Você está na página 1de 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem perkemihan terdiri dari organ ginjal, ureter, vesika urinaria (kandung kemih)
dan uretra membentuk sistem urinarius. Fungsi utama ginjal adalah mengatur cairan serta
elektrolit dan komposisi asam- basa cairan tubuh, mengeluarkan produk akhir metabolic
dari dalam darah, dan mengatur tekanan darah. Urine yang terbentuk sebagai hasil dari
proses ini diangkut dari ginjal melalui ureter kedalam kandung kemih tempat urine
tersebut disimpan untuk sementara waktu. Pada saat urinasi kandung kemih berkontraksi
dan urine akan di ekskresikan dari tubuh lewat uretra ( Smeltzer, 2001 ).
Namun, fungsi masing-masing organ dari sistem perkemihan tersebut tidak luput dari
suatu masalah atau abnormal. Sehingga hal ini dapat menimbulkan beberapa penyakit
atau gangguan salah satunya berupa sindrom nefrotik.
Sindrom nefrotik adalah suatu kumpulan gejala gangguan klinis, meliputi proteinuria
masif > 3,5 gr/hr, hipoalbuminemia, edema, hiperlipidemia. Manifestasi dari keempat
kondisi tersebut yang sangat merusak membran kapiler glomerulus dan menyebabkan
peningkatan permeabilitas glomerulus (Muttaqin, 2011).
Penyebab yang pasti belum diketahui, umumnya dibagi menjadi; sindrom nefrotik
bawaan diturunkan sebagai resesif autosom atau karena reaksi fetomaternal; sindrom
nefrotik skunder, disebabkan oleh parasit malaria, penyakit kolagen, glomerulonefritis
akut, glumerulonefritis kronik, trombosis vena renalis, bahan kimia (trimetadion,
pradion,penisilamin, garam emas, raksa), dan lain-lain; sindrom nefrotik idopatik.(Arif
mansjoer, 2001).
Menurut penelitian terdapat perbedaan bentuk Sindrom nefrotik di Indonesia (Negara
tropis) dan Negara maju. Di Negara maju umumnya sindroma nefrotik jenis kelainan
minimal; pada Sindrom nefrotik terletak pada tubulus dan glomerulus tidak mengalami
gangguan fungsi. Di Indonesia, umumnya jenis Sindrom nefrotik bukan kelainan minimal
yang menurut dugaan penelitian disebabkan karena berbagai infeksi yang pernah diderita
pasien atau gangguan gizi (malnutrisi) pada waktu lampau, kekurangan gizi menyebabkan
menurunnya daya tahan tubuh sehingga pasien mudah mendapat infeksi yang merupakan
salah satu pencetus dari Sindrom nefrotik bukan kelainan minimal tersebut (Cecily L.Betz
dan Linda A, Sowden, 2002).

Dari data studi dan epidemiologis tentang Sindrom nefrotik di Indonesia belum ada,
namun di luar negeri yaitu Amerika serikat Sindrom nefrotik merupakan salah satu
penyebab gagal ginjal kronik dan merupakan masalah kesehatan yang utama dengan
jumlah penderita mencapai 225 orang pertahun (11,86 %), dari 2150 orang orang yang
berobat kerumah sakit (www.compas.com). Berdasarkan data yang penulis dapatkan dari
register di Ruang Penyakit Dalam Wanita Badan Pelayan Kesehatan Rumah Sakit Umum
Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh didapatkan seluruh pasien yang dirawat inap dari bulan
Mei 2005 sampai dengan Desember 2005 berjumlah 332 orang dan yang menderita
Sindrom nefrotik 2 orang atau (0,6 %).
Maka dari kasus yang muncul tersebut, disini peran perawat dibutuhkan sebagai
bagian integral dari pelayanan kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan Sindrom nefrotik, dimana berperan secara mandiri dan kolaboratif dalam
melaksanakan asuhan keperawatan, misalnya dengan mendorong dan memberi support
pada anggota keluarga untuk ikut serta merawat penderita baik di Rumah Sakit maupun
setelah pasien pulang dari Rumah Sakit, dan mendeteksi secara dini tentang keluhankeluhan penderita, yang tidak lepas dari usaha promotif dan preventif serta usaha kuratif,
rehabilitatif yaitu setelah pasien pulang dari Rumah Sakit.
Melihat kompleksnya masalah tersebut, maka untuk kasus kelolaan kelompok
diangkatlah tentang Aplikasi Proses Keperawatan pada An. A Usia 2 Tahun dengan
Sindrom Nefrotik di Ruang Aisyah Anak BLUD RS Sekarwangi.
B. Rumusan Masalah
a. Konsep asuhan keperawatan pada anak dengan Sindrom Nefrotik
b. Aplikasi Proses Keperawatan pada An. A Usia 2 Tahun dengan Sindrom Nefrotik di
Ruang Aisyah Anak BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi
C. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan Aplikasi Proses Keperawatan pada An. A Usia 2 Tahun dengan
Sindrom Nefrotik di Ruang Aisyah Anak BLUD RS Sekarwangi Kabupaten
Sukabumi, kelompok dapat mamahami konsep dan aplikasi perawatan pada anak
dengan Nefrotik Sindrom.
b. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan Aplikasi Proses Keperawatan pada An. A Usia 2 Tahun dengan
Sindrom Nefrotik di Ruang Aisyah Anak BLUD RS Sekarwangi Kabupaten
Sukabumi, kelompok diharapkan dapat :
2

