Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PADA
PLANT 14
PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk.
DI
CITEUREUP BOGOR
Oleh :
TAHUN 2015
Plant/Division : Plant 14
Department
: Production
TANDA PERSETUJUAN
LAPORAN AKHIR
Nama
NIK
: 1410164
Bagian
: Production Plant 14
Judul
Menyetujui,
Pembimbing,
D. N. Wiryasantika
Dika Avianto
Plant Manager
Engineer
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan akhir dengan judul Analisa Implementasi Aspek
Safety Pada Coal Mill Plant 14.
Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu persyaratan
kelulusan Program Management trainee yang diadakan oleh Corporate
Human Resource Development Division PT. Indocement Tunggal
Prakarsa, Tbk.
Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan akhir ini,
terutama kepada :
1. Bapak D. N. Wiryasantika selaku Plant Manager P 14
2. Bapak Dika Avianto selaku Engineer P 14
3. Ibu Dani Handajani selaku Corporate Human Resource
Development Division Manager
4. Bapak Tomas Arista selaku Corporate People Development
Departement Head
5. Seluruh staff dan karyawan PT. Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk, khususnya staff dan karyawan plant 14 yang telah bersedia
membantu memberikan informasi, bantuan dan pengarahan
untuk menyelesaikan laporan ini.
6. Rekan-rekan Management Trainee angkatan 2014 batch 1 dan
JELPRO P-14 yang selalu memberi dukungan dan semangat
bagi penulis.
7. Orang tua dan teman-teman yang selama ini mendukung dalam
segala hal hingga dapat terselesaikannya laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam laporan masih banyak terdapat
kekurangan, oleh karenanya kritik dan saran dari berbagai pihak sangat
penulis harapkan untuk dapat membangun laporan ini kearah yang lebih
baik. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Citeureup, 30 Maret 2015
Penyusun,
iii
ABSTRAK
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Spesifikasi raw coal plant 14 ................................................... 10
Tabel 2.2 Nilai proximate analysis adaro envirocoal - 4000 .................... 10
Tabel 2.3 Nilai ultimate analysis adaro envirocoal - 4000 ....................... 11
Tabel 2.4 Spesifikasi product fine coal plant 14 ...................................... 11
Tabel 2.5 Spesifikasi coal mill plant 14 ................................................... 12
Tabel 2.6 Kondisi operasi coal mill plant 14 ............................................ 13
Tabel 3.1 Reaksi yang terjadi dalam SP Dan kiln ................................... 27
Tabel 4.1 Auto ignition temperature point untuk berbagai jenis coal ....... 29
Tabel 4.2 Lama waktu penyimpanan coal yang direkomendasikan ........ 32
Tabel 4.3 Tinggi pile di coal storage yang direkomendasikan ................. 32
Tabel 4.4 Hubungan batasan oksigen yang diperbolehkan dalam sistem
dengan kadar volatile dalam coal .......................................... 40
Tabel 4.5 Kadar CO2 diudara dan efek yang ditimbulkan ....................... 43
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Aliran material dari truck dumping sampai storage hall .......
Gambar 2.2 Aliran material storage hall sampai ke raw coal bin ............
vi
DAFTAR ISI
ii
vii
viii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
KERANGKA TEORI
Gambar 2.1 Aliran material dari truck dumping sampai storage hall
Sumber : Flowsheet plant 14 project, raw material area
kasar ini selanjutnya akan dikirim ke unit pengolahan limbah untuk diolah
lebih lanjut.
Pada belt conveyor N0632BC01 tersebut terdapat belt scale yang
berfungsi untuk menimbang material coal yang berada di atas belt.
Setelah melewati belt conveyor N0632BC01 rawcoal akan menuju ke belt
conveyor N0632BC02 kemudian menuju ke stacker (N0632ST01), dari
stacker ini coal akan dialirkan ke belt conveyor untuk kemudian dijatuhkan
ke storage hall membentuk pile.
Gambar 2.2 Aliran material storage hall sampai ke raw coal bin.
