Você está na página 1de 27

STATUS OBSTETRI

IDENTITAS
Nama Pasien

: Ny.P

Usia

: 40 tahun

Suku

: jawa

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Status

: Menikah

Nama suami

: Tn.D

Umur

: 43 tahun

Agama

: Islam

Alamat

: sekupang

Tanggal MRS : 22-3-2012


Pukul

: 10.00 wib

HPHT

: 15-6-2011

Taksiran persalinan: 40 minggu


Lama hamil

: 22-3-2012

Riwayat periksa kehamilan sebelumnya: di dokter: tidak pernah


di bidan: tidak pernah

ANAMNESA
Keluhan Utama :
Os datang dengan keluhan nyeri di sekitar pinggang yang menjalar ke perut.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang ibu dengan G4P3A0 datang ke UGD RSUD Embung Fatimah diantar suami os
dengan keluhan perutnya terasa sakit .Selain itu juga os mengaku sakit pinggang yang menjalar ke
perut.Sakit perut dirasakan oleh os sejak 2 hari yang lalu. Os mengatakan sudah keluar lendir yang
bercampur dengan darah sejak jam 7 pagi. Keluarnya Air-air disangkal os.Riwayat sakit kepala, badan
lemas, mual disangkal pasien. Os mengatakan bahwa dirinya tidak pernah kontrol untuk dilakukan
pemeriksaan USG pada kehamilannya.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Os belum pernah menderita penyakit serupa.Riwayat penyakit darah tinggi,penyakit kencing manis
dan asma disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Os mengatakan tidak ada keluarganya yang menderita penyakit serupa yang dideritanya.
Riwayat Alergi:
Os mengatakan tidak ada alergi obat atau makanan
Riwayat Haid:
Menarche

: 12tahun

Lama haid

: 5-6hari

Siklus haid

: 28 hari,teratur

Disertai rasa sakit

: tidak

Riwayat perkawinan:
Os menikah satu kali dengan suaminya 24 tahun yang lalu.

Riwayat obstetri
No
1
2
3

Jenis kelamin
Perempuan
Laki-laki
perempuan

Berat badan lahir


3500 gram
3500 gram
3500 gram

Umur
17 thn
14 thn
10 thn

Cara melahirkan
Pervaginam
Pervaginam
Pervaginam

Riwayat Operasi:
Os belum pernah mengalami operasi sebelumnya
Riwayat Keluarga berencana:
Pasien mengaku belum pernah menggunakan alat kontrasepsi.

PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS PRESENT
Keadaan umum

tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos mentis

Tekanan Darah

: 120/ 80 mmHg

Nadi

: 80 x/ menit

Respirasi

: 20 x/ menit

Suhu

: 36,8 C

Berat badan

: 68kg

Tinggi badan

: 162cm

Gizi

: cukup

Tempat
Bidan
Bidan
Bidan

Keadaan anak
Sehat
Sehat
Sehat

Turgor

: baik,tidak ada kelainan kulit

B. STATUS GENERALIS
Kepala

normochepali

Mata

Konjungtiva tidak anemis, Sklera Tidak ikterik

Muka

cloasma gravidarum (-)

Hidung

tidak ada deviasi septum, konka tidak hiperemis,secret(-),tidak ada polip

mulut

bibir tidak sianosis,mukosa bibir tidak hiperemis,tonsil dextra sinistra


simetris,faring tidak hiperemis

Leher

KGB tak teraba membesar


JVP 5+2 cm H2O, tiroid tidak teraba membesar

Thorak

diameter latero lateral : antero posterior 2:1

Mamae

simetris,hiperpigmentasi areola mamae+

Inspeksi

Bentuk dada normal, pergerakan nafas kanan kiri simetris

Palpasi

Fremitus taktil simetris kanan kiri

Perkusi

Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi

Suara nafas vesikuler pada seluruh lapang paru, wheezing (-)


ronki (-)

JANTUNG
Inspeksi

Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi

Iktus kordis tidak teraba

Perkusi

Batas atas

: sela iga II linea parasternal kiri

Batas kanan

: sela iga V linea parasternal kanan

Batas kiri
Auskultasi

: sela iga VI linea midklavikula kiri

BJ I - II reguler, murmur (-), gallop (-)

