Você está na página 1de 4

Soal 3

PT Karya Jaya memasukkan SPT Tahunan PPh Badan tahun pajak 2002 pada tanggal 25
Maret 2003. Pada tanggal 29 Agustus 2003, diterbitkan Surat Perintah Pemeriksaan
Pajak (SP3) terhadap PT Karya Jaya atas SPT tahun pajak 2001. PT Karya Jaya berniat
untuk membetulkan SPT tahun 2001 dan 2002 yang menyebabkan pajak yang kurang
bayar lagi atas SPT tahun 2001 sebesar Rp 200.000.000 dan atas SPT tahun 2002 sebesar
Rp 300.000.000. SPT Pembetulan dan pembayaran pajak kurang bayar akan dimasukkan
tanggal 30 September 2004. Direktur PT Karya Jaya berkonsultasi kepada Saudara
mengenai kasus di atas.
1. Jelaskan persyaratan melakukan pembetulan SPT sesuai dengan di atas disertai
dengan dasar hukum!
Wajib Pajak dapat membetulkan SPT yang telah disampaikan dengan menyampaikan
pernyataan tertulis, Dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum melakukan tindakan
pemeriksaan. Maksud dari mulai melakukan tindakan pemeriksaan adalah pada saat
Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak disampaikan kepada Wajib Pajak, wakil,
kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak.
2. Berapa pajak yang harus dibayar dan hitung sanksi admnistrasi bila ada dalam kasus
diatas?
Sanksi administrasi;
-

Tahun 2001 = 2% x 18 bulan x 200.000.000 = 73.000.000

Tahun 2002 = 2% x 18 bulan x 300.000.000 = 108.000.000

Soal 4
a. Permohonan keberatan WP tidak ditanggapi oleh KPP karena terlambat diajukan.

Surat keberatan yang diajukan setelah melewati 3 bulan tidak dapat diperbaiki lagi
kecuali dapat dibuktikan keterlambatan tersebut karena factor force majeur. (UU No.
28 tahun 2007, pasal 25 ayat (3): Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3
(tiga) bulan sejak tanggal dikirim surat ketetapan pajak atau sejak tanggal
pemotongan atau pemungutan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kecuali
apabila Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat
dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.)
Diajukan ke KPP tempat WP terdaftar, dan diteruskan ke Kanwil. Kanwil yang
menelaah dan membuat keputusan.

Force majeure adalah suatu kejadian terjadi di luar kemampuan manusia dan tidak dapat
dihindarkan sehingga suatu kegiatan tidak dapat dilaksanakan atau tidak dapat dilaksanakan
sebagaimana mestinya.
Yang termasuk kategori keadaan kahar atau force majeure adalah sebagai berikut :
- Peperangan
- Kerusuhan
- Revolusi
- bencana alam
- pemogokan
- kebakaran
- bencana lainnya yang harus dinyatakan oleh pejabat/instansi yang berwenang.
Yang paling penting apabila mengalami keadaan kahar atau force majeure terhadap suatu
Barang Kena Pajak atau Barang Tidak Kena Pajak sehingga Barang tersebut musnah atau rusak
sehingga tidak dapat digunakan lagi adalah perlunya mencari dokumen yang dapat mendukung
terjadinya peristiwa tersebut, yaitu dokumen yang berasal dari instansi yang berwenang,
misalnya bukti terjadinya kebakaran dari pihak Kepolisian Republik Indonesia.

