Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem perkemihan terdiri dari organ ginjal, ureter, vesika urinaria (kandung kemih)
dan uretra membentuk sistem urinarius. Fungsi utama ginjal adalah mengatur cairan serta
elektrolit dan komposisi asam- basa cairan tubuh, mengeluarkan produk akhir metabolic
dari dalam darah, dan mengatur tekanan darah. Urine yang terbentuk sebagai hasil dari
proses ini diangkut dari ginjal melalui ureter kedalam kandung kemih tempat urine
tersebut disimpan untuk sementara waktu. Pada saat urinasi kandung kemih berkontraksi
dan urine akan di ekskresikan dari tubuh lewat uretra ( Smeltzer, 2001 ).
Namun, fungsi masing-masing organ dari sistem perkemihan tersebut tidak luput dari
suatu masalah atau abnormal. Sehingga hal ini dapat menimbulkan beberapa penyakit
atau gangguan salah satunya berupa sindrom nefrotik.
Sindrom nefrotik adalah suatu kumpulan gejala gangguan klinis, meliputi proteinuria
masif > 3,5 gr/hr, hipoalbuminemia, edema, hiperlipidemia. Manifestasi dari keempat
kondisi tersebut yang sangat merusak membran kapiler glomerulus dan menyebabkan
peningkatan permeabilitas glomerulus (Muttaqin, 2011).
Penyebab yang pasti belum diketahui, umumnya dibagi menjadi; sindrom nefrotik
bawaan diturunkan sebagai resesif autosom atau karena reaksi fetomaternal; sindrom
nefrotik skunder, disebabkan oleh parasit malaria, penyakit kolagen, glomerulonefritis
akut, glumerulonefritis kronik, trombosis vena renalis, bahan kimia (trimetadion,
pradion,penisilamin, garam emas, raksa), dan lain-lain; sindrom nefrotik idopatik.(Arif
mansjoer, 2001).
Menurut penelitian terdapat perbedaan bentuk Sindrom nefrotik di Indonesia (Negara
tropis) dan Negara maju. Di Negara maju umumnya sindroma nefrotik jenis kelainan
minimal; pada Sindrom nefrotik terletak pada tubulus dan glomerulus tidak mengalami
gangguan fungsi. Di Indonesia, umumnya jenis Sindrom nefrotik bukan kelainan minimal
yang menurut dugaan penelitian disebabkan karena berbagai infeksi yang pernah diderita
pasien atau gangguan gizi (malnutrisi) pada waktu lampau, kekurangan gizi menyebabkan
menurunnya daya tahan tubuh sehingga pasien mudah mendapat infeksi yang merupakan
salah satu pencetus dari Sindrom nefrotik bukan kelainan minimal tersebut (Cecily L.Betz
dan Linda A, Sowden, 2002).
Dari data studi dan epidemiologis tentang Sindrom nefrotik di Indonesia belum ada,
namun di luar negeri yaitu Amerika serikat Sindrom nefrotik merupakan salah satu
penyebab gagal ginjal kronik dan merupakan masalah kesehatan yang utama dengan
jumlah penderita mencapai 225 orang pertahun (11,86 %), dari 2150 orang orang yang
berobat kerumah sakit (www.compas.com). Berdasarkan data yang penulis dapatkan dari
register di Ruang Penyakit Dalam Wanita Badan Pelayan Kesehatan Rumah Sakit Umum
Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh didapatkan seluruh pasien yang dirawat inap dari bulan
Mei 2005 sampai dengan Desember 2005 berjumlah 332 orang dan yang menderita
Sindrom nefrotik 2 orang atau (0,6 %).
Maka dari kasus yang muncul tersebut, disini peran perawat dibutuhkan sebagai
bagian integral dari pelayanan kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan Sindrom nefrotik, dimana berperan secara mandiri dan kolaboratif dalam
melaksanakan asuhan keperawatan, misalnya dengan mendorong dan memberi support
pada anggota keluarga untuk ikut serta merawat penderita baik di Rumah Sakit maupun
setelah pasien pulang dari Rumah Sakit, dan mendeteksi secara dini tentang keluhankeluhan penderita, yang tidak lepas dari usaha promotif dan preventif serta usaha kuratif,
rehabilitatif yaitu setelah pasien pulang dari Rumah Sakit.
