Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
askep
Classic
Beranda
DI
S
U
S
U
N
OLEH :
1.
Deni ariansyah
2.
Chairul saleh
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis mengucapkan kehadirat Allah SWT atas segalanya berkat limpahan
rahmatnya yang mana telah memberikan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan yang berjudul Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Kardiovascular
Hipertensi di Ruang Mengkudu RSUD Dr.RM Djoelham Binjai.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan baik dari segi
penulisan, isi dan juga penggunaan tata bahasa yang baik dalam penulisan laporan ilmiah ini.
Penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik dalam bantuan moril maupun
materil, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesarbesarnya kepada :
Akhir dengan rendah hati dan hanya kepada Allah SWT penulis berserah diri. Semoga laporan
karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya, semoga Allah
SWT memberi berkahnya bagi kita semua. Amiin
Binjai,
April 2012
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
UAN
:................................................................................................................ PENDAHUL
1.1.
Latar Belakang
1.2.
Ruang Lingkup Masalah
1.3.
ujuan Penulisan
1.3.1.
Umum
Tujuan
1.3.2.
Khusus
Tujuan
1.4.
Metode Penulisan
2.2.5... Evaluasi
TINJA
Riway
................................................................................................................................... 3.1.4
at kesehatan dahulu
Riway
................................................................................................................................... 3.1.5
at kesehatan keluarga
Riway
Data
BAB
AN
IV :................................................................................................................ PEMBAHAS
Kesimpulan
5.2.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Di Negara industri hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan utama. Di Indonesia
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang perlu diperbaikan oleh dokter yang bekerja pada
kesehatan primer, karena angka prevalensinya yang tinggi dan akibat jangka panjang yang di
timbulkannya. Berdasrkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu : Hipertensi primer,
yang tidak di ketahui penyebabnya atau diopatik, Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang
disebabkan oleh penyakit lain.
(Suyono, 2001, h 453)
Di Indonesia banyak penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang, tetapi hanya 4%,
yang merupaka hipertensi terkontrol. Privalensi 6-15% pada orang dewasa, 50% diantaranya
tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menjadi
hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor resikonya, dan 90%
merupakan hipertensi esensial. Hasil peneltian dari MONICA (multinational monitoring
kardiovascular diseases), angka kejadian di Indonesia berkisar 2-18% diberbagai daerah, jadi di
Indonesia saat ini kira-kira terdapat 20 juta orang penderita hipertensi.
(Weblog, ririns)
Penyakit jantung hipertensi ditegakan bila dapat dideteksi hipertrofi ventrikel kiri sebagai akibat
langsung dari peningkatan bertahap tahanan pembuluh ferifer dan beban aktif ventrikel kiri.
Faktor yang menentukan hipertrofi ventrikel kiri adalah derajat dan lamanya peningkatan
diastolik. Pengaruh faktor genetik disini lebih jelas.
(Mansjoer, 2001 : h 441)
Hipertensi biasanya dimulai diam-diam umumnya setelah usia 30 tahun atau 40 tahun.
Dalam kasus-kasus pencegahan, penyakit ini bisa dimulai lebih awal. Pada tahap awal,
tekanannya mungkin naik secara berkala, misalnya pada situasi stress biasanya, ketika
mengendarai mobil jarak jauh, dan kembali ke normal lebih lama dari biasanya. Atau tekanannya
mungkin hanya naik saat bekerja, tidak pada istirahat atau berlibur. Pada kasus-kasus seperti ini
kita membicarakan hipertensi labil. Atau jika angkanya terletak diatas kesasaran normal, kita
menyebutnya hipertensi perbatasan namun, jika angkanya diatas normal secara konsisten,
penyakitnya telah berkembang ketahap stabil hipertensi kronis bisa memiliki berbagai bentuk.
Contohnya sangat banyak, bahkan setiap rumah sakit mengetahui orang-orang muda dengan
tekanan darah yang sangat tinggi, dari 200/120 samapi 250-140.
(Hans p. wolf. 2006 : h 63)
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi
diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik) angka yang lebih rendah diperoleh pada saat
jantung berelaksasi (diastolik) tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg di defenisikan sebagai
normal pada tekanan darah tinggi bisanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik.
Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau keatas, diukur kedua lengan
iga dalam jangka beberapa minggu.
(weblog, Wikipedia-indonesia/)
1.2
Ruang lingkup
Dalam penulisan kasus ini penulisa akan mengambil kasus yaitu Asuhan Keperawatan pada
Tn.M dengan Gangguan Sistem Kardiovascular Hipertensi di Ruang Mengkudu di RSUD
DR.RM Djoelham Kota Binjai.
1.3
Tujuan Penulisan
1.3.1
Tujuan Umum
Untuk menerapkan dan mengetahui gambaran Asuan Keperawatan pada Tn.M dengan Gangguan
Sistem Kardiovasculer Hipertensi di ruang Mengkudu RSUD Dr. RM Djoelham kota binjai.
