Dengan adanya laboratorium kimia yang terpisah dengan laboratorium lain
serta peralatan dan bahan-bahan kimia akan dilengkapi diharapkan siswa bisa melakukan
kegiatan praktikum sesuai tuntutan kurikulum.

Hasil Penelitian Sekolah IV

8
Sekolah IV belum memiliki laboratorium sehingga kegiatan praktikum nyaris tidak ada.
Kegiatan praktikum yang pernah dilakukan yaitu identifikasi asam basa dengan indikator
universal yang dilakukan di dalam kelas. Alokasi waktu pembelajaran kimia hanya 2 jam
pelajaran tiap minggu untuk semua tingkatan kelas. Peralatan dan bahan praktikum kimia yang
ada diperoleh dari pembelian bulan Januari tahun 2009 untuk pelaksanaan ujian praktik tahun
2009 yang pada tahun-tahun sebelumnya dilaksanakan di sekolah lain. Semua alat-alat kimia
yang ada tidak memenuhi rasio jumlah kebutuhan siswa. Praktikum yang diujikan yaitu larutan
asam basa.
Saat ini sekolah sedang membangun laboratorium IPA yang nantinya juga dilengkapi
dengan peralatan dan bahan praktikum kimia. Dana diperoleh dari bantuan APBN. Dengan
adanya laboratorium, diharapkan siswa bisa mengenal peralatan dan bahan praktikum kimia
serta dapat melakukan kegiatan praktikum menurut tuntutan kurikulum yang berlaku.

Hasil Penelitian Sekolah V


Ada 22 jenis alat-alat kimia yang memenuhi tuntutan kurikulum dari 49 jenis alat-alat kimia
sesuai tuntutan kurikulum. Dari 22 jenis alat-alat kimia yang tersedia, ada 4 jenis alat yaitu gelas
kimia besar, gelas ukur, kawat nikrom, dan penjepit tabung yang memenuhi rasio jumlah
sesuai kebutuhan siswa.
Bahan-bahan kimia yang tersedia di sekolah V sebanyak 42 jenis, ada 25 jenis atau
39,1% bahan-bahan kimia yang memenuhi tuntutan kurikulum dari 64 jenis bahan-bahan kimia
sesuai tuntutan kurikulum yang berlaku.
Keterbatasan peralatan dan bahan praktikum menyebabkan sekolah hanya melakukan 10
macam praktikum. Delapan di antaranya sesuai tuntutan kurikulum, yaitu satu macam kegiatan
praktikum diberikan pada kelas X, enam macam kegiatan praktikum diberikan pada kelas XI,
dan satu macam kegiatan praktikum diberikan pada kelas XII. Sedangkan yang lainnya berupa
praktikum yang membekali siswa agar bisa menerapkan ilmu kimia dalam home industry, yaitu
pembuatan balsem dan pembuatan jahe wangi instan. Guru di sekolah ini berpendapat bahwa
siswa harus dibekali keterampilan tanpa mengabaikan materi inti kimia yang harus diberikan
pada siswa. Yang terpenting siswa paham dengan materi apa yang diberikan oleh gurunya.
Ada 9 macam praktikum yang diujikan, yaitu (1) warna larutan dalam asam basa, (2)
indikator phenolphtaleine dalam asam basa, (3) titrasi, (4) penentuan pH air, (5) pH larutan, (6)
laju reaksi, (7) koloid, (8) hidrolisis garam, dan (9) karbohidrat.

Pembahasan
Uraian pembahasan ini berdasarkan analisis kurikulum yang berlaku, hasil pengamatan
langsung, wawancara mendalam serta analisis angket.

9
Identifikasi Kebutuhan Peralatan dan Bahan Praktikum Kimia Sesuai Tuntutan KTSP
Berdasarkan indikator kurikulum yang berlaku yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) setidaknya ada 25 kegiatan praktikum dengan rincian 4 praktikum diberikan pada kelas
X, 12 praktikum diberikan pada kelas XI, dan 9 praktikum diberikan pada kelas XII. Dari 25
kegiatan praktikum tersebut, diperoleh kebutuhan peralatan praktikum kimia sebanyak minimal
49 jenis dan standar jumlah peralatan dinyatakan dalam rasio jumlah peralatan persiswa yang
tersaji dalam dan kebutuhan bahan praktikum kimia sebanyak minimal 63 jenis.