1. Melakukan pengkajian komprehensif pada anak dengan Nefrotik Sindrom


2. Merumuskan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan data hasil pengkajian
3. Menentukan intervensi keperawatan yang tepat sesuai dengan diagnose yang
telah dirumuskan
4. Melakukan implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi keperawatan
yang telah ditentukan
5. Melakukan evaluasi

dan

membuat

catatan

perkembangan

yang

berkesinambungan atas implementasi yang telah dilakukan


6. Menbuat dokumentasi asuhan keperawatan
D. Manfaat Penulisan
a. Bagi Kelompok
Mengaplikasikan ilmu keperawatan anak, khususnya tentang asuhan keperawatan
pada anak dengan Nefrotik Sindrom dengan segala dampaknya. Baik dampak
penyakit maupun dampak psikologis pada anak secara komprehensif.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan evaluasi proses praktik kelompok pada gerbong keperawatan anak
program Profesi Ners.
c. Bagi Lahan Praktik
Sebagai literatur dan upgrade pengetahuan tentang asuhan keperawatan,
khususnya asuhan keperawatan pada anak dengan Nefrotik Sindrom.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Sindrom Nefrotik
Sindroma nefrotik adalah status klinis yang ditandai dengan peningkatan
permeabilitas membrane glomerolus terhadap protein, yang mengakibatkan kehilangan
protein urinarius yang massif (Wong, Donna. L. 2003. Pedoman Klinis Perawatan
Pediatrik Ed. 4). Sindroma nefrotik merupakan keadaan klinis yang meliputi proteinuria
massif, hipoalbuminemia, hiperlipemia, dan edema (Wong, Buku Ajar Keperawatan
Pediatrik Vol. 2). Sindroma nefrotik ditandai oleh proteinurea massif, hipoalbuminemia,
3