Melihat kompleksnya masalah tersebut, maka untuk kasus kelolaan kelompok
diangkatlah tentang Aplikasi Proses Keperawatan pada An. A Usia 2 Tahun dengan
Sindrom Nefrotik di Ruang Aisyah Anak BLUD RS Sekarwangi.
B. Rumusan Masalah
a. Konsep asuhan keperawatan pada anak dengan Sindrom Nefrotik
b. Aplikasi Proses Keperawatan pada An. A Usia 2 Tahun dengan Sindrom Nefrotik di
Ruang Aisyah Anak BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi
C. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan Aplikasi Proses Keperawatan pada An. A Usia 2 Tahun dengan
Sindrom Nefrotik di Ruang Aisyah Anak BLUD RS Sekarwangi Kabupaten
Sukabumi, kelompok dapat mamahami konsep dan aplikasi perawatan pada anak
dengan Nefrotik Sindrom.
b. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan Aplikasi Proses Keperawatan pada An. A Usia 2 Tahun dengan
Sindrom Nefrotik di Ruang Aisyah Anak BLUD RS Sekarwangi Kabupaten
Sukabumi, kelompok diharapkan dapat :
2
dan
membuat
catatan
perkembangan
yang
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Sindrom Nefrotik
Sindroma nefrotik adalah status klinis yang ditandai dengan peningkatan
permeabilitas membrane glomerolus terhadap protein, yang mengakibatkan kehilangan
protein urinarius yang massif (Wong, Donna. L. 2003. Pedoman Klinis Perawatan
Pediatrik Ed. 4). Sindroma nefrotik merupakan keadaan klinis yang meliputi proteinuria
massif, hipoalbuminemia, hiperlipemia, dan edema (Wong, Buku Ajar Keperawatan
Pediatrik Vol. 2). Sindroma nefrotik ditandai oleh proteinurea massif, hipoalbuminemia,
3
edema, dan hiperlipidemia. Insiden tertinggi pada usia 3-4 tahun, rasio lelaki dan
perempuan 2:1 (Kapita Selekta Kedokteran jilid 2.fkui,2000) Sindroma nefrotik
merupakan kumpulan gejala yang disebabkn oleh adanya injury glomerular yang terjadi
pada anak dengan karakteristik proteinuria, hypoproteinuria, hypoalbuminemia,
hyperlipidemia dan edema (Suriadi & Rita Yulianni,2001).
B. Anatomi Fisiologi
Ginjal merupakan salah satu bagian saluran kemih yang terletak retroperitoneal
dengan panjang lebih kurang 11-12 cm, disamping kiri kanan vertebra. Pada umumnya,
ginjal kanan lebih rendah dari ginjal kiri oleh karena adanya hepar dan lebih dekat ke
garis tengah tubuh. Batas atas ginjal kiri setinggi batas atas vertebra thorakalis XII dan
batas bawah ginjal setinggi batas bawah vertebra lumbalis III.
Parenkim ginjal terdiri atas korteks dan medula. Medula terdiri atas piramid-piramid
yang berjumlah kira-kira 8-18 buah, rata-rata 12 buah. Tiap-tiap piramid dipisahkan oleh
kolumna bertini. Dasar piramid ini ditutup oleh korteks, sedang puncaknya (papilla
marginalis) menonjol ke dalam kaliks minor. Beberapa kaliks minor bersatu menjadi
kaliks mayor yang berjumlah 2 atau 3 ditiap ginjal. Kaliks mayor/minor ini bersatu
menjadi pelvis renalis dan di pelvis renalis inilah keluar ureter.