Analisis Ketersediaan Peralatan dan Bahan Praktikum Kimia di Sekolah


Ketersediaan peralatan praktikum kimia di sekolah I ada 43 jenis, sekolah II ada 35 jenis,
sekolah III ada 19 jenis, sekolah IV ada 18 jenis, dan sekolah V ada 22 jenis. Untuk lebih
jelasnya analisis ketersediaan peralatan kimia berdasarkan jenisnya disajikan dalam bentuk
diagram batang pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Analisis ketersediaan peralatan kimia berdasarkan jenisnya

Sedangkan rasio jumlah ketersediaan peralatan kimia secara keseluruhan persiswa di


sekolah I, II, III, IV dan V masing-masing 45%, 43%, 2%, 0% dan 8%. Untuk lebih jelasnya
analisis ketersediaan peralatan kimia berdasarkan rasio jumlah disajikan dalam bentuk diagram
batang pada Gambar 4.2.

10
Gambar 4.2 Analisis ketersediaan peralatan kimia berdasarkan rasio jumlah

Ketersediaan bahan praktikum kimia di sekolah I, II, III, IV dan V masing-masing 50 jenis,
36 jenis, 6 jenis, 8 jenis dan 25 jenis. Ketersediaan bahan praktikum kimia yaitu bahan
praktikum yang tersedia dalam jumlah minimal cukup untuk melakukan kegiatan praktikum
selama setahun untuk kebutuhan siswa. Bahan kimia yang hampir habis atau rusak tidak
dicantumkan. Untuk lebih jelasnya analisis ketersediaan bahan praktikum kimia disajikan dalam
bentuk diagram batang pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Analisis ketersediaan bahan praktikum kimia

Kesiapan sekolah tidak hanya dilihat dari jenis peralatan dan bahan kimia yang tersedia di
sekolah, tetapi juga jumlah minimal setiap jenis peralatan dan bahan kimia yang tersedia
memenuhi jumlah kebutuhan siswa. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun
2005 Bab VII Sarana dan Prasarana pasal 43 ayat 1 dan 2 menyebutkan Standar keragaman
jenis peralatan laboratorium Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada satuan pendidikan dinyatakan
dalam daftar yang berisi jenis minimal peralatan yang harus tersedia dan standar jumlah
peralatan dinyatakan dalam rasio minimal jumlah peralatan perpeserta didik.

