Você está na página 1de 3

Acute Lymphoblastic Leukimia

1. Definisi
2. Etiologi
3. Factor resiko
4. Epidemiologi
5. Patofisiologi (bagan)
6. Tanda dan gejala
7. Pemeriksaan fisik
8. Penatalaksanaan
9. Pencegahan
10. Komplikasi

1. Definisi
Leukimia adalah penyakit keganasan pada jaringan hematopoietik yang ditandai
dengan penggantian elemen sumsum tulang belakang normal oleh sel darah abnormal
atau sel leukemik. Salah satu manifestasi klinis dari leukemia adalah perdarahan yang
disebabkan oleh berbagai kelainan hemostasis (zelly,2013). Leukimia ada yang bersifat
akut dan kronis. Leukimia akut ditandai dengan suatu perjalanan penyakit yang sangat
cepat, mematikan dan memburuk. Sedangkan Leukimia kronis memiliki perjalanan
penyakit yang tidak begitu cepat sehingga memiliki harapan hidup yang lebih lama,
hingga lebih dari 1 tahun. Berdasarkan jenis sel yang terlibat leukemia dibagi menjadi
leukemia lymphoblastic dan leukima mielositik. Leukimia Lymphoblastic sendiri
merupakan salah satu bentuk leukemia yang menyerang sel limpoid. Acute lymphoblastic
leukemia terjadi ketika tubuh kita menghasilkan sejumlah besar sel darah putih yang
immature yang disebut limfosit.
2. Etiologi
Penyebabnya sampai saat ini belum diketahui secara pasti namun terdapat
beberapa fator yang diduga mempengaruhi kejadiannya seperti radiasi, zat-zat yang
bersifat toxin seperti benzene, obat-obat kemoterapi dan factor herediter.
3. Factor resiko
1. Radiasi dosis tinggi, radiasi dengan dosis tinggi seperti bom atom di Jepang
menyebabkan peningkatan penyakit ini
2. Kemoterapi, misalnya kemoterapi jenis alkylacting agents. Namun pemberian
kemoterapi jenis tersebut tetap boleh diberikan dengan pertimbangan rasio manfaatresikonya.

3. Sindrom Down dan berbagai kelainan genetic lainnya yang disebabkan oleh
kromosom dapat meningkatkan resiko kanker
4. Humn T-cell leukemia virus-1 (HTLV-1) virus tersebut menyebabkan leukemia T-cell
yang jarang ditemukan jenis virus lain yang dapat menyebabkan adalah retrovirus dan
virus leukemia feline
5. Merokok meningkatkan resiko ALL pada usia >60 tahun
6. Factor endogen seperti Ras
4. Epidemiologi
Acute Lymphoblastic Leukimia lebih sering terjadi pada anak-anak dibandingkan
dengan oraang dewasa. Puncak insidennya terjadi pada usia 3-5 tahun dan jarang pada
anak berusia lenih dari 15 tahun. ALL merupakan kanker yang paling banyak dijumpai
pada anak yaitu sekitar 25-30% dari seluruh jenis kanker pada anak. Laki-laki lebih
banyak mengalami daripada perempuan. Di Amerika Serikat kira-kira 2400 anak dan
remaja menderita ALL setiap tahun. Insiden ALL terjadi jauh lebih tinggi pada anak-anak
kulit putih daripada kulit hitam.
5. Patofisiologi
6. Tanda dan gejala
1. Anemia
Penderita akan tampak cepat lelah, pucat dan bernafas cepat. Hal ini disebabkan
karena jumlah sel darah merah berkurang, akibatnya oksigen dalam tubuh juga
berkurang.
2. Perdarahan
Misalnya perdarahan pada gusi, hidung dan kulit. Hal ini terjadi karena produksi
platelet berkurang akibat dominasi produksi sel darah putih
3. Mudah terserang infeksi
Pada penderita Leukimia, sel darah putih yang terbentuk bersifat abnormal sehingga
tidak dapat berfungsi dengan semestinya. Akibatnya tubuh si penderita rentan terkena
infeksi virus atau bakteri, bahkan dengan sendirinya akan menampakkan keluhan
adanya demam, keluar cairan dari hidung dan batuk.
4. Nyeri tulang dan persendian
Hal ini terjadi karena sumsum tulang terdesak padat oleh sel darah putih.
5. Nyeri perut
Nyeri perut juga merupakan salah satu indikasi gejala leukemia, dimana sel leukemia
dapat berkumpul pada organ ginjal, hati dan empedu yang menyebabkan pembesaran
pada organ-organ tubuh ini dan timbulah nyeri. Nyeri perut ini dapat berdampak
hilangnya nafsu makan penderita leukemia.
6. Pembengkakan kelenjar limpa

Penderita kemungkinan besar mengalami pembengkakan pada kelenjar limpa, baik


yang diibawah lengan, dada, dan lainnya. Kelenjar limpa bertugas menyaring darah ,
sel leukemia dapat terkumpul disin dan menyebakan pembengkakan.
7. Pemeriksaan diagnostic
8. Penatalaksanaan
Tahapan terapi ALL
1. Terapi induksi remisi, tujuan eradikasi sel leukemia yang dapat dideteksi secara
morfologi dalam darah dan sumsum tulang dan kembalinya hematopoiesis normal,
biasanya terapi terdiri dai prednisone, vinkristin dan antrasiklin
2. Terapi intensifikasi atau konsolidasi, tujuan eliminasi sel leukemia residual untuuk
mencegah relaps dan juga timbulnya sel yang resisten obat
3. Profilaksis SSP, sangat penting pada pasien ALL. Sekitar 50-75% pasien ALL yang
tidak mendapat terapi ini akan mengalami relaps pada SSP. Terdiri dari kombinasi
kemoterapi intrarektal, radiasi kranial, dan pemberian sistemik obat mempunyai
bioavalibilitas SSP yang tinggi seperti metotreksat dosis tinggi dan sitarabin dosis
tinggi.
4. Pemeliharaan jangka panjang
Terapi ini terdiri dari 6-mekaptopurin dan metotreksat seminggu selama 2-3 tahun.
Protocol pengobatan menurut IDAI ada 2 macam yaitu : protocol half metothrexate
(Jakarta 1994), protocol wijaya kusuma (WK ALL 2000)
9. Pencegahan
10. Komplikasi

Você também pode gostar