Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
JUDUL PENELITIAN
Judul penelitian ini adalah: Kesenian Tayub Khas Nganjuk
B. KATEGORI PENELITIAN DAN BIDANG ILMU
1. Kategori Penelitian
Kategori penelitian ini adalah Kategori I: Pengembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni, yaitu penelitian yang dilaksanakan dengan maksud untuk
memperkaya khasanah ilmu pengetahuan (body of knowledge) sebagai jawaban atas
pertanyaan mengapa (why).
2. Bidang Ilmu
Bidang ilmu penelitian ini adalah bidang seni yaitu kesenian Tayub yang ada di
wilayah Kabupaten Nganjuk.
C. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Tayub merupakan tari pergaulan, tari rakyat yang ditarikan pria dan wanita.
Penari wanita biasanya disebut dengan ledhek atau waranggana Tayub, sedangkan
penari pria disebut pengibing. Pertunjukan Tayub saat ini masih diminati
masyarakat, hal tersebut dapat dilihat dari antusias dan semangat masyarakat
daerah-daerah di Jawa bTimur bila mempunyai hajat mempergelarkan kesenian
Tayub. menyaksikan pertunjukan Tayub. Profesi waranggana Tayub juga masih
diminati terbukti dari pendidikan waranggana Tayub di Nganjuk tiap tahun selalu
mengadakan Gembyangan Isemacam wisuda) lulusannya. Selain itu pengibing
Tayub masih selalu membludak bila ada pergelaran kesenian Tayub, dan mereka
rela antri atau menunggu giliran mendapatkan sampur atau giliran mengibing/
menari bersama waranggana Tayub.
Tayub merupakan kesenian tradisional kerakyatan yang hidup secara turun
temurun. Kesenian Tayub hidup dan berkembang di daerah-daerah pedesaan yang
masyarakatnya berkehidupan sebagai petani. Seni Tayub Tayub merupakan bagian
dari seni tari, dari adat dan tayub berasal dari kata ditata (ta) dan ben guyub (yub)
yang artinya diatur agar tetap rukun bersahabat dengan rasa persaudaraan. Pada
kenyataannya diantara para waranggana Tayub dan para pengibing tanpa ada
persaingan dan tanpa ada aturan menari yang dibakukan namun tidak membatasi
kreatifitas penari masing-masing yang sesuai dengan iringan musik gamelan (alat
musik Jawa).
Diringi dengan gamelan, waranggana Tayub menari bersama para tamu
pengibing sambil menyanyikan tembang. Tembang adalah lagu-lagu tradisional
Jawa. Ada juga yang diambil dari lagu-lagu populer baik campur sari, pop, dangdut
bahkan rock dan sebagainya. Tentu saja iramanya dimodifikasi menjadi irama
gamelan. Memang pada jaman dulu, sekitar dua puluh tahunan yang lalu, ada
praktek yang kurang pantas pada pentas tayub. Yaitu tamu memberikan tips uang
kepada waranggana Tayub dengan cara dijejalkan ke dalam kembennya (kain
penutup dada) waranggana Tayub, yang berkonotasi menaruh uang pada
payudaranya. Namun sekarang hal tersebut sudah tidak ada lagi.
Begitu juga dengan praktek mabuk-mabukan. Namun, praktek demikian
sekarang sudah tidak ada lagi. Justru pada pentas tayub sekarang nampak lebih
aman teratur daripada pentas orkes dangdut. Pada pentas orkes dangdut di
kampung-kampung sering terjadi ekses berupa tawuran antar remaja, tawuran antar
geng. Namun pada pentas kesenian Tayub hal tersebut tidak ada. Lazimnya
Kesenian Tayub diselenggarakan pada acara hajatan pernikahan, sunatan dan
hajatan desa berupa nyadran atau bersih desa (bersih desa).
Di daerah Kabupaten Nganjuk kesenian Tayub masih sering dipergelarkan.
Kesenian Tayub di wilayah Kabupaten Nganjuk mempunyai cirri khas yang tidak
didapatkan pada kesenian Tayub di daerah lain diantaranya para pengibing
diwajibkan member tip kepada seluruh waranggana Tayub yang menari. Di tempat
lain biasanya pengibing hanya member tip kepada waranggana Tayub yang menjadi
favoritnya, atau meletakkan uang di nampan yang disediakan di dekat pengendang.