1.3.2
Tujuan Khusus
1.4
Metode Penelitian
Metode yang digunakan penulis dalam penulisan Karya Ilmiah ini adalah metode kognitif yang
metode ilmiah yang bersifat menggambarkan keadaan yang sebenarnya dan metode deskriptif
yang memaparkan pokok masalah yaitu dengan cara :
a.
Study kepustakaan
Yaitu dengan membaca dan mempelajari buku-buku yang mengacu dan berhubungan dengan
pembahasan yang dibahas pada kardiovascular hipertensi
b. Study kasus
Yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung atau melaksanakan asuhan keperawatan
langsung pada pasien melalui wawancara, observasi langsung dan dokumentasi.
-
Wawancara
Yaitu melakukan wawancara langsung pada pasien maupun pada kelurga pasien dan juga
perawat yang ada diruangan tersebut untuk memperoleh keterangan yang jelas, baik subjektif
maupun objektif.
-
Dokumentasi
Yaitu penulisan memperoleh data dari status pasien dan medical record.
BAB
II
TINJAUAN TEORITIS
2.1
Hipertensi
2.1.1
Definisi
Darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah seseorang berada
pada tingkatan diatas normal. Konsekwensi dan keadaan ini adalah timbulnya penyakit yang
menggangu tubuh penderita. Dalam penyakit hipertensi merupakan masalah kesehatan dan
memerlukan penanggulangan dengan baik. (Sudjaswandi : 2002. h 17)
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis dimana terjadi peningkatan
tekanan darah secara kronis (dalam jangka lama) penderita yang mempunyai sekurangkurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan
mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah tinggi adalah salah satu resiko untuk stroke,
serangan jantung, gagal jantung, dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis. (weblog,
wikipedia indonesia)
2.1.2
Anatomi Fisiologi
Sistem peredaran darah manusia terdiri atas jantung, pembuluh darah, dan saluran limfe.
Jantung merupakan organ penting yang memompa darah dan memelihara peredaran melalui
saluran tubuh.
Arteri membawa darah dari jantung
Vena membawa dara ke jantung
Kapiler menggabungkan arteri dan vena, terentang diantaranya dan merupakan jalan lalu
lintas antara makanan dan bahan buangan. Disini juga terjadi pertukaran gas dalam cairan ekstra
seluler atau intershil. Saluran limfe mengumpulkan, menggiring dan menyalurkan kembali ke
dalam limfenya yang dikeluarkan melalui dinaing kapiler halus untuk membersihkan jaringan.
Saluran limfe ini juga dapat dianggap menjadi bagian sistem peredaran.
Denyut arteri adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah dipompa keluar
jantung. Denyut ini mudah diraba ditempat arteri temporalis diatas tulang temporal atau arteri
dorsalis pedis di belokan mata kaki. Kecepatan denyut jantung dalam keadaan sehat berbedabeda, dipengaruhi penghidupan, pekerjaan, makanan, umur dan emosi. Irama dan denyut sesuai
dengan siklus jantung jumlah denyut jantung 70 berarti siklus jantung 70 kali per menit.
140
120
110
96-100
80-90
60-80
Tekanan Darah
Tekanan darah sangat penting dalam sirkulasi darah dan selalu diperlukan untuk daya
dorong yang mengalirkan darah didalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena sehingga darah
didalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena sehingga terbentuk aliran darah yang menetap.
Jantung bekerja sebagai pemompa darah dapat memindahkan darah dari pembuluh vena ke
pembuluh arteri. Pada sirkulasi tertutup aktivitas pompa jantug berlangsung dengan cara
mengadakan kontraksi dan relaksasi sehingga menimbulkan perubahan tekanan darah dan
sirkulasi darah. Pada tekanan darah didalam arteri kenaikan arteri pada puncaknya sekitar 120
mmHg tekanan ini disebut tekanan stroke. Kenaikan ini menyebabkan aorta mengalami distensi
sehingga tekanan didalamnya turun sedikit. Pada saat diastole ventrikel, tekanan aorta cenderung
menurun sampai dengan 80 mmHg. Tekanan ini dalam pemeriksaan disebut dengan tekanan
diastole.
Kecepatan Tekanan
Kecepatan aliran darah bergantung pada ukuran palung dari pembuluh darah. Darah
dalam aorta bergerak cepat, dalam arteri kecepatan berkurang dan sangat lambat pada kapiler,
dalam arteri kecepatan berkurang dan sangat lambat pada kapiler. Faktor lain yang membantu
aliran darah kejantung maupun gerakan otot kerangka mengeluarkan tekanan diatas vena,
gerakkan yang dihasilkan pernafasan dengan naik turunnya diafragma yang bekerja sebagai
pemopa, isapan yang dikeluarkan oleh atrium yang kosong sewaktu diastole menarik darah dari
vena dan tekanan darah arterial mendorong darah maju. Perubahan tekanan nadi pengaruhi oleh
faktor yang mempengaruhi tekanan darah, misalnya pengaruh usia dan penyakit arteriosklerosis.
Pada keadaan arteriosklorosis, olasitias pembuluh darah kurang bahkan menghilang sama sekali,
sehingga tekanan nadi meningkat.