edema, dan hiperlipidemia. Insiden tertinggi pada usia 3-4 tahun, rasio lelaki dan
perempuan 2:1 (Kapita Selekta Kedokteran jilid 2.fkui,2000) Sindroma nefrotik
merupakan kumpulan gejala yang disebabkn oleh adanya injury glomerular yang terjadi
pada anak dengan karakteristik proteinuria, hypoproteinuria, hypoalbuminemia,
hyperlipidemia dan edema (Suriadi & Rita Yulianni,2001).
B. Anatomi Fisiologi
Ginjal merupakan salah satu bagian saluran kemih yang terletak retroperitoneal
dengan panjang lebih kurang 11-12 cm, disamping kiri kanan vertebra. Pada umumnya,
ginjal kanan lebih rendah dari ginjal kiri oleh karena adanya hepar dan lebih dekat ke
garis tengah tubuh. Batas atas ginjal kiri setinggi batas atas vertebra thorakalis XII dan
batas bawah ginjal setinggi batas bawah vertebra lumbalis III.
Parenkim ginjal terdiri atas korteks dan medula. Medula terdiri atas piramid-piramid
yang berjumlah kira-kira 8-18 buah, rata-rata 12 buah. Tiap-tiap piramid dipisahkan oleh
kolumna bertini. Dasar piramid ini ditutup oleh korteks, sedang puncaknya (papilla
marginalis) menonjol ke dalam kaliks minor. Beberapa kaliks minor bersatu menjadi
kaliks mayor yang berjumlah 2 atau 3 ditiap ginjal. Kaliks mayor/minor ini bersatu
menjadi pelvis renalis dan di pelvis renalis inilah keluar ureter.
Korteks sendiri terdiri atas glomeruli dan tubuli, sedangkan pada medula hanya
terdapat tubuli. Glomeruli dari tubuli ini akan membentuk Nefron. Satu unit nefron terdiri
dari glomerolus, tubulus proksimal, loop of henle, tubulus distal (kadang-kadang
dimasukkan pula duktus koligentes). Tiap ginjal mempunyai lebih kurang 1,5-2 juta
nefron berarti pula lebih kurang 1,5-2 juta glomeruli.
Ginjal berfungsi sebagai salah satu alat ekskresi yang sangat penting melalui
ultrafiltrat yang terbentuk dalam glomerulus. Terbentuknya ultrafiltrat ini sangat
dipengaruhi oleh sirkulasi ginjal yang mendapat darah 20% dari seluruh cardiac output.
C. Manifestasi Klinis
Gejala utama yang ditemukan adalah :
1. Proteinuria > 3,5 gr/hr pada dewasa atau 0,05 g/kg BB/hr pada anak-anak
2. Hipoalbuminemia < 30 gr/l
3. Edema generalisata. Edema terutama jelas pada kaki, namun dapat ditemukan edema
muka, asites, dan efusi pleura
4. Hiperlipidemia, umumnya ditemukan hiperkolesterolemia
5. Hiperkoagulabilitas, yang akan meningkatkan risiko trombosis vena dan arteri

D. Patofisiologi
Kondisi dari sindrom nefrotik adalah hilangnya plasma protein, terutama albumin ke
dalam urine. Meskipun hati mampu meningkatkan produksi albumin, namun organ ini
tidak mampu untuk terus mempertahankannya jika albumin terus-menerus hilang melalui
ginjal sehingga terjadi hipoalbuminemia.
Terjadi penurunan tekanan onkotik menyebabkan edema generalisata akibat cairan
yang berpindah dari sistem vaskuler ke dalam ruang caiaran ekstraseluler. Penurunan
sirkulasi volume darah mengaktifkan sistem renin-angiotensin menyebabkan retensi
natrium dan edema lebih lanjut.
Manifestasi hilangnya protein dalam serum akan menstimulasi sintesis lipoprotein di
hati dan terjadi peningkatan konsentrasi lemak dalam darah (hiperlipidemia).
Sindrom nefrotik dapat terjadi di hampir setiap penyakit renal intrinsik atau sistemik
yang memengaruhi glomerulus. Meskipun secara umum penyakit ini dianggap menyerang
anak-anak, namun sindromnefrotik juga terjadi pada orang dewasa termasuk lansia.
Penyebab sindrom nefrotik mencakup glomerulonefritis kronis, diabetes melitus disertai
glomerulosklerosis interkapiler, amiloidosis ginjal, penyakit lupus erythematosus
sistemik, dan trombosis vena renal.
Respon perubahan patologis pada glomerulus secara fungsional akan memberikan
berbagai masalah keperawatan pada pasien yang mengalami glomerulus progresif cepat
(Muttaqin, 2011).
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan urin dan

darah

untuk

memastikan

proteinuria,

proteinemia,

hipoalbuminemia, dan hiperlipidemia


2. Diperiksa fungsi ginjal dan hematuria. Biasanya ditemukan penurunan kalsium
plasma.
3. Biopsi ginjal dilakukan untuk pemeriksaan histologi terhadap jaringan renal untuk
memperkuat diagnosis.