11
Ketersediaan peralatan kimia pada sekolah I paling tinggi, terdiri dari 43 jenis dari 49 jenis
sesuai tuntutan kurikulum, tetapi hanya 22 jenis atau 45% yang memenuhi rasio jumlah
perpeserta didik. Ketersediaan peralatan kimia pada sekolah II terdiri dari 35 jenis sesuai
tuntutan kurikulum, tetapi hanya 21 jenis atau 43% yang memenuhi rasio jumlah perpeserta
didik. Ketersediaan peralatan kimia pada sekolah III terdiri dari 19 jenis sesuai tuntutan
kurikulum, tetapi hanya 1 jenis atau 2% yang memenuhi rasio jumlah perpeserta didik.
Ketersediaan peralatan kimia pada sekolah IV terdiri dari 18 jenis sesuai tuntutan kurikulum,
tetapi tidak ada satupun jenis alat yang memenuhi rasio jumlah perpeserta didik. Ketersediaan
peralatan kimia pada sekolah V terdiri dari 22 jenis sesuai tuntutan kurikulum, tetapi hanya 4
jenis atau 8% yang memenuhi rasio jumlah perpeserta didik.
Ketersediaan bahan kimia pada sekolah I paling tinggi, yaitu 50 jenis dari 63 jenis sesuai
dengan tuntutan kurikulum. Ketersediaan bahan kimia pada sekolah II terdiri dari 36 jenis
sesuai dengan tuntutan kurikulum. Ketersediaan bahan kimia pada sekolah III paling sedikit,
terdiri dari 6 jenis sesuai dengan tuntutan kurikulum. Ketersediaan bahan kimia pada sekolah IV
terdiri dari 7 jenis sesuai dengan tuntutan kurikulum. Ketersediaan bahan kimia pada sekolah V
terdiri dari 25 jenis sesuai dengan tuntutan kurikulum.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, semua sekolah yang menjadi tempat
penelitian tidak bisa melaksanakan semua kegiatan praktikum sesuai dengan kurikulum.
Pelaksanaan kegiatan praktikum sekolah I paling tinggi, yaitu 19 kegiatan praktikum, sekolah II
sebanyak 16 kegiatan praktikum, sekolah III sebanyak 4 kegiatan praktikum, sekolah IV paling
sedikit, hanya sekali praktikum, dan sekolah V sebanyak 8 kali kegiatan praktikum dari 25
pelaksanaan kegiatan praktikum sesuai tuntutan kurikulum. Untuk lebih jelasnya, pelaksanaan
kegiatan praktikum pada masing-masing sekolah disajikan dalam diagram batang pada Gambar
4.4.

Gambar 4.4 Pelaksanaan kegiatan praktikum pada masing-masing sekolah

12
Persepsi guru tentang kebutuhan peralatan dan bahan praktikum kimia terhadap
pelaksanaan ujian praktik kimia
Keterbatasan peralatan dan bahan praktikum kimia yang ada di sekolah menjadi kendala
bagi guru dalam pembelajaran kimia yang menuntut adanya praktikum. Guru kesulitan
memberikan pemahaman kepada siswa tentang pemahaman suatu materi kimia apabila materi
kimia tersebut menuntut adanya suatu praktikum, sedangkan ketersediaan peralatan dan bahan
praktikum kimia di sekolah yang dibutuhkan dalam pelaksanaan praktikum tidak mencukupi
atau mungkin tidak ada.
Untuk menyiasati kekurangan jumlah alat-alat kimia, guru mengurangi jumlah kelompok
praktikum sesuai jumlah alat yang tersedia atau penggunaan alat-alat kimia secara bergantian
sehingga praktikum bisa berjalan meskipun kurang efektif. Kelompok praktikum yang besar
mengakibatkan tidak semua siswa terlibat dalam pelaksanaan praktikum, sedangkan
penggunaan alat secara bergantian mengakibatkan pelaksanaan praktikum lebih lama.
Sedangkan untuk menyiasati keterbatasan bahan-bahan kimia, guru menggunakan
bahan-bahan kimia hanya setengah, sepertiga, atau sepersekian dari jumlah bahan kimia yang
dibutuhkan sesuai dengan petunjuk praktikum.
Disini kreativitas guru juga sangat diperlukan. Guru harus mampu menyampaikan
praktikum yang seharusnya diberikan pada siswa sesuai tuntutan kurikulum melihat
keterbatasan alat dan bahan praktikum kimia memang menjadi kendala sekolah untuk
melakukan kegiatan praktikum. Bentuk kreativitas guru antara lain, mencari alat dan/atau bahan
praktikum alternatif, yaitu menggunakan alat dan/atau bahan praktikum kimia yang tersedia di
sekitar lingkungan siswa. Untuk alat kimia yang tidak tersedia di laboratorium bisa digantikan
dengan alat kimia lainnya yang memiliki fungsi yang hampir sama. Misalnya, penggunaan plat
tetes digantikan dengan palet pada hidrolisis garam, erlenmeyer digantikan dengan gelas kimia
pada saat titrasi, buret bisa diganti dengan pipet tetes yang dimodifikasi pada saat uji kepolaran
dan lain sebagainya menurut kreativitas dari guru kimia masing-masing sekolah. Sedangkan
bahan kimia yang tidak tersedia di laboratorium bisa digantikan dengan bahan-bahan yang ada
di sekitar kita. Contohnya, pengenalan asam basa dengan menggunakan indikator alami berupa
air perasan bunga sepatu atau kunyit apabila ditetesi larutan asam, basa atau netral akan
menunjukkan warna yang berbeda.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
(1) Kebutuhan peralatan dan bahan praktikum kimia menurut tuntutan KTSP masing-masing
sebanyak 49 jenis dan 63 jenis.

