Você está na página 1de 17

1

IDENTIFIKASI KESULITAN BELAJAR SISWA TERHADAP


MATA PELAJARAN SAINS PADA SISWA KELAS X
SEMESTER II SMA NEGERI 1 KARANGSAMBUNG TAHUN
PELAJARAN 2012/2013

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun oleh:
JIMMI EKA PRAMANA
082150027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2013

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan sebagaimana yang diamanatkan Undang-undang
Dasar 1945 antara lain adalah pembangunan dalam bidang pendidikan yang
merupakan salah satu usaha agar tujuan pembangunan yang telah ditetapkan
mendapat perhatian serta penanganan yang sebaik-baiknya. Hal ini didasarkan
pada kenyataan bahwa sector pendidikan merupakan sektor penggerak
pembangunan. Pendidikan di sekolah dewasa ini telah mengalami berbagai
pembaharuan, baik dalam pengelolaan sumberdaya yang ada maupun metode
pelaksanaannya dalam rangka menciptakan individu yang kreatif, inovatif dan
bertanggungjawab. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan selalu adanya perubahan
kurikulum dalam pembelajaran guna mendapatkan cara pembelajaran yang paling
efektif. Salah satunya yaitu perubahan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) menjadi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Namun demikian
perubahan masih terus berlangsung agar diperoleh system pembelajaran yang
paling tepat guna. Salah satu yang berubah dari Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) berdasarkan Kepmendiknas No 232/U/2000 adalah pola pembelajaran
yang semula Teacher Center Learning (TCL) menjadi Student Center Learning
(SCL). Pola pembelajaran TCL seperti yang dipraktekan pada saat ini kurang
memadai untuk mencapai tujuan pendidikan berbasis kompetensi. Berbagai alasan
yang dapat dikemukakan antara lain adalah: 1) Perkembangan IPTEK dan seni

yang sangat pesat dengan berbagai kemudahan untuk mengaksesnya merupakan


materi perkembangan yang sulit dipenuhi oleh guru; 2) Perubahan kemampuan
kekaryaan yang berlangsung sangat cepat memerlukan materi dan proses
pembelajran yang lebih fleksibel.
Dilihat dari pergeseran paradigma, yaitu paradigma pandangan dalam
pengetahuan, yaitu paradigma belajar dan pembelajaran. Paradigma lama
memandang pengetahuan sebagai sesuatu yang sudah jadi hanya dipindahkan ke
siswa dengan istilah transfer of knowledge. Paradigma baru mengatakan bahwa
pengetahuan merupakan kontruksi dari seseorang yang belajar. Sehingga belajar
adalah sebuah proses mencari dan membentuk pengetahuan yang memiliki sifat
aktif, dan caranya spesifik. Belajar menurut paradigma lama yaitu menerima
pengetahuan, bersifat pasif karena pengetahuan sudah dianggap jadi dan
dipindahkan ke siswa, akibatnya berupa penyampaian materi atau ceramah. Guru
sebagai pemilik dan pemberi pengetahuan sehingga siswa menjadi pasif.
Paradigma baru menyatakan bahwa guru bersifat sebagai fasilitator dan motivator
dengan menyediakan beberapa strategi belajar yang memungkinkan siswa
bersama guru memilih, menemukan dan menyusun pengetahuan serta cara
mengembangkannya

(Buku

panduan

pengembangan

kurikulum

berbasis

kompetensi perguruan tinggi, 2008:24).