Sumber : Flowsheet plant 14 project, raw material area
Dari storage hall coal terlebih dahulu akan disisir oleh reclaimer,
coal dari pile akan turun ke kebawah kemudian akan terbawa oleh scraper
menuju ke belt conveyor (N0641BC01). Di belt conveyor tersebut terdapat
magnetic separator yang berfungsi untuk memisahkan logam yang seperti
besi dan baja. Raw coal akan menuju belt conveyor N0641BC02, di belt
conveyor ini terdapat belt scale yang berfungsi sebagai timbangan raw
coal yang ada di atas belt tersebut. Dari belt conveyor 02 coal akan
menuju ke belt conveyor N0641BC03.
metal detector
Untuk aliran material yang berada di coal mill 1 dan coal mill 2 adalah
sama alurnya. Berikut ini deskripsi aliran material di coal mill 1. Raw coal
yang berada dalam raw coal bin kemudian akan turun menuju ke weighing
feeder untuk kemudian ditimbang sebelum masuk dalam mill. Di bagian
bawah weighing feeder ini terdapat spillage conveyor yang berfungsi
sebagai cleaner jika ada material tumpahan dari weighing feeder. Dari
weighing feeder coal akan masuk kedalam mill melaui rotary air lock. Gas
panas yang masuk ke dalam coal mill berasal dari suspension preheater,
dimana gas tersebut akan dilewatkan ke dalam EP coal mill terlebih
dahulu untuk memisahkan raw meal dust yang terbawa dari SP. Keluar EP
coal mill hot gas akan masuk ke dalam mill. Raw meal dust produk dari EP
tersebut akan dialirkan chain conveyor kemudian menuju bucket elevator
selanjutnya akan masuk ke dalam kiln dust hooper
Proses yang terjadi di dalam mill adalah pengeringan, penggerusan ,
pemisahan produk halus dan kasar serta transportasi coal. Coal yang
sudah digerus akan terhisap keatas menuju ke separator karena tarikan
Fine coal didalam fine coal bin 1 akan digunakan untuk suplai coal
ke calciner burner, sedangkan di fine coal bin 2 akan digunakan untuk
suplai coal ke kiln burner. Coal akan turun dari fine coal bin menuju ke
coal weighing system untuk ditimbang beratnya kemudian akan
dihembuskan
menuju
ke
calciner
burner
ataupun
kiln
burner
preheater.
Digunakan
gas
panas
dari
suspension
satuan
MCV
LCV
Hardgrove Index
40
40
28
38
12
Satuan
A.D. Basis
A.R. Basis
Moisture
20
38
Ash
Volatile matter
40
Fixed carbon
36
Calorific Value
Kcal / kg
5200
4100
Hardgrove Index
65
Total sulphur
0,25
10
satuan
D.A.F basis
Carbon
72
Hydrogen
Nitrogen
Oksigen
22
Sulphur
%b
0,32
Keterangan :
A.D
A.R
D A F : dry, ash free (kondisi batubara dalam keadaan kering dan bebas
Ash)
Satuan
MCV
LCV
Fineness
Residu 90 micron
< 12 %
< 12 %
<8
< 12
11
Satuan
Spesifikasi
Loesche Mill 28.3 D
Tipe
Motor power mill
kW
730
Tinggi mill
mm
13000
Berat mill
ton
173,725
Table Speed
rpm
Max 34,5
Diameter table
mm
2800
Jumlah roller
Diameter roller
mm
1850
Berat roller
kg
8300
Output product
tph
mm
125
segmen
10
Classifier
Tipe
LSKS 47 ZD r
Jumlah classifier
kW
90
Diameter classifier
mm
4700
Berat classifier
ton
33,75
Rotor speed
rpm
73 - 246
12
Parameter
4 stage
5 stage
preheater
preheater
operation
operation
(LCV coal)
(MCV coal)
Satuan
Feed rate
tph
56,9
57
Feed moisture
38
28
Product rate
tph
40,1
44,6
Product moisture
12
tph
35,3
41
Mbar
(with moisture)
-5
-5
345
290
4,5
4,5
mill
Temperature at mill exit
80
80
M3/h
195.000
180.000
tertentu,
timbullah
reaksi
oksidasi
atau
dikenal
sebagai
proses
pembakaran.
