Você está na página 1de 18

Implementasi Perda Kota Padang No 11 Tahun 2005 Tentang

Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat (Studi Tentang


Pengawasan dan Penertiban Oleh Satpol PP Terhadap Pedagang
Kaki Lima Kota Padang)

Roy Martin

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
Wisuda Periode September 2013

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Implementasi Perda Kota Padang No 11 Tahun 2005 Tentang Ketertiban


Umum dan Ketentraman Masyarakat (Studi Tentang Pengawasan dan
Penertiban Oleh Satpol PP Terhadap Pedagang Kaki Lima Kota Padang)

Roy Martin

Artikel ini disusun berdasarkan skripsi Roy Martin untuk persyaratan wisuda
periode September 2013 dan telah diperiksa/disetujui oleh kedua pembimbing

Padang,

Agustus 2013

Pembimbing I

Pembimbing II

Afriva Khaidir, MAPA, Ph.D


NIP. 19660411 199003 1 002

Drs. H. Muhardi Hasan, M.Pd


NIP. 19511005 198010 1 001

Implementasi Perda Kota Padang No 11 Tahun 2005 Tentang Ketertiban


Umum dan Ketentraman Masyarakat (Studi Tentang Pengawasan dan
Penertiban Oleh Satpol PP Terhadap Pedagang Kaki Lima Kota Padang)
Roy Martin1
Program Studi Ilmu Administrasi Negara FIS Universitas Negeri Padang
Email : Roymarbun@rocketmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi tentang implementasi
kebijakan, kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi kebijakan, serta
upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala tersebut. Penelitian ini berupa
penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Informan penelitian adalah
Pegawai Kantor Satuan Polisi Pamong Praja, Dinas Perhubungan, serta pedagang
kaki lima. Pemilihan informan dilakukan dengan ditentukan secara purposive.
Teknik dan alat pengunpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi, dan
studi dokumentasi. Temuan penelitian ini menunjukan bahwa implementasi Perda
No 11 Tahun 2005 tentang ketertiban umum dan ketentraman masyarakat dalam
studi tentang pengawasan dan penertiban oleh Satuan Polisi Pamong praja
terhadap pedagang kaki lima secara umum sudah cukup berjalan sesuai dengan
Standart prosedur yang ada. Karena Satpol PP kota Padang sering melakukan
operasi pengawasan dan penertiban PKL dengan mengadakan patroli dan razia
secara rutin dan pengiriman personel untuk pendidikan dan pelatihan serta
hubungan kerja sama dengan instansi lain. Walaupun begitu, masih terdapat
kendala internal maupun eksternal dalam pelaksanaan pengawasan dan
penertiban, sehingga perlu dilakukan perbaikan atau peningkatan untuk mencapai
hasil yang lebih maksimal
Kata Kunci : Implementasi, Kebijakan, PKL,Satpol PP
Abstract
This study aimed to obtain a description of the policy implementation, the
constraints faced in the implementation of policies, as well as the efforts made to
overcome these obstacles. This research is descriptive qualitative research
method. Informant research is Office Employee Civil Service Police Unit,
Department of Transportation, as well as street vendors. Selection of informants is
the chosen purposively. Techniques and tools pengunpulan data were interviews,
observation, and documentation. The findings of this study indicate that the
implementation of Regulation No. 11 Year 2005 regarding public order and peace
1 Mahasiswa penulis Skripsi Prodi Ilmu Administrasi Negara untuk
wisuda periode September 2013. Dengan Dosen Pembimbing 1 Afriva
khaidir, MAPA, Ph.D. dan Dosen Pembimbing 2 Drs. H. Muhardi Hasan,
M.Pd.

of the community in the study of supervision and control by the civil Service
Police Unit of the street vendors in general are quite going according to Standard
procedures exist. Because the city of Padang municipal police often conduct
surveillance operations and regulating street vendors by conducting regular
patrols and raids and delivery personnel for education and training as well as
working relationships with other agencies. Even so, there are internal and external
constraints in the implementation of surveillance and control, so that the necessary
repairs or improvement to achieve maximum results.
Keywords: Implementation, Policy, street vendors, municipal police

