Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
IDENTITAS
Nama Pasien
: Ny.P
Usia
: 40 tahun
Suku
: jawa
Pekerjaan
Status
: Menikah
Nama suami
: Tn.D
Umur
: 43 tahun
Agama
: Islam
Alamat
: sekupang
: 10.00 wib
HPHT
: 15-6-2011
: 22-3-2012
ANAMNESA
Keluhan Utama :
Os datang dengan keluhan nyeri di sekitar pinggang yang menjalar ke perut.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang ibu dengan G4P3A0 datang ke UGD RSUD Embung Fatimah diantar suami os
dengan keluhan perutnya terasa sakit .Selain itu juga os mengaku sakit pinggang yang menjalar ke
perut.Sakit perut dirasakan oleh os sejak 2 hari yang lalu. Os mengatakan sudah keluar lendir yang
bercampur dengan darah sejak jam 7 pagi. Keluarnya Air-air disangkal os.Riwayat sakit kepala, badan
lemas, mual disangkal pasien. Os mengatakan bahwa dirinya tidak pernah kontrol untuk dilakukan
pemeriksaan USG pada kehamilannya.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Os belum pernah menderita penyakit serupa.Riwayat penyakit darah tinggi,penyakit kencing manis
dan asma disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Os mengatakan tidak ada keluarganya yang menderita penyakit serupa yang dideritanya.
Riwayat Alergi:
Os mengatakan tidak ada alergi obat atau makanan
Riwayat Haid:
Menarche
: 12tahun
Lama haid
: 5-6hari
Siklus haid
: 28 hari,teratur
: tidak
Riwayat perkawinan:
Os menikah satu kali dengan suaminya 24 tahun yang lalu.
Riwayat obstetri
No
1
2
3
Jenis kelamin
Perempuan
Laki-laki
perempuan
Umur
17 thn
14 thn
10 thn
Cara melahirkan
Pervaginam
Pervaginam
Pervaginam
Riwayat Operasi:
Os belum pernah mengalami operasi sebelumnya
Riwayat Keluarga berencana:
Pasien mengaku belum pernah menggunakan alat kontrasepsi.
PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS PRESENT
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan Darah
: 120/ 80 mmHg
Nadi
: 80 x/ menit
Respirasi
: 20 x/ menit
Suhu
: 36,8 C
Berat badan
: 68kg
Tinggi badan
: 162cm
Gizi
: cukup
Tempat
Bidan
Bidan
Bidan
Keadaan anak
Sehat
Sehat
Sehat
Turgor
B. STATUS GENERALIS
Kepala
normochepali
Mata
Muka
Hidung
mulut
Leher
Thorak
Mamae
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
JANTUNG
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Batas atas
Batas kanan
Batas kiri
Auskultasi
ABDOMEN
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
GENITALIA EXTERNA
Kelamin
EKSTREMITAS
Tidak ada Edema tungkai D/S
Anogenital
edema vulva
C. STATUS OBSTETRI
Pemeriksaan luar
Inspeksi
Palpasi
: L1
L2
: Teraba daerah yang keras dan rata di sebelah kanan. Teraba tonjolan
irregular disbelah kiri (puka)
L3
L4
Penurunan
His
: (+) jarang
TBJ
: gram
Auskultasi :
DJJ
Pemeriksaan Inspekulo
Inspeksi
Fluxus ( + )
Vulva
tenang
vagina
licin
konsistensi
: lunak,datar
Letak
: posterior
Pembukaan
: 3 cm
Pemeriksaan dalam :
Portio
Ketuban
(+) menonjol
Terbawah
Kepala
Penunjuk
UUK
Penurunan
Hodge 1+
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah rutin
Hb
10,8 gr/dl
Eritrosit
3,9juta
Hematokrit
30 %
Leukosit
9500/mm3
TROMBOSIT :
350.000 ribu
CT
7 menit
BT
4 menit
Gol.darah
Ureum
12 mg%
Creatinin
0,4 mg%
GDS
90 mg/dl
Kimia Darah
Urin:
warna urin
: kuning
Protein
:-
Glukosa
:-
ph
:7
bj
:1.005
nitrit
:-
keton
:-
bilirubin
DIAGNOSIS KERJA
G4P3A0H3 gravid 36 minggu + inpartu kala I fase aktif partus tak maju JTH preskep
PENATALAKSANAAN
1.perbaiki keadaan umum
ceftriakson 1 gr(IV)
Kanamicin 1 gr(IM)
Metronidazole 1 flv
Alinamin (IV)
2.Sectio sesar
Prognosis
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad fungtionam
: dubia ad bonam
[Type text]
Page 8
FOLLOW UP
Tanggal& jam
Follow-up
Tggl 22-maret-2012
Jam 10.15
[Type text]
Page 9
Jam 12.00
HIS(+) kuat
VT= 6cm,portio lunak,ketuban(+),preskep H II
Jam 15.30
HIS jarang
VT= 6cm,portio lunak,ketuban(+),preskep H II
(tidak ada kemajuan)
ADVICE dokter akan dilakukan SC
Jam 16.20
Jam18.30
ku= baik
Kes=CM
Nyeri
luka
post
OP(+),mobilisasi(-)
bertahap,infuse
Kanamicin 1 gr(IM)
Metronidazole 1 flv
Alinamin (IV)
Tanggal 23-3-2012
Jam 06.00
S= Kes=CM
Nyeri
luka
post
OP(+),mobilisasi(+)
bertahap,infuse
[Type text]
Page 10
O= TD: 120/70,nadi:80X/mnt,suhu:36,5
Tanggal 24-3-2012
S= Kes=CM
Jam 06.00
Tanggal 25-3-2012
S= Kes=CM
Jam 07.30
Pasien pulang
lalu
[Type text]
Page 11
TEORI
Persalinan lama disebut juga distosia didefinisikan sebagai persalinan yang abnormal/sulit.