F. Penatalaksanaan
Tujuan terapi adalah untuk mencegah kerusakan ginjal lebih lanjut dan menurunkan
risiko komplikasi. Untuk mencapai tujuan terapi, maka penatalaksanaan tersebut,
meliputi:
1. Tentukan penyebabnya (biopsi ginjal pada seluruh orang dewasa)
2. Tirah baring
Menjaga pasien dalam keadaan tirah baring selama beberapa hari mungkin
diperlukan untuk meningkatkan diuresis guna mengurangi edema.
3. Diuretik
Diuretik diresepkan untuk pasien dengan edema berat
5

4. Adenokortikosteroid, golongan prednison.


Digunakan untuk mengurangi proteinuria.
5. Diet rendah natrium tinggi protein
Masukan protein ditingkatkan untuk menggantikan protein di tubuh. Jika
edema berat, pasien diberikan diet rendah natrium.
6. Terapi cairan
Jika klien dirawat di rumah sakit, maka intake dan output diukur secara cermat
da dicatat. Cairan diberikan untuk mengatasi kehilangan cairan dan berat badan
harian.
G. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas klien:
- Umur: lebih banyak pada anak-anak terutama pada usia pra-sekolah (3-6 th).
Ini dikarenakan adanya gangguan pada sistem imunitas tubuh dan kelainan
-

genetik sejak lahir.


Jenis kelamin: anak laki-laki lebih sering terjadi dibandingkan anak
perempuan dengan rasio 2:1. Ini dikarenakan pada fase umur anak 3-6 tahun
terjadi perkembangan psikoseksual : dimana anak berada pada fase
oedipal/falik dengan ciri meraba-raba dan merasakan kenikmatan dari
beberapa daerah genitalnya. Kebiasaan ini dapat mempengaruhi kebersihan
diri terutama daerah genital. Karena anak-anak pada masa ini juga sering
bermain dan kebersihan tangan kurang terjaga. Hal ini nantinya juga dapat

memicu terjadinya infeksi.


- Agama
- Suku/bangsa
- Status
- Pendidikan
- Pekerjaan
b. Identitas penanggung jawab
Hal yang perlu dikaji meliputi nama, umur, pendidikan, agama, dan hubungannya
dengan klien.
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama: kaki edema, wajah sembab, kelemahan fisik, perut membesar
(adanya acites).
b) Riwayat kesehatan sekarang
Untuk pengkajian riwayat kesehatan sekarang, perawatan perlu menanyakan hal
berikut:
1) Kaji berapa lama keluhan adanya perubahan urine output
2) Kaji onset keluhan bengkak pada wajah atau kaki apakah disertai dengan
adanya keluhan pusing dan cepat lelah
3) Kaji adanya anoreksia pada klien
4) Kaji adanya keluhan sakit kepala dan malaise
6

c) Riwayat kesehatan dahulu


Perawat perlu mengkaji:
1) Apakah klien pernah menderita penyakit edema?
2) Apakah ada riwayat dirawat dengan penyakit diabetes melitus dan penyakt
hipertensi pada masa sebelumnya?
3) Penting juga dikaji tentang riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan
adanya riwayat alergi terhadap jenis obat
d) Riwayat kesehatan keluarga
Kaji adanya penyakit keturunan dalam keluarga seperti DM yang memicu
timbulnya manifestasi klinis sindrom nefrotik
3. Kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual
a) Pola nutrisi dan metabolisme: anoreksia, mual, muntah.
b) Pola eliminasi: diare, oliguria.
c) Pola aktivitas dan latihan: mudah lelah, malaise
d) Pola istirahat tidur: susah tidur
e) Pola mekanisme koping : cemas, maladaptif
f) Pola persepsi diri dan konsep diri : putus asa, rendah diri
4. Pemeriksaan Fisik
a) Status kesehatan umum
1) Keadaan umum: klien lemah dan terlihat sakit berat
2) Kesadaran: biasanya compos mentis
3) TTV: sering tidak didapatkan adanya perubahan.
b) Pemeriksaan sistem tubuh
1) B1 (Breathing)
Biasanya tidak didapatkan adanya hgangguan pola nafas dan jalan nafas walau
secara frekuensi mengalami peningkatan terutama pada fase akut. Pada fase
lanjut sering didapatkan adanya gangguan pola nafas dan jalan nafas yang
merupakan respons terhadap edema pulmoner dan efusi pleura.
2) B2 (Blood)
Sering ditemukan penurunan curah jantung respons sekunder dari peningkatan
beban volume.
3) B3 (Brain)
Didapatkan edema terutama periorbital, sklera tidak ikterik. Status neurologis
mengalami perubahan sesuai dengan tingkat parahnya azotemia pada sistem
saraf pusat.
4) B4 (Bladder)
Perubahan warna urine output seperti warna urine berwarna kola
5) B5 (Bowel)
Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia sehingga didapatkan
penurunan intake nutrisi dari kebutuhan. Didapatkan asites pada abdomen.
6) B6 (Bone)
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum, efek sekunder dari edema
tungkai dari keletihan fisik secara umum.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Aplikasi Proses Keperawatan Pada An. A Usia 2 tahun dengan Sindrom Nefrotik di
Ruang Aisyah Anak BLUD RS Sekarwangi
Kabupaten Sukabumi
Tanggal Pengkajian : 11 November 2014
Waktu Pengkajian : Pukul 14.10 WIB
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama

