Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Pendahuluan
Tumor hati dapat berbentuk primer atau sekunder. Tumor hati primer
dapat berbentuk jinak atau ganas dan dapat timbul dari sel parenkim hati,
epitel duktus biliaris atau dari jaringan penunjang mesenkim atau bisa
berasal lebih dari satu sel-sel tersebut Tumor hati sekunder (metastase
dihati) paling sering berasal dari metastase tumor saluran cerna, mamma
atau paru
Walaupun
jenis
tumor
hati
amat
banyak,
namun
dalam
hati
lainnya,
dari
sel
kolangiokarsinoma
epitel
bilier,
dan
sedangkan
sistoadenokarsinoma
angiosarkoma
dan
hepatoselular
(KH)
atau
Hepatoma
merupakan
keganasan primer pada hepar yang paling sering ditemui, 90-95% dari
seluruh tumor hepar primer. Kanker ini menduduki peringkat keempat
terbanyak di dunia dan menyebabkan hampir 250.000 kematian per
tahun. Di Asia dan Sub-Sahara Afrika insidensi tahunan KH mencapai
500 kasus per 100.000 penduduk. Sehingga pembahasan selanjutnya
akan ditujukan terhadap karsinoma hati primer.
BAB II
Karsinoma Hepatoseluler
Definisi
Karsinoma hepatoseluler atau hepatoma adalah keganasan pada
hepatosit dimana stem sel dari hati berkembang menjadi massa
maligna yang dipicu oleh adanya proses fibrotik maupun proses kronik
dari hati (cirrhosis). Massa tumor ini berkembang di dalam hepar, di
permukaan hepar maupun ekstrahepatik seperti pada metastase jauh.
Tumor dapat muncul sebagai massa tunggal atau sebagai suatu
massa
yang
difus
disekitarnya karena
dan
sulit
dibedakan
dengan
jaringan
hati
dengan jaringan hepar biasa. Massa ini dapat mengganggu jalan dari
saluran empedu maupun menyebabkan hipertensi portal sehingga
gejala klinis baru akan terlihat setelah massa menjadi besar. Tanpa
pengobatan yang agresif, hepatoma dapat menyebabkan kematian
dalam 6 20 bulan.
<0,5%
3-5%
1-2 %
6-10%
Etiologi
Dewasa ini hepatoma dianggap terjadi dari hasil interaksi
sinergis multifaktor dan multifasik, melalui inisiasi, akselerasi dan
transformasi dan proses banyak tahapan, serta peran serta banyak
onkogen dan gen terkait, mutasi multigenetik. Etiologi hepatoma
belum jelas, menurut data yang ada, virus hepatitis, aflatoksin dan
pencemaran air minum merupakan 3 faktor utama yang terkait dengan
timbulnya hepatoma.
1. Virus hepatitis
HBV
Hubungan antara infeksi kronik HBV dengan timbulnya
hepatoma terbukti kuat, baik secara epidemiologis, klinis
maupun eksperimental. Karsinogenisitas HBV terhadap hati
mungkin terjadi melalui proses inflamasi kronik, peningkatan
proliferasi hepatosit, integrasi HBV DNA ke dalam DNA sel
pejamu,
dan
aktifitas
protein
spesifik-HBV
berinteraksi
HCV
Infeksi HCV berperan penting dalam patogenesis hepatoma
pada pasien yang bukan pengidap HBV. Pada kelompok
pasien penyakit hati akibat transfusi darah dengan anti-HCV
positif, interval antara saat transfusi hingga terjadinya HCC
dapat mencapai 29 tahun. Hepatokarsinogenesis akibat
infeksi HCV diduga melalui aktifitas nekroinfiamasi kronik dan
sirosis hati.