A. Pendahuluan
Kebijakan Publik adalah serangkaian tindakan yang dipilih pemerintah yang
mempunyai pengaruh penting terhadap sejumlah orang Menurut Rae dan Wilde
dalam Rahmadani (2006: 7). Tujuan utama pembuatan suatu kebijakan publik
oleh pemerintah adalah untuk mensejahterakan, memenuhi dan menjaga
kebutuhan masyarakat. Namun pada kenyataannya, sering kali kebijakan publik
yang seharusnya merupakan alat untuk melayani masyarakat malah lebih terasa
berpihak pada kekuasaan (negara). Implementasi kebijakan sesungguhnya
bukanlah sekedar berhubungan dengan mekanisme penjabaran keputusankeputusan politik dalam prosedur rutin lewat saluransaluran birokrasi, melainkan
lebih dari itu, ia juga menyangkut masalah konflik, keputusan dan siapa yang
memperoleh apa dari suatu kebijakan (Grindle dalam Pasalong 2008: 57). Oleh
sebab itu aspek implementasi dari sebuah kebijakan merupakan bagian yang
penting dari keseluruhan proses kebijakan. Bahkan Udoji dalam Solichin (2002 :
3) dengan tegas mengatakan bahwa pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang
penting bahkan mungkin jauh lebih penting daripada pembuatan kebijakan.
Kebijakan-kebijakan akan sekedar berupa impian atau rencana bagus yang
tersimpan rapi dalam arsip apabila tidak diimplementasikan.

Dalam hal ini menurut Pasalong (2008: 58), seorang administrator mengatur
cara untuk mengorganisir, mengeinterpretasikan dan menerapkan kebijakan yang
telah diseleksi. Mengorganisir berarti mengatur sumber daya, unit-unit dan
metode-metode untuk melaksanakan program. Melakukan interpretasi berkenaan
dengan mendefenisikan istilah-istilah program ke dalam rencana-rencana dan
petunjuk-petunjuk yang dapat diterima dan feasible. Menerapkan berarti
menggunakan instrument-instrumen mengerjakan atau memberikan pelayanan
rutin melakukan pembayaran-pembayaran, atau dengan kata lain implementasi
merupakan tahap realisasi tujuan-tujuan program. Dalam hal ini yang diperlukan
adalah persiapan implementasi yaitu memikirkan dan menghitung secara matang
berbagai-berbagai kemungkinan keberhasilan dan kegagalan termasuk hambatan
atau peluang-peluang yang ada dan kemampuan organisasi yang diserahi tugas
melaksanakan program.
Oleh karenanya kebijakan publik dipandang sebagai pedoman atau penuntun
yang dipilih oleh pengambil keputusan untuk mengendalikan aspek tertentu dari
masalah sosial (Finsterbuch dan Motz, 1990, dalam Caroline, 2007: 4).Sebagai
suatu penuntun, maka kebijakan publik memberikan arah tindakan bagi perilaku
di masa depan sekaligus merupakan suatu kesatuan arah bagi sejumlah program
dan proyek yang membutuhkan keputusan-keputusan besar dan kecil. Arah
tindakan ini dihasilkan melalui proses pemilihan oleh pengambil kebijakan dari
sejumlah alternatif pilihan yang tersedia sehingga tindakan ini merupakan
tindakan yang disengaja. Pilihan tersebut tidak bermaksud memecahkan semua
masalah, tetapi memberikan solusi dari suatu situasi yang terbatas. Menurut
pendapat Hoogerwerf (1983 : 4) : kebijakan dapat dilukiskan sebagai usaha untuk

