Você está na página 1de 14

PRONOMINA

5
6

10

11

12

Agus Salim lahir dengan nama Mashudul Haq yang berarti "pembela
kebenaran" di Koto Gadang, Agam, Sumatera Barat, Hindia Belanda pada
tanggal 8 Oktober 1884. Beliau adalah seorang pejuang kemerdekaan
Indonesia
Selama kurang lebih enam tahun Agus Salim berada di Arab Saudi. Akhirnya
tahun 1911, Agus Salim pulang ke Indonesia. Kepulangannya dari Tanah Suci
ini boleh dikatakan sebagai titik tolak perjuangannya melawan Belanda.
Agus Salim mulai membangun citranya sebagai penggagas tradisi diplomasi
yang kelak sangat berguna bagi negara Indonesia untuk mempertegas jati diri
sebagai bangsa yang merdeka.
Pada tahun 1947 Agus Salim bersama beberapa tokoh nasional lainnya
dapat dianggap berjasa dalam pengakuan negara-negara Arab atas
kemerdekaan Indonesia. Sebelumnya, selama 3 bulan mereka mengembara
di Timur Tengah dengan kondisi keuangan yang sangat terbatas sebagai
utusan negara yang baru merdeka.
Pujian-pujian juga disematkan para tokoh bangsa lainnya kepada Agus
Salim. Sikapnya yang tangkas itu memberikan garam dalam ucapannya....
Dengan menguasai banyak bahasa, Agus Salim menjadi seorang diplomat
ulung. Tutur katanya yang khas itu senantiasa membawa keberhasilan dalam
setiap misi diplomasi yang diemban Agus Salim.
Ketika Agus Salim dikirim ke Timur Tengah oleh Belanda, beliau
memanfaatkan hal tersebut untuk menambah pengetahuannya dengan
belajar kepada seorang Syekh di Arab Saudi.
Agus Salim di masa kemerdekaan juga tak kalah perannya di kala
perjuangan kemerdekaan bagi Indonesia. Beliau dengan susah payah
mengenalkan Indonesia di dunia internasional dan mencari dukungan atas
kemerdekaan Indonesia.
Dari pengalaman-pengalaman berbicara di tingkat internasional itulah
wawasan serta talenta bertutur Agus Salim terus mengalami kemajuan.
Pengetahuannya tentang tata cara diplomasi sama rincinya dengan
pemahamannya tentang Islam, Al-Quran, dan Hadits.
Hal ini hanya sebentar, Agus Salim kemudian berangkat lagi ke Jakarta dan
selanjutnya terjun ke dunia politik melalui Sarikat Islam (menjadi ketua
bersama dengan HOS Tjokroaminoto) dan menjadi Ketua Partai Serikat Islam
Indonesia. Karena keaktifan dan kepandaiannya itulah, ia diangkat menjadi
anggota Pengurus Pusat.
Tugas sebagai staf Konsulat Belanda di Jeddah tersebut tidak hanya
memberikan Agus Salim suatu pengalaman untuk bergaul dengan kalangan
diplomat, tetapi lelaki yang terlahir dari keluarga Islam yang taat tersebut
juga mendapat kesempatan untuk berguru langsung pada pamannya yang
menjadi salah satu ulama terkemuka di Arab Saudi, yakni Syekh Ahmad
Khatib al-Minangkabawi.
Jika sejarah mencatat bahwa KH Hasyim Asyari dan KH Ahmad Dahlan

pernah berguru kepada ulama


seperguruan dengan Agus Salim

terkemuka

itu,

berarti

mereka

juga

Referensi disebut pula pengacuan atau penunjukan. Referensi adalah penggunaan


kata atau frase untuk menunjuk atau mengacu kepada kata atau frase lain yang
memiliki kesamaan. Unsure lain atau pelaku yang pertama dalam wacana akan
diberlakukan sebagai acuan untuk unsure atau pelaku berikutnya. Dudih (1991:184)
mengacukan acuan ialah hal yang sama dimunculkan kembali
PENGACUAN
No
1