Kecepatan aliran darah dibagian tengah dan pada bagian tepi (ferifer) yang dekat dengan
permukaan bagian dalam dinding arteri adalah sama, aliran bersifat sejajar yang konsentris
dengan arah yang sama jika dijumpai suatu aliran darah dalam arteri yang mengarah kesegala
jurusan sehingga memberikan gambaran aliran yang yang tidak lancer. Keadaan dapat terjadi
pada darah yang mengatur melalui bagian pembuluh darah yang mengalami sumbatan atau
vasokonstriksi. (Drs_H.Syaifuddin. 2006 : h 130)
2.1.3
Etiologi
Penyebab hipertensi lainnya adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kalenjar adrenal yang
menghasilkan hormone edinefrin (adrenalim) atau noredinefrin (noradrenalin) kegemukan
(obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas), stress, alkohol, atau garam dalam makanan bisa
memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang yang memiliki kenaikan yang diturunkan stress
cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu. Jika stress berlalu,
maka tekanan darah biasanya akan kembali normal. (Weblog, Wikipedia indonesia)
2.1.4
Patofisiologi
Pada stadium permulaan hipertensi hipertrofi yang terjadi adalah difusi (konsentik). Pada
masa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri. Pada stadium selanjutnya, karena penyakit
berlanjut terus, hipertrofi menjadi tak teratur dan akhirnya akibat terbatasnya aliran darah
koroner menjadi eksentrik, berkurangnya rasio antara masa dan volume jantung akibat
peningkatan volume diastolik akhir adalah khas pada jantung dengan hipertrofi eksentrik. Hal ini
diperlihatkan sebagai penurunan secara menyeluruh fungsi pompa (penurunan fraksieleksi)
penigkatan tegangan dinding ventrikel pada saat sistolik peningkatan konsumsi oksigen ke otot
jantung serta penurunan efek-efek mekanik pompa jantung. Diperburuk lagi bila disertai dengAn
penyakit dalam jantung koroner.
Walaupun tekanan perkusi koroner meningkat, tahanan pembumluh darah koroner juga
meningkat sehingga cadangan aliran darah koroner berkurang. Perubahan hemodinamik sirkulasi
koroner pada hipertensi berhubungan erat dengan derajat hipertrofi otot jantung.
Ada 2 faktor utama penyebab penurunan cadangan aliran darah koroner yaitu :
1. Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi otot polar dalam resitensi seluruh
badan. Kemudian terjadi valensi garam dan air mengakibatkan berkurangnya compliance
pembuluh ini dan meningkatnya tahanan perifer.
2. Peningkatan hipertrofi mengakibatkan berkurangnya kepadatan kapiler per unit otot jantung
bila timbul hipertrofi menjadi faktor utama pada stadium lanjut dan gambaran hemodinamik ini
Jadi faktor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat penyakit meskipun tampak
sebagai penyebab patologis yang utama dari gangguan aktivitas mekanik ventrikel kiri. (Arif
Manjoer. 2001 : h 441)
2.1.5
Pemeriksaan yang paling sederhana adalah palpasi hipertensi karateristik lama, untuk
bertambah bila terjadi dibatasi ventrikel kiri iktusikordis bergerak kiri bawah, pada kultasi Pasien
dengan hipertensi konsentri dapat ditemukan 5 bila sudah terjadi jantung didapatkan tanda-tanda
rusiensi mitra velature. (Arif Mansjoer. 2001 : h 442)
Pada stadium ini hipertensi, tampak tanda-tanda rangsangan sipatis yang diakibatkan
peningkatan aktivitas system neohormonal disertai hipertomia pada stadium, selanjutnya
mekanisme kopensasi pada otot jantung berupa hiperpeuti. (Arir Mansjoer. 2001 : h 442)
Gambaran klinis seperti sakit kepala adalah serta gejala gangguan fungsi distolik dan
peningkatan tekanan pengsien ventrikel walaupun fungsi distolik masih normal, bila berkembang
terus terjadi hipertensi eksentri dan akhirnya menjadi dilarasi ventrikel kemudian gejal banyak
datang. Stadium ini kadang kala disertai dengan sirkulasi ada cadangan aliran darah ovoner dan
makin membentuk kelaianan fungsi mekanik/pompa jantung yang selektif. (Mansjor, 2001 : h
442)
2.1.6
Komplikasi
Organ-organ tubuh sering terserang akibat hipertensi antara lain masa berupa pendarahan
vetria, bahkan gangguan pada penglihatan sampai kebutahan, gagal jantung, pecahnya darah
otak. (Arif Mansjoer, 2001)
2.1.7
Penatalaksanaan
2.1.8
Pencegahan
2.1.9
Pengobatan
Jenis-jenis pengobatan
Tindakan pengobatan supparat, sesuai anjuran dari natural cammitoe dictation evalution
treatmori of high blood preasure
a.
Kurangi alkohol
d. Menghentikan merokok
e.
Olaraga teratur
f.
Antoganis kalsium
f.
g. Vasodilatov
(Arif Mansjoer, 2001, 522)
Dilain pihak gaya hidup yang baik untuk menghindari terjangkitnya penyakit hipertensi dan
berbagai penyakit digeneratif lainnya.