mencapai tujuan tertentu dengan sarana tertentu dalam urutan waktu tertentu.
Kebijakan merupakan jawaban terhadap suatu masalah
Dengan demikian kebijakan adalah upaya untuk memecahkan, mengurangi
atau mencegah suatu masalah dengan cara tertentu yaitu dengan tindakan yang
terarah sehingga dalam hal ini diharapkan permasalahan publik dapat diatasi
walaupun secara perlahan.
Salah satu kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah Kota Padang dalam upaya
memecahkan atau mencegah permasalahan mengenai Pedagang Kaki Lima yaitu
dengan membuat sebuah Peraturan yaitu Perda No 11 Tahun 2005 tentang
ketertiban umum dan ketentraman masyarakat. Dimana Setiap penertiban dan
pengawasan PKL yang dilakukan oleh Pemerintah Kota (Pemko) Padang terhadap
pelaksanaan Peraturan Daerah ini diwenangkan oleh Pemerintah Daerah kepada
yaitu Satuan Polisi Pamong Praja atau di singkat (Satpol-PP) Kota Padang dan
Tim Razia Gabungan yang melibatkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
terkait seperti Dinas Perhubungan (DisHub) dalam rangka menegakkan ketertiban
umum dan ketetraman masyarakat sesuai Perda No 11 Tahun 2005 khusunya
dalam pengawasan dan penertibakan Pedagang Kaki Lima (PKL) yaitu Pasal 11
ayat 1,2.
Pada prinsipnya Perda tersebut melarang dan tidak membenarkan setiap
orang atau badan untuk melakukan segala aktivitas usaha atau warung dan tempat
berjualan di badan jalan, trotoar, riol, jalur hijau, ruang terbuka hijau, serta tanah
fasilitas umum dan fasilitas sosial lainnya.Pada pasal 2 ayat 4 dalam Perda Nomor
11 Tahun 2005 disebutkan dilarang memakai jalan dan trotoar untuk kepentingan
pribadi atau kelompok yang menghambat kelancaran lalu lintas.

Namun, faktanya ini terlihat di sebagian besar ruas Jalan Kota Padang,
seperti dijalan A.Yani, Jalan Berok Steba, Jalan S.Parman Ulak Karang, Jalan
Perintis Kemerdekaan Jati, dan Jalan Sawahan. Di sepanjang jalan tersebut sangat
banyak PKL dan tempat parkir kendaraan yang semerawut yang melanggar aturan
yang sudah ditetapkan khususnya mengenai Perda Nomor 11 Tahun 2005 tentang
Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat, PKL tersebut membuat jalan
menjadi tidak teratur dan menghambat pengunjung yang melintasi jalan tersebut,
sehingga pengguna jalan merasa tidak nyaman atas keberadaan Pedagang Kaki
Lima (PKL) yang telah menguasai trotoar jalan. Akibatnya, masyarakat pengguna
jalan baik yang berjalan kaki maupun berkendaraan roda dua/ empat terpaksa
harus berjalan di badan jalan dengan resiko tertabrak kendaraan dari belakang dan
membuat kemacetan.
Seperti dikutip Harian Padang Ekspres

(Minggu, 11/03/2012), untuk

mengantisipasi melubernya PKL ke jalan, pemerintah Kota Padang melakukan


antisipasi yaitu telah memberi garis pembatas putih pada sebagian ruas, hal ini
dimaksudkan sebagai solusi untuk mengatasi kesemrawutan yang bertujuan agar
tempat-tempat parkir tertata rapi. Namun, tetap saja PKL berjualan melebihi batas
garis yang tidak diperbolehkan pemerintah. Meski fakta di lapangan menunjukkan
sering terjadi pelanggaran, namun antisipasi pemerintah untuk mengatasi
persoalan itu masih setengah hati. Hal ini terlihat tidak adanya tindakan tegas
pemerintah baik dari segi pengawasan maupun penertiban terhadap pihak-pihak
yang melakukan pelanggaran perda tersebut. Pemerintah kota Padang dinilai
seperti setengah hati dalam melakukan penertiban dan pengawasan. Jika sudah

