Você está na página 1de 11

Dinamika Kebidanan

vol. 1 no. 2. Agustus 2011

HUBUNGAN KETERPAPARAN MEDIA INFORMASI TENTANG SEKS DENGAN


PERILAKU SEKS REMAJA AWAL PADA SISWA DI SMP SEMARANG.

Ita Nuryani
Fera Widha Pratami *)
*) Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang
Korespondensi : fera_wida@yahoo.co.id

ABSTRAK
Keterpaparan media informasi tentang seks merupakan salah satu masalah perilaku seks utama yang
dihadapi diindonesia. Untuk kasus yang ada pada perempuan diantaranya adalah hamil diluar nikah sebesar
0,015 %, aborsi sebesar 0,017 %.
Keterpaparan dapat diartikan sebagai keadaan dimana seorang remaja yang sudah pernah melihat video
porno. Dampaknya dapat meningkatkan dorongan seksual, menimbulkan efek kecanduan, merendahkan
martabat wanita dan ujung ujungnya nonsentrasi belajar menurun serta menjadi malas belajar, maunya hanya
bersenang senang saja.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan keterpaparan media informasi tentang seks dengan
perilaku seks pada siswa di SMP Walisongo 02 Semarang. Penelitian ini termasuk menggunakan croos
secsional, sampel penelitian adalah remaja usia 12-15 tahun sejumlah 60 siswa. Untuk mengetahui hubungan
antara variable digunakan uji value fisher. Pengambilan data meliputi identitas responden dengan tingkat
keterpaparan dan perilaku seks dengan menggunakan form kuesioner.
Hasil penelitian menunjukan keterpaparan ringan 23 (38,3%). Tingkat keterpaparan responden
sebagian besar sedang yaitu 29 (48,3%), dan yang sering 8 (13,3%). Perilaku seks ringan yaitu 28 (46,7%).
Tingkat perilaku seks responden sebagian besar sedang yaitu 29 (48,3%), dan 13 (5,0%) dengan perilaku seks
sering. Hasil penelitian ini diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara keterpaparan media informasi
tentang seks dengan perilaku seks dan hipotesis penelitian terbukti.
Disarankan bagi petugas kesehatan untuk meningkatkan penyuluhan tentang pendidikan kesehatan
reproduksi, perilaku seks, pergaulan yang sehat kepada remaja putra dan putri yaitu sejak dibangku SMP untuk
mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, PMS dan lain-lain yang diakibatkan oleh perilaku seks bebas, serta
dilakukan penelitian lebih lanjut tentang factor lain selain keterpaparan dan perilaku seks.
Kata Kunci
: Media Informasi,Perilaku Seks.

PENDAHULUAN
Usia remaja selain proporsinya yang cukup besar dari total jumlah penduduk
nasional, perilaku mereka cukup menyita perhatian orang tua dan masyarakat pada
umumnya. Pada usia sekitar 10-20 tahun, remaja mengalami transisi dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa tersebut, remaja mengalami berbagai

