Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
(CASE REFERAT)
Oleh:
Rudi C. Lado, S.Ked
PEMBIMBING:
Dr Jansen L, SpOG
HALAMAN PENGESAHAN
Fakultas
Bagian
Referat ini telah disusun dan dilaporkan dalam rangka memenuhi salah satu syarat Kepaniteraan
Klinik di Bagian/SMFObstetri dan Ginekologi RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.
PEMBIMBING KLINIK
1. Dr Jansen, Sp. OG
Ditetapkan di
: Kupang
Tanggal
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat
derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target
yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu
meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015
adalah mengurangi sampai resiko jumlah kematian ibu.
Angka kematian ibu (AKI) diperkirakan terjadi 287.000 di seluruh dunia pada
tahun 2010, dengan angka kematian ibu yaitu 210 kasus per 100.000 kelahiran hidup.
Sebagian besar kematian ibu terjadi di negara- negara berkembang, Berdasarkan
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), survey terakhir menunjukan
adanya peningkatan signifikan AKI dari 228 (tahun 2007) menjadi 359 (tahun 2012)
per 100.000 kelahiran hidup. Sungguh mengenaskan, AKI yang sangat tinggi itu
artinya Indonesia bahkan jauh lebih buruk dari negara-negara paling miskin di Asia,
seperti Timor Leste, Myanmar, Bangladesh dan Kamboja.
Page 3
Page 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(disebut juga arteria Hipogastrika) yang melalui dasar ligamentum latum masuk ke
dalam uterus di daerah serviks kira-kira 1,5 cm di atas forniks lateralis vagina.
Pembuluh darah lain yang memberi pula darah ke uterus adalah arteria ovarika kiri
dan kanan. Pembuluh darah lain yang memberi darah ke uterus adalah arteri ovarika
kiri dan kanan. Arteri ini berjalan dari lateral
lebih sering. Sesudah 36 minggu aktifitas uterus akan lebih meningkat sampai
persalinan mulai. Amplitudo uterus meningkat sampai 60 mmHg pada akhir kala 1
dan frekuensinya menjadi 2-4 kali tiap 10 menit. Dan juga durasinya dari 20 detik
pada permulaan partus sampai 60-90 detik pada akhir kala 1 atau pada permulaan
kala II. His yang sempurna dan afektif bila ada kontraksi simetris dengan dominasi
di fundus uteri dan mempunyai amplitudo 40-60 mmHg yang berdurasi 60 sampai 90
detik, dengan jangka waktu antara kontraksi 2 sampai 4 menit, dan pada relaksasi
tonus uterus kurang dari 12 mmHg. 4
Beberapa faktor diduga berpengaruh dalam kontraksi rahim yaitu besar rahim,
besar janin, berat badan ibu dan lain- lain. Pada kala II ibu menambah kekuatan
uterus yang sudah optimum dengan adanya peningkatantekanan intra abdomen. Pada
kala III atau kala uri yang berlangsung 2 sampai 6 menit, amplitude his masih tinggi
+ 60 sampai 80 mmHg, tetapi frekuensinya berkurang. Sesudah 24 jam persalinan
intensitas dan frekuensi his menurun.4
Ditingkat sel, mekanisme kontraksi ada dua yaitu akut dan kronik. Yang akut
disebabkan masuknya ion kalsium (Ca 2+) kedalam sel yang dimulai dengan
depolarisasi membrane sel. Meningkatnya kontraksi Ca2+ bebas dalam sel memicu
satu reaksi berantai yang menyebabkan pebentukan hubungan (cross-bridge) antara
filament aktin dan myosin sehingga sel berkontraksi. Sementara itu, mekanisme yang
kronik diakibatkan pengaruh hormon yang memediasi transkripsi gen yang menekan
atau meningkatkan kontraktilitas sel yaitu CAP (Contraktion Associated- proteins).
Yang menyebabkan uterus mulai berkontraksi belum diketahui sampai saat ini.
Diperkirakan adanya sinyal biomolekular dari janin yang diterima oleh otak ibu akan
memulai kaskade penurunan progresteron, estrogen dan peningkatan prostaglandin
dan oksitosin sehingga terjadi tanda- tanda persalinan. 4
Page 7
2.2.3 Diagnosis
Tanda dan Gejala6
1
itu juga masih ada darah sebanyak 500-1000 CC yang sudah keluar dari pembuluh
darah tetapi masih terperangkap dalam uterus dan harus diperhitungkan dalam
kalkulasi pemberian darah pengganti. Sangat sulit untuk memperkirakan kehilangan
darah secara tepat Karena darah seringkali bercampur dengan air ketuban atau urin
dan mugkin terserap handuk, kain atau sarung. Menggunakan pispot di bokong ibu
untuk menumpulkan darah juga bukanlah cara yang efektif.cara tak langsung untuk
mengukur kehilangan darah adalah melalui penampakan gejala dan tekanan darah.