Pengacuan
Itulah

inilah

inilah

Dari situlah

Hal inilah

itu

itulah

Hal yang diacu


Pada saat Pemerintah
kolonial Hindia Belanda
merespon permohonan
Agus Salim dengan
jawaban,
tiada
beasiswa
untuk
inlander
Setelah
Proklamasi
Kemerdekaan
Indonesia dinyatakan
Soekarno-Hatta
di
Jakarta
pada
17
Agustus 1945
Agus Salim berbicara
dan berorasi dengan
sangat baik, sehingga
membuat para tokoh
India itu terkagumkagum
Ketika
Agus
Salim
dikirim
ke
Timur
Tengah oleh Belanda
Setelah
kembali
ke
Indonesia
beliau
berjuang
melawan
kolonialisme
Belanda
dengan
cara
kooperatif.
Pada
kurun
waktu
1906-1911

Di sinilah Agus Salim


berbicara
lantang

Pengacuan dalam kalimat


Pada waktu itulah datang tawaran
dari
Snouck
Hurgronje
untuk
menempati posisi sebagai konsulat di
Jeddah dan momen inilah yang
sebenarnya merupakan awal kiprah
Agus Salim dalam bidang diplomasi.
Justru pada masa inilah perjuangan
rakyat Indonesia memasuki masa-masa
yang berat

Upaya inilah yang ditempuh Agus


Salim untuk menarik simpati dunia
demi satu tujuan: dukungan terhadap
kemerdekaan Indonesia.

Dari
situlah
beliau
memulai
perjalanannya di dunia internasional.
Hal inilah yang menyebabkan beliau
tak pernah ditangkap Belanda.

Pada kurun waktu 1906-1911, Agus


Salim merintis karirnya di dunia
diplomasi
ketika
bekerja
sebagai
drogman (penerjemah) pada Konsulat
Belanda di Jeddah yang kala itu
dipimpin oleh N. Scheltema.
Di sinilah Agus Salim berbicara lantang
kepada semesta raya tentang kekejian

kepada semesta raya


tentang
kekejian
pemerintah
kolonial
Belanda
terhadap
bangsa Indonesia.

pemerintah kolonial Belanda terhadap


bangsa
Indonesia.
Mata
dunia
terbelalak mendengar kecaman Agus
Salim yang diserukan fasih dengan
bahasa Belanda, Inggris, Jerman, serta
Prancis itu. Akibat dari gugatan itulah,
pemerintah kolonial Hindia Belanda
terpaksa
harus
mengubah
politik
kolonialismenya karena semenjak itu,
Amerika Serikat, dan sebagian negaranegara Eropa tidak mau lagi membeli
hasil perkebunan Hindia Belanda yang
dianggap sebagai hasil kekejaman
Belanda terhadap rakyat Indonesia.

8
9
10
11
http://mujikuat.blogdetik.com/2010/08/08/keruntutan-paragraf/

KATA KERJA MATERIAL


No
1

Kata
Kerja
Material
Mengajukan

Merespon

Merintis

Menerbitkan

Mendengar

Membangun

Mempersiapkan

Memantapkan

Memikat

10

Menjabat

11

Mengakui

Contoh Kalimat
Agus Salim mengajukan permohonan beasiswa untuk belajar
kedokteran di negeri Belanda.
Pemerintah kolonial Hindia Belanda merespon permohonan
Agus Salim dengan jawaban, tiada beasiswa untuk
inlander.
Pada kurun waktu 1906-1911, Agus Salim merintis karirnya
di dunia diplomasi ketika bekerja sebagai drogman
(penerjemah) pada Konsulat Belanda di Jeddah yang kala itu
dipimpin oleh N. Scheltema.
Hasil dari interaksi ini Agus Salim memperoleh dana untuk
menerbitkan surat kabar Fadjar Asia, terbit tahun 1927
hingga 1930.
Mata dunia terbelalak mendengar kecaman Agus Salim yang
diserukan fasih dengan bahasa Belanda, Inggris, Jerman,
serta Prancis itu.
Agus Salim mulai membangun citranya sebagai penggagas
tradisi diplomasi yang kelak sangat berguna bagi negara
Indonesia untuk mempertegas jati diri sebagai bangsa yang
merdeka.
Menjelang kemerdekaan Indonesia, Agus Salim turut
berperan aktif untuk mempersiapkan berdirinya sebuah
negara baru yang berdaulat dan terpilih sebagai anggota
Panitia 9 Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) yang bertugas menyusun rancangan
Undang-Undang Dasar 1945.
Mesir memantapkan dukungannya terhadap kemerdekaan
dan kedaulatan Indonesia sebagai negara yang bukan lagi
bagian dari kekuasaan kolonial.
Selama di Delhi, orang tua bertubuh kecil dan berjanggut
putih ini mampu memikat hati rakyat India karena keaktifan
dan kelincahannya.
Orang tua berjuluk the grand old man ini didaulat lagi untuk
menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Republik Indonesia
pada Kabinet Presidentil.
Tokoh terkemuka asal Belanda, Prof. Schermerhorn,
mengakui kecemerlangan intelektual Agus Salim