Dinamika Kebidanan

vol. 1 no. 2. Agustus 2011

macam proses terkait dengan kesehatan reproduksi seperti menstruasi, mimpi basah,
masa pubertas, mulai tertarik lawan jenis dan berpacaran. Pada masa ini, remaja juga
mulai intensif bersosialisasi dengan sesamanya. Berkelompok (peer group) dan
mengetahui serta bahkan mencoba-coba perilaku berisiko seperti merokok,
ngobat, minum-minuman keras (miras) dan seks bebas. Lingkaran informasi dari
peer group yang terbatas serta keengganan untuk mencari tahu akibat benturan
normative membuat remaja termasuk dalam kelompok penduduk yang potensial
berisiko (Komisi Kesehatan Reproduksi Kota Semarang dan PKBI, 2008).
Seperti kutipan Boyke, 10-12% remaja di Jakarta pengetahuan seks dan
kesehatan reproduksinya sangat kurang. Hal ini mengisyaratkan pendidikan seks
bagi remaja secara intensif terutama di rumah dan di sekolah semakin penting
(BKKBN, 2006). Dari berbagai penelitian ditemukan bahwa permasalahan utama
kesehatan reproduksi remaja adalah masalah perilaku, kurangnya akses pelayanan
dan kurangnya informasi yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan, hingga
timbul anggapan yang salah misalnya tentang kehamilan yang tak mungkin terjadi
pada satu kali hubungan seksual. Semua ini berpangkal pada rendahnya pendidikan
remaja, kurang ketrampilan petugas kesehatan dalam menangani kesehatan remaja
serta kurangnya kesadaran dan kepedulian masyarakat dan semua pihak pada
penanganan masalah kesehatan remaja ini seperti banyaknya kejadian kasus
kehamilan remaja dan masalah kesehatan reproduksi lainnya serta masalah
kenakalan remaja yang pada umumnya berakhir juga pada masalah kesehatan
reproduksi (Azwar, 2001).
Berdasarkan sumber data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang (2008)
jumlah remaja yang berusia 10-19 tahun di wilayah kota Semarang sebesar 495.351

Dinamika Kebidanan

vol. 1 no. 2. Agustus 2011

jiwa, jumlah remaja terbanyak yaitu pada perempuan sebesar 53 %. Untuk kasus
yang ada pada perempuan diantaranya adalah hamil diluar nikah sebesar 0,015 %,
aborsi sebesar 0,017 % (DKK. Semarang, 2008).
Hasil survey yang telah dilakukan di SMP Walisongo 02 Semarang
terdapat beberapa siswa yang sudah pernah menonton film-film drama romantis dan
melakukan hubungan seksual pranikah yaitu seperti berpegangan tangan,
berpelukan, berciuman bibir. Dari survey pendahuluan, yang dilakukan kepada 22
responden terdapat 50% siswa

yang sering menonton video drama romantis,

36,36% siswa pernah menonton video drama romantis dan 9,1% siswa lainnya tidak
pernah menonton video drama Romantis di HP maupun VCD. Pra survey ini
dilakukan pada kelas VIII karena mereka termasuk dalam fase puber, pada masa ini
yaitu usia 12-15 tahun gairah seksual sudah mencapai puncak sehingga mereka
mempunyai kecenderungan untuk melakukan perilaku seksual.
Oleh karena itu penulis merasa tertarik dengan fenomena maraknya
pergaulan bebas di kalangan remaja seperti seks diluar nikah, kehamilan diluar nikah
dan aborsi, karena permasalahan yang dihadapi berawal dari kekurang tahuan remaja
dalam menyaring informasi tentang pendidikan seks dan kesehatan reproduksi yang
jelas dan benar. Maka penulis memutuskan untuk mengambil judul Hubungan
dengan Keterpaparan Media informasi tentang seks dengan Perilaku Seks pada
Siswa di SMP Walisongo 02 Semarang.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2010. Penelitian ini menggunakan
rancangan cross sectional yaitu rancangan penelitian yang dalam melakukan

Dinamika Kebidanan

vol. 1 no. 2. Agustus 2011

pengukuran atau pengamatan variable independent (tingkat keterpaparan media


informasi tentang seks) dan variable dependen (perilaku seks) dalam periode yang
sama. Menurut sifatnya dasar penelitian, penelitian ini termasuk jenis penelitian
survey yaitu penelitian yang menggunakan pengukuran untuk mengambil
kesimpulan pada populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII di
SMP Walisongo 02 Semarang berjumlah 60 responden. Sampel pada penelitian ini
diambil dalam mengggunakan sampel jenuh yaitu semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel, jumlah sampel sebanyak 60 responden.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisa Univariat
a. Keterpaparan Media Informasi Tentang Seks
Tabel 1
Distribusi Frekuensi keterpaparan Media Informasi Tentang Seks di SMP
Walisongo 02 Semarang tahun 2010.
Keterpaparan Media