ABDOMEN
Inspeksi

cembung(+),striae gravidarum(+),hiperpigmentasi di linea


alba(+),tidak tampak gerakan janin

Palpasi

Nyeri tekan (+), hepar dan lien tidak teraba,

Perkusi

Timpani,shifting dulness (-)

Auskultasi

Bising usus (+) normal

GENITALIA EXTERNA
Kelamin

lihat di status obstetri

EKSTREMITAS
Tidak ada Edema tungkai D/S
Anogenital

edema vulva

C. STATUS OBSTETRI
Pemeriksaan luar
Inspeksi

: Perut membesar, hiperpigmentasi linea alba(+), striae gravidarum (+) , sikatrik(-)

Palpasi

: L1

: Teraba massa bulat, lebar,lunak (bokong)Tinggi fundus uteri: 40 cm

L2

: Teraba daerah yang keras dan rata di sebelah kanan. Teraba tonjolan
irregular disbelah kiri (puka)

L3

: Teraba massa bulat,besar, dan keras (kepala)

L4

: Bagian terbawah janin sudah masuk PAP

Penurunan

: sudah masuk PAP

His

: (+) jarang

TBJ

: gram

Auskultasi :
DJJ

138x /menit & teratur

Pemeriksaan Inspekulo

Inspeksi

Fluxus ( + )

Vulva

tenang

vagina

licin

konsistensi

: lunak,datar

Letak

: posterior

Pembukaan

: 3 cm

Pemeriksaan dalam :

Portio

Ketuban

(+) menonjol

Terbawah

Kepala

Penunjuk

UUK

Penurunan

Hodge 1+

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah rutin
Hb

10,8 gr/dl

Eritrosit

3,9juta

Hematokrit

30 %

Leukosit

9500/mm3

TROMBOSIT :

350.000 ribu

CT

7 menit

BT

4 menit

Gol.darah

Ureum

12 mg%

Creatinin

0,4 mg%

GDS

90 mg/dl

Kimia Darah

Urin:

warna urin

: kuning

Protein

:-

Glukosa

:-

ph

:7

bj

:1.005

nitrit

:-

keton

:-

bilirubin

DIAGNOSIS KERJA
G4P3A0H3 gravid 36 minggu + inpartu kala I fase aktif partus tak maju JTH preskep
PENATALAKSANAAN
1.perbaiki keadaan umum

ceftriakson 1 gr(IV)

Kanamicin 1 gr(IM)

Metronidazole 1 flv

Alinamin (IV)

2.Sectio sesar
Prognosis

Quo ad vitam

: dubia ad bonam

Quo ad fungtionam

: dubia ad bonam

[Type text]

Page 8

FOLLOW UP
Tanggal& jam

Follow-up

Tggl 22-maret-2012

S= os sakit perut menjalar dari pinggang

Jam 10.15

keluar lendir& darah


O= KU=baik
Kes= CM
TD= 120/80
LI=TFU : 40 CM, teraba bokong
L2= PUKA
L3=teraba kepala
L4= sudah masuk PAP
DJJ= 138X/Mnt
VT= 3 cm,portio lunak, Ketuban+,preskep H I +,HIS+ jarang
A= G4P3A0 gravid 36 minggu inpartu kalaI fase laten JTH,Preskep
P= cek lab

[Type text]

Page 9

Observasi kemajuan persalinan

Jam 12.00

HIS(+) kuat
VT= 6cm,portio lunak,ketuban(+),preskep H II

Jam 15.30

HIS jarang
VT= 6cm,portio lunak,ketuban(+),preskep H II
(tidak ada kemajuan)
ADVICE dokter akan dilakukan SC

Jam 16.20

Os diantar ke ruang OK untuk dilakukan tindakan SC+steril

Jam18.30

Os dijemput dari ruang OK ,diantar ke ruang nifas


S=

ku= baik

Kes=CM

Nyeri

luka

post

OP(+),mobilisasi(-)

bertahap,infuse

(+),DC+,TH Injeksi+ dilanjutkan


19.00

Inj= ceftriakson 1 gr(IV)

Kanamicin 1 gr(IM)

Metronidazole 1 flv

Alinamin (IV)

Tanggal 23-3-2012

Melakukan vulva hygiene (+)

Jam 06.00

S= Kes=CM

Nyeri

luka

post

OP(+),mobilisasi(+)

bertahap,infuse

(+),DC+,TH Injeksi+ dilanjutkan

[Type text]