Sebab-sebabnya dapat dibagi dalam 3 golongan berikut:
A. Kelainan HIS (kelainan tenaga). His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya
menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, tidak
dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan / kemacetan.
B. Kelainan Janin. Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena kelainan dalam
letak atau dalam bentuk janin
[Type text]
Page 12
C. Kelainan Jalan lahir. Kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa menghalangi
kemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetan.
DIAGNOSIS
terdapat
moulase
hebat,edema
Inersia uteri
Obstruksi
Malpresentasi
Kala II lama
kemajuan penurunan
Kekeliruan melakukan diagnosis persalinan palsu menjadi fase laten menyebabkan pemberian
pemberian induksi yang tidak perlu yang biasanya sering gagal. Hal ini menyebabkan tindakan
operasi seksiosesarea yang kurang perlu dan sering menyebabkan amnionitis
[Type text]
Page 13
Apabila ibu berada dalam fase laten lebih dari 8 jam dan tak ada kemajuan,lakukan
pemeriksaan dengan jalan melakukan pemeriksaan serviks;
Bila tidak ada perubahan penipisan dan pembukaan serviks serta tak didapatkan tanda gawat
janin, kaji ulang diagnosisnya. Kemungkinan ibu belum dalam keadaan in partu
Bila didapatkan perubahan dalam penipisan dan pembukaan serviks, lakukan drip oksitosin
dengan 5 unit dalam 500 cc dekstrose (atau NaCI) mulai dengan 8 tetes per menit, setiap 30
menit ditambah 4 tetes sampai his adekuat (maksimum 40tetes/menit) atau diberikan preparat
prostaglandin. Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam. Bila ibu tidak masuk fase aktif setelah
dilakukan pemberian oksitosin,lakukan seksio sesarea.
Pada daerah yang prevalensi HIV tinggi, dianjurkan membiarkan ketuban tetap utuh selama
pemberian oksitosin untuk mengurangi kemungkinan terjadinya penularan HIV
Bila didapatkan tanda adanya amnionitis, berikan induksi dengan oksitosin 5 Udalam 500 cc
dekstrose (atau NaCI) mulai dengan 8 tetes per menit, setiap 15 menit ditambah 4 tetes
sampai his adekuat (maksimum 40 tetes / menit) atau diberikan preparat prostlagandin; serta
obati infeksi dengan ampisilin 2 g IVsebagai dosis awal dan 1 g IV setiap 6 jam dan
gentamisin 2 x 80 mg.
Bila kecepatan pembukaan serviks pada waktu fase aktif kurang dari 1 cm per jam, lakukan
penilaian kontraksi uterusnya.
[Type text]
Page 14
CPD terjadi karena bayi terlalu besar atau pelvis kecil. Bila dalam persalinan terjadi CPD akan kita
dapatkan persalinan yang macet. Cara penilaian pelvis yang baik adalah dengan melakukan partus
percobaan (trial of labor ). Kegunaan pelvimetri klinis terbatas.
Bila bayi mati lakukan kraniotomi atau embriotomi (bila tidak mungkin lakukan seksio
sesarea).
INERSIA UTERI
Disini his bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi lebih kuat dan Lebih dahulu
daripada bagian-bagian lain, peranan fundus tetap menonjol. Kelainannya terletak dalam hal kontraksi
uterus lebih aman, singkat, dan jarang daripada biasa. Keadaan umum penderita biasanya baik dan
rasa nyeri tidak seberapa. Selama ketuban masih utuh umumnya tidak berbahaya, baik bagi ibu
maupun janin, kecuali persalinan berlangsung terlalu lama;dalam hal terakhir ini morbiditas ibu dan
mortalitas janin baikKeadaan itu disebut inersia uteri primer atau hypotonic uterine contraction.