Korteks sendiri terdiri atas glomeruli dan tubuli, sedangkan pada medula hanya
terdapat tubuli. Glomeruli dari tubuli ini akan membentuk Nefron. Satu unit nefron terdiri
dari glomerolus, tubulus proksimal, loop of henle, tubulus distal (kadang-kadang
dimasukkan pula duktus koligentes). Tiap ginjal mempunyai lebih kurang 1,5-2 juta
nefron berarti pula lebih kurang 1,5-2 juta glomeruli.
Ginjal berfungsi sebagai salah satu alat ekskresi yang sangat penting melalui
ultrafiltrat yang terbentuk dalam glomerulus. Terbentuknya ultrafiltrat ini sangat
dipengaruhi oleh sirkulasi ginjal yang mendapat darah 20% dari seluruh cardiac output.
C. Manifestasi Klinis
Gejala utama yang ditemukan adalah :
1. Proteinuria > 3,5 gr/hr pada dewasa atau 0,05 g/kg BB/hr pada anak-anak
2. Hipoalbuminemia < 30 gr/l
3. Edema generalisata. Edema terutama jelas pada kaki, namun dapat ditemukan edema
muka, asites, dan efusi pleura
4. Hiperlipidemia, umumnya ditemukan hiperkolesterolemia
5. Hiperkoagulabilitas, yang akan meningkatkan risiko trombosis vena dan arteri
D. Patofisiologi
Kondisi dari sindrom nefrotik adalah hilangnya plasma protein, terutama albumin ke
dalam urine. Meskipun hati mampu meningkatkan produksi albumin, namun organ ini
tidak mampu untuk terus mempertahankannya jika albumin terus-menerus hilang melalui
ginjal sehingga terjadi hipoalbuminemia.
Terjadi penurunan tekanan onkotik menyebabkan edema generalisata akibat cairan
yang berpindah dari sistem vaskuler ke dalam ruang caiaran ekstraseluler. Penurunan
sirkulasi volume darah mengaktifkan sistem renin-angiotensin menyebabkan retensi
natrium dan edema lebih lanjut.
Manifestasi hilangnya protein dalam serum akan menstimulasi sintesis lipoprotein di
hati dan terjadi peningkatan konsentrasi lemak dalam darah (hiperlipidemia).
Sindrom nefrotik dapat terjadi di hampir setiap penyakit renal intrinsik atau sistemik
yang memengaruhi glomerulus. Meskipun secara umum penyakit ini dianggap menyerang
anak-anak, namun sindromnefrotik juga terjadi pada orang dewasa termasuk lansia.
Penyebab sindrom nefrotik mencakup glomerulonefritis kronis, diabetes melitus disertai
glomerulosklerosis interkapiler, amiloidosis ginjal, penyakit lupus erythematosus
sistemik, dan trombosis vena renal.
Respon perubahan patologis pada glomerulus secara fungsional akan memberikan
berbagai masalah keperawatan pada pasien yang mengalami glomerulus progresif cepat
(Muttaqin, 2011).
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan urin dan
darah
untuk
memastikan
proteinuria,
proteinemia,
F. Penatalaksanaan
Tujuan terapi adalah untuk mencegah kerusakan ginjal lebih lanjut dan menurunkan
risiko komplikasi. Untuk mencapai tujuan terapi, maka penatalaksanaan tersebut,
meliputi:
1. Tentukan penyebabnya (biopsi ginjal pada seluruh orang dewasa)
2. Tirah baring
Menjaga pasien dalam keadaan tirah baring selama beberapa hari mungkin
diperlukan untuk meningkatkan diuresis guna mengurangi edema.
