Você está na página 1de 11

TAHAPAN PEMBUATAN

ANGKLUNG
Handiman Diratmasasmita
Workshop Festival Paduan Angklung ITB
Kamis, 19 November 2009
Auditorium IPTEKS Campus Center Timur ITB

Angklung termasuk ke dalam golongan alat musik


idiophone, yakni alat-alat yang badannya sendiri
mengeluarkan bunyi atau nada bila kita sentuk atau
pukul.
Contoh idiophone lain adalah gamelan, gambang
kolintang, saron, bonang, gong, cymbal, triangle,
xylophone, dll.
Pada umumnya idiophone memerlukan alat pengeras
misalnya pada gambang kolintang. Wilah-wilah kayu
secara mutlak harus diletakkan di atas kotak kayu yang
berfungsi sebagai pengeras suara atau resonator.
Alat-alat musik tersebut di atas masing-masing hanya
dilengkapi satu resonator saja. Ini berarti bahwa
resonator yang satu itu diharuskan meladeni semua
sumber nada (wilah-wilah) yang terletak di atasnya, yang
masing-masing tiada sama frekuensi getarannya.
Prinsip bunyi semacam itu terbanyak digunakan dalam
dunia alat-alat musik, dan disebut getar paksaan.

Gender, kelengkapan alat musik gamelan


mempunyai kekhasan sendiri dengan tabung
resonansinya. Pada gender tiap-tiap wilah itu
mempunyai resonator tersendiri, serta masingmasing resonator telah ditala dan disesuaikan
frekuensinya dengan wilah yang bersangkutan.
Artinya frekuensi getaran udara di dalam tabung
itu harus sama dengan frekuensi wilah yang
bersangkutan (harus ngajodo). Bunyi gender itu
terdengar lebih mendengung dan lebih bulat
daripada waditra-waditra gamelan lainnya.
Prinsip ngajodo ini dalam ilmu suara disebut
resonansi mutlak.

Resonansi mutlak pada angklung prinsipnya sama


dengan gender.
Gender dan angklung keduanya terdapat dua
bagian penting, yang menentukan tinggi rendah
suara yaitu:
1. Sumber nada
2. Resonator
Pada gender sumber nadanya itu wilah-wilah
yang terbuat dari perunggu dan resonatornya
tabung yang dipasang di bawahnya (udara yang
ada dalam rongga tabung).
Pada angklung, sumber nada adalah
bambunya/badannya, resonator adalah udara
yang ada di dalam bambunya.

Pemilihan Bahan
Pilih batang bambu yang
lurus
Lingkaran badan
tabung/bumbung yang
bulat
Ruas bumbung yang
panjang
Ketebalannya disesuaikan
Keras lunaknya
buluh/bambu disesuaikan

Proses Pembuatan Tabung Nada

NGABAKALAN
Ruas bumbung
dibersihkan
Membuat kaki
Membuat bumbung
resonator

NYORAAN
Bakalan diraut bagian bibir
resonator untuk
mendapatkan bunyi getaran
nada dalam bumbung
resonator, bila tabung
resonator ditiup atau bagian
bawah tabung ditumbukkan
ke meja kerja
Mencari nada pukul dari
badan tabung nada
Membuat lubang
simpul/gantungan tabung
nada

PENALAAN
Dari hasil nyoraan, kita
pertajam menjadi nada
yang dikehendaki
Deru getaran udara dalam
tabung resonator
disesuaikan dengan bunyi
pukul badan tabung nada,
artinya frekuensi getaran
udara di dalam tabung
resonator itu sama dengan
frekuensi wilah/ badan
tabung yang bersangkutan
(Ngajodo; Pa Djaja gurunya
Pa Daeng Sutigna)

Dalam menala tabung angklung diperlukan:


1.Kesabaran dan kecermatan
2.Sepasang telinga yang musikal
3.Sebilah pisau raut yang tajam
Tinggi nada diteliti dengan cara mengetuk-ngetuk bakal angklung
itu dengan pegangan pisau. Dalam keadaan nada terlalu tinggi maka
pinggir bambu kita raut sedikit dan kalau kelewat rendah ujungnya
harus kita potong sebanyak yang diperlukan.
Dalam menala resonator yang harus diteliti adalah udaranya bukan
bambunya. Bila rongga tabung itu kita tiup, maka bergetarlah udara
di dalam tabung itu, dan terdengarlah bunyi deru lemah yang tinggi
rendahnya bergantung kepada dangkal dalamnya tabung (besar
kecilnya rongga)
Pada rongga tabung itu hanyalah dapat kita perkecil saja, yakni
dengan mengorek (membuang sebagian) bibirnya. Tetapi
memperbesar kembali tabung itu tidaklah mungkin karena bambu
itu tidak bisa kita sambung/tambal. Dengan kata lain, frekuensi
resonator itu hanya mungkin diubah menjadi lebih tinggi,
kebalikannya mustahil.

Finishing

Você também pode gostar