: An. A

Tempat tanggal lahir : Sukabumi, 02 Oktober 2010


Jenis kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Alamat

: Gentong Rt 02/Rw 04 Kabupaten Sukabumi

Tanggal masuk

: 3 November 2014

No RM

: 44 59 74

Diagnosa Medis

: Nefrotik Sindrom

2. Identitas Orang Tua


a. Ayah
Nama

: Tn. AL

Usia

: 28 tahun

Pendidikan

: SMP

Pekerjaan

: Pedagang

Agama

: Islam

Alamat

: Gentong Rt 02/Rw 04 Kabupaten Sukabumi

b. Ibu
Nama

: Ny. EN

Usia

: 27 tahun

Pendidikan

: Islam

Pekerjaan

: IRT

Agama

: Islam

Alamat

: Gentong Rt 02/Rw 04 Kabupaten Sukabumi


8

3. Identitas Saudara
N
O
1
2

NAMA
Imas
Dimas

USIA
11 tahun
6 tahun

HUBUNGAN

STATUS KESEHATAN

Kakak Kandung
Kakak Kandung

Sehat
Sehat

4. Exception Summary Date


Pada tanggal 3 November 2014 klien dibawa oleh kedua orang tuanya ke IGD
BLUD Sekarwangi dengan keluhan An. A bengkak seluruh tubuh,

BAK yang

semakin jarang. Sebelumnya keluarga An. A hanya berobat jalan di klinik di sekitar
tempat tinggal. Namun, karena kondisi An. F tidak kunjung membaik, keluarga
langsung membawa klien ke IGD, setelah dilakukan pemeriksaan, dokter
mendiagnosa klien dengan sindrom nefrotik. Klien disarankan untuk dirawat inap di
Ruang Aisyah Anak.
a. Keluhan Utama
Keluarga mengeluhkan anaknya tidak mau makan dari semalam. Klien
menolak makanan yang disediakan oleh rumah sakit
b. Penampilan Umum
Klien tampak berbaring dan tampak lemah, kesadaran compos mentis,
ekstremitas dan wajah terutama bagian palpebra tampak oedem sehingga
mata tampak sulit terbuka. Abdomen tampak asites. Terpasang vemplon di
kaki kiri.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat dikaji klien terlihat lemah. Menurut ibu klien, An. A tidak mau
makan dari semalam. Klien menolak makanan yang disediakan oleh rumah
sakit. Ibu klien juga mengeluhkan, tubuh anaknya bertambah bengkak
d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Menurut Ibu klien, An. A pernah mengalami bengkak-bengkak kurang
lebih 4 bulan yang lalu, namun tidak separah yang sekarang. Sehingga
keluarga yang melakukan rawat jalan di klinik sekitar tempat tinggal klien.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga


Menurut ibu klien, An. A tidak memiliki penyakit keturunan apapun dan
tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami atau memiliki penyakit
yang sama dengan An. A.
f. Riwayat Tumbuh Kembang
BB saat lahir : 4 kg, PB : 49 cm, mampu berguling pada saat usia 3 bulan,
mampu duduk pada usia 7 bulan, mampu berdiri pada usia 8,5 bulan, mampu
berjalan pada usia 9 bulan.
g. Riwayat Imunisasi
Menurut Ibu klien, klien sudah diimunisasi lengkap mulai dari BCG,
DPT, Polio, Campak dan Hepatitis.
h. Genogram

