Você está na página 1de 4

Pengurangan Logam Cr (Kromium) Dalam Limbah Cair Batik

Menggunakan Ampas Tahu Sebagai Adsorben


Boby Nurhakim1* , Astrid Agustin2
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Email : boby.nurhakim@gmail.com dan aastridagustin16@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penggunaan adsorben dalam pengolahan limbah zat pewarna tekstil.
Adsorben amaps tahu sangat banyak digunakan untuk mengadsorbsi berbagaai logam berat dan senyawa kimia
lainnya. Penggunaan ampas tahu sebagai adsorben tersebut telah diteliti dalam berbagai penelitian baik
digunakan secara langsung maupun dimodifikasi terlebih dahulu. Beberapa zat pewarna tekstil mengandung
logam berat seperti tembaga, nikel, krom, mekuri, dan kolbat yang berbahaya, misalnya polutan organik yang
tidak mudah terdegredasi. Penggunaan pewarna ini akan berdampak pada limbah buangan setelah proses
pewarnaan. Oleh sebab itu diperlukan alternative untuk mengurangi limbah pewarna ini, salah satunya adalah
memanfaatkan adsorben ampas tahu.
Kata Kunci : Adsorben, zat perwarna tekstil, ampas tahu

Pendahuluan
Kerajinan batik mendapatkan pengakuan UNESCO
sebagai Intangible Cultural Heritages (kekayaan tak
benda) pada 2009 lalu. Pengakuan ini membuat industri
batik yang berada di Indonesia semakin berkembang
pesat. Kemajuan teknologi membuat orang dapat
menciptakan atau memproduksi zat warna sintetis
dengan berbagai macam variasi warna, namun terdapat
masalah atau dampak negatifnya dalam pewarnaan.
Pembuatan zat warna dengan teknologi yang tinggi
dapat berpengaruh pada harga zat warna sintetis
tersebut, selain itu harga yang semakin mahal juga
pabrik yang memproduksi zat buatan limbahnya
menimbulkan
banyak
pencemaran
lingkungan
disekitarnya (Dewi 2007).
Industri batik dan tekstil merupakan salah satu
penghasil limbah cair yang berasal dari proses
pewarnaan. Selain kandungan zat warnanya tinggi,
limbah industri batik dan tekstil juga mengandung
bahan-bahan sintetik yang sukar larut atau sukar
diuraikan. Setelah proses pewarnaan selesai, akan
dihasilkan limbah cair yang berwarna keruh dan pekat.
Biasanya warna air limbah tergantung pada zat warna
yang digunakan. Limbah air yang berwarna-warni ini
yang menyebabkan masalah terhadap lingkungan.
Limbah zat warna yang dihasilkan dari industri tekstil
umumnya merupakan senyawa organik nonbiodegradable, yang dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan terutama lingkungan perairan. Senyawa zat

warna di lingkungan perairan sebenarnya dapat


mengalami dekomposisi secara alami oleh adanya
cahaya matahari, namun reaksi ini berlangsung relatif
lambat, karena intensitas cahaya UV yang sampai ke
permukaan bumi relatif rendah sehingga akumulasi zat
warna ke dasar perairan atau tanah lebih cepat daripada
fotodegradasinya. (Dae-Hee et al. 1999 dan Al-kdasi
2004).
Pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh
dampak perkembangan industri perlu dikaji lebih
mendalam, karena apabila hal ini tidak diperhatikan
akan mengakibatkan terganggunya keseimbangan
antara makhluk hidup dengan lingkungan. Daerah yang
dijadikan sebagai pusat industri mempunyai
permasalahan tersendiri terhadap pencemaran, akan
lebih bermasalah lagi ketika hasil buangan yang berupa
polutan yang sulit terurai dan akan mencemari
lingkungan perairan apabila dibuang ke badan air
seperti sungai atau saluran irigasi (Hindarko, 2003).
Dampak negatif dari pembangunan industri tekstil
tersebut terutama dari proses pencelupan dimana
mengandung zat warna azo dimana mempunyai gugus
kromofor N=N- dalam struktur molekulnya. Pewarna
azo dapat menyebabkan kanker pada manusia.
(Wardhana, 2004).
Berdasarkan Keputusan Kementerian lingkungan
Hidup Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air
Limbah, besarnya BOD limbah cair industri tekstil

yang diijinkan maksimum 60 mg/L, nilai COD yang


diijinkan maksimum 150 mg/L, serta Krom Total (Cr)
yang diizinkan maksimum 1,0 mg/L. Namun besaran
ini kurang diperhatikan oleh kalangan pengusaha batik
sehingga diperlukan tindakan berupa pengolahan
limbah khususnya yang mempunyai kandungan logam
berupa Cr.
Salah satu metode untuk mereduksi jumlah logam
adalah dengan adsorbsi. Adsorber yang digunakan
adalah limbah tahu. Limbah tahu dapat digunakan
untuk mengikat ion atau logam yang ada dalam air
karena limbah tahu yang berasal dari buangan industri
tahu yang masih memiliki sifat yang sama dengan tahu
yang telah jadi meskipun telah hancur. Pemanfaatan
limbah tahu ini sebagai penyerap (pengadsorpsi) karena
tahu mengandung protein yang memiliki daya serapan
dari asam-asam amino yang membentuk zwitter ion
(bermuatan dua). Protein yang memiliki sisi-sisi
(gugus) aktif ini dapat mengikat ion-ion logam ataupun
senyawa lainnya. Logam-logam berbahaya seperti

kadmium, timbal, merkuri, krom dan arsen yang


bersifat toksik dapat diikat dengan protein sebagai
metalotionein (Darmono, 1995). Penelitan ini ditujukan
untuk pengolahan limbah batik dengan menggunakan
adsorbsi untuk mereduksi kadar logam Cr dengan
limbah tahu.