Kalau timbul setelah berlangsung his kuat untuk waktu yang lama, dan hal itu dinamakan inersia uteri
sekunder.Karena dewasa ini persalnan tidak dibiarkan berlangsung demikian lama sehingga dapat
menimbulkan kelelahan uterus, maka inertia uteri sekunder seperti digambarkan dibawah jarang
ditemukan, kecuali pada ibu yang tidak diberikan pengawasan yang baik.
Bila kontraksi uterus tidak adekuat dan disproporsi atau obstruksi bisa disingkirkan, penyebab paling
banyak partus lama adalah kontraksi uterus yang tidak adekuat.
[Type text]
Page 15
Pada multigravida kontraksi uterus yang tidak adekuat lebih kurang didapatkan dibanding dengan
pada primigravida, sehingga lakukan evaluasi lebih dulu apakah bisa menyingkirkan faktor
disproporsi sebelum melakukan tindakan oksitosin drip pada multigravida
Lakukan induksi dengan oksitosin 5 unit dalam 500 cc dekstrosa (atau NaCI)
atau prostaglandin.
Evaluasi ulang dengan pemeriksaan vaginal setiap 4 jam :-Bila garis tindakan dilewati
(memotong) lakukan seksio sesarea.-Bila ada kemajuan evaluasi setiap 2 jam.
Kelainan yang terdapat pada masing-masing faktor dapat dirinci sebagai berikut:
1. Power. kekuatan his dan mengejan.
[Type text]
Page 16
His:
Inersia uteri: primer, sekunder.
Tetania uteri.
His yang tidak terkoordinasi.
Kelelahan ibu mengejan.
Salah pimpinan kala kedua.
2. Passage: jalan lahir.
Kelainan bentuk panggul.
Kesempitan panggul.
Ketidakseimbangan sefalopelvik.
Kelainan jalan lahir lunak.
3.Passenger
Kelainan
bentuk
dan
besar
janin:
anensefalus,
hidrosefalus,
janin
mak-rosomia.
Kelainan pada letak kepala: presentasi puncak, presentasi muka, presentasi dahi, kelainan posisi
oksiput.
Kelainan letak janin: letak sungsang; letak lintang; presentasi rangkap (kepala tangan, kepala
kaki, kepala tali pusat).
4. Tumor pada jalan lahir:
Kelainan tulang pada jalan lahir.
Tumor yang berasal dari: indung telur. otot rahim (mioma uteri) terfiksir pada pelvik minor.
Tumor yang berasal dari vagina.
His (kekuatan kontraksi otot rahim)
His normal mempunyai sifat:
Kontraksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk rahim.
Fundal dominan, menjalar ke seluruh otot rahim.
Kekuatannya seperti memeras isi rahim.
Otot rahim yang telah berkontraksi tidak kembali ke panjang semula sehingga terjadi retraksi &
pembentukan segmen bawah rahim.
Kelainan kontraksi otot rahim adalah:
1. Inersia uteri.
His yang sifatnya lemah. pendek. dan jarang dari his normal yang terbagi menjadi:
a. Inersia uteri primer.
Bila sejak semula kekuatannya sudah lemah
[Type text]
Page 17
[Type text]
Page 18
diharapkan dapat memperkecil kejadian persalinan kasep (terlantar) yang mempunyai angka kesakitan
dan kematian yang tinggi pada ibu maupun janin. Dengan dasar itu diharapkan bidan di desa dapat
meningkatkan pertolongan persalinan dengan partograf WHO, melakukan observasi, melakukan
evaluasi, dan selanjutnya meningkatkan usaha untuk melakukan rujukan.
Passage atau jalan lahir
Jalan lahir merupakan komponen yang sangat penting dalam proses persalinan yang terdiri
dari jalan lahir tulang dan jalan lahir lunak. Proses persalinan merupakan proses mekanis yang
melibatkan tiga faktor, yaitu jalan lahir, kekuatan yang mendorong, dan akhirnya janin yang didorong
dalam satu mekanis tertentu dan terpadu. Dari ketiga komponen tersebut hanya kekuatan (his dan
mengejan) yang dapat dimanipulasi dari luar tanpa membahayakan janin dalam proses persalinan.
Jalan lahir merupakan komponen yang tetap. artinya dalam konsep obstetri modern tidak
diolah untuk dapat melancarkan proses persalinan kecuali jalan lunak pada keadaan tertentu tanpa
membahayakan janin. Jalan lahir tulang mempunyai kriteria sebagai berikut:
Pintu atas panggul dengan distansia transversalis kanan kiri lebih panjang dari muka belakang.