Gending untuk mengiringi kesenian Tayub juga mempunyai kekhasan sendiri.
Hal ini sangat menarik untuk di teliti, karena sepengetahuan peneliti kesenian
Tayub khas Nganjuk ini belum pernah diteliti. Pendekatan penelitian yang paling
sesuai adalah pendekatan kualitatif.
2. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Bentuk kesenian Tayub yang ada di wilayah Kabupaten Nganjuk.
2. Fungsi kesenian Tayub yang ada di wilayah Kabupaten Nganjuk.
3. Makna kesenian Tayub yang ada di wilayah Kabupaten Nganjuk.
3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan secara tertulis dengan disertai
dengan data-data tentang:
1. Bentuk kesenian Tayub yang ada di wilayah Kabupaten Nganjuk.
2. Fungsi kesenian Tayub yang ada di wilayah Kabupaten Nganjuk.
diperburuk ulah para penari pria atau penonton. Dulu, para penari ini biasa
memberi sawer dengan cara memasukkannya ke kemben atau kain penutup
dada. Dengan demikian muncul kesan bahwa penayub itu murahan. Tetapi, di
era sekarang hal semacam itu sudah amat jarang terjadi.
Seni pertunjukan Tayub merupakan pertunjukan seni yang diadakan untuk
ungkapan rasa syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa melalui media sedekah
bumi (bersih desa), ataupun pada saat masayrakat punya hajat yang biasannya
diselenggarakan pada saat musim panen. Unsur yang tidak bisa dipindahkan dari
seni pertunjukan langgeng tayub adalah:
1) Waranngana Tayub (Sindhir): Penari putri yang mengawali acara dengan
jogged gambyong, sampai selesai pertunjukan
2) Pramugari: Orang yang mengatur jalannya pertunjukan.
3) Pengibing: Tamu yang mengikuti jogged bersama denga waranggana
4) Pengrawit : Orang yang menabuh (memainkan) gamelan.
5) Gending (lagu) eling-eling adalah gending pakem pedayangan sebagai awal
pertunjukan yanh merupkan symbol dalam keprasahan kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan menghormati leluhur-leluhur yang ada di suatu wilayah.
Di daerah Sragen setelah selesai pendenyagan rangkaian acara dilanjutkan
pramugari ngedhok (Joged) dengan gending ayak, mulai mengatur pengibing
yang di awali dari tuan rumah/tali waris semua tamu yang hadir kemudia n
semua tamu yang hadir sampai acara selesai.
b. Menepis Kesan Miring
Kesan miring para penari tayub, dahulu memang sangat terasa. Namun
seiring dengan perkembangan jaman,
tersebut kian lama kian menipis. Bahkan sekarang ini kebiasaan negatif 3C
pada tayub tidak pernah ada, ungkap Suparno. Pakaian yang dikenakan para
penari pun seiring perjalanan waktu, juga mengalami pergeseran. Kalau dulu
pakaian yang dikenakan penari, biasanya hanya mengenakan kemben sebatas
dada. Saat ini tampak lebih sopan. Pakaian yang dikenakan tidak ubahnya
seperti pakaian wanita adat Jawa kebanyakan.
c. Tolak Image Negatif
Image negatif yang melekat pada para penari tayub ini ditepis oleh para
penari tayub. Menurut Juniati (27), salah seorang penari Tayub asal Jenar, dilihat
dari pakaiannya saja penari tayub jauh lebih sopan dibandingkan penyanyi
dangdut atau campur sari. Pakaian penari tayub sekarang sudah jauh berbeda
dengan penari tayub dijaman dulu. Sementara para penyanyi dangdut ataupun
penyanyi campursari yang
mengenakan pakaian yang seksi. Para penari Tayubpun juga tidak rela bila
akan dapat
e. Nilai Agamis
Tayub juga diyakini memiliki kandungan nilai agamis. Hal itu terjadi
pada abad XV, ketika tayub digunakan sebagai media syiar agama Islam di
pesisir utara Jawa oleh tokoh agama Abdul Guyer Bilahi, yang selalu mengawali
pagelaran ayub dengan dzikir untuk mengagungkan asma Allah. Budaya
kejawen penganut paham tasawuf menilai tayub kaya kandungan filosofis akan
gambaran jati diri manusia lengkap dengan anasir keempat nafsunya. Dalam
tarian itu selalu ada penari pria yang menjadi tokoh sentral, sebagai visualisasi
keberadaan Mulhimah. Kemudian dilengkapi dengan empat penari pria
pendamping, yang disebut sebagai pelarih, sebagai penggambaran anasir empat
nafsu manusia, terdiri atas aluamah (hitam), amarah (merah), sufiah (kuning)
dan mutmainah (putih).