KALIMAT SIMPLEKS
No

Subjek

Predikator

Pemerintah kolonial
Hindia Belanda

merespon

Buya Hamka

mengalungkan

Tokoh terkemuka asal


Belanda, Prof.
Schermerhorn

mengakui

Mesir

memantapkan

Agus Salim

pulang

Agus Salim

mengajukan

7
8
9
10

Pelengkap + Keterangan
permohonan Agus Salim dengan
jawaban, tiada beasiswa untuk
inlander
segenap rasa takjub terhadap
Agus Salim
kecemerlangan intelektual Agus
Salim
dukungannya terhadap
kemerdekaan dan kedaulatan
Indonesia sebagai negara yang
bukan lagi bagian dari kekuasaan
kolonial
ke Indonesia tahun 1911
permohonan beasiswa untuk
belajar kedokteran di negeri
Belanda.

KONJUNGSI
No
1
2

3
4
5
6

8
9
10
11

Kalimat
Agus Salim dekat dengan segala kalangan, bahkan dengan kelompok orang
Belanda sekalipun.
Ketika Agus Salim dikirim ke Timur Tengah oleh Belanda, beliau
memanfaatkan hal tersebut untuk menambah pengetahuannya dengan belajar
kepada seorang Syekh di Arab Saudi.
Beliau dengan susah payah mengenalkan Indonesia di dunia internasional dan
mencari dukungan atas kemerdekaan Indonesia
Setelah Mesir dan India jatuh ke pelukan, Agus Salim melanjutkan
perjuangannya ke wilayah Asia yang lain, kali ini Timur Tengah yang dibidik.
Di hadapan mereka, Agus Salim berbicara dan berorasi dengan sangat baik,
sehingga membuat para tokoh India itu terkagum-kagum
Sebelumnya, selama 3 bulan mereka mengembara di Timur Tengah dengan
kondisi keuangan yang sangat terbatas sebagai utusan negara yang baru
merdeka.
Ketika para pejuang lainnya bahu-membahu mempertahankan kemerdekaan
Indonesia dari ancaman kembalinya Belanda, Agus Salim justru beringsut
keluar mencari terang, mengambil jalan perjuangan yang tidak semua orang
bisa melakukannya.
Namun, ia keluar dari birokrasi Belanda dan mendirikan sekolah swasta di
kampungnya di Kota Gadang.
Namun, harapan Agus Salim muda untuk mendapatkan beasiswa sekolah
kedokteran di Belanda kandas karena dia seorang pribumi.
Setelah lulus, beliau bekerja sebagai penerjemah dan pembantu notaris pada
sebuah kongsi pertambangan di Indragiri.
Agus Salim lahir dari pasangan Soetan Salim gelar Soetan Mohamad Salim dan
Siti Zainab.