3. Diuretik
Diuretik diresepkan untuk pasien dengan edema berat
5
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Aplikasi Proses Keperawatan Pada An. A Usia 2 tahun dengan Sindrom Nefrotik di
Ruang Aisyah Anak BLUD RS Sekarwangi
Kabupaten Sukabumi
Tanggal Pengkajian : 11 November 2014
Waktu Pengkajian : Pukul 14.10 WIB
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama
: An. A
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
Tanggal masuk
: 3 November 2014
No RM
: 44 59 74
Diagnosa Medis
: Nefrotik Sindrom
: Tn. AL
Usia
: 28 tahun
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: Pedagang
Agama
: Islam
Alamat
b. Ibu
Nama
: Ny. EN
Usia
: 27 tahun
Pendidikan
: Islam
Pekerjaan
: IRT
Agama
: Islam
Alamat
3. Identitas Saudara
N
O
1
2
NAMA
Imas
Dimas
USIA
11 tahun
6 tahun
HUBUNGAN
STATUS KESEHATAN
Kakak Kandung
Kakak Kandung
Sehat
Sehat
BAK yang
semakin jarang. Sebelumnya keluarga An. A hanya berobat jalan di klinik di sekitar
tempat tinggal. Namun, karena kondisi An. F tidak kunjung membaik, keluarga
langsung membawa klien ke IGD, setelah dilakukan pemeriksaan, dokter
mendiagnosa klien dengan sindrom nefrotik. Klien disarankan untuk dirawat inap di
Ruang Aisyah Anak.
a. Keluhan Utama
Keluarga mengeluhkan anaknya tidak mau makan dari semalam. Klien
menolak makanan yang disediakan oleh rumah sakit
b. Penampilan Umum
Klien tampak berbaring dan tampak lemah, kesadaran compos mentis,
ekstremitas dan wajah terutama bagian palpebra tampak oedem sehingga
mata tampak sulit terbuka. Abdomen tampak asites. Terpasang vemplon di
kaki kiri.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat dikaji klien terlihat lemah. Menurut ibu klien, An. A tidak mau
makan dari semalam. Klien menolak makanan yang disediakan oleh rumah
sakit. Ibu klien juga mengeluhkan, tubuh anaknya bertambah bengkak
d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Menurut Ibu klien, An. A pernah mengalami bengkak-bengkak kurang
lebih 4 bulan yang lalu, namun tidak separah yang sekarang. Sehingga
keluarga yang melakukan rawat jalan di klinik sekitar tempat tinggal klien.
Keterangan :
: Laki-laki
: Tinggal Serumah
: Perempuan
: Klien
i. Riwayat Kehamilan
Selama kehamilan, ibu klien selalu memeriksakannya ke posyandu setiap
bulan. Ibu melahirkan klien di rumah secara spontan dengan bantuan bidan
dan dukun terlatih. Selama masa nifas ibu klien sering kontrol ke bidan.
j. Status Gizi
BB Pengkajian : 13,3 Kg
BB Sebelum Sakit : 12 Kg
10
TB
-
BBI
Umur (tahun) x 2 + 8
= 2 tahun x 2 + 8
=4+8
= 12 Kg
Status Gizi
BB Saat Ini x 100 % = 13,3 x 100% = 110, 8 %
BB Ideal
12
Klasifikasi :
60 % - 70 %
: Gizi Buruk
80 % - 90 %
: Gizi Sedang
k. Data Biologis
No
1
Pola Kebiasaan
Nutrisi
Sebelum Sakit
Saat Sakit
Keluhan
- Makan
Frekuensi
2-5 x sehari
3-6
Porsi
1 porsi
setiap
Menu
sendok
porsi, Klien
tidak
mau
goring,
snack, dll
- Minum
Frekuensi
Tidak teratur
Jenis
Air
250 cc/hari
minuman
kemasan
dan
segelas susu
2
Eliminasi
11
BAK
Frekuensi
3-4 x /hari
Jarang BAK
Jarang BAK
Warna
Kuning jernih
Oliguria
dan BAB,