Oleh karena itu, pembelajaran ke depan dititikberatkan pada siswa (SCL)
dengan memfokuskan pada tercapainya kompetensi yang diharapkan (Panduan
Pengembangan Kurikulum Perguruan Tinggi, 2008:23).Pola pembelajaran
Student Centerd Learning (SCL) ini dapat diperluas atau disederhanakan

pelaksanaannya. Pola pembelajaran ini mengembangkan ketrampilan-ketrampilan


dan logika, pemecahan masalah, berfikir kritis, serta komunikasi lisan dan tulisan.
Selain itu pola pembelajaran ini akan mengembangkan aspek afektif seperti
konsep diri, rasa kemandirian, turut memperkarya sumber-sumber komunikasi
antar siswa secara afektif, meningkatkan rasa percaya diri untuk mengemukakan
pendapat, serta melakukan analisis secara kritis terhadap bahasan dan gagasan
yang muncul dalam debat.
Meskipun menggunakan sistem-sistem yang baru, akan tetapi pada
umumnya masih ada siswa yang mngalami kesulitan pada sebagian materi
pelajaran, khususnya untuk mata pelajaran fisika. Hal ini terbukti dengan selalu
adanya pembaharuan kurikulum yang ada setelah dikeahui adanya kelemahannya
seiring berjalannya waktu. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin
mengidentifikasi kesulitan belajar siswa terhadap mata pelajaran fisika pada siswa
kelas X semester I SMA N 1 Karangsambung tahun pelajaran 2012/2013.

B. Identifikasi Masalah
Sebagaimana telah diuraikan pada latar belakang, bahwa rendahnya
prestasi belajar fisika merupakan salah satu indikator adanya kesulitan belajar
yang

dialami

siswa

pada

mata

pelajaran

sains.

Menurut

Sumadi

Suryabarata(1983:43 dalam Tarhim 2008:3) kesulitan belajar disebabkan oleh


dua faktor yaitu fakor internal dan fakor eksternal. Fakor internal tersebut antara
lain kondisi fisiologis dan psikologis yang meliputi minat, kecerdasan, bakat,

motivasi, dan kemampuan kognitif. Sedangkan fakor eksternal meliputi


lingkungan dan instrumental yaitu kurikulum, program, fasilitas, serta guru.
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang muncul dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Banyak siswa SMA menganggap bahwa fisika itu sulit.
2. Beberapa siswa mengalami kesulitan pada domain kognitif dan psikomotor

C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dan untuk lebih terarahnya
tujuan penelitian ini, maka permasalahan dibatasi sebagai berikut:
1. Kesulitan belajar siswa yang diteliti dibatasi pada domain kognitif dan
domain psikomotor.
2. Materi sains dibatasi pada kompetensi dasar memformulasikan besaranbesaran listrik rangkaian tertutup sederhana (satu loop).

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan

hal

tersebut diatas, maka penulis

merumuskan

permasalahan sebagai berikut:


1. Kesulitan belajar sains pada domain mana

yang sering dialami oleh

siswa?
2. Pada domain kognitif, kesulitan belajar sains di sub domain mana yang
sering dialami oleh siswa?

3. Pada domain psikomotor, kesulitan belajar sains di sub domain mana yang
sering dialami oleh siswa?

E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian


1. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pada domain kognitif
dan psikomotor mana yang di anggap sulit oleh siswa dalam mempelajari
fisika.
2. Kegunaan penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:
a. Bagi sekolah dapat memberikan informasi tentang kesulitan yang
dihadapi peserta didiknya dalam pelajaran fisika
b. Bagi guru dapat menjadi acuan dalam penyampaian materi fisika
c. Bagi calon guru, dapat sebagai masukan dan untuk mempersiapkan diri
mengantisipasi apa yang akan dihadapi.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kajian Teoritik
1. Pengertian Belajar

Terdapat beberapa pendapat mengenai pengertian belajar. Belajar


menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:24) adalah sebuah
proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan
lingkungan.Proses belajar secara harfiah dapat diartikan sebagai suatu
usaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu (Depdiknas, 2007:17).
Oemar Hamalik (2008:36) mendefinisikan belajar adalah modifikasi
atau memperteguhkelakuan melalui pengalaman (learning is defined
as the modification or strengtheningof behavior through experiences).
Sedangkan Slameto (2010:2) menjelaskan bahwa belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman

individu

lingkungannya.