Membiasakan bersikap dinamik seperti memilih menggunakan tangga dari pada limfa
Menjaga kestabilan BB
Menjauhkan dan menghindari stress dengan pendalaman angka sebagai salah satu upayahnya.
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum melakukan terapi bertujuan menentukan
adanya kerusakan organ dan faktor lain atau mencari penyebab hipertensi, biasanya diperiksa
unaralis darah perifer lengkap kemih darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa,
kolestrol total, kolestrol HDI, dan EKG).
Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain seperti klirens kreatinin protein urine 24
jam, asam urat, kolestrol LDL, TSH dan ekokardiografi.
(Mansjoer Arif,2000 : 49)
2.2
Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktek
keperawatan. Hal ini biasanya disebut sebagai suatu pendekatan problem solving yang
memerlukan ilmu teknik dan keterampilan interversional dan ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan klien.
(Iyert el, al, 1996)
2.2.1
Pengkajian
Tanda
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi ateros klerosis, penyakit jantung koroner / katup dan penyakit
screbiovakuolar, episode palpitasi, perpirasi.
Tanda : - Kenaikan TD (pengukuran serial dan kenaikan TD diperlukan untuk menaikkan
diagnosis
- Bunyi, jantung terdengar S2 pada dasar S3 (CHF dini) S4 (pengerasan vertikel kiri /
hipertrofi vertical kiri).
3. Integritas ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi eufuria atau jarah kronis (dapat
mengidentifikasi kerusakan serebral ) faktor-faktor inulhfel, hubungan keuangan yang berkaitan
dengan pekerjaan.
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontiniu perhatian, tangisan yang
meledak, gerak tangan empeti otot muka tegang (khususnya sekitar mata) gerakkan fisik cepat,
pernafasan mengelam peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal sakit ini atau yang lalu
5. Makanan/Cairan
Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak,
tinggi kolestrol, mual, muntah, perubahan berat badan (meningkatkan/menurun) riwayat
pengguna diuretik.
Tanda
- Kongestiva
- Glikosuria (hampir 10% hipertensi adalah diabetik).
6. Neurosensori
Gejala
: - Keluhan pening/pusing
- Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan
setelah beberapa jam)
- Episode kebas dan kelemahan pada satu sisi tubuh
- Gangguan penglihatan
- Episode epistaksis
Tanda : - Status mental perubahan keterjagaan orientasi, pola isi bicara, efek, proses fikir atau
memori.
7. Nyeri/Ketidak nyamanan
Gejala
: -
8. Pernapasan
Gejala
Tanda
: -
: -
Distres respirasi
Bunyi nafas tambahan
- Sianosis
9. Keamanan
Gejala
: -
Tanda
: -
10. Pembelajaran/Penyebab
Gejala :
2.2.2
Diagnosa Keperawatan
Curah jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap b/d peningkatan afterload, vasokontriksi,
iskemia miokardia, hipertrofi d/d tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala yang
menetapkan diagnosis aktual
Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler selebral d/d melaporkan tentang
nyeri berdenyut yang terletak pada regiu suboksipital. Terjadi pada saat bangun dan hilang secara
spontan setelah beberapa waktu
Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum d/d laporan verbal tentang kelebihan atau kelemahan
Nutrisi, perubahan lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan berlebihan dengan kebutuhan
merabolik d/d berat badan 10%-20% lebih dari ideal untuk tinggi dan bentuk tubuh
Koping, individual, infektif b/d krisis situasional/maturasional, perubahan hidup beragam d/d
menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi atau meminta bantuan
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana pengobatan b/d kurang
pengetahuan / daya ingat d/d menyatakan masalah, meminta informasi.
2.2.3
Perencanaan
Diagnosa keperawatan I
Curah jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap b/d peningkatan afterload, vasokontruksi,
iskemia miorkadia, hipertrofi b/d tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala yang
menetapkan diagnosis actual.
Intervensi :
Pantau TD
Catat keberadaan
Rasionalisasi
Dapat mengidentifikasi kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung
kronik
Adanya pucat, dingin, kulit, lembab dan masa pengisian kapiler lambat mungkin keterkaitan
dengan kosokentreksi atau mencerminkan kekomposisi/penurunan curah jantung
Diagnosa Keperawatan II
Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler selebral d/d melaporkan tentang
nyeri berdenyut yang terletak pada regium suboksipital. Terjadi pada saat bangun dan hilang
secara spontan setelah beberapa waktu.
Intervensi :
Rasionalisasi :
Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum b/d laporan verbal tentang kelebihan atau kelemahan.
Intervensi :
Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam dan
gula sesuai indikasi
Rasionalisasi :
Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dan yang memperlambat / memblok
respon simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komlikasinya
Aktifitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala adanya peningkatan
tekanan vaskuler serebral
Diagnosa IV
Nutrisi perubahan lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan berlebihan dengan kebutuhan
merabolik d/d berat badan 10%-20% lebih dari ideal untuk tinggi dan bentuk tubuh.
