Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh
EVI SILVIA AGUSTIN
31 13 019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah swt atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah tentang
ANALISA JABATAN DALAM PROSES REKRUTMEN PEGAWAI NEGERI
SIPIL ini dengan lancar. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi
tugas mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia.
Makalah ini disusun dari hasil penyusunan data-data sekunder yang
penyusun peroleh dari sumber informasi yang berkaitan dengan ANALISA
JABATAN DALAM PROSES REKRUTMEN PEGAWAI NEGERI SIPIL. Tak
lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada dosen pengajar mata kuliah
Manajemen Sumber Daya Manusia atas bimbingan dan arahan dalam penyusunan
makalah ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga
dapat diselesaikannya makalah ini.
Penyusun harap, dengan membaca laporan ini dapat memberi manfaat bagi
kita semua. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penyusun
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang
lebih baik.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul ...........................................................................i
Kata Pengantar ..........................................................................ii
Daftar Isi ....................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah..................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................3
1.3 Tujuan Makalah ..............................................................3
1.4 Manfaat Makalah ............................................................4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Rekurtmen Pegawai Negeri Sipil.....................................5
2.2 Analisis Jabatan...............................................................7
2.3 Proses Rekurtmen Pegawai Negeri Sipil Melalui Analisis
jabatan..............................................................................9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................16
3.2 Saran 16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumber daya manusia merupakan faktor yang paling menentukan dalam
suatu organisasi, karena disamping sebagai salah satu unsur kekuatan daya saing
bangsa, juga merupakan sebagai penentu utama dalam mencapai kesuksesan
organisasi. Oleh sabab itu, sumber daya manusia harus memiliki kompetensi dan
kinerja tinggi demi kemajuan organisasi. Sumber daya manusia tidak saja dituntut
untuk menjadi profesional dan sebagai pembangun citra pelayanan publik, tetapi
juga dituntut sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Untuk mengatasi berbagai
masalah sumber daya manusia, diperlukan upaya sistematis dalam meningkatkan
kapasitas sumber daya manusia agar mampu bekerja optimal dalam memberikan
pelayanan terbaik. Hal tersebut hanya mungkin tercapai melalui peningkatan
kapasitas sumber daya manusia dalam berbagai aspek, baik aspek intelektual,
manajerial maupun perilaku.
Upaya perbaikan manajemen sumber daya manusia akan sangat membantu
perbaikan produktivitas secara langsung dengan menemukan cara yang lebih baik
dan efisien untuk mencapai tujuan, dan secara tidak langsung dengan
memperbaiki kualitas kinerja sumber daya manusia. Keberadaan bagian sumber
daya manusia adalah untuk membantu sumber daya manusia dan pimpinan
menjalankan strategi organisasi, sedangkan aktivitas sumber daya manusia adalah
tindakan yang diambil untuk memperoleh dan memelihara sumber daya manusia
yang sesuai bagi organisasi. Sumber daya manusia merupakan titik sentral untuk
mencapai keunggulan bersaing, dimana sumber daya manusia itu harus memiliki
komitmen dan integritas yang tinggi agar dapat dipertanggungjawabkan dalam
segala karya kreativitas dan inovasi. Sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, di bidang pemerintahan telah terjadi perubahan yang
besar. Perubahan dimaksud adalah terwujudnya tata kepemerintahan yang
demokratis dan baik (democratic and good governance).
Upaya dalam mewujudkan sistem pemerintahan yang demokratis, bersih,
dan berwibawa selalu menjadi keinginan bagi masyarakat dan pemerintahan di
zaman sekarang ini. Salah satu unsur penyelenggaraan pemerintahan yang perlu
memperoleh perhatian penuh dalam upaya reformasi adalah penataan kembali
(right sizing) aparatur pemerintah, yang meliputi penataan kelembagaan birokrasi
pemerintahan, sistem, dan penataan manajemen sumber daya pegawai (PNS).
Penataan kembali (right sizing) aparatur pemerintah bertujuan agar jumlah
pegawai dan jumlah lembaga organisasi seimbang, efektif, dan efisien.
Penyebaran pegawai untuk memenuhi tugas dari masing-masing unit organisasi
tidak ada ukuran dan kriteria yang jelas. Sehingga berapa jumlah pegawai yang
dibutuhkan oleh setiap unit organisasi dalam suatu departemen pemerintah, baik
pusat maupun daerah, tidaklah jelas ukuran dan kriterianya dan juga tidak
transparan.