Poedjosiswoyo, selain itu pemeran penari tledhek wanita sebagai
penggambaran dari cita-cita keselarasan hidup yang diidamkan manusia. Yang
inti kesimpulannya, untuk meraih cita-cita, harus terlebih dahulu mampu
mengendalikan anasir empat nafsu. Yang ini identik dengan pakem wayang
lakon Harjuno Wiwoho-Dewi Suprobo (N.Hart Humas Sragen).
2. Penelitian Sebelumnya tentang Tayub
a. Penelitian Bagus Tri Wulansari, tahun 2006 dalam bentuk tesis S2 Pendidikan
Seni PPs Universitas Negeri Semarang dengan judul: Seni Pertunjukan Tayub
Sebagai Tari Pergaulan (Kajian Pada Pengibing Di Desa Pelem Kecamatan
Gabus Kabupaten Grobongan). Garis besar isinya adalah: Tari Tayub
merupakan tari pergaulan, tari rakyat yang ditarikan pria dan wanita. Penari
wanita biasanya disebut dengan ledhek sedangkan penari pria disebut
pengibing. Pertunjukan Tayub saat ini masih diminati masyarakat, hal tersebut
dapat dilihat dari antusias dan semangat penduduk dalam menyaksikan
pertunjukan Tayub. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap pengibing
terhadap pertunjukan Tayub di Desa Pelem Kecamatan Gabus Kabupaten
Grobogan dan mengetahui motivasi pengibing menari bersama penari Tayub.
Ada bermacam-macam sikap pengibing terhadap pertunjukkan Tayub. Secara
garis besar sikap pengibing terhadap pertunjukkan Tayub di Desa Pelem dapat
dibedakan menjadi beberapa hal antara lain; Pengibing senang dengan
pertunjukan Tayub, Pengibing tidak merasa malu dalam menari, Pengibing
mampu menunjukan sikap aktif, Pengibing setia menanti dan tidak bosan
menunggu giliran untuk menari bersama ledhek, dan pengibing tidak marah
bila tidak kebagian sampur. Ada beberapa hal yang memotivasi pengibing
untuk mengibing dalam pertunjukkan Tayub di desa Pelem. Motivasi pengibing
untuk mengibing dalam pertunjukkan Tayub dapat dibedakan menjadi dua
kategori yaitu faktor intern atau faktor yang berasal dari dalam diri Pengibing
itu sendiri dan faktor ekstern atau faktor yang berasal dari luar diri pengibing.
Faktor intern meliputi; pengalaman dan sex, sedangkan faktor ekstern meliputi;
penari, adatistiadat, lingkungan dan iringannya. Berdasarkan hasil penelitian
peneliti memberi saran agar pemerintah hendaknya melakukan pembinaan
terhadap pertunjukkan Tayub, supaya pertunjukan Tayub dapat terjaga
kelestariannya.
b. Penelitian Aguswati,
c.
d. Penelitian
dengan judul: Fungsi Ritual, Sosial dan Politik Seni Tayub dalam Kehidupan
Masyarakat Di Desa Ngadiboyo Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk yang
garis besar hasilnya adalah: (1) Pelaksanaan seni tayub di Desa Ngadiboyo
Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk ada tiga bentuk pelaksanaan seni tayub
yaitu: a) Pelaksanaan dalam kerangka ritual bersih desa, b) pelaksanaan seni
tayub dalam kerangka hiburan(pernikahan, khitanan), c) pelaksanaan dalam
kerangka politik. (2) Fungsi ritual, sosial dan politik seni tayub dalam
kehidupan masyarakat di Desa Ngadiboyo Kecamatan Rejoso Kabupaten
Nganjuk ada tiga fungsi yaitu : a) fungsi seni tayub sebagai sarana ritual dan
kesuburan, b) Fungsi seni tayub sebagai hiburan pagelaran(sosial), dan c)
fungsi seni tayub sebagai media politik.