Tiga unsur api atau lebih umum dikenal dengan konsep segitiga api,
adalah elemen elemen yang diperlukan kehadirannya untuk dapat
mengahasilkan api. Ketiga elemen tersebut adalah :
1. Bahan bakar (fuel) atau benda yang mempunyai heating value. Sifatsifat benda/bahan untuk mudah atau tidaknya untuk menyala/terbakar
sangat dipengaruhi oleh :
a. Titik nyala dan bentuk fisik dari bahan bakar tersebut
b. Suhu penyalaan sendiri (auto ignition temperatur), suhu dimana
suatu benda apabila telah mencapai temperatur tersebut dapat dan
dibiarkan dalam keadaan terbuka dapat terbakar dengan sendirinya
Ada 3 wujud bahan bakar yaitu padat, cair dan gas. Untuk benda
padat dan cair dibutuhkan panas pendahuluan untuk mengubah seluruh
atau sebagian darinya, ke bentuk gas agar dapat mendukung terjadinya
pembakaran.
a. Benda padat
Bahan bakar padat yang terbakar akan meninggalkan sisa berupa
abu atau arang setelah selesai terbakar. Ini dikarenakan bahan
14
15
BAB III
GAMBARAN UMUM
3.1. Sejarah perusahaan
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (Indocement atau
Perseroan) adalah produsen semen di Indonesia yang didirikan pada
tanggal 16 Januari 1985, sebagai hasil penggabungan enam perusahaan
semen yang pada saat itu memiliki delapan pabrik. Indocement
memproduksi semen dan saat ini memiliki beberapa anak perusahaan
yang memproduksi beton siap-pakai (ready-mix concrete/RMC) serta
mengelola tambang agregat dan trass.
Selama 39 tahun beroperasi, Indocement terus menambah jumlah
pabriknya, hingga saat ini mencapai 12 plant. 12 plant tersebut tersebar
di 3 lokasi, yaitu Citeureup-Bogor, Palimanan-Cirebon, dan TarjunKalimantan Selatan. Dengan rician 8 plant (Plant 1,2,3,4,5,6,7,8,11) di
Citeureup, 2 plant di Palimanan (Plant 9,10), dan 1 plant di Tarjun (Plant
12).
Pada awal berdirinya, 1 Juni 1973, PT Indocement Tunggal Prakarsa
bernama PT Distinct Indonesia Cement Enterprise (DICE). Pabrik ini mulai
beroperasi pada tahun 1975 dan diresmikan pada tanggal 4 Agustus
1975. Meningkatnya
menyebabkan badan usaha ini berkembang dengan pesat. Hal ini ditandai
dengan dibangunnya pabrik-pabrik baru oleh badan usaha lain di daerah
sekitarnya. Berikut ini ialah badan-badan usaha yang akhirnya melakukan
merger menjadi PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. :
1. PT Distinct Indonesia Cement Enterprise (DICE)
Perusahaan ini merupakan pendiri Plant 1 dan Plant 2. Produk dari
plant ini ialah semen tipe I ASTM. Kapasitas produksi dari Plant 1 ialah
600.000 ton per tahun dan Plant 2 ialah 500.000 ton per tahun. Plant 1
mulai beroperasi pada tanggal 18 Juli 1975 dan diresmikan pada
tanggal 4 Agustus 1975, sedangkan Plant 2 beroperasi pada tanggal
16
14 Juli 1975 dan diresmikan pada tanggal 5 Agustus 1976. Peralatanperalatan yang digunakan pada plant ini diimpor dari Jepang (PT
Kawasaki Heavy Industries Ltd.).
2. PT Perkasa Indonesia Cement Enterprise (PICE)
Perusahaan ini merupakan perusahaan pendiri Plant 3 dan Plant 4.
Produk dari plant ini ialah semen tipe I ASTM. Kapasitas produksi dari
plant masing-masing sebesar 1 juta ton/tahun. Plant 3 beroperasi sejak
tanggal 26 Oktober 1979 dan Plant 4 mulai beroperasi pada tanggal 17
November 1980. Peralatan-peralatan yang digunakan pada plant ini
diimpor dari Jerman (Centunion/KHD Humboldh Wedag HG).