Page 10

O= TD: 120/70,nadi:80X/mnt,suhu:36,5

Tanggal 24-3-2012

S= Kes=CM

Jam 06.00

Nyeri luka post OP(-),mobilisasi(+),infuse (+),DC(-),TH


Injeksi+ dilanjutkan
O= TD: 120/70,nadi:78X/mnt,suhu:36,7

Tanggal 25-3-2012

S= Kes=CM

Jam 07.30

Nyeri luka post OP(-),mobilisasi(+),infuse (+),DC(-),TH


Injeksi(-),therapy oral(+)
O= TD: 120/90 ,nadi:80X/mnt,suhu:36

Tanggal 26-3-2012 Jam 10.00

Pasien pulang

Laporan Operasi Secsio Cesaria :


1. Disinfeksi pada dinding perut dan lapangan operasi
2. Pada dinding perut dilakukan skin scratches.
3. Membuka dinding perut lapis demi lapis :
- Insisi kulit perut dan sub kutis secara pfanenstrels 20 cm
- Sayatan kecil fasia m. Recti abdommis (lamina ant) & dg bantuan pinset anatomis

lalu

fascia digunting kebawah dan keatas.


- M. Recti abdommis di kuakkan secara tumpul ke lateral sehingga peritoneum bebas.
- Peritoneum parietalis dijepit dengan pinset anatomis, diangkat, digunting keatas dan bawah,
pinggir pinggirnya di klem (peritoneal klem)
- Buikspreder dan blass haak dipasang.13
4. Membuka Uterus.
- Blass peritoneum diangkat dengan pinset, digunting tangan kiri, dipisahkan, diklem.
- Insisi segmen bawah rahim melintang (transversal) 10 cm berbentuk konkaf sampai
endometrium. Endometrium ditembus secara tumpul dengan jari.
5. Mengeluarkan janin plasenta dan selaput ketuban
- Janin ditarik keluar menurut presentasinya seperti menolong kelahiran biasa.
Pukul 16.45 WIB lahir bayi dengan jenis kelamin
Laki-laki: BB= 4100 GRAM
Panjang badan= 43 cm APGAR score= 8/9
Sehat tanpa cacat
- Plasenta dan selaput ketuban dilahirkan secara manual.
6. Menutup luka uterus dengan jahitan one layer dengan benang vicryl secara jelujur feston.
7. Menutup luka dinding perut.

[Type text]

Page 11

Luka dinding perut dijahit lapis demi lapis.


- Peritonium parietalis dijahit secara jelujur dengan benang vicryl.
- Otot dijahit jelujur dg plain cutgat dg no 2.0
- Fascia m.recti abdominis dijahit secara jelujur feston dengan benang vicryl no 1.0.
- Subcutis dijahit secara jelujur dengancromic cutgat dg no 2.0.
- Kutis dijahit subcutikular dengan catgut plain no.3.0
- Luka operasi ditutup dengan perban.
8. Anestesi / narkose selesai
9. Operasi selesai

TEORI
Persalinan lama disebut juga distosia didefinisikan sebagai persalinan yang abnormal/sulit.
Sebab-sebabnya dapat dibagi dalam 3 golongan berikut:
A. Kelainan HIS (kelainan tenaga). His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya
menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, tidak
dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan / kemacetan.
B. Kelainan Janin. Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena kelainan dalam
letak atau dalam bentuk janin

[Type text]

Page 12

C. Kelainan Jalan lahir. Kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa menghalangi
kemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetan.

Kala II lama ( prolonged second stage)


Tanda dan gejala klinis

DIAGNOSIS

Pembukaan serviks tidak membuka(kurang dari 3 cm)Tidak

Belum in partu, fase labor

didapatkan kontraksi uterus


Pembukaan serviks tidak melewati 3 cm sesudah 8 jam in partu

Prolonged latent phase

Pembukaan serviks melewati gariswaspada partograf:


frekuensi dan lamanya kontraksikurang dari 3 kontraksi
per 10menit dan kurang dari 40 detik
Secondary arrest of dilatalion atau arrest of descent
Secondary arrest of dilatationdan bagian terendah
dengankaput,

terdapat

moulase

hebat,edema

Inersia uteri

Disproporsi sefalo pelvic

Obstruksi

servik,tanda ruptur uteri &maternal distress.