banyak sorotan dari masyarakat dan media massa baru bergerak, sementara ketika
sorotan tersebut kendur, penertiban itu pun juga perlahan-lahan hilang.
Permasalahan PKL merupakan fenomena yang sangat rumit sekali dihadapi
oleh Satpol PP. Hal ini disebabkan karena keberadaan PKL tersebut semakin
tumbuh subur di perkotaan, sementara Pemerintah Kota Padang tidak dapat
menerima keberadaan mereka di tengah-tengah kota karena PKL pada umumnya
dinilai oleh pemerintah melanggar perundang-undangan dan peraturan daerah
yang telah diberlakukan, seperti menggunakan Fasilitas Umum (Fasum) dan
Fasilitas Sosial (Fasos) yang tidak diperuntukan bagi PKL, sehingga PKL
penyebab terjadinya kemacetan, PKL membuat kota menjadi tidak indah dan
kumuh, serta PKL telah menciptakan kesemerawutan di tengah-tengah kota. Hal
ini menjadi kendala dalam implementasi Perda sebagai sebuah kebijakan publik.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti dan menganalisis lebih dalam
tentang penerapan salah satu kebijakan sehingga terwujud pemerintahan yang
mengarah kepada peraturan yang berlandaskan hukum dan taat hukum disetiap
instansi dan kalangan masyarakat. Penelitian tentang ini dilakukan dengan judul:
Implementasi Perda Kota Padang No 11 Tahun 2005 Tentang Ketertiban Umum
Dan Ketentraman Masyarakat (Studi Tentang Pengawasan Dan Penertiban Oleh
Satpol Pp Terhadap Pedagang Kaki Lima Kota Padang)
B. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualtitatif dengan metode deskriptif.
Menurut Sugiyono (2005 : 213) dalam penelitian kualitatif peneliti dituntut untuk
menggali dan menelusuri berdasarkan apa yang diucapkan dan dilakukan oleh
sumber data. Peneliti kualitatif memperoleh data bukan sebagaimana yang terjadi

di laporan yang dialami dirasakan serta dipilarkan oleh sumber data. Dengan
demikian penelitian kualitatif dengan metode deskriptif terhadap fenomena yang
dimiliki.
Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder dan sumber data
yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data
sekunder. Teknik dan alat pengumpulan data dilakukan dengan wawancara
terbuka dan mendalam, observasi, serta study Dokumentasi.
Alat pengumpulan data dalam penelitian adalah pedoman wawancara yang
terstruktural sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Pedoman wawancara
digunakan untuk memudahkan proses wawancara , sementara itu buku catatan,
pena, dan kamera juga digunakan sebagai alat pengumpul data. Sesuai dengan
jenis penelitian dengan metode deskriptif , maka analisa datanya adalah adat
kualitatif. Menurut Miles dan Hiberman (1999:20) dalam menganalisis data
kualitatif ini ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu : pengumpulan data, reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Penelitian dilakukan dengan
pihak-pihak yang diwawancarai yang menyangkut dengan pengawasan dan
penertiban PKL di Kota Padang Sumatera Barat.
C. Pembahasan
1. Pelaksanaan Pengawasan Dan Penertiban Oleh Satpol PP Terhadap
Pedagang Kaki Lima di Kota Padang.
Ada pun bentuk Pelakasanaan Peraturan Daerah ini diwenangkan kepada
Satpol PP sebagai pelaksana langsung serta koordinasi dengan instansi terkait
dalam pengaplikasian Perda No 11 Tahun 2005 ini tentang ketertiban umum dan
ketentraman masyarakat yaitu dalam bentuk pengawasan dan Penertiban terhadap
PKL.