URUTAN PERISTIWA
Orientasi

Urutan
tokoh
Tahap 1

peristiwa

Urutan
tokoh
Tahap 2

peristiwa

Urutan
tokoh
Tahap 3

peristiwa

Urutan
tokoh

peristiwa

Agus Salim lahir dengan nama Mashudul Haq yang berarti


"pembela kebenaran" di Koto Gadang, Agam, Sumatera
Barat, Hindia Belanda pada tanggal 8 Oktober 1884. Beliau
adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia. Agus
Salim lahir dari pasangan Soetan Salim gelar Soetan
Mohamad Salim dan Siti Zainab. Jabatan terakhir ayahnya
adalah Jaksa Kepala di Pengadilan Tinggi Riau. Ketika
Masyhudul kecil, ia diasuh oleh seorang pembantu asal Jawa
yang memanggil anak majikannya den bagus, yang
kemudian dipendek jadi gus. Kemudian teman sekolah
dan guru-gurunya pun ikut memanggilnya Agus. Beliau
menikah dengan Zaenatun Nahar dan dikaruniai 8 orang
anak.
Pendidikan dasar Agus Salim ditempuh di Europeesche
Lagere School (ELS), sekolah khusus anak-anak Eropa,
kemudian dilanjutkan ke Hoogere Burger School (HBS) di
Batavia. Ketika lulus, ia berhasil menjadi lulusan terbaik di
HBS se-Hindia Belanda. Setelah lulus, beliau bekerja
sebagai penerjemah dan pembantu notaris pada sebuah
kongsi pertambangan di Indragiri.
Agus Salim mengajukan permohonan beasiswa untuk
belajar kedokteran di negeri Belanda. Namun, harapan Agus
Salim muda untuk mendapatkan beasiswa sekolah
kedokteran di Belanda kandas karena dia seorang pribumi.
Pemerintah kolonial Hindia Belanda merespon permohonan
Agus Salim dengan jawaban, tiada beasiswa untuk
inlander. Pada waktu itulah datang tawaran dari Snouck
Hurgronje untuk menempati posisi sebagai konsulat di
Jeddah dan momen inilah yang sebenarnya merupakan awal
kiprah Agus Salim dalam bidang diplomasi.
Pada kurun waktu 1906-1911, Agus Salim merintis karirnya
di dunia diplomasi ketika bekerja sebagai drogman
(penerjemah) pada Konsulat Belanda di Jeddah yang kala itu
dipimpin oleh N. Scheltema. Tugas Agus Salim kala itu
antara lain adalah sebagai penghubung antara jemaah haji
dan konsul karena pada waktu itu sudah banyak orang
Indonesia yang menunaikan ibadah haji. Namun, seorang
staf konsulat seperti Agus Salim juga bertugas mewakili
konsulat di acara-acara resmi kenegaraan di Mekkah dan
Madinah.
Tugas sebagai staf Konsulat Belanda di Jeddah tersebut
tidak hanya memberikan Agus Salim suatu pengalaman

Tahap 4

Urutan
tokoh
Tahap 5

peristiwa

Urutan
tokoh
Tahap 6

peristiwa

Urutan
tokoh
Tahap 7

peristiwa

untuk bergaul dengan kalangan diplomat, tetapi lelaki yang


terlahir dari keluarga Islam yang taat tersebut juga
mendapat kesempatan untuk berguru langsung pada
pamannya yang menjadi salah satu ulama terkemuka di
Arab Saudi, yakni Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi.
Jika sejarah mencatat bahwa KH Hasyim Asyari dan KH
Ahmad Dahlan pernah berguru kepada ulama terkemuka
itu, berarti mereka juga seperguruan dengan Agus Salim.
Selama kurang lebih enam tahun Agus Salim berada di Arab
Saudi. Akhirnya tahun 1911, Agus Salim pulang ke
Indonesia. Kepulangannya dari Tanah Suci ini boleh
dikatakan sebagai titik tolak perjuangannya melawan
Belanda. Agus Salim sempat bekerja pada Dinas Pekerjaan
Umum. Namun, ia keluar dari birokrasi Belanda dan
mendirikan sekolah swasta di kampungnya di Kota Gadang.
Hal ini hanya sebentar, Agus Salim kemudian berangkat lagi
ke Jakarta dan selanjutnya terjun ke dunia politik melalui
Sarikat Islam (menjadi ketua bersama dengan HOS
Tjokroaminoto) dan menjadi Ketua Partai Serikat Islam
Indonesia. Karena keaktifan dan kepandaiannya itulah, ia
diangkat menjadi anggota Pengurus Pusat. Ia merupakan
salah seorang tokoh yang mengupayakan pembersihan
organisasi dari ideologi komunisme yang tidak sesuai
dengan ajaran Islam.
Pada tahun 1927, Agus Salim hadir pada Muktamar Alam
Islami di Mekkah dan sempat berdialog panjang dengan
penguasa Saudi Arabia yang terkesan atas cita-cita Agus
Salim dalam upaya menyadarkan rakyat Indonesia agar
terbebas dari cengkeraman bangsa asing. Hasil dari
interaksi ini Agus Salim memperoleh dana untuk
menerbitkan surat kabar Fadjar Asia, terbit tahun 1927
hingga 1930. Fadjar Asia adalah koran yang diterbitkan
Agus Salim bersama Tjokroaminoto sebagai media pembela
kepentingan rakyat yang tertindas akibat kebijakan
pemerintah kolonial.
Tak hanya itu, pada 1929-1930, Himpunan Serikat Buruh
Belanda yang bermarkas di Amsterdam, mengangkat Agus
Salim sebagai penasehat penuh mereka untuk menghadiri
event Konferensi Buruh Sedunia (ILO) di Jenewa, Swiss. Di
sinilah Agus Salim berbicara lantang kepada semesta raya
tentang kekejian pemerintah kolonial Belanda terhadap
bangsa Indonesia. Mata dunia terbelalak mendengar
kecaman Agus Salim yang diserukan fasih dengan bahasa
Belanda, Inggris, Jerman, serta Prancis itu. Akibat dari