Kelainan presentasi selain verteks

Malpresentasi

Pembukaan serviks lengkap, ibu ingin mengedan, tetapi tak ada

Kala II lama

kemajuan penurunan

( prolonged second stage)

PENANGANAN False labor


(persalinan palsu/belum in partu)
Bila his belum teratur dan porsio masih tertutup, pasien boleh pulang periksa adanya infeksi
saluran kencing, ketuban pecah dan bila didapatkan adanya infeksi obati secara adekuat. Bila tidak
pasien boleh rawat jalan.
Prolonged latent phase (fase laten yang memanjang)
Diagnosis fase laten yang memanjang dibuat secara retrospektif. Bila his
berhenti disebut persalinan palsu atau belum in partu. Bilamana kontraksi makin teratur
dan pembukaan bertambah sampai 3 cm, pasien kita sebut masuk fase laten.

Kekeliruan melakukan diagnosis persalinan palsu menjadi fase laten menyebabkan pemberian
pemberian induksi yang tidak perlu yang biasanya sering gagal. Hal ini menyebabkan tindakan
operasi seksiosesarea yang kurang perlu dan sering menyebabkan amnionitis

[Type text]

Page 13

Apabila ibu berada dalam fase laten lebih dari 8 jam dan tak ada kemajuan,lakukan
pemeriksaan dengan jalan melakukan pemeriksaan serviks;

Bila tidak ada perubahan penipisan dan pembukaan serviks serta tak didapatkan tanda gawat
janin, kaji ulang diagnosisnya. Kemungkinan ibu belum dalam keadaan in partu

Bila didapatkan perubahan dalam penipisan dan pembukaan serviks, lakukan drip oksitosin
dengan 5 unit dalam 500 cc dekstrose (atau NaCI) mulai dengan 8 tetes per menit, setiap 30
menit ditambah 4 tetes sampai his adekuat (maksimum 40tetes/menit) atau diberikan preparat
prostaglandin. Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam. Bila ibu tidak masuk fase aktif setelah
dilakukan pemberian oksitosin,lakukan seksio sesarea.

Pada daerah yang prevalensi HIV tinggi, dianjurkan membiarkan ketuban tetap utuh selama
pemberian oksitosin untuk mengurangi kemungkinan terjadinya penularan HIV

Bila didapatkan tanda adanya amnionitis, berikan induksi dengan oksitosin 5 Udalam 500 cc
dekstrose (atau NaCI) mulai dengan 8 tetes per menit, setiap 15 menit ditambah 4 tetes
sampai his adekuat (maksimum 40 tetes / menit) atau diberikan preparat prostlagandin; serta
obati infeksi dengan ampisilin 2 g IVsebagai dosis awal dan 1 g IV setiap 6 jam dan
gentamisin 2 x 80 mg.

Prolonged active phase (fase aktif yang memanjang)


Bila tidak didapatkan tanda adanya CPD (Cephalo Pelvic Disproportion) atau adanya obstruksi :

Berikan penanganan umum yang kemungkinan akan memperbaiki konstraksi dan


mempercepat kemajuan persalinan.

Bila ketuban intak, pecahkan ketuban.

Bila kecepatan pembukaan serviks pada waktu fase aktif kurang dari 1 cm per jam, lakukan
penilaian kontraksi uterusnya.

Kontraksi uterus adekuat


Bila kontraksi uterus adekuat (3 x dalam 10 menit dan lamanya lebih dari 40 detik) pertimbangkan
adanya kemungkinan CPD, obstruksi, malposisi atau malpresentasi.
Disproporsi sefalopelvik (CPD)

[Type text]

Page 14

CPD terjadi karena bayi terlalu besar atau pelvis kecil. Bila dalam persalinan terjadi CPD akan kita
dapatkan persalinan yang macet. Cara penilaian pelvis yang baik adalah dengan melakukan partus
percobaan (trial of labor ). Kegunaan pelvimetri klinis terbatas.

Bila diagnosis CPD ditegakkan, lahirkan bayi dengan seksio sesarea.

Bila bayi mati lakukan kraniotomi atau embriotomi (bila tidak mungkin lakukan seksio
sesarea).

Obstruksi (partus macet)


Bila ditemukan tanda tanda obstruksi :

Bayi hidup lahirkan dengan seksio sesarea.

Bayi mati lahirkan dengan kraniotomi/embriotomi.