3. PT Perkasa Indah Indonesia Cement Putih Enterprise (PIICPE)
Perusahaan ini merupakan pendiri Plant 5. Produk utama dari plant ini
ialah semen putih dan oil well cement. Plant 5 merupakan satu-satunya
produsen semen putih yang ada di Indonesia. Kapasitas produksi dari
plant ini ialah sekitar 200.000 ton per tahun. Plant ini diresmikan pada
tanggal 16 Maret 1981. Peralatan-peralatan yang digunakan pada
plant ini diimpor dari Jepang (PT Kawasaki Heavy Industries Ltd. dan
Nihon Cement Co. Ltd).
4. PT Perkasa Agung Utama Indonesia Cement Enterprise (PAUICE)
Perusahaan ini merupakan pendiri Plant 6. Produk utama dari plant ini
ialah semen tipe I ASTM. Plant ini mulai beroperasi pada bulan
Desember 1983. Kapasitas produksi dari plant ini ialah 1,5 juta
ton/tahun. Peralatan-peralatan yang digunakan pada plant ini diimpor
dari Jerman (Centunion/KHD Humboldh Wedag HG).
5. PT Perkasa Inti Abadi Indonesia Cement Enterprise (PIAICE)
Perusahaan ini merupakan pendiri Plant 7. Plant ini mulai beroperasi
pada tanggal 16 Desember 1984. Kapasitas produksi dari plant ini
ialah 1,5 juta ton/tahun. Peralatan-peralatan yang digunakan pada
plant ini diimpor dari Perancis (Polysius S.A.).
6. PT Perkasa Abadi Mulia Indonesia Cement Enterprise (PAMICE)
17
perusahaan
tersebut
resmi
berganti
nama
menjadi
PT
18
51%, Korea Devt. Co.: 46%, dan Marubeni Corp.: 3%). Kapasitas produksi
dari plant ini ialah 2,4 juta ton/tahun.
Pada tahun 2001, Heidelberg Cement Group, salah satu produsen
semen terkemuka di dunia yang berpusat di Jerman dan beroperasi di 50
negara, menjadi pemegang saham mayoritas PT Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk.. Sejak itu, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. bertekad
untuk memulihkan kondisi keuangan yang sehat seperti sebelum
terjadinya krisis keuangan di Asia.. Sejak 2006 hingga saat ini, PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
19
Misi
Kami berkecimpung dalam bisnis penyediaan semen dan bahan
bangunan
berkualitas
dengan
harga
kompetitif
dan
tetap
Moto
Turut Membangun Kehidupan Bermutu
20
Komisaris Independen
Komisaris
Komisaris
Komisaris
21
2. Dewan Direksi
Direktur Utama
: Christian Kartawijaya
: Franciscus Welirang
Direktur
Direktur
: Hasan Imer
Direktur
Direktur
: Ramakanta Bhattacharjee
Direktur
Direktur
: Benny S. Susanto
Direktur
: Daniel R. Fritz
22
23
4. Penggilingan Semen
5. Pengisian dan Pengantongan Semen
Tahapan proses overview dari pembuatan semen dapat dilihat
pada gambar dibawah ini
quarrying
crushing
preblending & storing
preheating
fuel
clinkering
cooling
storing
Grinding
storing
packing
24
bahan
baku
hasil
penambangan
diangkut
dengan
25
unit
Electrostatic Precipitator
dengan
efisiensi
di
Suspension
Preheater.
Selama
pembakaran
di
26
Reaksi
(oC)
100 - 110
450 - 800
700 - 730
750 - 900
800 - 900
Penguapan air
Dehidrasi tanah liat
Al2O3.SiO2.2H2O Al2O3.2SiO + 2H2O
- 213 kal/gr
- 275 kal/gr
- 420 kal/gr
Pembentukan 2CaO.SiO2
2CaO(l) + SiO2(l) 2CaO.SiO2
Pembentukan 3CaO.Al2O3
900 - 1200
3CaO(l) + Al2O3(l) 3CaO.Al2O3(l)
Pembentukan 3CaO.Al2O3 dan 4CaO.Al2O3.Fe2O3
1200 - 1300
(C3A(l))
1260 - 1450
(C3S (l))
27
serupa dengan unit Raw Mill tetapi unit Finish Mill tidak memerlukan
gas panas. Penambahan gypsum bertujuan untuk memperlambat
proses pengerasan semen. Bahan additive yang biasa digunakan
adalah Limestone, Trass, dan Fly Ash. Jenis dan proporsi additive
menentukan jenis semen yang akan diproduksi. Produk semen ini
kemudian disimpan dalam Cement Silo.