Urutan
tokoh
Tahap 8

peristiwa

Urutan
tokoh
Tahap 9

peristiwa

Urutan
tokoh
Tahap 10

peristiwa

Urutan
tokoh
Tahap 11

peristiwa

gugatan Agus Salim di forum internasional tersebut,


pemerintah kolonial Hindia Belanda terpaksa harus
mengubah politik kolonialismenya karena semenjak itu,
Amerika Serikat, dan sebagian negara-negara Eropa tidak
mau lagi membeli hasil perkebunan Hindia Belanda yang
dianggap sebagai hasil kekejaman Belanda terhadap rakyat
Indonesia.
Dari
pengalaman-pengalaman
berbicara
di
tingkat
internasional itulah wawasan serta talenta bertutur Agus
Salim terus mengalami kemajuan. Pengetahuannya tentang
tata cara diplomasi sama rincinya dengan pemahamannya
tentang Islam, Al-Quran, dan Hadits. Agus Salim mulai
membangun citranya sebagai penggagas tradisi diplomasi
yang kelak sangat berguna bagi negara Indonesia untuk
mempertegas jati diri sebagai bangsa yang merdeka.
Menjelang kemerdekaan Indonesia, Agus Salim turut
berperan aktif untuk mempersiapkan berdirinya sebuah
negara baru yang berdaulat dan terpilih sebagai anggota
Panitia 9 Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) yang bertugas menyusun rancangan
Undang-Undang Dasar 1945.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dinyatakan
Soekarno-Hatta di Jakarta pada 17 Agustus 1945, bukan
berarti perjuangan telah berakhir. Justru pada masa inilah
perjuangan rakyat Indonesia memasuki masa-masa yang
berat. Sebagai negara yang baru merdeka, Indonesia
membutuhkan pengakuan dari negara-negara lain di dunia.
Ketika
para
pejuang
lainnya
bahu-membahu
mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari ancaman
kembalinya Belanda, Agus Salim justru beringsut keluar
mencari terang, mengambil jalan perjuangan yang tidak
semua orang bisa melakukannya. Dengan tekad membara,
kendati dengan kondisi finansial yang pas-pasan, bahwa
kemerdekaan Indonesia harus dipertahankan dan diketahui
dunia, Agus Salim dan rombongannya giat berkampanye ke
dunia luar demi mendapat pengakuan atas kemerdekaan
bangsa Indonesia dari bangsa-bangsa lain dengan
perjuangan lewat jalur diplomasi.
Pada tahun 1947 Agus Salim bersama beberapa tokoh
nasional lainnya dapat dianggap berjasa dalam pengakuan
negara-negara
Arab
atas
kemerdekaan
Indonesia.
Sebelumnya, selama 3 bulan mereka mengembara di Timur
Tengah dengan kondisi keuangan yang sangat terbatas
sebagai utusan negara yang baru merdeka.