Oleh sebab itu, banyak dirasakan bahwa kebutuhan pegawai kelihatannya
tidak berdasarkan pada kebijakan strategis, yang meliputi adanya perumusan
terhadap visi, misi, tujuan, dan domain yang dimiliki oleh masing-masing
organisasi baik pemerintah pusat maupun daerah. Upaya untuk melakukan
penataan kembali (right sizing) merupakan suatu kebutuhan yang amat mendesak
untuk melihat seberapa jauh pegawai pemerintah dapat berperan aktif dalam
menciptakan tata kepemerintahan yang baik. Begitu juga dengan upaya untuk
melakukan evaluasi terhadap sistem, prosedur, dan proses pengelolaan
kepegawaian di dalam pemerintah; perlu juga diketahui dan dilakukan agar
diperoleh suatu sistem yang kondusif terhadap perubahan yang ada. Penataan
kepegawaian terus berlangsung hingga saat ini; dan sekarang manajemen
kepegawaian berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 49 Tahun 1999 jo Undangundang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-pokok Kepegawaian, banyak
dilakukan perbaikan. Misalnya, proses perpindahan dan mobilisasi pegawai antar
daerah dalam satu provinsi atau antara provinsi dan bahkan ke departemen
pemerintah pusat diperbaiki; dan hubungan bidang kepegawaian antara
pemerintah kabupaten dan kota dengan pemerintah daerah propinsi semakin
dilancarkan, semua lembaga-lembaga yang menangani kepegawaian (manajemen
PNS) di pusat maupun di daerah kembali berfungsi dengan baik sesuai dengan
tugas, pokok, dan fungsinya.
BAB II
PEMBAHASAN
b.
c.
a.
b.
c.
d.
Menurut Hariandja (2007:48), analisis jabatan adalah usaha untuk mencari tahu
tentang jabatan atau pekerjaan yang berkaitan dengan tugas-tugas yang dilakukan
dalam jabatan tersebut. Maka dapat disimpulkan, bahwa analisi jabatan adalah
suatu kegiatan yang mempelajari, mengumpulkan, dan mencatat informasiinformasi atau fakta-fakta yang berhubungan dengan masing-masing jabatan
secara sistematis dan teratur. Analisis jabatan merupakan suatu proses yang sangat
penting dalam MSDM. Melalui analisis jabatan, akan diketahui berapa
posisi/jabatan yang seharusnya ada dalam suatu organisasi dan kemampuan apa
yang dibutuhkan oleh pemegang jabatan.
Berdasarkan pemikiran penulis, analisis jabatan pada Lingkup Pemerintah
Daerah itu dilakukan sekali dalam setahun oleh Bagian Hukum dan Organisasi
Sekretariat Daerah dibantu oleh Badan Kepegawaian Daerah (BKD), yang
bertujuan :
a. untuk mengetahui jumlah kebutuhan pegawai pada setiap organisasi/unit kerja,
disebabkan dalam kurun setahun banyak pegawai yang pindah masuk dan pindah
keluar; dan juga sebagai dasar penyusunan formasi penerimaan pegawai nantinya.
b. untuk mengetahui kompetensi pejabat yang akan diusulkan dalam mengisi jabatan
yang lowong, dengan tujuan agar tepat sasaran the right man on the right place.
c. sebagai tolak ukur untuk mengetahui sasaran kinerja pada setiap unit organisasi.
Analisis jabatan mulai diberlakukan sejak diberlakukannya PP Nomor 46 Tahun
2011 Tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil (penilaian
berdasarkan sasaran kerja/target kerja pegawai).
Menurut Thomas H. Stone, Understanding Personnel Management, Holt
Saunders, Tokyo, 1982, halaman 115; secara umum manfaat analisis jabatan
adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan dan penyusunan tenaga kerja :
10
pegawai. Sejumlah target pekerjaan atau target hasil yang harus dicapai dalam
satuan waktu tertentu disebut dengan beban kerja.
Sedangkan analisis beban kerja adalah frekuensi rata-rata masing-masing
jenis pekerjaan dalam jangka waktu tertentu dari masing-masing organisasi,
misalnya berapa banyaknya pekerjaan pengetikan surat atau naskah lainnya yang
harus dibuat oleh suatu satuan organisasi dalam jangka waktu tertentu. Teknik
analisis beban kerja (workload analysis) memerlukan penggunaan rasio-rasio atau
pedoman-pedoman penyusunan staf standar dalam upaya mengidentifikasi
kebutuhan-kebutuhan pegawai.