Malposisi dan mal presentasi


Bila didapatkan adanya malposisi atau malpresentasi lihat bab malposisi/malpresentasi.
Kontraksi uterus tidak adekuat (inersia uteri)

INERSIA UTERI
Disini his bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi lebih kuat dan Lebih dahulu

daripada bagian-bagian lain, peranan fundus tetap menonjol. Kelainannya terletak dalam hal kontraksi
uterus lebih aman, singkat, dan jarang daripada biasa. Keadaan umum penderita biasanya baik dan
rasa nyeri tidak seberapa. Selama ketuban masih utuh umumnya tidak berbahaya, baik bagi ibu
maupun janin, kecuali persalinan berlangsung terlalu lama;dalam hal terakhir ini morbiditas ibu dan
mortalitas janin baikKeadaan itu disebut inersia uteri primer atau hypotonic uterine contraction.
Kalau timbul setelah berlangsung his kuat untuk waktu yang lama, dan hal itu dinamakan inersia uteri
sekunder.Karena dewasa ini persalnan tidak dibiarkan berlangsung demikian lama sehingga dapat
menimbulkan kelelahan uterus, maka inertia uteri sekunder seperti digambarkan dibawah jarang
ditemukan, kecuali pada ibu yang tidak diberikan pengawasan yang baik.
Bila kontraksi uterus tidak adekuat dan disproporsi atau obstruksi bisa disingkirkan, penyebab paling
banyak partus lama adalah kontraksi uterus yang tidak adekuat.

[Type text]

Page 15

Pada multigravida kontraksi uterus yang tidak adekuat lebih kurang didapatkan dibanding dengan
pada primigravida, sehingga lakukan evaluasi lebih dulu apakah bisa menyingkirkan faktor
disproporsi sebelum melakukan tindakan oksitosin drip pada multigravida

Lakukan induksi dengan oksitosin 5 unit dalam 500 cc dekstrosa (atau NaCI)
atau prostaglandin.

Evaluasi ulang dengan pemeriksaan vaginal setiap 4 jam :-Bila garis tindakan dilewati
(memotong) lakukan seksio sesarea.-Bila ada kemajuan evaluasi setiap 2 jam.

Kala II memanjang ( prolonged expulsive phase)


Upaya mengedan ibu menambah risiko pada bayi karena mengurangi jumlah oksigen ke
plasenta. Maka dari itu sebaiknya dianjurkan mengedan secara spontan; mengedan menahan napas
yang terlalu lama tidak dianjurkan. Perhatikan denyut jantung janin; bradikardia yang lama mungkin
terjadi akibat lilitan tali pusat. Dalam hal ini lakukan tindakan ekstraksi vakum/forseps bila syarat
terpenuhi.Bila malpresentasi dan tanda obstruksi bisa disingkirkan, berikan oksitosin drip.Bila
pemberian oksitosin drip tidak ada kemajuan dalam 1 jam, lahirkan dengan bantuan vakum atau
forseps bila persyaratan dipenuhi. Lahirkan dengan seksio sesarea bila persyaratan vakum dan forseps
tidak dipenuhi
Penyulit Persalinan: Penyimpangan Jalan Lahir
Persalinan yang normaleutasiaapabila ketiga faktor penting telah membuktikan kerja
sama yang baik sehingga persalinan berlangsung spontan, aterm, dan hidup. Keadaan demikian
menunjukkan bahwa ketiga faktor power (P), passage (P), dan passenger (P) telah bekerja sama
dengan baik tanpa terdapat intervensi sehingga persalinan berjalan dengan mulus. Dapat pula
ditambahkan faktor lainnya, seperti faktor kejiwaan penderita dan penolong tetapi kedua faktor
tambahan tidak banyak berfungsi dalam menentukan jalannya persalinan.
Dengan faktor 3 P, kemungkinan besar terdapat kelainan yang mempengaruhi jalannya
persalinan, sehingga memerlukan intervensi persalinan untuk mencapai well born baby dan well
health mother. Persalinan yang memerlukan bantuan dari luar karena terjadi penyimpangan dari 3 P
disebut persalinan distosia.

Kelainan yang terdapat pada masing-masing faktor dapat dirinci sebagai berikut:
1. Power. kekuatan his dan mengejan.