Apabila kehiangan darah menyebabkan ibu lemas, pusing dan kesadaran menurun
serta tekanan darah sistolik turun 10 mmHg dari kondisi sebelumnya maka telah
terjadi perdarahan > 500 ml. bila ibu mengalami syok hipovolemik, maka ibu telah
mengalami kehilangan darah 50 % dari jumlah darah ibu (2000-2500). 6
Page 9
2.2.5 Pencegahan
Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko perdarahan
postpartum lebih dari 40%, dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat tersebut
sebagai terapi. Manajemen aktif kala III dapat mengurangi jumlah perdarahan dalam
persalinan, anemia, dan kebutuhan transfusi darah 5
Manajemen aktif kala III terdiri atas intervensi yang direncanakan untuk
mempercepat pelepasan plasenta dengan meningkatkan kontraksi uterus dan untuk
mencegah perdarahan postpartum dengan menghindari atonia uteri. Atonia uteri dapat
dicegah dengan Manajemen aktif kala III, yaitu:
1. Memberikan obat oksitosin 10 IU segera setelah bahu bayi lahir;
2. Melakukan penegangan tali pusat terkendali;
3. Masase uterus segera setelah plasenta dilahirkan agar uterus tetap
berkontraksi.
Melakukan penegangan tali pusat terkedali meliputi 7
1. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 - 10 cm dari vulva.
2. Meletakkan 1 tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
3. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan
yang lain mendorong uterus kearah belakang-atas (dorso-kranial) secara hati-hati
(untuk mencegah inversion uteri) jika plasenta tidal lahir setelah 30-40 detik,
hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya
dan ulangi prosedur di atas. Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu,
suami atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.
4. Mengeluarkan Plasenta7
a.
b.
c.
Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,
letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras).
5. Pemeriksaan Plasenta
a.
b.
c.
Tali pusat : jumlah arteri atau vena yang terputus untuk mendeteksi plasenta
suksenturia. Insersi tali pusat apakah sentral, marginal, serta panjang tali
pusat
6. Menilai perdarahan
a.
Memeriksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan
selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantong
plastik atau tempat khusus.
b.
2.2.4 Penanganan
Banyaknya darah yang hilang akan mempengaruhi keadaan umum pasien.
Pasien masih bisa dalam keadaan sadar, sediit anemis, atau ampai syok berat
hipovolemik.
tindakan pertama yang harus dilakukan bergantung pada keadaan kliniknya. Pada
umumnya dilakukan secara simultan (bila pasien syok)
1. sikap trendelenburg, memasang venous line, dan memberikan oksigen
2. sekaligus merangsang kontraksi uterus dengan cara
Page 11
Pemberian oksitosin dan turunan ergot melalui suntikan secara i.m, iv atau s.c
Bila semua tindakan gagal maka dipersiapkan untuk tindakan operatif laparotomy
dengan pilihan bedah konservatif (mempertahankan uterus) atau melakukan
histerektomi, Alternatifnya berupa
-ligasi arteri uterine atau arteri ovarika
-operasi ransel B Lynch
-histerektomi supravaginal
-histerektomi total abdominal2
kompresi
bimanual
uterus,
prosedur
sederhana
yang
dapat
Page 12
dan pemijatan dinding anterior uterus melalui vagina dengan tanganlai yang di
kepalkan.
2. Panggil bantuan
3. Pasang kanula intravena berdiameter besar kedua sehingga kristaloid dan
oksitosin dapat dilanjutkan bersama-sama dengan pemberian darah
4. Mulai tranfusi darah
5. Eksplorasi kavitas uteri secara manual untuk mencari fragmen plasenta yang
tertinggal atau laserasi
6. Inspeksi serviks dan vagina secara menyeluruh untuk mencari laserasi setelah
divisualisasikan setelah adekuat
7. Pasang kateter foley untuk memantau keluaran urin, yang merupakan ukuran
yang baik untuk perfusi ginjal
8. Mulai resusitasi volume1
Dengan tranfusi darah sekaligus kompresi uterus manual dan pemberian oksitosin
intravena jarang diperlukan tindakan tambahan.1
Page 13
menjadi satu. Price dan B-lynch (2005) merangkum 17 laporan dan melaoprkan
bahwa 44 di antara 46 prosedur bermanfaat. Pada laporan pendahuluan lainnya, BLynch 2005 mengutip 948 kasus dengan hanya 7 kegagalan. Pengalaman kami tidak
sesukses ini, tapi jelas teknik ini efektif Pada sejumlah kasus. Laporan mengenai
komplikasi akibat jahitan kompresi lambat laun bermunculan. Padaa saat ini, insiden
komplikasi tidak dketahui, tetapi kemungkinan rendah, nekrosis iskemik uterus
disertai peritonitis pernah dipaparkan dalam beberapa laporan kasus. 1
Packing Uterus
Teknik ini harus dipertimbangkan pda perempuan dengan perdarahan pascapartum
refrakter yang berkaitan dengan atonia uterus dan bergharap dapat memperahankan
kesuburannya. Teknik yang sempat popular pada paruh pertama abad ke 20 ini
kemudian tidak banyak lagi dilakukan karena kekhawatiran akan terjadinya infeksi
dan perdarahan terselubung. Namun teknik yang lebih baru telah mengurangi
sebagian kekhawatiran ini. Dalam satu teknik, ujung kateter foley 24 F dengan balon
30 ml dimasukan ke dalam cavitas uteri dan diisi dengan 60-80 ml salin, ujung yang
terbuka memungkinkan drainase uterus terus menerus. Jika perdarahan berhenti,
kateter umumnya dikeluarkan setelah 12-14 jam, alternative lain uterus atau pelvis
dapat dipak secara langsung dengan kassa5
Page 14
BAB III
LAPORAN KASUS DAN PEMBAHASAN
I.