Intervensi :
Bantu pasien untuk mengidentifikasi sresor spesifik dan kemungkinan startegi untuk
mengatasinya
Rasionalisasi :
Kegemukan adalah resiko tambahan pada tekanan darah tinggi karena disproporsi antara
kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan dengan peningkatan masa tubuh
Diagnosa V
Intervensi :
Rasionalisasi :
Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang mengatasi hipertensi klanik
menginterasikan tetapi yang diharuskan ke dalam kehidupan sehari-hari
Manifestasi mekanisme koping maladaftif mungkin merupakan indicator yang ditekan dan
diketahui telah menjadi penentu utama TD distolik
Fokus perhatian pasien pada realitas situasi yang ada relative terhadap pandangan pasien
tentang apa yang diinginkan
Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistik untuk menghindari rasa yang
tidak menentu dan tidak berdaya.
Diagnosa keperawatan IV
Intervensi :
Rasionalisasi :
Bila pasien tidak menerima realities bahwa membutuhkan pengobatan kontinyu, maka
perubahan perilaku tidak akan dipertahanakan
Pemahaman bahwa TD tinggi dapat terjadi tanpa gejala adalah ini untuk memungkinkan
pasien melanjutkan pengobatan meskipun ketidak merasa sehat
Faktor-faktor ini telah menunjukkan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit
kardiovaskular
Nikotin meningkatakan pelepasan katekolomamin, mengakibatkan peningkatan frekwensi
jantung, TD fasokontriksi, mengurangi oksigenasi jaringan dan meningkatkan beban kerja
miokardium.
(Doengoes et al, 2001 : 41-49)
2.2.4
Implementasi
Diagnosa keperawatan I :
Memantau TD
Mencatat keberadaan
Diagnosa keperawatan II :
Membicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam
dan gula sesuai indikasi
Diagnosa keperawatan IV
Membantu pasien untuk mengidentifikasi stesor spesifik dan kemungkinan strategi untuk
mengatasinya
Diagnosa keperawatan V
Diagnosa keperawatan VI :
2.2.5
Evaluasi
Evaluasi adalah tahap terakhir proses keperawatan dengan cara menilai sejauh mana
tujuan diri rencana keperawatan tercapai atau tidak. (Aziz Alimul. 2009 : hi 12)
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini
dapat dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien
terhadap tindakan keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat mengambil keputusan:
1. Mengakhiri tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang ditetapkan)
2. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang lebih lama
untuk mencapai tujuan)
(lyer, at al, 1996)
Diagnosa I
Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal pasien
Diagnosa II
Diagnosa III
Diagnosa IV
Diagnosa V
Diagnosa VI
BAB
III
TINJAUAN KASUS
3.1
Pengkajian
3.1.1
Identitas Pasien
a.
Identitas Pengkajian
Nama
: Tn.M
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 60 Tahun
Status Perkawinan
Agama
Pendidikan
: Kawin
: Islam
: SMA
Pekerjaan
: Pensiun
Alamat
Tanggal Masuk
: 16 April 2012
No.Register
: 06-46-47
Ruangan/Kamar
: Mengkudu (K2B2)
Golongan Darah
: O
Tanggal Pengkajian
: 17 April 2012
Tanggal Operasi
: -
Diagnosa Keperawatan
: Hipertensi
b. Penanggung Jawab
Nama
: Tn.D
Pekerjaan
: PNS
Umur
: 25 Tahun
Alamat
3.1.2
Keluhan Utama
Pasien datang kerumah sakit, mengatakan kapala pusing, nyeri pada tungkai, sakit kepala
disertai leher terasa tegang dan kaku.
3.1.3
Pasien dirawat dirumah sakit umum Dr.Rm Djoelham di ruangn mengkudu dengan
keluhan kepala pusing, nyeri pada ulu hati, leher dan tengkuk terasa tegang, pasien mengatakan
sulit beraktivitas.
3.1.4
Pasien pernah dirawat dirumah sakit selama 4 hari pada tahun 1987 dengan kasus yang
sama, pasien dirawat dan diberi obat untuk proses penyembuhan
3.1.5
Riwayat kesehatan dari keluarga bahwa penyakit hipertensi yang diderita pasien adalah
faktor keturunan dari ibu karena sebelum pasien menderita hipertensi ibu pasien juga pernah
menderita hipertensi, ibu pasien meninggal dengan riwayat penyakit hipertensi.
3.1.6
Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Penderita / pasien
Dari keterangan genogram diatas orangtua pasien keduanya sudah meninggal, orang tua
laki-laki pasien meninggal karena terserang penyakit kanker hati, sedangkan ibu pasien
meninggal karena penyakit hipertensi, dari hasil perkawinan ke-2 orangtua pasien terdapat 10
jumlah saudara pasien, dari kesepuluh jumlah saudara kandung pasien tersebut dirinci sebagai
beriku : anak pertama perempuan, dan anak kedua perempuan, kedua anak perempuan tersebut
meninggal karena menderita penyakit kanker rahim. Kemudian anak ketiga laki-laki adalah
pasien yang menderita penyakit hipertensi yang dirawat dirumah sakit umum Dr.RM.Djoelham.