[Type text]

Page 16

His:
Inersia uteri: primer, sekunder.
Tetania uteri.
His yang tidak terkoordinasi.
Kelelahan ibu mengejan.
Salah pimpinan kala kedua.
2. Passage: jalan lahir.
Kelainan bentuk panggul.
Kesempitan panggul.
Ketidakseimbangan sefalopelvik.
Kelainan jalan lahir lunak.
3.Passenger
Kelainan

bentuk

dan

besar

janin:

anensefalus,

hidrosefalus,

janin

mak-rosomia.

Kelainan pada letak kepala: presentasi puncak, presentasi muka, presentasi dahi, kelainan posisi
oksiput.
Kelainan letak janin: letak sungsang; letak lintang; presentasi rangkap (kepala tangan, kepala
kaki, kepala tali pusat).
4. Tumor pada jalan lahir:
Kelainan tulang pada jalan lahir.
Tumor yang berasal dari: indung telur. otot rahim (mioma uteri) terfiksir pada pelvik minor.
Tumor yang berasal dari vagina.
His (kekuatan kontraksi otot rahim)
His normal mempunyai sifat:
Kontraksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk rahim.
Fundal dominan, menjalar ke seluruh otot rahim.
Kekuatannya seperti memeras isi rahim.
Otot rahim yang telah berkontraksi tidak kembali ke panjang semula sehingga terjadi retraksi &
pembentukan segmen bawah rahim.
Kelainan kontraksi otot rahim adalah:
1. Inersia uteri.
His yang sifatnya lemah. pendek. dan jarang dari his normal yang terbagi menjadi:
a. Inersia uteri primer.
Bila sejak semula kekuatannya sudah lemah

[Type text]

Page 17

b. Inersia uteri sekunder.


His pernah cukup kuat, tetapi kemudia melemah.
Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan, pada bagian terendah
terdapat kaput, dan mungkin ketuban telah pecah.
His yang lemah dapat menimbulkan hahaya terhadap ibu maupun janin sehingga memerlukan
konsultasi atau merujuk penderita ke rumah sakit. puskesmas atau dokter spesialis.
2. Tetania uteri.
His yang terlalu kuat dan terlalu sering, sehingga tidak terdapat kesempatan relaksasi otot rahim
Akibat dari tetania uteri dapat terjadi:
a. Persalinan presipitatus.
Persalinan yang berlangsung dalam waktu tiga jam. Akibatnya mungkin fatal:
Terjadi persalinan tidak pada tempatnya.
Terjadi trauma janinpkarena tidak terdapat persiapan dalam persalinan.
Trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan, inversio uteri.
b. Tetania uteri menyebabkan asfiksia intrauterin sampai kematian janin dalam rahim.

3. Inkoordinasi kontraksi otot rahim.


Keadaan inkoordinasi kontraksi otot rahim dapat menyebabkan sulitnya kekuatan otot rahim untuk
dapat meningkatkan pembukaan atau pengusiran janin dari dalam rahim.
Penyebab inkoordinasi kontraksi otot rahim adalah:
faktor usia penderita relatif tua
pimpinan persalinan
karena induksi persalinan dengan oksitosin
rasa takut dan cemas.
Bagaimana bidan menangani kelemahan his primer maupun sekunder di tengah masyarakat?
Dalam menghadapi persalinan, bidan melakukan observasi yang meliputi his (H), kortonen (C),
lingkaran Bandle (B), dan penurunan (P) yang sangat penting sehingga terjadinya perubahan yang
dapat merugikan menjadi titik awal evaluasi untuk menetapkan sikap menyelesaikan persalinan.
Dengan anjuran untuk melakukan pertolongan persalinan memakai partograf WHO,
diharapkan penderita dapat dikirim pada saat mencapai garis waspada sehingga keadaan janin dan ibu
tiba di rumah sakit yang mempunyai fasilitas dalam keadaan optimal. Metode partograf tersebut

[Type text]