Ada

itu
dua

sendiri
faktor

dalam
yang

interaksi

mempengaruhi

terhadap
proses

pembelajaran, yaitu, faktor internal merupakan faktor-faktor yang


berasal dari dalam diri individu dan faktor eksternal merupakan faktorfaktor yang berasal dari luar diri individu. Yang merupakan faktor
internal, yaitu: 1) Faktor fisiologis merupakan faktor-faktor yang
berhubungan dengan kondisi fisik individu; 2) Faktor psikologis yang
mempengaruhi pembelajaran diantaranya Intelegensi merupakan
kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang
baru dengan efektif, motivasi merupakan suatu kondisi dalam diri
individu yang mendorong individu untuk berbuat mencapai sesuatu
tujuan, kreativitas berfikir siswa merupakan ekspresi dari keunikan

individu dalam menghadapi permasalahan dalam pembelajaran, dan


minat merupakan kecenderungan yang tepat untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan (Slameto, 2010: 56).
Faktor

eksternal

yang

mempengaruhi

pembelajaran

dikelompokan menjadi tiga faktor yaitu: 1) faktor keluarga; 2) faktor


sekolah yang meliputi pola pembelajaran, kurikulum, relasi guru
dengan siswa, dan relasi siswa dengan siswa; dan 3) faktor masyarakat
meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, dan teman bergaul
(Slameto, 2010:62).
Hamzah B.Uno (2007:22) menyatakan bahwa belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperolehsuatu
perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Berdasarkan beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para
ahli pendidikan maka dapat disimpulkan bahwa belajar memiliki
pengertian yaitu sebuah proses perubahan di dalam diri individu dan
perubahan tersebut ditampakan dalam bentuk peningkatan dan kualitas
tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,
kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan kemampuan.
2. Kesulitan belajar
Kesulitan belajar adalah keadaan yang sulit atau sesuatu yang sulit
dalam proses belajar bagi siswa. Menurut Undang-undang RI Nomor 20
Tahun

2003

tentang

Sistem

Pendidikan

Nasional

berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak, serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan


bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sabar, berilmu cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokratis yang bertanggungjawab. Oleh
karena tujuan pendidikan masing-masing jenjang berbeda-beda, maka
hasil didikannya juga berbeda, sehingga kemampuan dan tingkat
penguasaan pengetahuan pada anak didik juga berbeda.
3. Taksonomi Bloom
Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk
tujuan pendidikan. Taksonomi ini disusun pertama kali oleh Benjamin
S. Bloom pada tahun 1956 (http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi
Bloom). Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa
domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke
dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hierarkinya.
Tujuan pendidikan dibagi dalam tiga domain, yaitu:
a. Cognitif domain (ranah kognitif), yang berisi perilaku-perilaku
yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan,
pengertian, dan ketrampilan berpikir.
b. Affective domain (ranah afektif) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap,
epresiasi, dan cara penyesuaian diri.

10

c. Psycomotor domain (ranah psikomotor) berisi perilaku-perilaku


yang menekankan aspek ketrampilan motorik seperti tulisan
tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama
dengan ketiga domain tersebut diantaranya seperi yang diungkapkan
oleh Ki Hajar Dewantoro, yaitu : cipta, rasa, dan karsa. Selain itu, juga
dikenal istilah penalaran, penghayatan, dan pengalaman.
Setiap domain tersebut dibagi kembali menjadi beberapa
subdomain yang berurutan secara hirarkis (beringkat), mulai dari
tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling
kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan
juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti misalnya dalam
ranah kognitif, untuk mencapai pemahaman yang berada di tingkat ke
dua juga diperlukan pengetahuan yang ada pada tingkat pertama.
Benyamin S. Bloom beserta teman-temannya dalam Zakiyah
Daradjat, dkk (2001: 31) menyatakan bahwa susunan tingkat tingkah
laku Bloom dalam bidang pengenalan dimulai dari anak tangga yang
sederhana sampai kepada yang majemuk, yaitu:
a. Domain Kognitif
1. Pengetahuan adalah kegiatan pengenalan yang terendah. Ini
merupakan kegiatan mengingat hal-hal yang spesifik dan universal,
metode dan proses, atau mengingat pola-pola atau porsi-porsi.
Dalam menyusun tes pengetahuan, butir-butir tes itu menarik faktafakta terminologi, kecenderungan-kecenderungan, skema, asas-asas
dan generalisasi.