Pelaksanaan pengawasan dan penertiban yang dilakukan oleh Satpol PP kota


Padang dalam proses dilapangan tidak terlepas dari Satandar Operasional
Prosedur (SOP) dengan tahapan yaiu :
a. Himbauan yang dilakukan oleh para petugas Satuan Polisi Pamong Praja
dibawah komandan patroli baik melalui pengeras suara yang dilakukan
secara terus menerus selama satu hari di lokasi yang akan menjadi
sasaran penggusuran pedagang kaki lima.
b. Setelah tahap pemberitahuan melalui proses pengeras suara selanjutnya
menyerahkan surat peringatan kepada para pedagang kaki lima sebanyak
3 kali peringatan untuk membongkar sendiri lapak berdagang mereka.
Dengan limit waktu 3 X 24 jam.
c. Jika Pedagang Kaki Lima tidak juga memperdulikan surat peringatan
tersebut maka diambil tindakan yakni upaya paksa bongkar lapak PKL
tersebut oleh petugas Satpol-PP.
Berdasarkan standar operasional prosedur yang dijadikan pedoman Satpol
PP dalam kegiatan operasional ke lapangan bahwa proses awal yang harus
dilakukan Satpol PP sebelum melakukan penertiban atau penggusuran terhadap
PKL adalah melakukan pengawasan terlebih dahulu ke lokasi-lokasi yang
dianggap rawan atau banyak aduan masyarakat yang merasa terganggu akibat
keberadaan PKL yang melanggar peraturan daerah. Pengawasan yang dilakukan
Satpol PP biasanya dengan melakukan patroli dan razia ke lapangan menggunakan
prasarana yang ada untuk mempercepat proses pengawasan. Pengawasan biasanya
dengan melakukan interaksi langsung kepada PKL melalui himbauan langsung
yang bertujuan untuk memberikan pengarahan, dan sosialisasi kepada PKL agar
lebih mengetahui dan memahami peraturan yang sudah diimplementasikan oleh

pemerintah Kota Padang. Oleh karena itu melalui pelaksanaan pengawasan ini
petugas dapat melakukan pendekatan yang sifatnya lebih persuasif dan edukatif
sehingga dapat menghindari pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan PKL dan
menghindari aksi adu mulut apa lagi kekerasan antara petugas dan PKL.
Dalam mengantisipasi PKL yang dinilai sudah sangat mengganggu
kelancaran arus lalu lintas, keindahan dan ketertiban kota Padang, maka untuk itu
Satpol PP melakukan pengawasan terhadap PKL agar mematuhi dan menaati
Peraturan Daerah, pengawasan yang dilakukan oleh Satpol PP berdasarkan
Standar Operasional Prosedur (SOP) yang dimiliki oleh Satpol PP.
Sebagaimana hasil wawancara dengan Rido Satria,SSTP selaku Kasi
Tramtib dalam wawancara pada tanggal 14 Januari 2013 :
Untuk mengantisipasi PKL yang melanggar menurut Perda
No 11 Tahun 2005 ini, Satpol PP telah melakukan pengawasan
terhadap lokasi yang rawan PKL berjualam menggunakan
Fasilitas Umum dan Sosial yang dinilai sudah sangat
mengganggu kelancaran arus lalu lintas, keindahan dan
ketertiban kota Padang yaitu dengan cara melakukan Patroli
serta merazia PKL yang melanggar tersebut.
Setelah melaksanakan pengawasan langsung ke lapangan oleh Satpol PP dan
sudah melakukan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP), namun masih ada
juga PKL yang masih melanggar Perda No 11 Tahun 2005 tersebut, maka
tindakan selanjutnya yang diambil Satpol PP yaitu melakukan penertiban terhadap
PKL yang tidak mengindahkan himbauan dari petugas Satpol PP. Penertiban yang
dilakukan oleh Satpol PP adalah berupa tindakan penggusuran seperti
membongkar

lapak-lapak

dan

mengangkut

lapak-lapak

tersebut

untuk

menghindari PKL mendirikan atau menggelar dagangannya kembali di daerah


yang dilarang. Untuk memaksimalkan tujuan dari fungsi penertiban ini Satpol PP
melakukan koordinasi dengan instansi-instansi terkait seperti Dinas Perhubungan.