Analisis beban kerja mengidentifikasi baik jumlah karyawan maupun tipetipe karyawan yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Langkah
pertamanya adalah mengidentifikasi seberapa banyak keluaran (output) yang
hendak dicapai organisasi. Hal ini selanjutnya diterjemahkan ke dalam jumlah jam
kerja karyawan pada setiap kategori pekerjaan yang akan diperlukan untuk
mencapai tingkat keluaran (output) tersebut. Apabila keluaran (output)
diperkirakan berubah, maka perubahan pekerjaan dapat diramalkan dengan
mengkalkulasi berapa banyak jam kerja karyawan yang dibutuhkan.
Dalam perencanaan kepegawaian, di lingkungan pemerintah pun, perlu
dilaksanakan
analisis
jabatan.
Melalui
analisis
jabatan
akan
diperoleh
Penetapan
formasi
bertujuan
agar
satuan-satuan
organisasi
11
Formasi PNS Pusat adalah formasi bagi PNS yang bekerja pada suatu satuan
organisasi Pemerintah Pusat. Formasi PNS Pusat untuk masing-masing satuan
organisasi Pemerintah Pusat setiap tahun anggaran ditetapkan oleh MENPAN,
setelah mendapat pertimbangan Kepala BKN berdasarkan usul dari Pejabat
Pembina Kepegawaian Pusat. Dalam penetapan formasi ini harus mendapat
pertimbangan Menteri Keuangan.
b. Pokok-pokok dalam Penyusunan Formasi
1. Dasar Penyusunan Formasi, Dalam penyusunan formasi, yang menjadi
dasar pertimbangan adalah: (a) jenis pekerjaan; (b) sifat pekerjaan; (c)
perkiraan beban kerja; (d) perkiraan kapasitas pegawai; (e) kebijakan
pelaksanaan pekerjaan; (f) jenjang dan jumlah jabatan serta pangkat; (g)
peralatan yang tersedia.
2. Sistem Penyusunan Formasi, Penyusunan formasi dilaksanakan melalui
dua sistem, yaitu: (a) sistem sama, yaitu suatu sistem yang menentukan
jumlah dan kualitas yang sama bagi semua unit organisasi yang sama
dengan tidak memperhatikan besar kecilnya beban kerja. (b) Sistem
ruang lingkup, yaitu suatu sistem yang menentukan jumlah dan kualitas
PNS berdasarkan jenis, sifat dan beban kerja yang dipikulkan pada unit
organisasi itu.
3. Kebutuhan Pegawai, Untuk mengetahui kebutuhan pegawai, analisis
jabatan dilakukan sebagai dasar penyusunan formasi. Melalui analisis ini
dapat digambarkan secara konkrit jumlah dan kualitas PNS yang
diperlukan oleh suatu unit organisasi untuk melaksanakan tugasnya
secara berdaya guna dan berhasil guna.
4. Anggaran Belanja Negara, Penetapan formasi PNS bagi suatu organisasi
pada akhirnya sangat ditentukan oleh tersedianya anggaran. Oleh karena
itu walaupun suatu formasi telah disusun secara rasional berdasarkan
hasil analisis jabatan yang ditetapkan menjadi kebutuhan pegawai, akan
tetapi menjadi pertimbangan yang paling mendasar adalah kemampuan
anggaran yang tersedia.
2). Analisis Jabatan
12
Dalam penempatan PNS pada jabatan yang tepat dalam susunan organisasi,
terlebih dahulu harus diketahui mengenai informasi tentang tugas fungsi dan
beban kerja organisasi tersebut. Informasi tersebut hanya dapat diketahui melalui
hasil analisis jabatan. Analisis jabatan adalah proses untuk menguraikan data dan
informasi tentang jabatan yang kesemuanya itu diperlukan sebagai bahan
penyusunan formasi pegawai, meliputi jumlah dan kualitas yang dibutuhkan.
Analisis
jabatan
bertujuan
untuk
mengetahui
data/informasi
guna
menetapkan :
(a) kuantitas dan kualitas PNS yang diperlukan dalam suatu organisasi
(b) pengembangan kompetensi PNS melalui pendidikan dan pelatihan
(c) evaluasi jabatan
(d) penilaian pelaksanaan pekerjaan
(e) promosi dan/atau pemindahan
(f) pengembangan kinerja organisasi.
Dengan diperolehnya data dan informasi hasil analisis jabatan diharapkan
perencanaan kepegawaian dapat dilaksanakan secara efektif.