Urutan
tokoh
Tahap 12

peristiwa

Urutan
tokoh
Tahap 13

peristiwa

Urutan
tokoh
Tahap 14

peristiwa

Urutan
tokoh
Tahap 15

peristiwa

Urutan
tokoh
Tahap 16

peristiwa

Pada tanggal 10 Juni di tahun yang sama, Agus Salim


menorehkan kegemilangan bagi diri dan bangsanya, ia
sukses menggaet Mesir untuk menjalin kekerabatan intim
dengan Indonesia. Mesir memantapkan dukungannya
terhadap kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia sebagai
negara yang bukan lagi bagian dari kekuasaan kolonial. Di
bawah guratan tanda tangan Agus Salim selaku wakil dari
Indonesia dan Perdana Menteri Mesir Nokrasi Pasya,
disepakatilah sebuah perjanjian persahabatan antara kedua
negara yang termaktub hitam di atas putih.
Beberapa bulan sebelumnya, tepatnya pada akhir Maret
dan awal April 1947, Agus Salim sudah berada di New Delhi,
India, sebagai penasehat delegasi kontingen Indonesia
dalam Inter-Asian Relations Conference
(Konferensi
Hubungan Antar-Asia). Selama di Delhi, orang tua bertubuh
kecil dan berjanggut putih ini mampu memikat hati rakyat
India karena keaktifan dan kelincahannya.
Di India, Agus Salim yang kala itu menjabat sebagai Menteri
Luar Negeri Republik Indonesia, menjalin hubungan dan
berdialog dengan para pemimpin India, baik yang
tergabung dalam Indian National Congress seperti
Jawaharlal Nehru, maupun tokoh-tokoh politik Indonesia
semisal Muhammad Ali Jinnah dari All-India Moslem League.
Di hadapan mereka, Agus Salim berbicara dan berorasi
dengan sangat baik, sehingga membuat para tokoh India itu
terkagum-kagum. Upaya inilah yang ditempuh Agus Salim
untuk menarik simpati dunia demi satu tujuan: dukungan
terhadap kemerdekaan Indonesia.
Setelah Mesir dan India jatuh ke pelukan, Agus Salim
melanjutkan perjuangannya ke wilayah Asia yang lain, kali
ini Timur Tengah yang dibidik. Dalam waktu yang relatif
tidak begitu lama, bersepakatlah Liga Arab yang dimotori
Saudi Arabia, Lebanon, Suriah, Yordania, serta Yaman, untuk
mendukung berdirinya negara Republik Indonesia berkat
uluran persahabatan dari Agus Salim.
Sejak lahirnya negara Republik Indonesia, Agus Salim
memang telah mantap menempati posisinya dalam bidang
hubungan luar negeri. Pada Kabinet Sjahrir II (1946) dan
Kabinet III (1947), Agus Salim ditunjuk sebagai Menteri
Muda Luar Negeri. Tidak lama kemudian, yakni pada era
Kabinet Amir Sjarifuddin (1947), Agus Salim memegang
peranan sebagai Menteri Luar Negeri. Pada kurun 19481949, Agus Salim kembali menjadi dipercaya untuk
menjabat Menteri Luar Negeri dalam Kabinet Hatta. Pada

Urutan
tokoh
Tahap 17

peristiwa

Urutan
tokoh
Tahap 18

peristiwa

Reorientasi

masa ini, Agus Salim berperan aktif dalam Konferensi Meja


Bundar (KMB) yang kemudian secara de jure mengakhiri
perseteruan
dengan
Belanda.
Tindak
lanjut
dari
kesepakatan KMB ini pada akhirnya membuat Belanda
harus menyerahkan dan mengakui kedaulatan Indonesia
pada 27 Desember 1949.
Setelah Indonesia benar-benar menjadi negara yang
berdaulat, kepercayaan terhadap Agus Salim semakin kuat.
Orang tua berjuluk the grand old man ini didaulat lagi untuk
menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Republik Indonesia
pada Kabinet Presidentil. Selanjutnya, tahun 1950, Agus
Salim didapuk untuk mengampu jabatan sebagai Penasehat
Menteri Luar Negeri. Agus Salim menunaikan tugas ini
hingga akhir hayatnya.
Tokoh
bangsa
bernama
asli
Masyudul
Haq
ini
menghembuskan nafas penghabisan pada 4 November
1954 di RSU Jakarta dan dimakamkan di TMP Kalibata,
Jakarta. Namanya kini diabadikan untuk stadion sepak bola
di Padang. Atas jasa-jasanya kepada bangsa dan negara,
berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No.657/1961. H.
Agus Salim diangkat sebagai pahlawan kemerdekaan
nasional.
Tokoh terkemuka asal Belanda, Prof. Schermerhorn,
mengakui kecemerlangan intelektual Agus Salim. Seperti
yang dikutip sejarawan Asvi Warman Adam dalam
artikelnya, Schermerhorn pernah berujar, Orang tua yang
sangat pandai ini seorang jenius dalam bidang bahasa,
mampu berbicara dan menulis dengan sempurna dalam
paling sedikit sembilan bahasa, mempunyai hanya satu
kelemahan, yaitu selama hidupnya melarat.
Puji-pujian juga disematkan para tokoh bangsa lainnya
kepada Agus Salim. Sikapnya yang tangkas itu
memberikan garam dalam ucapannya. Biasanya terdapat
dalam perdebatan atau tulisan yang menangkis serangan
lawan atau dalam pertukaran pikiran yang berisikan lelucon.
Di bagian situlah terdapat apa yang dikatakan orang dalam
bahasa Belanda: Salim op zijn best, sanjung Mohammad
Hatta.
Buya Hamka mengalungkan segenap rasa takjub terhadap
Agus Salim. Sastrawan, ulama, sekaligus aktivis politik, ini
mengatakan, Bila kita membicarakan manusia Agus Salim,
kita teringat seorang pujangga, seorang filosof, seorang