Anak keempat perempuan, anak kelima adalah laki-laki dan meninggal karena penyakit stroke,
anak keenam laki-laki, anak ketujuh laki-laki, anak kedelapan laki-laki, anak kesembilan lakilaki dan anak kesepuluh perempuan. Anak kesepuluh ini meninggal karena menderita penyakit
stroke.
Pasien menikah dan mempunyai tiga orang anak, yang pertama laki-laki yang sudah
menikah, anak kedua perempuan dan anak ketiga perempuan, mereka tinggal dalam satu rumah
terkecuali anak pertama yang sudah berumah tangga. Sementara riwayat sang istri pasien, kedua
orang tuanya itu sudah meninggal dan orang tua laki-laki dari istri meninggal dikarenakan
menderita penyakit kanker hati. Jumlah saudara istri pasien ada delapan, belum ada yang
meninggal dari delapan saudara pasien tersebut.
3.1.7
Pemeriksaan Fisik
TD
: 170/100 mmHg
Pols
: 90 x/i
RR
: 22 x/i
Temp : 350c
Keadaan umum
: Lemah
Penampilan
Kesadaran
: Compos mentis (conscious) yaitu kesadaran normal (dengan prevalensi
15) sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaannya
TB
: 178 cm
BB
: 94 Kg
Ciri Tubuh
: Gemuk
3.1.8
a.
Kepala
Bentuk kepala bulat, rambut hitam lurus kulit kepala bersih tidak terdapat ketombe
b. Penglihatan
Baik, tidak ada ikterus, konjungtiva tidak anemis pupil isokor dan slekta baik tidak dijumpai
c.
Penciuman
Bentuk dan posisi, anatomis tidak dijumpai kelainan dapat membedakan bau-bauan
d. Pendengaran
Pendengaran baik serumen ada dalam batas normal tidak ada dijumpai adanya peradangan dan
pendarahan
e.
Mulut
Tidak ada masalah pada rongga mulut, gigi bersih, tidak ada pendarahan maupun peradangan
f.
Pernafasan
Ekstremilasi
pasien mengatakan susah menggerakkan kedua kakinya dan pasien sulit beraktivitas, semua
aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat
j.
Pola Kebiasaan
1. Nutrisi
Sebelum masuk Rumah Sakit pola makan biasa 3 x 1 hari, makanan kesukaan yang berlemak,
sedangkan makanan pantangan tidak ada.
Sesudah masuk Rumah Sakit pola makan 3 x 1 hari. Porsi yang disajikan habis 1/3 porsi dengan
diet M2, pasien dilarang makan makanan yang banyak mengandung minyak dan lemak.
2. Eliminasi
BAB
BAK
3. Pola Istirahat
Sebelum masuk Rumah Sakit pasien tidur malam + 8 jam dan tidur siang + 1-2 jam,
Sesudah masuk Rumah Sakit tidur malam hanya + 2 jam pada siang hari pasientidak bisa tidur
karena suasana yang tidak tenang, kurang nyaman, sehingga klien tampak kusam dan pucat.
4. Pola Aktivitas
Pada aktivitas sebagai kepala rumah tangga yang tiap waktu sedikit dirumah dan jumlah jam
kerja yang tiada henti, istirahat yang hanya sebentar adanya hospitalisasi suasana dirumah sakit
tidak terlaksana optimal karena badrest
5. Personal Hygine
Sebelum masuk Rumah Sakit pasien mandi 3 x sehari, cuci rambut 2 hari sekali kulit kepala
bersih, sikat gigi 2 x sehari.
6. Therapy
Infus RL
: 20 gtt/i
Furosemide
: 1 amp/12 jam
Amlodepine
: 2 x 10 mg
Dulculax syrp
:3x1
Cotrimoxazole
: 3x4 80 mg
B.Laxadine
: 3x1
Ludios
: 2x1
Sohobion
: 2x1
3.1.9
Data Penunjang
Adapun data penunjang dapat dilihat dari hasil laboratoriun sebagai berikut :
No
Kimia Darah
Hasil
Normal
Unit
Bil.total
1,35
<1
Mg/dL
Bil.Direk
0,59
<0,25
Mg/Dl
SGOT
30,5
<37
U/I
SGPT
38,4
<40
U/I
Ureum
27,2
10-15
Mg/dL
Kreatinim
1,08
0,6-11
Mg/dL
Uric acid
3,4-70
Mg/dL
Cholesterol total
7,8
129
<200
Mg/dL
Mglyceride
<150
Mg/dL
10
HDL
>55
Mg/dL
11
LDL
<150
Mg/dL
No
Gula Darah
Hasil Normal
Puasa
75-115
2 Jam pp
<120
93
38
72
dd random
serologi
92
NO DATA
PENYEBAB
MASALAH
: 170/100 mmHg
Pols : 90 x/i
RR
: 22 x/i
Temp : 370C
2
Efek Hospitalisasi
kelemahan fisik
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d peningkatan tekanan darah d/d pasien tampak meringis kesakitan,
: 22 x/i
Temp : 370C
2. Gangguan pola nutrisi b/d perubahan jenis diet d/d Makanan yang di sajikan habis 1/3 porsi
3. Gangguan istirahat tidur b/d efek hospitalisasi d/d pasien tampak pucat, mata cekung, tidur malam + 2
: Tn.M
Umur
: 60 Tahun
Ruang
: Mengkudu
No.Reg
: 06-46-47
DIAGNOSA
NO DATA
KEPERAWATAN
DS: Pasien
mengatakan kepala
pusing, dan leher
terasa tegang.