5. Pengantongan semen (unit packing)
Semen dari cement silo dikemas dalam unit Pengantongan
Semen dalam ukuran 40kg dan 50kg dengan menggunakan mesin
Packer yang selanjutnya dikirim oleh truk-truk ke distributor /
konsumen. Selain itu semen dikirim dalam bentuk kantong besar (Big
Bag) dengan kapasitas 1 1,5 ton dan juga dalam bentuk curah
(Bulk).
28
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Anthracite
600
Bituminous
454
Lignites
526
Semi-bituminous
527
29
: brown coal
Glow point
: 240 oC
temperatur
makasimum
yang
diijinkan
(permissible
C. Jika
30
keadaan
yang
dapat
memperparah
atau
mempercepat
31
stockpile
management.
Lamanya
penyimpanan
batubara
ditentukan dari kadar volatile matter (VM) batubara itu sendiri. Berikut
lamanya waktu penyimpanan batubara yang direkomendasikan :
Tabel 4.2 Lama waktu penyimpanan coal yang direkomendasikan
Tipe coal
Kadar VM (%
Lamanya waktu
berat)
penyimpaanan
Low volatile
< 12 %
4 bulan
Medium volatile
12 % - 32 %
2 3 bulan
High volatile
33% - 42%
1 - 2 bulan
> 42%
1 minggu 1 bulan
Kadar VM (% berat)
Low volatile
< 12 %
>6
12 % - 32 %
6 - 10
> 32 %
48
disimpan wajib harus diperhatikan karena perbedaan dari jenis dan sifat
tersebut dapat mempengaruhi metode penyimpanan di pile. Poin penting
terkait stockpile management ini adalah pengaturan tinggi pile dan
lamanya waktu penyimpanan dari batubara tersebut.
32
atmospheres.
Regulasi
ATEX
membagi
zona
bahaya
33
muncul. Potensi
kemunculan
dust
tetap
ada
namun
Dari gambar diatas dapat kita ketahui bahwa area coal mill terbagi
dalam beberapa kriteria area bahaya.
a. Zona 20, area yang pada gambar diatas digambarkan dengan
warna merah. Area yang termasuk kategori zona 20 adalah area
rotary air lock produck fine coal, srew conveyor fine coal. Area
ini adalah area dimana fine
konsentrasi tinggi.
b. Zona 21, pada gambar diatas zona 21 digambarkan dengan
warna biru muda. Area yang termasuk didalam kategori ini
34
adalah area rotary air lock feeding, di dalam mill, ducting menuju
bag filter, diadalam bag filter. Pada operasi normal, fine coal
akan muncul di area ini, tetapi konsentrasinya tidak setinggi di
zona 20
c. Zona 22, zona ini tergambar dengan warna hijau pada gambar
diatas. Area yang termasuk didalam zona ini adalah area raw
coal bin dan transportasi udara keluar bag filter menuju chimney
35
bahaya
meminimalisir
tersebut
harus
potensi
bahaya
diperhatikan
yang
dengan
mungkin
cermat
timbul.
untuk
Penulis
36
37
38
door
tidak
boleh
dimodifikasi
dari
sehingga
< 12 %
< 14 %
12-32 %
< 12 %
> 32 %
<9%
40
menginjeksikan
sejumlah gas CO2 kedalam sistem. injeksi CO2 ini dapat diatur dengan
beberapa parameter seperti konsentrasi O2 , temperatur dalam sistem
serta kadar CO dalam sistem. Ditentukan set point terhadap masing
masing parameter agar ketika dalam kondisi set point tersebut CO2 dapat
diinjeksikan secara otomatis ke dalam sistem.