Page 18

diharapkan dapat memperkecil kejadian persalinan kasep (terlantar) yang mempunyai angka kesakitan
dan kematian yang tinggi pada ibu maupun janin. Dengan dasar itu diharapkan bidan di desa dapat
meningkatkan pertolongan persalinan dengan partograf WHO, melakukan observasi, melakukan
evaluasi, dan selanjutnya meningkatkan usaha untuk melakukan rujukan.
Passage atau jalan lahir
Jalan lahir merupakan komponen yang sangat penting dalam proses persalinan yang terdiri
dari jalan lahir tulang dan jalan lahir lunak. Proses persalinan merupakan proses mekanis yang
melibatkan tiga faktor, yaitu jalan lahir, kekuatan yang mendorong, dan akhirnya janin yang didorong
dalam satu mekanis tertentu dan terpadu. Dari ketiga komponen tersebut hanya kekuatan (his dan
mengejan) yang dapat dimanipulasi dari luar tanpa membahayakan janin dalam proses persalinan.
Jalan lahir merupakan komponen yang tetap. artinya dalam konsep obstetri modern tidak
diolah untuk dapat melancarkan proses persalinan kecuali jalan lunak pada keadaan tertentu tanpa
membahayakan janin. Jalan lahir tulang mempunyai kriteria sebagai berikut:

Pintu atas panggul dengan distansia transversalis kanan kiri lebih panjang dari muka belakang.
Mempunyai bidang tersempit pada spina ischiadica.
Pintu bawah panggul terdiri dari dua segi tiga dengan dasar pada tuber ischii, ke depan dengan ujung
simfisis pubis, ke belakang ujung sacrum.
Pintu atas panggul menjadi pintu hawah panggul, seolah-olah herputar sembilan puluh derajat.
Jalan lahir depan panjang 4,5 cm sedangkan jalan lahir belakang panjangnya 12,5 cm.
Secara keseluruhan jalan lahir merupakan corong yang melengkung ke depan, mempunyai bidang
sempit pada spina ischiadica, terjadi perubahan pintu atas panggul leher kanan kiri menjadi pintu
bawah panggul dengan lebar ke depan dan belakang yang terdiri dari dua segitiga.
Dengan demikian jalan lahir tulang sangat menentukan proses persalinan apakah dapat
berlangsung melalui jalan biasa atau melalui tindakan operasi dengan kekuatan dari luar.. Sebagai
kriteria kemungkinan disproporsi sefalo pelvik terutama pada primigravida dapat diduga bila
dijumpai:

Kepala janin belum turun pada minggu ke 36 yang disebabkan janin terlalu besar, kesempatan
panggul, terdapat lilitan tali pusat dan terdapat hidrosefalus.
Kelainan letak: letak lintang, letak sungsang.
Pada multipara kemungkinan kesempitan panggul dapat diduga riwayat persalinan yang buruk dan
persalinan dengan tindakan operasi.

[Type text]

Page 19

Dengan mempertimbangkan keadaan tersebut dapat diperkirakan persalinan akan mengalami


kesulitan sehingga perlu dikonsultasikan atau segera dirujuk agar mendapatkan penanganan yang
adekuat
Kelainan pada jalan lahir lunak dapat terjadi gangguan pembukaan terutama:
1. Serviks.
a. Serviksyang kaku.
Terdapat pada primi tua primer atau sekunder.
Serviks yang mengalami banyak cacat perlukaan (sikatrik).
b. Serviks gantung.
Ostium uteri eksternum terbuka lebar, namun ostium uteri internum tidak dapat terbuka.
c. Serviks konglumer.
Ostium uteri internum terbuka, namun ostium uteri eksternum tidak terbuka.
d. Edema serviks.
Terutama karena kesempitan panggul, serviks terjepit antara kepala dan jalan lahir sehingga
terjadi gangguan sirkulasi darah dan cairan yang menimbulkan edema serviks.
e. Serviks duplek karena kelainan kongenital.
2. Vagina.
Kelainan vagina yang dapat mengganggu perjalanan persalinan:
Vagina septum: transvaginal septum vagina, longitudinal septum vagina.
Tumor pada vagina.
3. Himen dan perineum.
Kelainan pada himen imperforata, atau himen elastik pada perineum terjadi kekakuan sehingga
memerlukan episiotomi yang luas.
Passenger (janin & plasenta)
Kepala janin (bayi) merupakan bagian penting dalam proses persalinan dan memiliki ciri sebagai
berikut:
Bentuk kepala oval, sehingga setelah bagian besarnya lahir, maka bagian lainnya lebih mudah lahir.
Persendian kepala berbantuk kogel, sehingga dapat digerakkan ke segala arah,
dan memberikan kemungkinan untuk melakukan putar paksi dalam.
Letak persendian kepala sedikit ke belakang, sehingga kepala melakukan fleksi untuk putar paksi
dalam.