Dapat disimpulkan bahwa pengawasan yang telah dilakukan petugas Satpol


PP sudah melakukan sesuai dengan Perda Kota Padang No 11 tahun 2005. namun
pengawasan yang dilaksanakan oleh petugas dapat dikatakan masih kurang efektif
karena pasca pengawasan masih ada juga PKL yang menggelar jualannya lagi.
Untuk itu petugas Satpol PP perlu lebih meningkatkan pengawasan agar PKL
tidak lagi berjualan ditempat yang di larang sebagaimana yang sudah ada di Perda
Kota Padang.
2. Kendala-Kendala Yang Dihadapai Oleh Satpol PP Dalam Pelaksanaan
Pengawasan Dan Penertiban
Berdasarkan hasil temuan penelitian dan wawancara yang dilakukan dapat di
simpulkan bahwa dalam implementasi Perda No 11 tahun 2005 tentang ketertiban
umum dan ketentraman masyarakat yang diwenangkan kepada Satpol PP sudah
dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang ada, namun dalam pencapaian tujuan
atau hasilnya masih menemukan kendala-kendal baik internal maupun eksternal.
Berdasarkan wawancara pada tanggal 14 Januari 2013 dengan Kasi Tramtib
Polisi Pamong Praja Kota Padang Rido Satria.SSTP menyebutkan Bahwa :
Polisi Pamong Praja dalam melaksanakan pengawasan dan
penertiban mempunyai kendala-kendala yaitu kendala internal
dan eksternal. Kendala internal meliputi :kurangnya jumlah
personel Satpol PP , sarana dan prasarana yang kurang lengkap
dan Sumber daya Manusia yang lemah, dan kendala eksternal
seperti kurangnya pemahaman masyarakat terhadap peraturan
yang ada.
a. Kendala internal
Semakin bertambahnya jumlah Pedagang Kaki Lima (PKL) di wilayah Kota
padang, menuntut upaya petugas Satpol PP untuk melakukan pengawasan dan
penertiban yang ekstra guna mengimbangi jumlah pelanggaran PKL yang
berjualan seperti di trotoar sehingga menghambat kelancaran lalu lintas. Untuk itu

Satpol PP perlu jumlah personel atau aparat Satpol PP yang ekstra juga. Dimana
saat ini jumlah Satpol PP bagian Trantib hanya 14 orang, maka hal tersebut
menjadi kendala tersendiri bagi jajaran Satpol PP kota Padang, mengingat jumlah
pelanggaran yang terjadi dilapangan cukup tinggi atau selalu ada pelanggaran
yang ditemukan.
Minimnya sarana dan prasaran yang dimiliki kantor Satpol PP kota Padang
juga merupakan kendala bagi jajaran Satpol PP. Dilihat dari alat transportasi dan
bangunan kantor yang ada tentu belum dapat menunjang tugas Satpol PP secara
maksimal dalam melakukan pengawasan dan penertiban terhadap pelanggaranpelanggaran khusunya PKL dilapangan. Ditambah lagi karena begitu banyak
lokasi yang harus dilakukan patroli atau razia sehingga untuk itu Satpol PP
membutuhkan sarana dan prasarana yang mencukupi untuk meningkatkan
pengawasan dan penertiban yang lebih optimal.
Kendala yang juga masih dialami oleh Satpol PP adalah Sumber Daya
Manusia yang belum berkualitas secara merata. Dari sekitar 289 jumlah personel
yang ada hanya 30 orang saja yang dinilai berkualitas serta memiliki
keterampilan, untuk itu perlu dilakukan pendidikan dan pelatihan kepada personel
Satpol PP untuk dapat meningkatkan Sumber Daya Manuisia yang berkualitas
serta memiliki keterampilan, sehingga hasil yang hendak dicapai dalam
pengawasan dan penertiban lebih efektif.
b. Kendala eksternal
kurangnya pemahaman masyarakat terhadap Peraturan Daerah yang sudah
ada. Akibatnya, masih banyak PKL yang masih melakukan pelanggaranpelanggaran terhadap Perda yang sudah diimplementasikan tersebut. Dengan
demikian Satpol PP perlu melakukan sosialisasi mengenai Perda tersebut kepada