11

2. Pemahaman adalah tingkat pengertian terendah, disukat dengan


kemampuan seseorang melaksanakan tugas seperti menerjemahkan,
menafsirkan

dan mengekstrapolasikan dari suatu basis data

tertentu.
3. Pemakaian adalah kemampuan menyeleksi dan menggunakan
abstraksi dalam situasi tertentu.
4. Analisis adalah proses pemecahan komunikasi menjadi unsureunsur pokok agar dapat dijelaskan. Kegiatan-kegiatan penunjang
termasuk pula kedalam analisis unsur-unsur, relasi-relasi dan asasasas organisasi.
5. Sintesis adalah penyusunan bagian-bagian bersama dan unsurunsur yang diperlukan untuk membentuk suatu keseluruhan.
6. Evaluasi adalah proses pengambilan putusan, nilai benda atau
metode yang menyangkut kenyataan internal dan eksternal.
b. Domain Psikomotor
Kurikulum 2004 SMA tentang Pedoman Khusus Pengembangan
silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Fisika (Depdiknas Dirjen
Dikdasmen 2003) menyatakan bahwa domain psikomotor meliputi
ketrampilan, menirukan, memanipulasi, pengalamiahan, dan artikulasi.
Keempat sub domain tersebut dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1988: 49) dijelaskan sebagai berikut:
1. Peniruan adalah melakukan sesuatu menurut apa yang diperbuat
oleh orang lain, mencontoh, meneladani.
2. Manipulasi adalah tindakan untuk mengerjakan sesuatu dengan
tangan atau alat mekanis secara terampil.
3. Artikulasi adalah produksi bunyi bahasa yang terjadi karena
gerakan salah ucap.
4. Pengalamiahan adalah menjadikan seseatu lebih alami.
c. Domain Afektif

12

Kurikulum 2004 SMA tentang Pedoman Khusus Pengembangan


Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Fisika (Depdiknas Dirjen
Dikdasmen 2003) menyatakan bahwa domain afektif meliputi
kemampuan

menerima,

menanggapi,

menilai,

mengelola,

dan

menghayati.
1. Menerima adalah kesediaann untuk menyadari adanya suatu
fenomena di lingkungannya. Dalam pengajaran bentuknya berupa
mendapatkan

perhatian,

mempertahankannya,

dan

mengarahkannya.
2. Menanggapi adalah memberikan reaksi terhadap fenomena yang
ada di lingkungannya, meliputi persetujuan, kesediaan dan
kepuasan dalam memberikan tanggapan.
3. Menilai adalah berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan
pada suatu objek, fenomena, atau tingkah laku. Penilaiaan berdasar
pada internalisasi dari serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan
kedalam tingkah laku.
4. Mengelola adalah memadukan

nilai-nilai

yang

berbeda,

memyelesaikan konflik diantaranya dan membentuk suatu system


nilai yang konsisten.
5. Menghayati adalah mengalami dan merasakan seseatu (dalam
batin).

4. Prestasi Belajar
Prestasi sangat berkaitan dengan hasil kerja yang dicapai seseorang
baik pekerjaan pelajar maupun pekerjaan lainnya. Prestasi belajar
merupakan hasil-hasil yang telah dicapai setelah melakukan kegiatan.