: 170/100
Pols : 90 x/i
RR
: 22 x/i
Temp : 370C
TUJUAN
Gangguan rasa
Nyeri dan
nyaman nyeri b/d
pusing
peningkatan tekanan hilang
darah d/d pasien
tampak meringis
kesakitan, kondisi
badan lemah.
DO: : Px tampak
meringis kesakitan,
TD : 170/100
kondisi badan lemah mmHg
TD
mmHg
PERENCANAAN
Pols : 90 x/i
RR
: 22 x/i
Temp : 370C
IM
INTERVENSI
RASIONALISASI
Atur posisi
Dengan mengatur
semifowler pasien posisi semi fowler
pasien diharapkan
Berikan istirahat pasien merasa nyaman
yang cukup
Dengan memberikan
Anjurkan pasien istirahat yang cukup
untuk menghindari diharapkan rasa nyeri
makanan yang
pasien berkurang
mengandung
Dengan menghindari
garam
makanan yang
Kolaborasi
mengndung garam
dengan dokter
diharapkan dapat
dalam pemberian menghindari
obat
peningkatan tekanan
darah
Dengan
berkolaborasi dengan
dokter diharapkan
pasien mendapat
penanganan lebih
lanjut.
pas
istir
pas
men
mak
men
den
pem
Fur
amp
Am
10 m
DS: Pasien
mengatakan tidak
selera makan
Gangguan pola
Kebutuhan Beri makan
nutrisi b/d
nutrisi
pasien sedikit tapi
perubahan jenis diet terpenuhi
sering
d/d Makanan yang
Beri makanan
di sajikan habis 1/3
dalam keadaan
porsi
hangat
Makanan yang di
sajikan habis 1/3
porsi
Beri makanan
yang berpariasi
Dengan
memberikan makan
makan pasien sedikit
tapi sering
diharapkan pasien
mudah mencerna
makanan yang
dimakannya
Dengan
memberikan makanan
Beri penjelasan
dalam keadaan hangat
tentang manfaat
diharapkan dapat
makanan
menambah nafsu
makan pasien
M
mak
tapi
M
mak
han
M
mak
berp
M
pen
man
Dengan
memberikan makanan
yang berpariasi
diharapkan pasien tidak
bosan dengan makanan
yang disediakan
Dengan
memberikan penjelasan
makanan pada pasien,
agar pasien mengetahui
manfaat makanan
DS: Pasien
mengatakan susah
tidur
Beri pasien
ruangan yang
nyaman
Batasi jam
berkunjung
pasien ; pagi jam
10-12
Sore 16-17
Dengan memberikan M
pasien ruangan yang
pas
nyaman diharapkan
nya
pasien merasa nyaman
M
Dengan membatasi jam
jam berkunjung
B
diharapkan pasien
pen
dapat beristirahat
Dengan
tidur siang
Malam 19-21
Batasi jumlah
pengunjung
Hindari
keributan
membatasi jumlah
keri
pengunjung agar pasien
M
merasa tenang
tidu
hari
Dengan menghindari
keributan diharapkan
Rapikan tempat pasien dapat
tidur pasien
beristirahat dengan
nyaman
Dengan merapikan
tempat tidur pasien
setiap hari diharapkan
dapat meningkatkan
kenyamanan pasien
setiap hari
Ds : pasien
mengatakan kedua
kakinya susah
digerakkan
Gangguan pola
aktivitas
aktivitas b/d
pasien
kelemahan fisik d/d terpenuhi
pasien tampak susah
melakukan aktivitas,
Do : aktivitas paiens semua aktivitas
di bantu oleh
dibantu oleh
keluarga dan
keluarga dan
perawat
perawat
Bantu aktivitas
pasien
- Dengan
membantu pasien
untuk berativitas
me
pas
-
yan
fow
bara
dibu
Pasien dapat
BAB
IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan, yang penulis temukan dalam praktek
tentang kasus implementasi antara tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus di Rumah Sakit Umum
DR.RM.Djoelham Kota Binjai. Pada pembahasan ini penulis akan menguraikan mulai dari tahap
pengkajian sampai dengan evaluasi.