Keterangan :
: Laki-laki

: Tinggal Serumah

: Perempuan
: Klien
i. Riwayat Kehamilan
Selama kehamilan, ibu klien selalu memeriksakannya ke posyandu setiap
bulan. Ibu melahirkan klien di rumah secara spontan dengan bantuan bidan
dan dukun terlatih. Selama masa nifas ibu klien sering kontrol ke bidan.
j. Status Gizi
BB Pengkajian : 13,3 Kg
BB Sebelum Sakit : 12 Kg
10

TB
-

BBI
Umur (tahun) x 2 + 8
= 2 tahun x 2 + 8
=4+8
= 12 Kg

Status Gizi
BB Saat Ini x 100 % = 13,3 x 100% = 110, 8 %
BB Ideal

12

Klasifikasi :
60 % - 70 %

: Gizi Buruk

80 % - 90 %

: Gizi Sedang

100 % - 120 % : Gizi Baik


-

Tinggi Badan Ideal


Umur (tahun) x 6 + 77
2 x 6 + 77 = 89 cm

k. Data Biologis
No
1

Pola Kebiasaan
Nutrisi

Sebelum Sakit

Saat Sakit

Keluhan

- Makan
Frekuensi

2-5 x sehari

3-6

Porsi

1 porsi

setiap

Menu

Nasi, lauk, sayur, bahkan kadang mau makan


klien suka jajan tidak

sendok
porsi, Klien

tidak

mau

tiap hari seperti makan


baso

goring,

snack, dll
- Minum
Frekuensi

Tidak teratur

Jenis

Air

250 cc/hari

putih, Air teh manis

minuman
kemasan

dan

segelas susu
2

Eliminasi
11

BAK
Frekuensi

3-4 x /hari

Jarang BAK

Jarang BAK

Warna

Kuning jernih

Oliguria

dan BAB,

BAB
Frekuensi
Konsistensi
l. Riwayat Biopsikosial

Oliguria
1x/hari

Bab jarang dan

lembek

sedikit

Keluarga cemas dengan keadaan klien. Keluarga klien bergantian


mengunjungi klien di RS. Keluarga sangat memberikan dukungan terbukti
dengan datangnya anggota keluarga untuk mendampingi klien saat dirawat
di RS.
m. Pemeriksaan Fisik
-

TTV
TD : 100/70 mmHg

RR : 20 x/menit

S : 36,4 C

: 95 x/menit

Pemeriksaan Fisik Terfokus


Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor, palpebral
oedem, muka oedemm, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada
deviasi trachea, JVP tidak menonjol, tidak teraba pembesaran KGB dan
kelenjar thyroid, kedua dada simetris, tidak ada retraksi dinding dada,
suara napas vesikuler, abdomen asites dan tidak simetris, ekstremitas
oedem, akral hangat, crt < 3 detik, kekuatan otot ekstremitas atas 5/5,
ekstremitas bawah 5/5.

n. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
No

Pemeriksaan

Albumin

2
3

Ureum
Kreatinin

5
6
7

Kolesterol
Protein Total
Globulin
Trombosit

Hasil
Nilai Normal
Tanggal 02 November 2014
2,9 gr/dl
3,2 4,8 gr/dl
Tanggal 03 November 2014
42 mg/dl
10 50 mg/dl
0,72 mg/dl 0,5 1,9
Tanggal 04 November 2014
434 mg/dl < 220
4,3 gr/dl
1,4 gr/dl
2,3 3,5
765.000
150.000 - 400.000

Interpretasi
Menurun
Normal
Normal
Meningkat
Menurun
Meningkat
12

Leukosit

15.300

9000 12.000

Meningkat

o. Terapi Obat
Nama Obat
Cefotaxim
Furosemid
Paracet infus
KSR

Dosis
2x650 mg
2x12,5 mg
3x135 mg
1x3/4 tab

Cara
IV
IV
IV
Oral

Waktu Pemberian
11.00 . 23.00
11.00 . 23.00
11.00 . 17.00 . 23.00

B. Analisa Data
1. Mind Mapping

2. Diagnosa Keperawatan
a. Kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan penurunan protein
dalam darah
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan
nafsu makan
c. Kecemasan pada anak/keluarga berhubungan dengan hospitalisasi pada anak

13

C. Nursing Care Plan


Rencana Asuhan Keperawatan Anak Pada An. A di Ruang Aisyah Anak
Dibuat tanggal 06 November 2014
Dx
Kep
1