e. Penelitian Susana Kurniawati, 2005. Dalam bentuk skripsi S1 Pendidikan
Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang, dengan
judul: Mitos Tayub dalam Upacara Ritual Nguras Sendang Dusun Mrayun Desa
Termas Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan. Hasil penelitian
adalah: Tayub dalam upacara Nguras Sendang adalah cerita rakyat legendaris
atau tradisional tentang keberadaan tarian yang dilakukan oleh laki-laki dan
perempuan dengan diiringi gamelan dan tembang dalam sebuah upacara
ritual Nguras Sendang. Oleh masyarakat setempat, cerita ini dianggap sebagai
ceritayang benar-benar terjadi dan dianggap suci, sekaligus sebagai cerita yang
mengukuhkan.
Sendang
Penganten
sebagai
tempat
keramat,
karena
masyarakat
secara
turun-temurun.
Bahwa,
mitos
tayub
dalam
(ritual), fungsi hiburan, fungsi sarana pencari nafkah, fungsi sosial, fungsi
pelestarian budaya, fungsi prestis dan pelepas nadzar.
g. Penelitian Agung Hariyanto, denga judul: Makna Kesenian Langen Tayub Bagi
Remaja Anggota Paguyuban Kerawitan Setyo Budoyo (Studi Di Desa Wangi,
Kecamatan Jatirogo, Kabupaten Tuban), yang hasilnya adalah: Di Kabupaten
Tuban Tayub banyak menarik perhatian dari semua kalangan baik muda
maupun tua, laki-laki maupun perempuan. Bahkan para remaja pun sudah
menggemari seni budaya Langen Tayub sehinggan secara tidak langsung
Langen Tayub membawa dampak perubahan kehidupan masyarakat serta
remajanya, khususnya masyarakat Desa Wangi baik itu dampak ekonomi
maupun sosial budaya. Langen Tayub dapat mengajak para remaja untuk lebih
mendekatkan diri pada Sang Pencipta serta menghormati budaya sakral yang
ada di daerahnya masing-masing untuk melestarikan budaya peninggalan nenek
moyang kita. Serta mengajak generasi remaja untuk mendekatkan diri pada
Sang Pencipta. Seni budaya Langen Tayub juga bisa meningkatkan potensi
wisata budaya yang akhirnya dapat merubah potensi pertumbuhan ekonomi
masyarakat Tuban, khususnya masyarakat dan remaja Desa Wangi untuk
meningkatkan kesejahteraan hidup.
h. Penelitian Anik Juwariyah, Setyo Yanuartuti, Bambang Sugito, dosen
Sendratasik FBS Unesa tahun 1999 dengan judul: Studi perbandingan kesenian
langen tayub pada beberapa etnis kebudayaan di Jawa Timur.
i. Penelitian Diah Ayu Kumala Dewi, tahun 2010, Skripsi, Jurusan Seni dan
Desain, Program Pendidikan Seni Tari, Fakultas Sastra Universitas Negeri
Malang, dengan judul: Kesenian Tayub di Desa Bener Kecamatan Saradan
Kabupaten Madiun (Kajian Fungsi Dalam Komunikasi Etika Moral Pandangan
Ulama di Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun. Garis besar hasilnya adalah:
(1) Kesenian Tayub di desa bener difungsikan sebagai hiburan dan upacara
bersih desa yang dipercaya bisa mendatangkan berkah (2) Ulama menyatakan
bahwa di dalam agama Islam diperbolehkan menari asal tidak menyimpang
dari ajaran agama, seperti tari saman, dll. (3) Penari lelaki dan penari
perempuan tidak diperbolehkan menari bersama, kecuai muhrimnya (4)
Kesenian Tayub yang difungsikan sebagai upacara ritual dan hiburan dipandang
ulama kurang layak, karena menyimpang dari ajaran agama, seperti minumminuman keras, sawer-menyawer dll (5) Para pengguna Kesenian Tayub tetap
ingin melestarikan, karena Kesenian Tayub adalah seni yang indah dan
dipercaya masyarakat setempat bisa memberi berkah dalam acara bersih desa.