setiap PKL yang ada di Kota Padang agar dapat memahami maksud dan tujuan
dari kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah Kota Padang, sehingga dengan
upaya tersebut dapat meningkatkan kesadaran PKL. Oleh karena itu melalui
pelaksanaan sosialisasi ini petugas dapat melakukan pendekatan yang sifatnya
lebih persuasif dan edukatif sehingga dapat menghindari aksi adu mulut apa lagi
kekerasan antara petugas dan PKL.
3. Upaya-upaya yang dilakukan Oleh Satpol PP dalam mengatasi kendalakendala dalam pengawasan dan penertiban PKL
Dari wawancara dan penelitian yang dilakukan, ada beberapa tindakan atau
upaya yang dilakukan Satpol PP untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi
dalam melakukan pengawasan dan penertiban khususnya mengenai PKL di Kota
Padang yaitu :
a. Upaya dalam mengatasi kurangnya personel
Banyaknya pelanggaran yang terjadi di Kota Padang, khususnya PKL
memang kerap terjadi. Untuk itu kinerja Satpol PP dibutukan harus lebih ekstra.
Upaya-upaya yang dilkukan guna meningkatkan kinerja Satpol PP dalam
menghadapi kendala seperti kekurangan personel memang sulit untuk diatasi. Hal
ini karena kewenangan dalam menambah atau mengurangi jumlah personel dalam
suatu kantor atau badan berada ditangan pimpinan tertinggi yaitu Walikota Padang
beserta jajarannya dalam mengangkat pegawai baru.
Dalam mengatasi kendala kekurangan personel Satpol PP harus pasrah dan
menunggu respon kebijakan dari pimpinan, meskipun Satpol PP kota Padang telah
mengajukan permohonan untuk penambahan personel namun sampai saat ini
belum mendapatkan respon atau tanggapan yang memuaskan dari pimpinan atau
pihak yang berwenang kepada Satpol PP kota Padang.

b. Upaya penambahan alokasi anggaran


Kendala mengenai anggaran yang

tidak

cukup

memang

sangat

mempengaruhi Satpol PP dalam melaksanakan tugas dan fungsinya seperti dalam


pengawasan dan penertiban. Dimana anggaran tersebut nantinya akan digunakan
untuk meningkatkan berbagai keperluan Satpol PP seperti meningkatkan kualitas
Sumber Daya Manusia Satpol PP dengan mengirim personel untuk pendidikan
dan pelatihan, meningkatkan sarana dan prasarana Satpol PP dengan memperbaiki
gedung kantor dan menambah kebutuhan lain seperti alat transportasi yang dapat
menunjang kinerja Satpol PP.
Untuk itu, Satpol PP berupaya untuk mengatasi kendala tersebut dengan
mengajukan penambahan alokasi anggaran kepada Pemerintah Kota Padang agar
alokasi dana yang diberikan kepada Satpol PP dapat sesuai dengan rencana yang
telah ditentukan, sehingga dengan anggaran dana tersebut kinerja Satpol PP kota
Padang dapat melaksanakan ketertiban dan ketentraman umum khususnya dalam
pengawasan dan penertiban PKL secara efektif dan efesien.
c. Upaya melakukan sosialisasi dan penyuluhan
Upaya yang dilakukan Satpol PP untuk mengatasi kendala yang ditemui
dalam pelaksanaan kebijakan tentang ketertiban umum dan ketentraman
masyarakat, khusunya mengenai penertiban dan pengawasan terhadap PKL adalah
dengan memberikan sosialisasi dan penyuluhan kepada PKL secara persuasif dan
edukatif agar PKL dapat memahami, mengetahui dan mematuhi aturan yang
sudah ada. Adapun sosialisasi dan penyuluhan yang dilakukan Satpol PP
mengenai kebijakan tersebut yaitu dengan cara memberikan informasi kepada
masyarakat dan PKL baik pada saat pelaksanaan pengawasan dengan
menggunakan alat elektronik lainnya. Dengan cara tersebut Satpol PP dapat