4.1
Pengkajian
4.2
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengumpulan data pada tahap pengkajian, maka ditemukan 3 diagnosa
keperawatan pada tinjauan kasus, sedangkan pada tinjauan teoritis ditemukan 6 diagnosa
keperawatan
1. Curah jantung, penurunan resiko tinggi terhadap b/d peningkatan after lood vasoontriksi,
iskemia miokardia, hipertrapi d/d tidak dapat diterapkan adanya tanda dan gejala yang
menetapkan diagnosa
2. Nyeri (akut) sakit kepala b/d peningkatan tekanan paskuler serebral d/d melaporkan tentang
nyeri berdenyut yang teletak region selebral terjadi pada saat bangun tidur dan tulangn secara
spontan
3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik d/d laporan verbal tentang keletian dan kelemahan
4. Nutrisi perubahan lebih dari kebutuhan tubuh d/d masukan berlebihan dengan kebutuhan
matabolik d/d berat badan 10-20% lebih dari ideal untuk tinggi dan bentuk tubuh
5. Koping individual, infektif b/d krisis situasional imaturrasional, perubahan hidup beragam
d/d menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi atau meminta bantuan
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi rencana pengobatan b/d kurang pengetahuan/daya
ingat d/d menyatakan masalah meminta informasi.
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d peningkatan tekanan darah d/d pasien tampak meringis kesakitan,
: 22 x/i
Temp : 370C
2. Gangguan pola nutrisi b/d perubahan jenis diet d/d Makanan yang di sajikan habis 1/3 porsi
3. Gangguan istirahat tidur b/d efek hospitalisasi d/d pasien tampak pucat, mata cekung, tidur malam + 2
perawat.
Adapun berbandingan antara diagnosa keperawatan menurut tinjauan teoritis yang tidak terdapat
pada tinjauan kasus
1. Curah jantung, penurunan resiko tinggi terhadap b/d peningkatan arteroid vasa kontriksi,
iskemia intruksi d/d tidak dapat diterapkan adanya tanda dan gejala yang menetapkan diagnosis
aktual. Ini tidak dijumpai pada tinjauan kasus karena px tidak ada penurunan resiko tinggi
terhadap curah jantung
2. Mekanisme koping b/d krisis situasional d/d ketidak nyamanan untuk mengatasi atau
meminta bantuan. Ini tidak dijumpai pada tinjauan kasus karena px mempunyai mekanisme
koping yang baik
3. Kurangnya pengetahuan mengenai rencana pengobatan b/d kognitif. Ini tidak baik dijumpai
pada tinjauan karena px memahami prosedur pengobatan yang diberikan oleh tim medis.
Sedangkan diagnosa keperawatan pada tinjauan kasus yang tidak ditemukan pada tinjauan
teoritis
1. Gangguan istirahat tidur b/d efek hospitalisasi d/d pasien tampak pucat, mata cekung, tidur malam + 4
4.3
Perencanaan
Merupakan lanjutan dari diagnose keperawatan dalam rangka mengatasi permasalahan yang
timbul, penulis menyusun satu perencanaan tindakan keperawatan agar asuhan keperawatan yang
diberikan dapat dilakasanakan lebih rasional dan benar-benar berkualitas sehingga kebutuhan px
dapat terpenuhi dengan optimal.
4.4
Pelaksanaan
Pada dasarnya dalam tahap pelaksanaan penulis tetap mengacu pada perencanaan yang
disusun sebelumnya dimana semua rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan baik tanpa
adanya kesulitan atau hambatan yang berarti. Hal ini dapat terlaksana dengan baik berkat adanya
kerja sama yang baik antara penulis dengan px, keluarga px dan tim medis juga tersedianya
fasilitas yang memadai.
4.5
Evaluasi
Merupakan proses pencapaian tujuan yang baik antara penulis dengan keluarga px, dokter dan
perawat ruangan, sehinigga hasil yang ditetapkan dapat diamati dengan jelas, disamping itu px
memberikan respon yang positif terhadap tindakan keperawatan yang diberikan oleh perawat.
BAB
5.1
Kesimpulan
Setelah penulis menguraikan tentang proses keperawatan pada pasien hipertensi yang
dirawat di Rumah Sakit Umum DR.RM. Djoelham Kota Binjai. Selanjutnya penulis akan
menguraikan kesimpulan dan saran untuk menguraikan mutu asuahan keperawatan pada klien
dengan hiperetensi.
Kesimpulan
- Penyakit hipertensi adalah tekanan darah sistolik < 140 mmHg dan tekanan distolik > 90
mmHg
- Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak di jumpai pada orang yang
lanjut usia
- Pada penerapan asuhan keperawatan pada kenyataannya hampir seluruhnya ada pada
tinjauan kasus
- Pada tahap evaluasi dan diagnosa keperawatan tertentu memerlukan tindakan keperawatan
dalam proses penyembuhan.
5.2
Saran
- Pendekatan yang baik pada pasien hendaknya dilakukan oleh semua tim kesehatan terutama
perawatan sehari-hari, hubungan yang dekat pasien agar pasien merasa diperhatikan
- Didalam proses keperawatan perlu adanya motivasi atau bimbingan dan perawat, berharap
px agar keperawatan berjalan efektif dengan menggunakan tujuan pelaksanaan dari tindakan
yang dibuat seperti hasil dari tujuan yang diberikan dengan bahasa yang sederhana dan mudah
dimengerti
- Catatan perawatan di dokumentasikan dengan menggunakan implementasi dan tindakan
tersebut
- Perlu adanya peningkatan kerjasama yang baik antara perawat dan keluarga pasien, tim
medis dalam proses keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
http://askep2013.blogspot.com/2013/04/askep-hipertensi.html