Efektif tidaknya suatu organisasi sangat tergantung pada kemampuan SDM
yang ada di dalamnya. Dengan kata lain, kapasitas SDM yang ada dalam suatu
organisasi lah yang akan mampu mengarahkan organisasi pada pencapaian tujuan.
Keberadaan SDM yang kapabel tentu tidak terlepas dari upaya untuk
mendapatkan SDM yang kapabel tersebut. Salah satu langkah mendasar yang
harus dilakukan oleh setiap organisasi, untuk mendapatkan SDM yang tepat
jumlah dan tepat kualitas adalah analisis jabatan. Pengabaian terhadap analisis
jabatan akan membuat organisasi mengalami kerugian. Kerugian yang dimaksud
dalam hal ini tidak janya berupa inefisiensi anggaran, akan tetapi jug pada kualitas
layanan yang diberikan.
Jadi, penulis menyimpulkan bahwa proses rekrutmen Pegawai Negeri Sipil
melalui analisis jabatan, baik di daerah maupun di pusat adalah sama, yaitu :
a. Di pusat, MENPAN RB akan mengirimkan surat negara kepada semua
kementerian, lembaga negara, maupun pemerintah daerah dan pusat
mengenai pembukaan formasi untuk perekrutan CPNS suatu Tahun
Anggaran (misalnya untuk Tahun Anggaran 2015).
13
14
j. Kemudian
akan
ditindaklanjuti
oleh
daerah
untuk
pelaksanaan
15
Rekrutme
n
Analisis Beban
Kerja
Formasi
Analisis jabatan
Proyeksi Untuk 5
Tahun
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan tersebut diatas, maka penulis menyimpulkan
sebagai berikut :
a. Organisasi pemerintah secara berkala merekrut pegawai untuk
menambah, mempertahankan, atau menyesuaikan kembali keseluruhan
tenaga kerja menurut kebutuhan SDM.
b. Keberhasilan rekrutmen yang dilakukan oleh pemerintah, pertama
sekali sangat ditentukan oleh kematangan perencanaan SDM.
c. Dalam era pelaksanaan Otonomi Daerah, pengelolaan manajemen PNS
di daerah dilakukan secara otonom oleh daerah, mulai dari rekrutmen
sampai dengan pensiun.
d. Pemerintah daerah diberi kewenangan mengatur susunan organisasi dan
kebutuhan jumlah kepegawaian yang disesuaikan dengan kebutuhan
dan kemampuan daerah masing-masing. Sehingga prinsip rightsizing
dapat dipergunakan dengan baik dan efektif.
3.2 Saran
1. Agar proses penataan organisasi pemerintah berlangsung dengan baik
dan berkesinambungan, harus dimulai dari proses rekrutmen yang
adil, transparan, dan sesuai dengan kebutuhan. Oleh sebab itu, proses
perekrutan pegawai secara berkesinambungan dan terus-menerus
harus berdasarkan analisis jabatan dan analisis kebutuhan dan tetap
mengacu pada visi dan misi organisasi, dengan tujuan agar tidak
adanya tumpang tindih pegawai dalam satu unit organisasi, dan agar
jumlah pegawai dan jumlah lembaga organisasi seimbang, efektif, dan
efisien.
2. Keberadaan SDM yang kapabel tentu tidak terlepas dari upaya untuk
mendapatkan SDM yang kapabel tersebut. Salah satu langkah
mendasar yang harus dilakukan oleh setiap organisasi, untuk
17
18
DAFTAR PUSTAKA
Ambar T. Sulistiyani & Rosidah, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia:
Konsep, Teori dan Pembangunan dalam Konteks Oorganisasi Publik, Graha Ilmu,
Yogyakarta
Hariandja, M.T.E 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia Pengadaan,
Pengembangan, Pengkompensasian, dan Peningkatan Produktivitas Pegawai.
Jakarta: Grasindo
Moekijat, Drs., Analisis Jabatan, Edisi 8, Mandar Maju, Bandung, 1998
Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2003 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 Tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil
Sedarmayanti, Manajemen Sumber Daya Manusia: Reformasi Birokrasi dan
Manajemen Pegawai Negeri Sipil, Refika Aditama, Bandung, 2007
Slide Bahan Kuliah dari Dosen Manajemen Sumber Daya Manusia, 2014
Thoha, Miftah, (2005), Manajemen Kepegawaian Sipil Di Indonesia, Prenada
Media, Jakarta
Thomas H. Stone, Understanding Personnel Management, Holt Saunders,
Tokyo, 1982
Wursanto. 1991. Manajemen Kepegawaian 1. Yogyakarta: Kanisius.
.
19