b. WP menerima Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi yang dikeluarkan


berkaitan dengan putusan banding yang menerima sebagian banding WP yang
mengakibatkan jumlah sanksi administrasi dalam STP terlalu besar. Namun WP tidak
setuju terhadap SKP Sanksi Administrasi tersebut.
WP dapat mengajukan permohonan pengurangan/penghapusan sanksi administrasi, yang
menjadi dasar hukum atas pengajuan permohonan ini adalah pasal 36 ayat (1) a UU KUP
yang telah diubah terakhir dengam UU No. 16 tahun 2009 (UU KUP); Pasal 35 dan 36
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak Dan
Pemenuhan Kewajiban Perpajakan;
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
8/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pengurangan Atau Penghapusan Sanksi Administrasi
Dan Pengurangan Atau Pembatalan Surat Ketetapan Pajak Atau Surat Tagihan Pajak.
Permohonan ini disampaikan kepada Direktur Jenderal Pajak melalui Kantor Pelayanan
Pajak tempat WP terdaftar.
c. Berdasarkan pemeriksaan ulang karena adanya data baru diterbitkan Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan. WP tidak setuju terhadap SKPKBT tersebut.
Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan kepada fiskus. Bila ditolak oleh fiskus, Wajib
Pajak kemudian mengajukan banding ke Pengadilan Pajak.
Dasar hukumnya:
- UU
No.
6/1983
sebagaimana
telah
diubah
terakhir dengan UU No. 16/2000 (UU KUP)
- UU
No.
7/1983
sebagaimana
telah
diubah
terakhir
dengan UU No. 17/2000 (UU PPh)
(http://pajak.com/index.php?option=com_content&task=view&id=365)
d. Jurusita menyita barang-barang yang menurut Penanggung Pajak merupakan barangbarang yang dikecualikan dari penyitaan.

WP dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan pajak berdasarkan:


- Pasal 23 ayat (2) UU No. 6 Tahun 1983 yang telah diperbaharui dengan UU
No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan atas
Pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan atau
Pengumuman Lelang.
- Pasal 37 ayat (1) UU No. 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak tentang
surat paksa, maka Gugatan Penanggung Pajak terhadap pelaksanaan Surat
Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, atau Pengumuman Lelang
dapat diajukan kepada badan peradilan pajak.
- Pasal 40 ayat (1) & (2) UU No. 14 Tahun 2002 tentang pengadilan pajak,
maka:
1. gugatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada pengadilan
pajak.
2. jangka waktu untuk mengajukan gugatan terhadap pelaksanaan Penagihan
Pajak adalah 14 (empat belas) hari sejak tanggal pelaksanaan penagihan.

e. Terdapat kekeliruan dalam perhitungan pajak terutang sebagaimana tercantum dalam


Surat Keputusan Keberatan.
WP dapat mengajukan permohonan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak. Jika
dalam suatu ketetapan pajak ditemukan adanya kekeliruan akibat salah tulis atau salah
hitung, dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundangundangan perpajakan, baik atas permohonan WP maupun secara jabatan, ketetapan pajak
tersebut dapat dibetulkan. (http://www.pajak.go.id/content/selayang-pandang-sengketapajak)
Dasar hukum atas permohonan tersebut adalah
- Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-297/PJ/2002 tanggal 5 Juni 2002
tentang Pelimpahan Wewenang Direktur Jenderal Pajak kepada Para Pejabat di
Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak s.t.d.t.d. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor:
PER- 68/PJ/2007 tanggal 9 April 2007.
- Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-01/PJ.07/2007 tanggal 8 Oktober 2007
tentang Prosedur Pengajuan dan Penyelesaian Permohonan Pembetulan Ketetapan Pajak,
Keberatan, Pengurangan, atau Penghapusan Sanksi Administrasi, dan Pengurangan atau
Pembatalan Ketetapan Pajak yang tidak Benar Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

Wajib Pajak mengajukan permohonan Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak


yang Tidak Benar ke Kantor Pelayanan Pajak melalui Tempat Pelayanan Terpadu.
(http://zqzakky.blogspot.com/2012/06/pelayanan-penyelesaian-permohonan_16.html)

f. Seorang karyawan (ber-NPWP) merasa pajak yang dipotong atas penghasilannya (PPh
pasal 21) terlalu besar. Pemberi kerja dianggap salah melakukan perhitungan. Tetapi hal
ini sama sekali tidak ditanggapi oleh pemberi kerja.

Você também pode gostar