13

Winkel, W. S. (1986: 14), mengatakan bahwa terdapat beberapa faktor


yang diperkirakan dapat mempengaruhi proses belajar siswa yaitu
faktor dari dalam dan factor dari luar. Factor dari siswa yang meliputi
factor psikis dan fisik. Factor psikis mencakup taraf intelektual (taraf
intelejensi, cara belajar, kemampuan belajar) dan factor non intelektual
(motivasi belajar, sikap, perasaan, dan minat). Factor dari luar fisik
siswa yang mengatur proses belajar di sekolah (kurikulum, disiplin
sekolah, keaktifan guru), factor social di sekolah (status social,
interaksi guru dengan siswa, dan social) dan factor situasional.
Dengan demikian prestasi seseorang selalu berhubungan dengan
kemampuan yang telah diperoleh setelah seseorang tersebut mengikuti
mengikuti suatu pendidikan atau latihan. Prestasi belajar sangat penting
karena pada tingkat tertentu dan jenis tertentu akan memberikan
kepuasan tertentu pada anak didik di bangku sekolah.
B. Kerangka Berpikir
Permasalahan-permasalahan dalam proses belajar di SMA Negeri 1
Karangsambung, diantaranya adalah rendahnya nilai IPA dari siswa yang
masuk SMA Negeri 1 Karangsambung. Rendahnya nilai tersebut
dimungkinkan karena adanya kesulitan belajar yang dialami oleh siswa.
Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa diantaranya adalah
kesulitan belajar pada domain kognitif dan psikomotor. Oleh karena itu,
dipandang perlu untuk dicari kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa
pada kedua domain yang dominan terhadap prestasi belajar IPA sehingga
dapat dilakukan tindakan yang tepat untuk mengatasinya.

14

BAB III
METODE PENELITIAN

15

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu prosedur pemecahan
masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan
subjek atau obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lainlain) dalam hal ini siswa kelas X SMA Negeri 1 Karangsambung,
Kebumen pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau
sebagaimana adanya.
Usaha mendeskriptifkan fakta-fakta itu pada tahap permulaan
tertuju pada usaha mengemukakan gejala-gejala secara lengkap di dalam
aspek yang diselidiki, agar jelas keadaan atau kondisinya. Dengan
mengumpulkan data sebanyak-banyaknya mengenai faktor-faktor tersebut
untuk dicari peranannya terhadap kesulitan siswa dalam mempelajari IPA
Fisika.
B. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan yaitu pada bulan Juni
2013 di SMA Negeri 1 Karangsambung Kabupaten Kebumen.

C. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini variabel yang diteliti adalah kesulitan yang
dihadapi siswa dalam mempelajari IPA Fisika khususnya pada domain
kognitif dan domain psikomotor (Depdiknas: Kur. 2004 SMA Pedoman
Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mapel Fisika: 2003: 35-36).
Domain kognitif yang diteliti terdiri dari 6 sub domain yaitu pengetahuan
(C-1), pemahaman (C-2), penerapan (C-3), analisis (C-4), sintesis (C-5),
dan penilaian / evaluasi (C-6). Adapun domain psikomotor terdiri dari 4

16

sub domain yaitu: menirukan (P-1), memanipulasi (P-2), pengalamiahan


(P-3), dan artikulsi (P-4).
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penyusunan skripsi ini adalah seluruh siswa
kelas X Semester II SMA Negeri 1 Karangsambung, Kebumen tahun
pelajaran 2012/2013 sebanyak 96 siswa.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 60 siswa yang diambil
dari dua kelas yaitu kelas X A dan X B, masing-masing kelas terdiri
dari 30 siswa. Sampel diambil menggunakan teknik simple random
sampling yaitu cara pengambilan sampel dari populasi yang dilakukan
secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu
(Suharsimi Arikunto, 1996: 34-36). Dalam penelitian ini, untuk
mementukan sampel yang akan digunakan, peneliti menggunakan
undian dengan alasan lebih cepat dan efisien.
E. Teknik Pengambilan Data
Data diambil dengan menggunakan instrument yang berupa tes dan
dokumentasi pada kompetensi dasar memformulasikan besaran-besaran
listrik rangkaian tertutup sederhana (satu loop) bagi siswa kelas X SMA
Negeri 1 Karangsambung Kebumen pada semester II Tahun Pelajaran
2012/2013.
Soal tes digunakan untuk mengetahui kesulitan belajar yang
dialami siswa dalam domain kognitif dan domain psikomotor. Sedangkan
teknik dokumentasi untuk memperoleh data-data pendukung.

17

Você também pode gostar