Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusun Oleh :
Dwi Putri Anggraini
16071016
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................................
A.
B.
C.
D.
LATAR BELAKANG.......................................................................................................
PERUMUSAN MASALAH.............................................................................................
TUJUAN PENELITIAN...................................................................................................
KEGUNAAN PENELITIAN............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kebakaran hutan Indonesia dan kabut asap yang dihasilkan merupakan isu lingkungan yang
menjadi pusat perhatian negara anggota ASEAN, terutama negara yang letaknya
bersebelahan dengan Indonesia. Pasalnya kabut asap yang merupakan hasil dari kebakaran
hutan tersebut menyebar hingga ke negara-negara tetangga Indonesia. Menimbulkan dampak
buruk yang tidak sedikit dan meresahkan bukan hanya bagi Indonesia tetapi juga negara lain
terutama bagi negara Malaysia dan Singapura yang letaknya sangat dekat dengan Indonesia
di sektor ekonomim sosial dan lain-lain. Contohnya saja mulai dari pernapasan yang
terganggu, jarak pandang yang terhalang oleh kabut, penundaan penerbangan pesawat
terbang jurusan tertentu, sampai terhambatnya produktivitas masyarakat.
Sebenarnya kebakaran hutan di Indonesia telah terjadi dalam beberapa periode. Di mulai dari
tahun 1982 sampai 1983, kebakaran terjadi di daerah Kalimantan Timur dan menghabiskan
lahan sebesar 210.000 km. Penyebab kebakaran adalah karena dua faktor. Faktor pertama
yaitu adanya kebijakan pengelolaan hutan pada masa Presiden Suharto sedangkan faktor
kedua adalah iklim El-Nino. Meningkatnya produksi kayu di Indonesia dan kebijakan
pemerintah yang menjadikan hampir seluruh kawasan sebagai hak pengusaan hutan
mengakibatkan kebakan terjadi. Iklim El-Nino kembali menjadi penyebab kebakaran hebat
hutan Indonesia pada tahun 1997 sampai 1998. Beberapa hutan di daerah Indonesia di daerah
Kalimantan, Irian Jaya, Sulawesi dan Sumatra mengalami kebakaran yang cukup
hebat.Indonesia diperkirakan telah kehilangan kawasan hutannya sebesar 10 juta hektar.
Tahun 2005 sampai 2007 merupakan tahun terjadinya kebakaran hutan terbesar untuk yang
kedua kalinya. Akibat insiden ini Indonesia kehilangan lahan sebesar 65.167,1 Ha yang
tersebar di berbagai provinsi yaitu, Kalimantan Tengah sebesar 1.865,10 Ha, Jambi sebesar
3.797 Ha, Lampung sebesar 700 Ha, dan Sumatera Selatan sebesar 58.805 Ha.
Pada bulan Januari sampai Juli tahun 2011 kebakaran hutan terjadi. Sebesar 71% kawasan
yang perkebunan masyarakat mengalami kebakaran. Sedangkan sebesar 23% kawasan hutan
terbakar karena ulah dari para perambah hutan. Tercatat pada sepanjang tahun 2011 lahan
seluas 10.142,56 hektare mengalami kebakaran, dengan rincian kawasan lahan seluas
7.112,90 hektare dan kawasan hutan seluas 3.029 hektare.
B. PERUMUSAN MASALAH
Untuk menghindari dampak yang semakin memburuk dari kebakaran hutan dan lahan serta
kabut asap lintas batas negara, maka negara anggota ASEAN mulai menyepakati sebuah
kerangaka kerjasama yaitu Strategic Plan Of Action on Environment 1999-2004
yang
disepakati pada tahun 1997 dan 1998. Tujuan dari kerjasama tersebut adalah untuk mengatasi
polusi kabut asap yang memasuki lintas batas negara yang dihasilkan dari kebaran hutan
negara anggota ASEAN dan wilayah Asia Tenggara. Hal ini tidak lepas dari bencana
kebakaran hutan di Indonesai yang memberikan dampak paling besar di Asia Tenggara.
Sebagai tindakan lanjut dari ASEAN maka terbentuklah sebuah forum dengan nama Haze
Technical Task Force (HTTF). Forum ini dibentuk pada September 1995 ketika diadakannya
pertemuan ASEAN yang keenam di Bali. Saat itu Indonesai diberikan amanah untuk menjadi
ketua dalam forum tersebut. Forum ini bertujuan untuk memusatkan segala kegiatan yang
berkaitan dengan segala upaya penanggulangan kebakaran hutan dan lahan juga pencemaran
polusi kabut asap lintas batas di kawasan ASEAN.
Kerjasama tersebut berkembang menjadi semakin nyata dengan diadakannya perjanjian
ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution (AATHP) yang ditandatangani oleh
negara-negara anggota ASEAN. Perjanjian tersebut membahas menganai pencemaran kabut
asap lintas batas negara. Sejak 25 November 2003 perjanjian tersebut resmi berlaku dan telah
di tandatangani dan diratifikasi oleh delapan negara yaitu, Laos, Myanmar, Kamboja,
Malaysia, Vietnam, Singapura dan Thailand, menyusul Filipina pada tahun 2010 sebagai
negara kesembilan. Namun Indonesia hanya mendatangani perjanjian tersebut dan tidak
meratifikasinya.