Landasan Teori
Perwarna naftol (C10H7OH) termasuk sebagai pewarna
azo mempunyai dua komponen dasar yaitu asam anilat
(anilic acid) dan pembangkit warna yaitu garam
diazonium. Kedua komponen tersebut bila bergabung
akan membentuk senyawa berwarna (Didik riyanto,
1995:10). Agar dapat bersenyawa dengan garam maka
naftol yang tidak larut dalam air harus diubah terlebih
dahulu menjadi bentuk natrium naftolat yang larut
dalam air menggunakan larutan natrium hidroksida
seperti reaksi pada gambar 1. Gambar 2
memperlihatkan
reaksi
pembentukan
senyawa
berwarna dari natrium naftolat dengan garam
diazonium. Gambar

Gambar 1. Reaksi pembentukan garam natrium naftolat

Gambar 2. Reaksi pembentukan pewarna naftol

Zat warna rhodamin B banyak digunakan oleh


industri tekstil. Senyawa ini mengandung gugus
amino yang bersifat basa dan inti benzen, sehingga
rhodamin B termasuk senyawa yang sulit
didegradasi oleh mikroorganisme secara alami.
Masuknya zat warna rhodamin B dalam perairan
merupakan permasalahan lingkungan yang serisus.
Masuknya molekul rhodamin B dalam tubuh

manusia dapat menimbulkan masalah serius karena


dapat menyebabkan kanker hati. 97 Rumus kimia
rhodamin B adalah C28H31ClN2O3, larut dalam air,
etanol namun bersifat sangat toksik. Rhodamin B
merupakan hasil reaksi antara satu molekul phtalat
anhidrat atau suksinat anhidrat dengan dua molekul
metadietilaminophenol seperti reaksi pada gambar 3
berikut :

Gambar 3. Reaksi pembentukan rhodamin B (Anggit I, 2006:9)


Tahu maupun limbah tahu dapat menyerap logam
berat karena memiliki kandungan protein tinggi.
Protein adalah suatu senyawa jenis polimer alami
atau biopolimer yang secara kimiawimerupakan
polimer. Protein merupakan gabungan dari asamasam amino yang tergabung oleh ikatan peptida

yang terbentuk dari asam amino tersebut sehingga


protein disebut juga polipeptida. Di alam polimer
ini terutama terdapat sebagai penyusun sebagian
besar tubuh manusia dan hewan. Jaringan otot,
darah dan enzim, merupakan protein.

Gambar 4. Struktur protein

Metodologi

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kimia


Dasar Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa. Bahan yang digunakan yaitu limbah
industry batik dan limbah tahu yang di peroleh dari
kabupaten serang.
Preparasi Penyerap dari Limbah Tahu
Preparasi sampel; Sebanyak 1 kg limbah tahu basah
dikeringkan dalam ruangan, diperoleh limbah tahu
kering 250 gram. Limbah tahu kering selanjutnya
dimasukkan dalam oven dan dipanaskan pada
temperatur 60C selama 14 jam. Hasilnya berupa
limbah tahu bebas air yang dapat digunakan sebagai
penyerap.
Penentuan Kondisi Optimum
Sebanyak 100 mg penyerap (limbah tahu) di
interaksikan dengan 100 mL lindi dalam gelas
kimia. Waktu interaksi dimulai dari 0, 30, 60, 90,
120 dan 150 menit. Kemudian disaring dengan
kertas saring untuk memisahkan filtrat dari

penyerap. Filtrat disisihkan, selanjutnya dianalisis


kandungan logam besi, kadmium dan krom.
Perlakuan di atas diulangi dengan mengganti berat
penyerap (limbah tahu) yang bervariasi yaitu 300,
500, 700 dan 1000 mg pada waktu masing-masing
waktu Interaksi

Daftar Pustaka
Astirin, O. P. dan K. Winarno. 2000. Upaya
Perbaikan Limbah Cair Industri Batik
Dengan Pemanfaatan Ekstrak Yeast.
Penelitian. Surakarta: FMIPA Universitas
Sebelas Maret.
Lovasari G, Iman MS, 2011. Makalah Unit Proses
pengolahan
Limbah
Cair
Batik
Menggunakan Aerobic Roughing Filter
untuk Menurunkan Kadar Cod (chemical
oxygen demand) dan Warna. Banjarbaru:
Universitas Lambung Mangkurat.
Mahida, U. N. 1984. Pencemaran Air dan
Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta: C
V Rajawali.

Você também pode gostar