Identitas
Nama
: Ny Florida Fobia
Umur
: 37 Tahun
Agama
: Protestan
Alamat
: IRT
Pekerjaan
: Penfui
MRS
: 10 Maret 2015
II.
Jam 1.43
Anamnesis:
Pasien merupakan psien rujukan dari RSIA, diagnose P1-1 A1 post SC Hari 0
( 12 Jam SMRS) dengan hemoragic post partum Atonia uteri + post laparotomy
miomektomi terpasang infus 1 jalur drip oxyosin dan terpasang DC. SC a.i post
miomektomi. Setelah operasi pasien mengatakan terus terjadi perdarahan lewat
vagina, pasien juga merasa lemas dan pusing. Sebelum dirujuk perdarahan sedikit
berkurang namun tetap tidak berhenti.
Riwayat penyakit dahulu
: (5 X di dr SpOG)
Riwayat persalinan
1. 2007/abortus/ 2 bulan
2. Hamil ini
Riw Obstetric
HPHT : 30 5 2014
TP
: 6- 3 2015
UK 40-41 minggu
Outcome Bayi laki-laki 2800 gr sehat Rawat gabung
Page 15
III.
Pemeriksaan Fisik
IV.
Pemeriksan Penunjang
: 3,58
HGB : 10,0
HCT
: 30,0
MCV : 83,8
MCH : 27,9
WBC : 27,2
PLT
: 194
: 2,91
HGB : 7,7
HCT
: 24,5
MCV : 84,2
MCH : 26,1
Page 16
WBC : 18,0
PLT
: 55
USG
: Perdarahan Aktif
DIAGNOSIS
-Post SC hari 0 + HPP ec atonia uteri+ riw laparotomy miomektomi
-Anemia
PENATALAKSANAAN
Tindakan Operasi Laparotomi Eksploratif
Laporan Operasi
Ahli Bedah
dr Unedo Sp.OG
dr Agus SpOG
Page 17
Instruksi
10/3/15
ICU
P/
RL : D5 1:1 20 tpm
Cefotaxim 2x1 vial iv
Ketorolac 3x1 amp iv
Kalnex 3x1 amp
Tranfusi s/d Hb 10 g/
dl
11/3/15
ICU
Keluhan (-)
Td :138/90
N : 88
S : 37,6
RR : 18
Mata : Conjungtiva anemis +/+
Sklera Ikterik -/Cor S1S2 reg, m(-), gall (-)
Pulmo : Bnd Vericuler _+/+ rhonky -/- wheezing
-/Laktasi : (+)
Abdomen : Luka Operasi Tertutup Verban,
rembesan darah/ pus (-) perut cembung, Bising
usus (+), supel, nyeri tekan (+)
Gin perdarhan/ lokia rubra (+)
Extremitas edema (-)
A/ Post total Abdominal Histerektomi + anemia
Keluhan : P/
RL : D5 1:1 20 tpm
Td : 100/60 mmHg
Cefotaxim 2x1 vial iv
N : 82 x/ m
Ketorolac 3x1 amp iv
S : 37,2 C
Kalnex 3x1 amp
RR : 18x/ m
Tranfusi s/d Hb 10
Mata : Conjungtiva anemis +/+
Sklera Ikterik -/Pindah ruangan
Cor S1S2 reg, murmur(-), galop (-)
Pulmo : Bnd Vericuler _+/+ rhonky -/- wheezing
-/Laktasi : (+)
Abdomen : Luka Operasi Tertutup Verban,
rembesan darah/ pus (-) perut cembung, Bising
usus (+), supel, nyeri tekan (+)
Gin perdarhan (-)
Extremitas edema (-)
A/ Post total Abdominal Histerektomi + anemia
dalam tranfusi
Page 18
12/3/15
P/
RL : D5 1:1 20 tpm
Cefadroxil 2 x1 tab
As. Mefenamat 3x1 tab
Tranfusi s/d Hb 10
OBH 3 x CI
Td : 120/80 mmHg
N : 98x/m
S : 37,5 C
RR : 20x/m
Mata : Conjungtiva anemis +/+
Sklera Ikterik -/Aff DC
Cor S1S2 reg, murmur(-), galop (-)
Pulmo : Bnd Vericuler _+/+ rhonky -/- wheezing
-/Laktasi : (+)
Abdomen : Luka Operasi Tertutup Verban,
rembesan darah/ pus (-) perut cembung, Bising
usus (+), supel, nyeri tekan (+)
Gin perdarhan (-)
Extremitas edema (-)