Mempunyai bidang tersempit pada spina ischiadica.
Pintu bawah panggul terdiri dari dua segi tiga dengan dasar pada tuber ischii, ke depan dengan ujung
simfisis pubis, ke belakang ujung sacrum.
Pintu atas panggul menjadi pintu hawah panggul, seolah-olah herputar sembilan puluh derajat.
Jalan lahir depan panjang 4,5 cm sedangkan jalan lahir belakang panjangnya 12,5 cm.
Secara keseluruhan jalan lahir merupakan corong yang melengkung ke depan, mempunyai bidang
sempit pada spina ischiadica, terjadi perubahan pintu atas panggul leher kanan kiri menjadi pintu
bawah panggul dengan lebar ke depan dan belakang yang terdiri dari dua segitiga.
Dengan demikian jalan lahir tulang sangat menentukan proses persalinan apakah dapat
berlangsung melalui jalan biasa atau melalui tindakan operasi dengan kekuatan dari luar.. Sebagai
kriteria kemungkinan disproporsi sefalo pelvik terutama pada primigravida dapat diduga bila
dijumpai:
Kepala janin belum turun pada minggu ke 36 yang disebabkan janin terlalu besar, kesempatan
panggul, terdapat lilitan tali pusat dan terdapat hidrosefalus.
Kelainan letak: letak lintang, letak sungsang.
Pada multipara kemungkinan kesempitan panggul dapat diduga riwayat persalinan yang buruk dan
persalinan dengan tindakan operasi.
[Type text]
Page 19
[Type text]
Page 20
Setelah persalinan kepala, badan janin tidak akan mengalami kesulitan. Pada beberapa kasus
dengan anak yang besar pada ibu dengan diabetes melitus, terjadi kemungkinan kegagalan persalinan
bahu. Persalinan bahu yang berat cukup berbahaya karena dapat terjadi asfiksia. Persendian leher
yang masih lemah dapat merusak pusat-pusat vital janin yang berakibat fatal.
Pada letak sungsang dengan mekanisme persalinan kepala dapat mengalami kesulitan karena
persalinan kepala terbatas dengan waktu sekitar 8 menit dan tulang dasar kepala tidak mempunyai
mekanisme maulage, yang dapat memperkecil volume tanpa merusak jaringan otak. Dengan demikian
persalinan kepala pada letak sungsang atau versi ekstraksi letak lintang harus dipertimbangkan agar
tidak menimbulkan morbiditas yang lebih tinggi.
Persalinan fisiologis menempati jumlah terbesar 97% dengan oksiput bertindak sebagai
hipomoklion, dan lingkaran suboksipito- bregmatika sebesar 32 cm melalui jalan lahir. Berbagai
posisi kepala janin dalam kondisi defleksi dengan lingkaran yang melalui jalan lahir bertambah
panjang sehingga menimbulkan kerusakan yang makin besar. Pada keadaan presentasi rangkap karena
volume janin yang melalui jalan lahir makin besar, di samping terjadi jepitan bagian kecil, yang dapat
menimbulkan persoalan baru. Kedudukan rangkap yang paling berbahaya adalah antara kepala dan
tali pusat, sehingga makin turun kepala makin terjepit tali pusat, menyebabkan asfiksia sampai
kematian janin dalam rahim.
Tumor pada jalan lahir
Tumor jalan lahir dapat menghalangi proses persalinan dengan jalan menghalangi turunnya
kepala atau bagian terendah. Tumor berasal dari ovarium yang bertangkai, mioma uteri yang
bertangkai, sehingga dalam perjalanan persalinan dapat terfiksir di pelvis minor. Tumor yang berasal
dari vagina sebagian besar dalam bentuk kista, sehingga tidak banyak mengganggu perjalanan
persalinan, hanya dengan jalan mengeluarkan isinya melalui pungsi.
Untuk dapat mengetahui secara dini terjadinya proses persalinan distosia, dilakukan evaluasi
setiap faktor yang mengalami kelainan pungsi. sehingga persalinan yang berjalan abnormal dapat
diketahui dengan pasti
Bentuk intervensi dari luar yang dapat dipertimbangkan adalah:
I. Melakukan induksi persalinan.
Memecahkan ketuban
Memberikan suntikan/infus oksitosin atau lainnya
[Type text]
Page 21
[Type text]
Page 22
[Type text]
Page 23
[Type text]
Page 24
[Type text]
Page 25
PEMBAHASAN
Bila kecepatan pembukaan serviks pada waktu fase aktif kurang dari 1 cm per jam, lakukan
penilaian kontraksi uterusnya.
[Type text]
Page 26
[Type text]
Page 27