(6) Para pengguna Kesenian Tayub berupaya untuk mengemas kesenian tayub
menjadi sebaik mungkin agar kesenian tersebut sesuai dengan etika moral dan
bisa diterima dengan baik oleh semua pihak.
j. Penelitian Retnayu Prasetyanti; Enie Wahyuning Handayani, tahun 2003,
dengan judul:
triangulasi sumber, yaitu untuk mendapatkan data yang sama menggunakan sumber
lebih dari satu/berbeda; triangulasi metode, yaitu untuk mendapatkan data yang
sama digunakan lebih dari satu metode, triangulasi waktu, yaitu mengadakan
observasi dengan waktu yang berbeda dengan harapan dapat memahami apakah
ada perbedaan pergelaran kesenian Tayub dalam kurun waktu yang berbeda.
8. Teknik Analisis Data
Analisis data menggunakan analisis domain yang meliputi domain-domain:
a. Domain jenis (strictinclution), untuk menganalisis data tentang jenis panggung,
jenis busana waranggana tayub, jenis busana pengrawit, jenis pengibing, jenis
perlengkapan dan penunjang yang ada pada pergelaran kesenian Tayub.
b. Domain ruang (statial), untuk menganalisis ruang panggung, ruang karawitan,
ruang rias dan busana waranggana kesenia Tayub.
c. Domain sebab-akibat (cause-effect), untuk menganalisis data tenytang akibat
yang ditimbulkan oleh gending iringan tertentu terhadap tingkah laku
pengibing dalam menari, dan akibat yang ditimbulkan setelah pengibing mabuk
minuman keras.
d. Domain rasional atau alas an (rationale), untuk menganalisis alasan
waranggana tayub menekuni profesinya, alasan pengibing mengikuti pergelaran
kesenian Tayub.
e. Domain lokasi untuk melakukan sesuatu (location for action), untuk
menganalisis lokasi tempat diselenggarakannya kesenian Tayub dan sekitarnya.
f. Domain cara ke tujuan (mean-end), untuk menganalisis tentang cara pengibing
member uang waranggana, cara pramugari tayub membagi sampur kepada
pengibing, cara pramugari tayub/waranggana menyajikan minuman keras, cara
pengibing meminta gending iringan untuk menari.
g. Domain fungsi (function), untuk menganalisis fungsi seni, fungsi sosial, fungsi
ekonomi, fungsi politik, fungsi pendidikan, fungsi religious, fungsi penegakan
nilai, norma, etika, dan estetika kesenian Tayub.
h. Domain urutan (sequence), untuk menganalisis tentang urutan dan struktur
pergelaran kesenian Tayub.
i. Domain atribut atau karakteristik (atribution), untuk menganalisis karakteristik
tari, karakteristik gending, karakteristik busana, yang ada pada kesenian Tayub.
j. Domain makna (meaning), untuk menganalisis makna gerak tari, makna
gendhing iringan, makna perlengkapan pendukung, baik makna maknawi
maupun makna simbolis yang ada pada kesenian Tayub.
F. GAMBARAN LUARAN PENELITIAN
Luaran penelitian tentang kesenian Tayub khas Nganjuk ini berupa:
1. Laporan penelitian tentang bentuk, fungsi, dan makna kesenian Tayub khas
Nganjuk yang dapat menambah pustaka tentang kesenian tradisi daerah khususnya
kesenian Tayub, dan dapat dijadikan bahan ajar di Jurusan Pendidikan Sendratasik
FBS Unesa, atau dapat diterbitkan sebagai buku.
2. Artikel ilmiah yang dapat dimasukkan ke dalam jurnal ilmiah local, nasional,
maupun internasional.