Lab
Hb : 7,8
Wbc : 17,99
Plt : 142
A/ Post total Abdominal Histerektomi + anemia
Perbaikan
13/3/15
Keluhan : -
Cefadroxil 2 x1 tab
As. Mefenamat 3x1 tab
Td : 100/60
N : 68x/m
S : 37,4 C
RR : 16x/m
Mata : Conjungtiva anemis +/+
Sklera Ikterik -/Cor S1S2 reg, murmur(-), galop (-)
Pulmo : Bnd Vericuler _+/+ rhonky -/- wheezing
-/Laktasi : (+)
Abdomen : Luka Operasi Tertutup Verban,
rembesan dara/ pus (-) perut cembung, Bising
usus (+), supel, nyeri tekan (+)
Page 19
14/3/15
Cefadroxil 2 x1 tab
As. Mefenamat 3x1 tab
Td : 129/ 70
N : 76 x/m
S : 37 C
RR : 16x/m
Mata : Conjungtiva anemis +/+
Sklera Ikterik -/Cor S1S2 reg, murmur(-), galop (-)
Pulmo : Bnd Vericuler _+/+ rhonky -/- wheezing
-/Abdomen : Luka Operasi Tertutup Verban,
rembesan dara/ pus (-) perut cembung, Bising
usus (+), supel, nyeri tekan (+)
Gin perdarhan (-)
Extremitas edema (-)
A/ Post total Abdominal Histerektomi + anemia
Page 20
PEMBAHASAN
A. Hasil Pemeriksaan
4. Pada
pemeriksaan
laboratorium
didapatkan
penurunan
hemoglobin,
Kontraksi yang buruk setelah pengeluaran plasenta, akan menyebabkan pembuluhpembuluh darah di sekitar tempat melekatnya plasenta tetap terbuka. Sehingga
perdarahan akan terus terjadi, kehilangan banyak darah tersebut akan mengakibatkan
ibu anemia.
B. Penanganan
1.
Page 22
untuk
menggantikan
pembawa
oksigen
yang
hilang
dan
untuk
mengembalikan volume sirkulasi. Selain itu juga supaya kadar Hb yang semula
turun akibat perdarahan, bisa normal kembali dan suplai O2 dan nutrisi ke organorgan tetap terjaga.
4. laparotomi ligasi arteri hipogastrika / arteri uterina dan arteri ovarika
Pada pasien dilakukan tidak dilakukan ligase arteri hipogastrika karena
didapatkan uterus calvulare, Sehingga diputuskan untuk dilakukan histerektomi
Pengikatan arteri iliaka interna kadang-kadang mengurangi secara
bermakna, perdarahan akibat atonia uterus. Ligasi arteri iliaka interna mengurangi
tekanan nadi di arteri sebelah distal dari ikatan, sehingga mengubah system
tekanan arteri menjadi tekanan yang mendekati tekanan disirkulasi vena yang
lebih mudah dihentikan melalui pembentukan bekuan biasa. Ligasi bilateral kedua
arteri tampaknya tidak secara serius mengganggu kemampuan reproduksi
selanjutnya. Pengikatan arteri uterine pada perbatasan serviks dan segmen bawah
rahim, serta pengikatan arteri utero-ovarika akan menghentikan perdarahan,
karena pembuluh darah ini-lah yang memberi aliran darah ke uterus. Sehingga
ketika pembuluh darah ini diikat, darah tidak akan lagi keluar.
Page 23
BAB IV
KESIMPULAN
Page 24
DAFTAR PUSTAKA
URL:
http://igustingurahanom.blogspot.com/2011/12/jahitan-b-lynch-
sebagai-manajemen_2333.html
3. Rachimhadi T. Anatomi Alat Reproduksi. Dalam: Ilmu Kebidanan Sarwono
Prawirohardjo.
Edisi
Keempat. Jakarta:
Page 25