23

38,3

29

48,3

Sering

13,3

Total

60

100,0

Jarang
Sedang

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang memiliki


keterpaparan sedang sebanyak 48,3%, terutama keterpaparan media informasi
tentang seks. Dari hasil pengisian koesioner yang dilakukan pada siswa dengan
beberapa item pertanyaan keterpaparan media informasi tentang seks dalam
melihat video porno melalui hp, tv, VCD/DVD dan internet, ternyata sebagian

Dinamika Kebidanan

vol. 1 no. 2. Agustus 2011

besar para siswa memberikan jawaban yang sesuai dengan pertanyaan. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar memiliki keterpaparan sedang mengenai
media informasi tentang.
b. Perilaku seks
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Perilaku Siswa dalam seks di SMP Walisongo 02 Semarang
tahun 2010.

Perilaku Seks

28

46,7

29

48,3

Sering

5,0

Total

60

100,0

Jarang
Sedang

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang memiliki


perilaku seks sedang sebanyak 48,3%, terutama pada perilaku seks. Dari hasil
pengisian koesioner yang dilakukan pada siswa dengan beberapa item pertanyaan
perilaku seks dalam bentuk tingkah laku dapat beraneka ragam mulai dari ciuman
bibir (kissing), ciuman leher (necking), menggesekan alat kelamin (petting),
namun tidak ada yang hingga melakukan hubungan seksual (intercourse).
Analisa Bivariat
Hubungan Keterpaparan Media Informasi tentang Seks dengan Perilaku Seks
pada Siswa Kelas VIII di SMP Walisongo 02 Semarang tahun 2010.
Tabel 3

Dinamika Kebidanan

vol. 1 no. 2. Agustus 2011

Hasil Tabulasi Silang dan Pengujian Hubungan Keterpaparan Media Informasi


tentang Seks dengan Perilaku Seks pada siswa kelas VIII di SMP Walisongo 02
Semarang tahun 2010.

Perilaku seks
Total
Keterpaparan

Ringan

Sedang

Sering

Jarang

14

60,9

39,1

23

100

Sedang

12

41,3

17

58,7

29

100

Sering

37,5

37,5

25

100

Total

29

48.3

29

48.3

3.3

60

100

Dari tabel 3 diketahui bahwa siswa yang memiliki keterpaparan ringan


sebanyak 60,9% memiliki perilaku seks ringan, siswa yang berketerpaparan sedang
sebanyak

41,3%

memiliki

perilaku

seks

ringan,

sedangkan

siswa

yang

berketerpaparan sering sebanyak 37,5% memiliki perilaku seks ringan.


Perbedaan proporsi tersebut setelah dilakukan uji Fishers diperoleh p value
sebesar 0,031 (P = < 0,05). Angka tersebut memberikan arti bahwa hubungan yang
signifikan antara keterpaparan media informasi tentang seks dengan perilaku seks
pada siswa kelas VIII di SMP Walisongo 02 Semarang diterima secara statistik
bermakna.

Dinamika Kebidanan

vol. 1 no. 2. Agustus 2011

PEMBAHASAN
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberikan respon
terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan
memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan
berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari
gagasan tersebut (Sukmadinata, 2003).
Tingkat status ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan, dimana dalam
memenuhi kebutuhan primer maupun sekunder, keluarga dengan status ekonomi
baik lebih mudah tercukupi dibanding keluarga dengan status ekonomi rendah.
Hal ini akan mempengaruhi pengetahuan kebutuhan akan informasi yang
termasuk kebutuhan sekunder (Sukmadinata, 2003).
Keterpaparan Media Informasi Tentang Seks
Hasil penelitian yang dilakukan pada 60 responden yang terdiri dari 29
responden (48,3%) mempunyai keterpaparan sedang. Hasil penelitian ini sesuai
dengan teori yang diungkapkan oleh Lukitaningsih (2006) kemajuan tehnologi
yang sebenarnya diharapkan dapat memberikan kemudahan dalam berkomunikasi,
sekarang sudah banyak bertambah fungsinya, antara lain dapat untuk akses
kemedia

pornografi.