[Type text]

Page 20

Setelah persalinan kepala, badan janin tidak akan mengalami kesulitan. Pada beberapa kasus
dengan anak yang besar pada ibu dengan diabetes melitus, terjadi kemungkinan kegagalan persalinan
bahu. Persalinan bahu yang berat cukup berbahaya karena dapat terjadi asfiksia. Persendian leher
yang masih lemah dapat merusak pusat-pusat vital janin yang berakibat fatal.
Pada letak sungsang dengan mekanisme persalinan kepala dapat mengalami kesulitan karena
persalinan kepala terbatas dengan waktu sekitar 8 menit dan tulang dasar kepala tidak mempunyai
mekanisme maulage, yang dapat memperkecil volume tanpa merusak jaringan otak. Dengan demikian
persalinan kepala pada letak sungsang atau versi ekstraksi letak lintang harus dipertimbangkan agar
tidak menimbulkan morbiditas yang lebih tinggi.

Persalinan fisiologis menempati jumlah terbesar 97% dengan oksiput bertindak sebagai
hipomoklion, dan lingkaran suboksipito- bregmatika sebesar 32 cm melalui jalan lahir. Berbagai
posisi kepala janin dalam kondisi defleksi dengan lingkaran yang melalui jalan lahir bertambah
panjang sehingga menimbulkan kerusakan yang makin besar. Pada keadaan presentasi rangkap karena
volume janin yang melalui jalan lahir makin besar, di samping terjadi jepitan bagian kecil, yang dapat
menimbulkan persoalan baru. Kedudukan rangkap yang paling berbahaya adalah antara kepala dan
tali pusat, sehingga makin turun kepala makin terjepit tali pusat, menyebabkan asfiksia sampai
kematian janin dalam rahim.
Tumor pada jalan lahir
Tumor jalan lahir dapat menghalangi proses persalinan dengan jalan menghalangi turunnya
kepala atau bagian terendah. Tumor berasal dari ovarium yang bertangkai, mioma uteri yang
bertangkai, sehingga dalam perjalanan persalinan dapat terfiksir di pelvis minor. Tumor yang berasal
dari vagina sebagian besar dalam bentuk kista, sehingga tidak banyak mengganggu perjalanan
persalinan, hanya dengan jalan mengeluarkan isinya melalui pungsi.

Untuk dapat mengetahui secara dini terjadinya proses persalinan distosia, dilakukan evaluasi
setiap faktor yang mengalami kelainan pungsi. sehingga persalinan yang berjalan abnormal dapat
diketahui dengan pasti
Bentuk intervensi dari luar yang dapat dipertimbangkan adalah:
I. Melakukan induksi persalinan.
Memecahkan ketuban
Memberikan suntikan/infus oksitosin atau lainnya

[Type text]

Page 21

2. Menyelesaikan persalinan dengan tindakan operasi pervaginam.


Persalinan dengan ekstraksi vakum atau ekstraksi forsep
Pertolongan persalinan letak sungsang atau lintang
3. Pertolongan persalinan dengan seksio sesarea.
Upaya menyelesaikan pertolongan persalinan dengan intervensi kekuatan dari luar bukan
tugas utama bidan, sehingga setiap persalinan yang diduga akan mengalami kesulitan sudah dirujuk
ke pusat dengan fasilitas yang mencukupi.

[Type text]

Page 22

[Type text]

Page 23

[Type text]

Page 24

[Type text]

Page 25

PEMBAHASAN

Bila kecepatan pembukaan serviks pada waktu fase aktif kurang dari 1 cm per jam, lakukan
penilaian kontraksi uterusnya.

Kontraksi uterus adekuat


Bila kontraksi uterus adekuat (3 x dalam 10 menit dan lamanya lebih dari 40 detik) pertimbangkan
adanya kemungkinan CPD, obstruksi, malposisi atau malpresentasi.
Disproporsi sefalopelvik (CPD)
CPD terjadi karena bayi terlalu besar atau pelvis kecil. Bila dalam persalinan terjadi CPD akan kita
dapatkan persalinan yang macet. Cara penilaian pelvis yang baik adalah dengan melakukan partus
percobaan (trial of labor ). Kegunaan pelvimetri klinis terbatas.

Bila diagnosis CPD ditegakkan, lahirkan bayi dengan seksio sesarea.

[Type text]

Page 26

[Type text]

Page 27

Você também pode gostar