G. PERSONALIA PENELITIAN
1. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap dan Gelar
b. NIM/Angkatan
c. Alamat
d. No. HP
e. Fakultas/Program Studi
f. Waktu untuk penelitian ini
2. Anggota Peneliti
a. Nama Lengkap dan Gelar
b. NIM/Angkatan
c. Alamat
d. No. HP
e. Fakultas/Program Studi
f. Waktu untuk penelitian ini
: Aziz Prasetya
: 1023344565
: Ds. Watudandang Kec. Prambon Nganjuk
: 081368786554
: FBS/Pendidikan Sendratasik
: 8 jam/minggu
Kegiatan
Penyusunan Proposal
Pengumpulan Data
3.
Analisis Data
4.
5.
6.
7.
8.
Bulan ke
3
4
5
xxx
x
xxx
x
xxx
x
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxx
x
xxx
x
xxx
x
xxx
x
xx
x
xx
x
x
Kebutuhan
Penyusunan Proposal
Transport pengumpulan data 2 orang 6X
Penginapan pengumpulan data 6 X
Analisis data
Tinta printer
Kertas dan alat tulis kantor (ATK)
Penyusunan laporan penelitian
Penggandaan laporan penelitian
Biaya
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
250.000,00
100.000,00
200.000,00
500.000,00
250.000,00
200.000,00
100.000,00
200.000,00
Jumlah
Rp. 200.000,00
Rp. 1.200.000,00
Rp. 1.200.000,00
Rp. 500.000,00
Rp. 200.000,00
Rp. 200.000,00
Rp. 100.000,00
Rp. 200.000,00
Rp. 3.800.000,00
(Tiga Juta Delapan
Ratus Ribu Rupiah)
J. DAFTAR PUSTAKA
Cassirer, Ernst. 1987. Manusia dan Kebudayaan; Sebuah Esei tentang Manusia
(Judul Asli: An Essay on Man). diIndonesiakan Alois A. Nugraoho,
Jakarta: Gramedia.
Edi sedyawati. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan.
http://jurnal.filsafat.ugm.ac.id/index.php/jf/article/viewFile/19/16
Hughes-Freeland, F. 1990. Tayuban: Kebudayaan Tersisih. dalam CITRA YOGYA,
No. 13/TH. III (Januari-Pebruari 1990), hal. 33-52.
Langer, Susanne. K. 1976. Philosophy in A New Key. A Study in The Symbolism of
Reason, Rite & Art. Third Edition. Cambridge: Harvard Univ. Press.
Soedarsono, RM. 1985a. Peranan Seni Budaya dalam Sejarah Kehidupan Manusia.
Kontinuitas dan Perubahannya. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar
pada Fakultas Sastra UGM. Yogyakarta, 9 Oktober 1985.
Soedarsono, RM. 1985b. Pola Kehidupan Seni Pertunjukan Masyarakat Pedesaan.
Djoko Suryo dkk. (eds.). dalam Gaya Hidup Masyarakat Jawa di
Pedesaan. Pola Kehidupan Sosial-Ekonomi dan Budaya,Departemen P
dan K. Yogyakarta, hal. 47-105.
Soedarsono, RM. 1991. Tayub di Akhir Abad ke-20. Soedarsono SP (ed.), dalam
Beberapa Catatan tentang Perkembangan Kesenian Kita. BP ISI
Yogyakarta. Yogyakarta, hal. 33-52.
Soedarsono, RM. 1992. Traditional Performing Arts in Indonesia. Makalah,
Disampaikan dalam International Meeting On The Establishment Of A
Unesco Video Collection Of Traditional Performing Arts. Yogyakarta, 2128 September 1992.
Tabloid Online, tayub Bagian Humas & Protokol Setda Sragen. Jl. Raya Sukowati
255 Sragen Email: humassragen@yahoo.com Web Development by
N.Hart.
Van Peuersen, CA. 1976, Strategi Kebudayaan. (Judul Asli: Cultuur in
Stroomversnelling -- Een Gegheel Bewerkte uitgave van Strategie van de
Cultuur). diIndonesiakan oleh Dick Hartoko. Yogyakarta: Kanisius.
K. LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Daftar Riwayat Hidup Ketua Peneliti