Banyak

anak-anak

dan

remaja

disekolahsekolah

menggunakan HP dan sel phone mengakses gambar atau tayangan singkat yang
porno dan merusak mental para remaja. Adapun contoh-contoh materi yang
menonjolkan seks adalah gambar atau foto wanita yang berpakaian minim atau
tidak berpakaian disampul depan atau bagian dalam majalah atau media cetak,
adegan seks didalam film-film romantis di televisi, video atau film compact disc
(DVD) dan sebagainya (BKKBN, 2005).

Dinamika Kebidanan

vol. 1 no. 2. Agustus 2011

Film, buku dan model, semua itu faktor-faktor yang ikut mempengaruhi
remaja melakukan kegiatan seks bebas. Dampaknya tentu bisa kemana-mana
antara lain dalam memilih konsumsi tontonan di televisi yang masih berat dalam
tayangan film barat dengan budaya dan gaya hidup yang berbeda, kehidupan
dunia barat yang digambarkan dalam film atau video, menurut Boyke seringkali
menunjukkan seks bebas dikalangan remaja. Tayangan serial seperti Beverly atau
bay wath, dengan bintang-bintang yang molek dan tampan itu mudah sekali
masuk kedalam benak remaja sehingga mereka dengan amat mudah meniru gaya
hidup muda- mudi dalam film itu.(Umadi, G, 2009).
Perilaku seks
Hasil penelitian yang dilakukan dari 60 responden yang diketahui bahwa
sebagian besar 29 responden (48,3%) memiliki perilaku seks sedang, 28
responden (46,7%) memiliki perilaku seks ringan dan 3 responden (5,0%)
memiliki perilaku sering.
Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi adalah pengetahuan tentang
semua hal yang berhubungan kesehatan repeoduksi pada remaja. Secara umum
pengetahuan kesehatan reproduksi remaja meliputi pengetahuan tentang pubertas,
perilaku remaja, gizi seimbang bagi remaja, alat reproduksi perempuan dan lakilaki, perilaku seksual remaja, kehamilan, perilaku seksual beresiko, PMS dan
HIV/AIDS, serta pentingnya kebersihan dan kesehatan pribadi bagi remaja
(Sarwono, 2003).
Dengan terangsangnya oleh tayangan video porno remaja akhirnya
mencari pelampiasan dengan melakukan ciuman bibir (kissing), ciuman leher
(neeking), menggesekkan alat kelamin (petting), onani atau melakukan hubungan
seks (intercourse) diluar nikah dengan temannya. Semua ini akibatnya hanya
8

Dinamika Kebidanan

vol. 1 no. 2. Agustus 2011

menimbulkan rangsangan seksual yang bisa berakibat terjadinya perilaku seks


bebas yang tidak terkontrol termasuk hubungan seks bebas dan pemerkosaan
(Lukitaningsih, 2006).
Hubungan Keterpaparan Media Informasi tentang Seks dengan Perilaku Seks.
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 60 responden mengenai keterpaparan
media informasi tentang media di peroleh hasil bahwa sebagian besar responden
memiliki keterpaparan yang sedang pada perilaku seks. Dari data tersebut ada
hubungan yang signifikan antara keterpaparan dengan perilaku seks di SMP
Walisongo 02 Semarang diterima. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
keterpaparan akan memberikan pengaruh terhadap perilaku seks.
Pengaruh keterpaparan media informasi tentang informasi sesuai dengan teori
yang ada yaitu yang menyatakan Kurangnya kemajuan tehnologi yang sebenarnya
diharapkan dapat memberikan kemudahan dalam berkomunikasi, sekarang sudah
banyak bertambah fungsinya, antara lain dapat untuk akses kemedia pornografi.
Banyak anak-anak dan remaja disekolahsekolah menggunakan HP dan sel phone
mengakses gambar atau tayangan singkat yang porno dan merusak mental para
remaja. Padahal dengan terangsangnya oleh tayangan porno itu remaja yang akhirnya
mencari pelampiasan dengan melakukan onani atau melakukan hubungan seks diluar
nikah dengan temannya. Remaja yang masih kurang mampu melakukan kontrol diri
akan melakukan pemuasan seks ini dengan sepuas-puasnya. Tidak disadari bahwa
dengan melakukan perbuatan ini secara berlebihan akan melemahkan fisik dan
syarafnya. Sebagai akibat dari onani yang berlebihan atau melakukan hubungan seks
yang tidak terkendali itu remaja akan mengalami kelelahan dan kelemahan fisiknya
(Lukitaningsih).
Faktor-faktor yang ikut mempengaruhi remaja melakukan kegiatan seks bebas.
Dampaknya tentu bisa kemana-mana antara lain dalam memilih konsumsi tontonan di
9