Sudah hampir hampir sebelas tahun Indonesia tetap teguh untuk tidak meratifikasi perjanjian
AATHP. Baru pada tahun 16 September 2014 Indonesia meratifikasi perjanjian tersebut. Apa
yang membuat kebijakan Indonesia berubah? Siapa saja aktor yang ikut terlibat dalam
perubahan kebijakan Indonesia dalam meratifikasi perjanjian tersebut? Apa saja kepentingan
masing-masing para aktor?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Menganalisis siapa saja aktor yang terlibat dalam pengambilan kebijakan Indonesia
meratifikasi Agreement On Transboundary Haze Pollution (AATH)?
2. Apa saja yang mempengaruhi para aktor tersebut dalam mengambil kebijakan?
3. Bagaimana sikap para aktor yang terlibat sehingga dapat menghasilkan keputusan?
4. Apa saja kepentingan setiap aktor yang terlibat?
D. KEGUNAAN PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya dan menambah pengetahuan mengenai
pengambilan kebijakan Indonesia meratifikasi Agreement On Transboundary Haze Pollution
(AATH).
BAB II
KERANGKA TEORI
A. KERANGKA PEMIKIRAN MASALAH
Negara Anggota
Agreement On
Transboundary Pollution
Indonesia
Bargaining Game
Perusahaan Industri
kayu dan Kertas
1. Kepentingan Nasional
Kepentingan nasional adalah kemampuan minumum negara untuk melindungi, dan
mempertahankan identitas fisik, politik, dan kultur dari gangguan negara lain. Dari tinjuan
ini para pemimpin negara menurunkan kebijakan spesifik terhadap negara lain yang sifatnya
kerjasama atau konflik.
(Morgenthau, 1951)
Morgenthau menyatakan bahwa kepentingan nasional selalu mendahului dan diprioritaskan
negara dibanding kepentingan regional. Bertahannya suatu aliansi bukan karena ikatan moral
anatara negara anggota melainkan karena aliansi bermanfaat dan memberikan keuntungan
serta keamanan timbal balik bagi negara anggota. Kepentingan nasional merupakan tolak
ukur bagi para pengambil keputusan untuk menentukan tindakan. Karena itu setiap kebijakan
luar negeri adalah cerminan dari kepentingan nasional.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. TIPE PENELITIAN
Tipe penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah tipe deskriftif, yaitu
menggambarkan, mencatat, menganalisis, serta menginterpretasikan kondisi-kondisi
atau peristiwa-peristiwa yang terkait dengan permasalahan dengan menguraikan.
Sehingga, penelitian ini kemudian diharapkan bisa memberikan penggambaran
mengenai kebijakan luar negeri Indonesia menyangkut ratifikasi ratifikasi Agreement
On Transboundary Haze Pollution (AATH). Siapa saja aktor yang bermain dan apa
saja kepentingan aktor tersebut.
B. JENIS DATA DAN SUMBER DATA
Jenis data yang akan dilakukan dalam metode penelitian ini adalah kualitatif dengan
sumber data dalam penelitian ini akan menggunakan dua jenis data, yaitu data primer
dan data sekunder. Data primer diperoleh dari peneliti dari website-website resmi
yang berhubungan dengan kebijakan luar negeri Indonesia menyangkut ratifikasi
ratifikasi Agreement On Transboundary Haze Pollution (AATH). Sedangkan data
sekunder yaitu didapat dari literatur, artikel, jurnal, serta situs internet yang berkenaan
dengan permasalahan kebijakan luar negeri Indonesia menyangkut ratifikasi ratifikasi
Agreement On Transboundary Haze Pollution (AATH).
C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
cara studi kepustakaan dengan cara mengumpulkan informasi dari sumber-sumber
cetak dan elektronik.
D. ANALISIS DATA
Analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
teknik analisis data kualitatif. Penulis akan menyimpulkan dan memberikan jawaban
atas fenomena di lapangan dari data-data yang diperoleh ke dalam bentuk sederhana.
DAFTAR PUSTAKA
Morgenthau, H. J. (1951). In Defense of the National Interest A Critical Examnination of
American Foreign Policy. New York: University Press of America.
Maseod, Mohtar, Ilmu Hubungan Internasional: displin dan metodologi. (Jakarta: LP3ES,
1990)
ASEAN
agreement
on
transboundary
haze
pollutions,
pada
(AATHP)
Tahun
2002-2012,
pada
http://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/3225/Jurnal%20Imiah.
%20Agustia%20Putra%20(0901120048)%20Hubungan%20Internasional.pdf?
sequence=1 diakses tanggal: 19 Maret 2015 pukul 20.28 WIB
RI
Serahkan
Ratifikasi
Perjanjian
Kabut
Asap
ASEAN,
pada