13
(2) Ketersediaan peralatan praktikum kimia pada sekolah I, sekolah II, sekolah III, sekolah IV
dan sekolah V menurut tuntutan KTSP masing-masing 43 jenis, 35 jenis, 19 jenis, 18 jenis
dan 22 jenis. Sedangkan rasio jumlah ketersediaan peralatan kimia secara keseluruhan
persiswa di sekolah I, II, III, IV dan V masing-masing 45%, 43%, 2%, 0% dan 8%.
(3) Ketersediaan bahan praktikum kimia pada sekolah I, sekolah II, sekolah III, sekolah IV dan
sekolah V menurut tuntutan KTSP masing-masing 50 jenis, 36 jenis, 6 jenis, 8 jenis dan 25
jenis.
(4) Dari ketersediaan peralatan dan bahan praktikum kimia, menyatakan Sekolah I dan
Sekolah II paling siap melaksanakan ujian praktik kimia, Sekolah V siap melaksanakan
ujian praktik kimia, sedangkan Sekolah III dan IV belum siap melaksanakan ujian praktik
kimia.

Saran
Dalam upaya untuk mempersiapkan siswa dalam menghadapi ujian praktik kimia diajukan
beberapa saran sebagai berikut:
(1) Sekolah melengkapi jenis dan jumlah peralatan dan bahan praktikum sesuai kebutuhan
siswa dan tuntutan kurikulum;
(2) Pembelian peralatan dan bahan praktikum harus direncanakan dengan berpedoman pada
kurikulum yang berlaku, sehingga pembelian peralatan dan bahan tidak mubadzir;
(3) Membeli bahan kimia yang teknis;
(4) Guru kimia dituntut kreatif memanfaatkan benda yang ada di lingkungan sekitar mengingat
tidak tersedianya alat dan bahan praktikum kimia di sekolah, sehingga tujuan pembelajaran
kimia masih tercapai;

UCAPAN TERIMA KASIH


Terima kasih saya sampaikan kepada Dra. Saptorini, M.Pi dan Dra. Woro Sumarni, M.Si
yang telah membimbing saya dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007. Badan Standar Nasional Pendidikan Nomor
508/BSNP/I/2007 Tentang Prosedur Operasi Standar (POS) Ujian Nasional (UN)
Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) Tahun Pelajaran 2006/2007.
Jakarta: BSNP
Peraturan Pemerintah. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan. Jakarta
Permendiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar

14
Dan Menengah. Jakarta: Biro Hukum Dan Organisasi, Departemen Pendidikan
Nasional
Simamora, Tumpal. (2009). Pembelajaran sains berbasis laboratorium. (online)
(http://www.scribd.com/doc/4973689/Fisika-pembelajaran-sains-berbasis-laboratorium
diakses tanggal 6 Maret 2009)
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfa Beta.
Sumintono, Bambang. 2008. Tujuan Pengajaran Sains di Laboratorium. (online)
(http://netsains.com/2008/03/tujuan-pengajaran-sains-di-laboratorium/ diakses tanggal
5 Maret 2009)

15
HALAMAN PENGESAHAN

Semarang, Februari 2010


Yang mengajukan,

Mohammad Chanifuddin
NIM. 4301405054

Menyetujui,
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dra. Saptorini, M.Pi Dra. Woro Sumarni, M.Si


NIP. 195109201976032001 NIP. 196507231993032001

Mengesahkan,
Ketua Jurusan Kimia

Drs. Sigit Priatmoko, M.Si


NIP. 196504291991031001

16

Você também pode gostar