Dinamika Kebidanan

vol. 1 no. 2. Agustus 2011

televisi yang masih berat dalam tayangan film barat dengan budaya dan gaya hidup
yang berbeda, kehidupan dunia barat yang digambarkan dalam film atau video,
menurut Boyke seringkali menunjukkan seks bebas dikalangan remaja. Tayangan
serial seperti Beverly atau bay wath, dengan bintang-bintang yang molek dan tampan
itu mudah sekali masuk kedalam benak remaja sehingga mereka dengan amat mudah
meniru gaya hidup muda- mudi dalam film itu.(Umadi, G. 2009).
KESIMPULAN
Sebagian besar siswa di kelas VIII SMP Walisongo 02 Semarang
berketerpaparan Media Informasi sedang yaitu sebesar 48,3%.
Siswa di kelas VIII SMP Walisongo 02 Semarang sebagian berperilaku sedang
yaitu sebanyak 48,3%.
Ada hubungan keterpaparan media informasi tentang seks dengan perilaku
seks pada siswa kelas VIII di SMP Walisongo 02 Semarang. Dengan Ha diterima dan
nilai p value 0,031 pada uji Fishers.
KEPUSTAKAAN
Alimul, A. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta Salemba
Medika
Azwar, Saifuddin. 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azrul, Azwar. 2001. Naskah Lengkap Kongres Nasional VII Perinasia dan Simposium
Internasional. Semarang: Perinasia Jawa Tngah
BKKBN. 2000. Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR). Jakarta: BKKBN
BKKBN. 2005. Buku Pegangan Kader BKR. BKKBN Provinsi Jawa Tengah
BKKBN. 2005. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: BKKBN

10

Dinamika Kebidanan

vol. 1 no. 2. Agustus 2011

Damayanti, Rita. 2004. Psikologi Kesehatan dalam Modul Kuliah Psikologi


Kesehatan. Depok:FKM UI
DKK. 2007. Laporan KRR. Semarang: DKK
Hurlock, Elizabeth .B. 2004. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga
Hurlock, E. B. 2003. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: pustaka Belajar
Lukitaningsih. 2006. Perkembangan Anak dan Pencegahan Kenakalan Remaja, Perilaku
Sex Bebas, Penyalah Gunaan Narkoba dan HIV/AIDS. Semarang: BNP Jawa
Tengah
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
PT Rineka Cipta
Pardede, N. 2000. Tumbuh Kembang Anak, Remaja Ed Pertama. Jakarta: Sagung Seto

Sarwono. 2003. Ilmu Kebidanan. Jakarta


Sukmadinata, N. 2003). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Jakarta: PT Remaja
Rosdo Karya
Susdrajat, Ilyani. Masa Remaja. http://www.info-sehat.com/. Diunduh tanggal 15
Oktober 2009
Umadi, G. Remaja dan Hubungan Seksual Pranikah. http://www.pusatartikel.com.
Diunduh tanggal 15 Oktober 2009
Widayatun 1999. Ilmu Perilaku. Jakarta: Yayasan Gramedia Pustaka
Yusuf, S. 2000. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung Remaja Rosda
Karya

11

Você também pode gostar