wartawan, seorang orator, seorang politikus, seorang


pemimpin rakyat, seorang ulama. Jarang-jarang Tuhan
memberikan manusia semacam itu ke dalam alam ini,
apalagi kepada suatu bangsa.
Agus Salim dekat dengan segala kalangan, bahkan dengan
kelompok orang Belanda sekalipun. Lama menggauli
kebiasaan Belanda membuat Agus Salim tidak pernah
minder berinteraksi dengan bangsa yang mengklaim dirinya
ras paling unggul itu, juga pada bangsa asing lainnya.
Dengan menguasai banyak bahasa, Agus Salim menjadi
seorang diplomat ulung. Tutur katanya yang khas itu
senantiasa membawa keberhasilan dalam setiap misi
diplomasi yang diemban Agus Salim.
Haji Agus Salim merupakan sedikit dari pemimpin bangsa
yang mau hidup susah. Jika saja ia mau meneruskan
pekerjaannya sebagai konsulat Belanda di Arab Saudi,
mungkin Salim tak akan hidup melarat. Pada awal abad ke20 Salim sudah beroleh gaji sangat besar, 200 gulden per
bulan. Menurut budayawan Ridwan Saidi, gaji itu sangat
besar untuk ukuran orang Melayu. Sebagai perbandingan,
sebuah keluarga dengan satu istri dan tiga anak, saat itu
dapat hidup layak hanya dengan 15 gulden per bulan.
Namun Salim meninggalkan itu semua, dan memilih
menjadi aktivis Sarekat Islam (SI).
Agus Salim mampu memanfaatkan setiap peluang yang
diberikan Belanda untuk menambah pengetahuannya.
Ketika Agus Salim dikirim ke Timur Tengah oleh Belanda,
beliau memanfaatkan hal tersebut untuk menambah
pengetahuannya dengan belajar kepada seorang Syekh di
Arab Saudi. Dari situlah beliau memulai perjalanannya di
dunia internasional. Setelah kembali ke Indonesia beliau
berjuang melawan kolonialisme Belanda dengan cara
kooperatif. Hal inilah yang menyebabkan beliau tak pernah
ditangkap Belanda. Agus Salim di masa kemerdekaan juga
tak kalah perannya di kala perjuangan kemerdekaan bagi
Indonesia. Beliau dengan susah payah mengenalkan
Indonesia di dunia internasional dan mencari dukungan atas
kemerdekaan Indonesia. Agus Salim seorang yang cerdas
dan diplomat ulung. Kita beruntung pernah memiliki
seorang Agus Salim yang kredibilitasnya tidak hanya diakui
secara
nasional
namun
juga
diakui
masyarakat

internasioanal. Semoga kedepannya sosok-sosok Agus


Salim baru dapat muncul ditengah-tengah masyarakat kita
yang diselubungi kegundahan.

HAL YANG DITELADANI


No
1
2
3
4
5

Hal yang dapat diteladani


Pemimpin yang mau hidup miskin
Humoris yang intelek
Menguasai banyak bahasa asing
Pendebat yang kritis

Bukti

Você também pode gostar