Perencanaan
Intervensi

Tujuan
Tupan: Setelah

Rasionalisasi

1. Observasi vital sign 1. Keseimbangan

dilakukan tindakan

setiap hari dalam 1

berpengaruh

keperawatan selama

shift

keseimbangan

5 hari dari tanggal


06/11/2014 sampai

extravaskuler dapat

2. Timbang BB tiap hari

dilakukan tindakan

3. Ukur

lingkar

perut 3. Untuk mengkaji asites

setiap hari.

dan karena merupakan


sisi umum edema

4. Hitung intake output 4. Intake


setiap 24 jam

ukut

keperawatan dalam 1
shift, kelebihan volume

output

tolak

keseimbangan

cairan
5. Lanjutkan

pemberian 5. Natrium

cairan ekstravaskuler

diet rendah garam dan

bersifat

teratasi dengan kriteria

tinggi protein

cairan,

klorida
meretensi
protein

hasil :

meningkatkan tekanan

ortostatik

Pemeriksaan lab
dalam batas normal

Oedem tidak

6. Berikan extra albumin 6. Peningkatan


parenteral sesuai dosis

kadar

protein

dapat

Nampak

meningkatkan tekanan

Volume urin

osmotic

meningkat 600-700

2. Massa tubuh sebagian


besar dari air

teratasi.
Tupen: Setelah

terhadap

hemodinamik

10/11/2014 kelebihan
volume cairan

cairan

7. Lanjutkan

ml/hari

obat

Penurunan BB

furosemide

Tupan : Setelah
dilakukan tindakan

pemberian 7. Furosemide
diuretic
sesuai

jadwal (2x12,5 mg)


1. Catat intake dan ouput
makanan secara akurat

menghambat
reabsorpsi
tubulus
1. Monitoring

air

di

asupan

nutrisi bagi tubuh

keperawatan selama
5 hari dari tanggal

2. Kaji adanya anoreksia.

2. Gangguan

nutrisi
14

06/11/2014 sampai

dapat terjadi secara

10/11/2014, kebutuhan

perlahan

nutrisi terpenuhi

3. Pastikan

anak

Tupen: Setelah

mendapat

dilakukan tindakan

dengan

keperawatan dalam 1

cukup

shift, kebutuhan nutrisi

makanan
diet

yang

4. Beri diet yang bergizi

3. Mencegah

status

nutrisi menjadi lebih


buruk
4. Membantu

terpenuhi dengan

pemenuhan

kriteria hasil :

anak

Nafsu makan baik

meningkatkan

Tidak terjadi

tahan tubuh anak

hipoproteinemia
-

5. Batasi natrium selama

Porsi makan yang

edema

dan

dihidangkan habis

kortikosteroid

terapi

nutrisi
dan
daya

5. Asupan natrium dapat


memperberat
usus

edema
yang

Edema dan ascites

menyebabkan

tidak ada

hilangnya

nafsu

makan anak
6. Beri lingkungan yang
menyenangkan, bersih,

6. Agar

anak

lebih

mungkin untuk makan

dan rileks pada saat


makan
7. Beri makanan dalam
porsi

sedikit

pada

7. Untuk

merangsang

nafsu makan anak

awalnya
3

Tupan : Setelah

1. Berikan motivasi pada

dilakukan tindakan

keluarga

keperawatan selama

secara

3x24 jam diharapkan

kegiatan

Rasa cemas berkurang.

klien.

Tupen : Setelah

2. Jelaskan

untuk
aktif

ikut

1. Deteksi dini terhadap


perkembangan klien.

dalam

perawatan
pada klien

2. Peran serta keluarga

dilakukan tindakan

setiap tindakan yang

secara

keperawatan dalam 1

akan dilakukan.

mengurangi

shift diharapkan Rasa

aktif

dapat
rasa

cemas klien.
15

cemas berkurang

3. Observasi

tingkat

3. Penjelasan

yang

setelah mendapat

kecemasan klien dan

memadai

penjelasan dengan

respon klien terhadap

memungkinkan klien

kriteria: Klien

tindakan yang telah

kooperatif

mengungkapkan sudah

dilakukan

tindakan yang akan

tidak takut terhadap

terhadap

dilakukan.

tindakan perawatan,
klien tampak tenang,
klien kooperatif.

16

Você também pode gostar