mengurangi beban dan meningkatkan kesadaran PKL, sehingga penindakan


petugas dalam melakukan peneriban dapat terminimalisir.
D. Simpulan dan Saran
Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan yang dilakukan dapat
diambil kesimpulan dan saran bahwa implementasi kebijakan perda No 11 tahun
2005 tentang ketertiban dan ketentraman masyarakat dalam kasus pengawasan
dan penertiban oleh Satpol PP terhadap PKL di Kota Padangyaitu :
a. Implementasi kebijakan Kota Padang tentang ketertiban dan ketentraman
masyarakat khusunya mengenai pelaksanaan pengawasan dan penertiban
yang menjadi wewenang Satpol PP Kota Padang, secara umum sudah
cukup berjalan sesuai Standart Operasional prosedur yang ada. Hal ini
dikarenakan Satpol PP kota Padang sering melakukan operasi pengawasan
dan penertiban PKL dengan mengadakan patroli dan razia secara rutin
dengan memanfaatkan sarana dan prasarana penunjang serta pengiriman
personel untuk pendidikan dan pelatihan, selain itu juga didukung dari
koordinasi instansi/dinas terkait seperti Dinas Perhubungan. Namun
didalam implementasikan kebijakan masih perlu ditingkatkan karena
masih terdapat kendala-kendala internal maupun eksternal oleh personel
Satpol PP melaksanakan kebijakan tentang ketertiban umum dan
ketentraman masyarakat, sehingga perlu dilakukan perbaikan atau
peningkatan untuk mencapai hasil yang sempurna yaitu: (a) upaya dalam
mengatasi kurangnya jumlah personel dengan mengajukan penambahan
personel

kepada

pemerintah

kota,

(b)

upaya

dalam

mengatasi

minimnya/buruknya sarana dan prasarana dan Sumber Daya Manusia yang

masih lemah yaitu dengan mengajukan penambahan anggaran, (c) upaya


melakukan sosialisasi dan penyuluhan kepada PKL dan masyarakat dalam
bentuk penyuluhan langsung secara persuasif dan melalui media lainnya.
b. Adapun saran yang akan diberikan penulis terkait implementasi perda No
11 tahun 2005 tentang ketertiban umum dan ketentraman masyarakat
terhadap pelaksanaan pengawasan dan penertiban oleh Satpol PP khusunya
Pedagang Kaki Lima di Kota Padang yaitu : Satpol PP dapat
meningkatkan kinerja pengawasan dan penertiban lebih optimal lagi,
memperbanyak pengiriman personil Polisi Pamong Praja untuk pendidikan
dan pelatihan langsung secara persuasif dan melalui media lainnya.

Daftar Rujukan
Buku
Harbani,Pasolong. 2008. Teori Administrasi Publik. Bandung : Alfabeta
Hoogerwerf. 1983. Ilmu Pemerintahan. Jakarta : Erlangga
Miles dan Huberman. 1992. Analisis data kualitatif. Jakarta: UI Press
Rahmadani Yusran dkk. 2006. Buku Ajar (Kebijakan Publik). Padang : Fakultas
Ilmu ilmu Sosial
Sugiyono. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif, kuantitatif, dan R & D.
Bandung : Alfabeta
Peraturan Daerah
Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Ketertiban Umum
dan Ketentraman Masyarakat
Internet dan Media

Caroline. 2007. Evaluasi kebijakan pengelolaan pasar di kota Bandung,


Konsep-Kebijakan-Publik, http://www.scribd.com/doc/69774313/3,
diakses (14/03/012).
www.Padang Ekspres.com. Diakses (Minggu, 11/03/2012)

BIODATA PENULIS
Nama

: Roy Martin

Tempat/tanggal lahir : Sungai Rumbai, 17 Maret 1990


NIM/TM

: 02088/2008

Program Studi

: Ilmu Administrasi Negara

Fakultas

: Ilmu Sosial

IPK

: 3,02

Periode Wisuda

: September 2013

Nomor Telepon (HP) : 085297217395


E-mail

: Roymarbun@rocketmail.com

Alamat

: Jalan Patenggangan Perumahan Monang E7 ATB, Padang

Judul Skripsi

: Implementasi Perda Kota Padang No 11 Tahun 2005


Tentang Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat
(Studi Tentang Pengawasan dan Penertiban Oleh Satpol PP
Terhadap PKL )
: I Afriva khaidir, MAPA, Ph.D.

Pembimbing

II Drs. H. Muhardi Hasan, M.Pd.

Você também pode gostar