Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Histologi otot
Otot rangka
Eksitasi otot
Eksitasi otot
Peningkatan
Ca sitosol
(ekstrasel)
Reaksi
biokimia
Fosforilasi
miosin di
filamen tebal
Pengikatan aktin
&miosin di jembatan
silang
Kontraksi
Peningkatan
Ca sitosol
(intrasel)
Reposisi fisik
troponin &
tropomiosin
Pembukaan tempat
pengikatan jembatan silang
aktin di filamen tipis
Pengikatan aktin dan
miosin di jembatan
silang
Kontraksi
PERUBAHAN-PERUBAHAN SELAMA
KONTRAKSI OTOT
1. PERUBAHAN BENTUK
2. PERUBAHAN KIMIA
3. PERUBAHAN PANAS
4. PERUBAHAN LISTRIK
PERUBAHAN BENTUK
Pada saat terjadi kontraksi, otot menjadi pendek
dan gemuk, tetapi tidak mengalami perubahan
volume
Terjadi perubahan bentuk dari protein
Menurut Szent-Gyorgy perubahan ini karena
adanya protein dalam otot aktomiosin
terurai menjadi aktin & miosin aktin
mengalami torsi (perputaran)
PERUBAHAN KIMIA
Pada saat istirahat komposisi otot sebagai
berikut:
Air
75 %
Protein
20
%
Glikogen
1 %
Fosfokreatin
(an)
0,3 % Asam laktat
0,5 %
Heksosa phosfat (or) 0,05 %
Pada saat kontraksi: Fosfat an & asam laktat
meningkat jumlahnya; fosfat or & glikogen
menurun jumlahnya; oksigen banyak digunakan;
H2O & CO2 banyak dihasilkan
Untuk proses di atas sangat dibutuhkan energi,
maka untuk kontraksi otot ada 4 (empat) macam,
yaitu:
PERUBAHAN PANAS
Dari seluruh energi yang digunakan untuk
kontraksi hanya 20 %, untuk kerja dan
selebihyahilang dalam bentuk panas.
Panas yang timbul dapat digunakan untuk
mempertahankan suhu tubuh,sehingga pada
suhu yang dingin produksi panas dapat
ditingkatkan melalui pergerakkan otot
PERUBAHAN LISTRIK
Bila otot berkontraksi terjadi perubahan
listrik sehingga timbul arus aksi yang
mengalir dari daerah positif ke daerah
negatif
Daerah aktif relatif lebih negatif di
bandingkan dengan daerah non aktif
(positif)
Bila mengalami istirahat maka tidak akan
timbul arus aksi
Istilah tersebut dapat dikatakan sebagai
polarisasi, depolarisasi dan repolarisasi
LANJUTAN POLARISASI,
DEPOLARISASI,REPOLARISASI
FUNGSI OTOT
FUNGSI VOLUNTER MRPKAN
AKIBAT KERJA DR OTOT RANGKA
OTOT JANTUNG
Patofisiologi
otot betis yang berada di tumit belakang dalam keadaan
tegang oleh karena kontraksi otot yang terus menerus
sehingga dapat mengakibatkan terjadi peningkatan
ketegangan serabut otot hingga menimbulkan terjadinya
nyeri pada otot tersebut ( Evans, 2009).
Peningkatan ketegangan serabut otot dapat menimbulkan
stress mekanis pada jaringan miofasial dalam waktu yang
lama, sehingga akan menstimulasi nosiceptor yang ada di
dalam otot. Semakin sering dan kuat nosiceptor tersebut
terstimulasi maka akan semakin kuat refleks ketegangan
otot, kemudian terjadi mikro sirkulasi yang tidak kuat,
sehingga jaringan mengalami kekurangan nutrisi dan
oksigen yang dapat menimbulkan iskemik jaringan lokal
serta menumpuknya zat-zat sisa metabolisme.
Faktor-faktor penyebab
nyeri otot
Pemeriksaan Fisik
1. Palpasi
2. Tes Trendelenburg
3. Tes OBER (untuk kontraksi iliotibial band )
4. Tes Gapping Anterior
Tes Gapping Posterior
Pemeriksaan Penunjang
Penatalaksanaan
Cara Pelaksanaan
Dalam melakukan inspeksi beberapa hal yang perlu diperhatikan
,ialah :
Membiarkan pasien membuka pakaiannya dalam keadaan tenang
dan terjaga privacinya. Seberapa banyak pakaian yang akan
dibuka tergantung dari tujuan pemeriksaan.
Perhatikan tanda-tanda fisik dan psychis. Sikap sebagai bagian
bahasa dari tubuh. Seorang pasien memanifestasikan dirinya
lewat tubuh, non verbal kepada pemeriksa. Keadaan hati nurani
mempengaruhi tubuh. Selama anamnesis sering kita mendapat
gambaran bahwa emosi mempunyai pengaruh terhadap pola
keluhan.
Lakukan inspeksi secara sistematis, dalam keadaan cepat tanpa
melupakan kecermatan, sebab diharapkan pasien sedikit mungkin
melakukan perubahan gerak selama inspeksi berlangsung.
Komplikasi obat
Pada penderita tukak lambung,
radang usus, gangguan ginjal, asma
dan hipersensitif terhadap asam
mefenamat.
Efek samping
Efek samping:
Dapat terjadi gangguan saluran cerna, antara lain
iritasi lambung, kolik usus, mual, muntah dan diare,
rasa mengantuk, pusing, sakit kepala, penglihatan
kabur, vertigo, dispepsia.
Pada penggunaan terus-menerus dengan dosis
2000 mg atau lebih sehari dapat mengakibatkan
agranulositosis (Agranulositosis adalah sumsum
tulang berhenti membentuk neutrofil,
mengakibatkan tubuh tidak dilindungi terhadap
bakteri dan agen lain yang akan menyerang
jaringan ( Guyton, 1992 )) dan anemia hemolitik.