BAB
Frekuensi
Konsistensi
l. Riwayat Biopsikosial
Oliguria
1x/hari
lembek
sedikit
TTV
TD : 100/70 mmHg
RR : 20 x/menit
S : 36,4 C
: 95 x/menit
n. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
No
Pemeriksaan
Albumin
2
3
Ureum
Kreatinin
5
6
7
Kolesterol
Protein Total
Globulin
Trombosit
Hasil
Nilai Normal
Tanggal 02 November 2014
2,9 gr/dl
3,2 4,8 gr/dl
Tanggal 03 November 2014
42 mg/dl
10 50 mg/dl
0,72 mg/dl 0,5 1,9
Tanggal 04 November 2014
434 mg/dl < 220
4,3 gr/dl
1,4 gr/dl
2,3 3,5
765.000
150.000 - 400.000
Interpretasi
Menurun
Normal
Normal
Meningkat
Menurun
Meningkat
12
Leukosit
15.300
9000 12.000
Meningkat
o. Terapi Obat
Nama Obat
Cefotaxim
Furosemid
Paracet infus
KSR
Dosis
2x650 mg
2x12,5 mg
3x135 mg
1x3/4 tab
Cara
IV
IV
IV
Oral
Waktu Pemberian
11.00 . 23.00
11.00 . 23.00
11.00 . 17.00 . 23.00
B. Analisa Data
1. Mind Mapping
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan penurunan protein
dalam darah
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan
nafsu makan
c. Kecemasan pada anak/keluarga berhubungan dengan hospitalisasi pada anak
13
Perencanaan
Intervensi
Tujuan
Tupan: Setelah
Rasionalisasi
dilakukan tindakan
berpengaruh
keperawatan selama
shift
keseimbangan
extravaskuler dapat
dilakukan tindakan
3. Ukur
lingkar
setiap hari.
ukut
keperawatan dalam 1
shift, kelebihan volume
output
tolak
keseimbangan
cairan
5. Lanjutkan
pemberian 5. Natrium
cairan ekstravaskuler
bersifat
tinggi protein
cairan,
klorida
meretensi
protein
hasil :
meningkatkan tekanan
ortostatik
Pemeriksaan lab
dalam batas normal
Oedem tidak
kadar
protein
dapat
Nampak
meningkatkan tekanan
Volume urin
osmotic
meningkat 600-700
teratasi.
Tupen: Setelah
terhadap
hemodinamik
10/11/2014 kelebihan
volume cairan
cairan
7. Lanjutkan
ml/hari
obat
Penurunan BB
furosemide
Tupan : Setelah
dilakukan tindakan
pemberian 7. Furosemide
diuretic
sesuai
menghambat
reabsorpsi
tubulus
1. Monitoring
air
di
asupan
keperawatan selama
5 hari dari tanggal
2. Gangguan
nutrisi
14
06/11/2014 sampai
10/11/2014, kebutuhan
perlahan
nutrisi terpenuhi
3. Pastikan
anak
Tupen: Setelah
mendapat
dilakukan tindakan
dengan
keperawatan dalam 1
cukup
makanan
diet
yang
3. Mencegah
status
terpenuhi dengan
pemenuhan
kriteria hasil :
anak
meningkatkan
Tidak terjadi
hipoproteinemia
-
edema
dan
dihidangkan habis
kortikosteroid
terapi
nutrisi
dan
daya
edema
yang
menyebabkan
tidak ada
hilangnya
nafsu
makan anak
6. Beri lingkungan yang
menyenangkan, bersih,
6. Agar
anak
lebih
sedikit
pada
7. Untuk
merangsang
awalnya
3
Tupan : Setelah
dilakukan tindakan
keluarga
keperawatan selama
secara
kegiatan
klien.
Tupen : Setelah
2. Jelaskan
untuk
aktif
ikut
dalam
perawatan
pada klien
dilakukan tindakan
secara
keperawatan dalam 1
akan dilakukan.
mengurangi
aktif
dapat
rasa
cemas klien.
15
cemas berkurang
3. Observasi
tingkat
3. Penjelasan
yang
setelah mendapat
memadai
penjelasan dengan
memungkinkan klien
kriteria: Klien
kooperatif
mengungkapkan sudah
dilakukan
terhadap
dilakukan.
tindakan perawatan,
klien tampak tenang,
klien kooperatif.
16