Pada coal mill area plant 14 ini, injeksi CO2 akan di tempatkan
diberbagai titik yaitu :
a. 1 titik injeksi di masing masing raw coal bin
b. 2 titik injeksi di masing masing coal mill
c. 2 titik injeksi di masing masing bag filter
d. 4 titik injeksi di masing masing fine coal bin
Untuk kebutuhan CO2 sendiri akan disuplai dari tangki penyimpanan CO2
dengan rincian sebagai berikut :
a. 1 tangki untuk suplai CO2 diarea coal mill 1 dan 1 tangki untuk
suplai CO2 diarea coal mill 2 dengan kapasitas masing masing
tangki 9910 liter
b. 1 tangki untuk suplai CO2 diarea fine coal bin 1 dan fine coal
bin 2 dengan kapasitas tangki 3910 liter.
Dari data loesche
instruction sheet volume ruang kosong yang ada di area coal mill adalah
sebagai berikut
41
a. Area coal mill 1 meliputi area mill & classifier, ducting, bag filter
dan raw coal bin dengan total volume 1432 m3
b. Area coal mill 2 meliputi area mill & classifier, ducting, bag filter
dan raw coal bin dengan total volume 1432 m3
c. Area fine coal bin meliputi area fine coal bin 1 dan fine coal bin 2
dengan total volume 450 m3
Untuk desain penyimpanan CO2 didalam tangki mengikuti aturan yang
telah ada. Volume yang harus disimpan adalah 2 3 kali dari volume total
gas inert yang diperlukan oleh system. Dengan ketentuan lain adalah
minimum cadangan CO2 yang berada di dalam tangki penyimpanan
adalah 25 % dari volume tangki. Untuk konversi CO2 adalah bahwa 2 kg
CO2 cair akan menghasilkan 1 m3 gas inert CO2.
Dengan dasar
, maka
, maka
, maka
42
2% - 3 %
Meningkatkan
gangguan
pusat
pernapasan
8 % - 10%
Peningkatan
gejala
yang
timbul
di
level
43
44
45
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan analisa implementasi aspek safety pada coal mill
area, kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis adalah sebagai berikut :
1. Auto iginition temperature dan nilai glow point dari suatu batubara
menentukan batasan temperatur yang diijinkan dalam pengoperasian
alat di area coal mill temperatur penyimpanan batubara tersebut.
2. Jenis dan sifat batubara digunakan sebagai metode penyimpanan
dalam stockpile. Hal yang dapat diatur dengan memperhatikan sifat
dan jenis batubara ini adalah tinggi pile dan lamanya waktu
penyimpanan.
3. Regulasi ATEX adalah suatu sistem regulasi keamanan yang berasal
dari dari eropa yang membagi tempat tempat yang ada dalam suatu
unit pengolahan bahan bakar menurut potensi bahaya yang ada
didalamnya. Regulasi ATEX yang berkaitan dengan coal mill
Pembagian zona bahaya di area coal mill mengacu pada regulasi
ATEX, didasarkan pada konsentrasi combustible dust (fine coal dust)
pada setiap tempat yang ada berada di area coal mill.
4. Explosion door adalah perangkat keamanan yang terdapat pada coal
mill berupa suatu ducting tertutup yang mengarah keluar sistem yang
dapat membuka bila dilewati pressure yang tinggi. Explosion door
ditempatkan pada tempat tempat tertentu dengan tujuan untuk
melepaskan pressure yang tinggi (yang timbul akibat ledakan) menuju
keluar sistem.
5. Inerting system adalah proteksi untuk mencegah kebakaran dan
ledakan yang terjadi di dalam sistem coal mill. Prinsip kerja inerting
sistem adalah menurunkan konsentrasi O2 didalam sistem dengan
cara injeksi gas inert CO2. Konsentrasi O2 harus dijaga dalam batas batas yang diperbolehkan agar explosion pentagon tidak terpenuhi.
46
5.2 Saran
Sarani dari penulis terkait pembahasan yang telah dilakukan adalah
melakukan audit mill secara berkala dan menjaga housekeeping area coal
mill agar akumulasi fine coal yang tidak diinginkan dapat dihindari.
47
DAFTAR PUSTAKA