2. Aflatoksin
Aflatoksin Bl (AFB1) merupakan mikotoksin yang diproduksi
oleh jamur Aspergillus. Metabolit AFB1 yaitu AFB 1-2-3-epoksid
merupakan karsinogen utama dari kelompok aflatoksin yang
mampu membentuk ikatan dengan DNA maupun RNA. Salah satu
mekanisme hepatokarsinogenesisnya ialah kemampuan AFB 1
menginduksi mutasi pada kodon 249 dari gen supresor tumor
p53.
3. Pencemaran air minum
Dari hasil survei epidemiologi di China ditemukan pencemaran
air minum dan kejadian hepatoma berkaitan erat, di area insiden
tinggi hepatoma seperti kecamatan Qidong dan Haimen di propinsi
Jiangshu,
Fuhuan
di
Guangxi,
Shunde
di
Guangdong
dll.
Faktor resiko
Sirosis Hati
Obesitas
untuk
HCC
melalui
terjadinya
perlemakan
hati
dan
Alkohol
Meskipun
alkohol
tidak
memiliki
kemampuan
mutagenik,
lain
yang
faktor
risiko
HCC
namun
lebih
jarang
sirosis
metabolik(hemokromatosis
bilier
genetik,
primer),
defisiensi
penyakit
hati
antitripsin-alfa
1,
Patologi
diklasifikasikan berdasa
organisasi
berikut:
struktural
sel
tumor
sebagai
1).
Trabekuli
Patogenesis
Inflamasi, nekrosis, fibrosis, dan regenerasi dari sel hati yang
terus berlanjut merupaka proses khas dari cirrhosis hepatic yang juga
merupakan proses dari pembentukan hepatoma walaupun pada pasien
pasien dengan hepatoma, kelainan cirrhosis tidak selalu ada. Hal ini
mungkin berhubungan dengan proses replikasi DNA virus dari virus
hepatitis yang juga memproduksi HBV X protein yang tidak dapat
bergabung dengan DNA sel hati, yang merupakan host dari infeksi
Virus hepatitis, dikarenakan protein tersebut merupakan suatu RNA.
RNA ini akan berkembang dan mereplikasi diri di sitoplasma dari sel
hati dan menyebabkan suatu perkembangan dari keganasan yang
nantinya akan mengahambat apoptosis dan meningkatkan proliferasi
sel hati. Para ahli genetika mencari gen gen yang berubah dalam
perkembangan sel hepatoma ini dan didapatkan adanya mutasi dari
gen p53, PIKCA, dan -Catenin.
Manifestasi Klinis
teknik pencitraan terutama dengan USG lebih dahulu, bila perlu dapat
digunakan CT atau MRI. Yang dimaksud kelompok risiko tinggi
hepatoma umumnya adalah: masyarakat di daerah insiden tinggi
hepatoma; pasien dengan riwayat hepatitis atau HBsAg positif; pasien
dengan riwayat keluarga hepatoma; pasien pasca reseksi hepatoma
primer.
di
umumnya
abdomen
bersifat
tumpul(
kanan
dullache)
atas.
atau
menusuk
disebabkan
tumor
tumbuh
dengan
cepat
hingga
di
inferior
kanan
timbul
karena
nekrosis
tumor,
disertai
infeksi
dan
Secara klinis
belakang
kanan, udem kedua tungkai bawah, kulit gatal dan lainnya, juga
manifestasi
sirosis
venodilatasi
paru,
Diagnosis
Pemeriksaan laboratorium
1. Alfa-fetoprotein (AFP)
AFP adalah sejenis glikoprotein, disin-tesis oleh hepatosit dan sakus
vitelinus, terdapat dalam serum darah janin. Pasca partus 2 minggu,
AFP dalam serum hampir lenyap, dalam serum orang normal hanya
terdapat sedikit sekali (< 25 ng/L). Ketika hepatosit berubah ganas,
AFP kembali muncul. Selain itu teratoma testes atau ovarium serta
beberapa tumor lain (seperti karsinoma gaster, paru dll.) dalam serum
pasien juga dapat ditemukan AFP; wanita hamil dan sebagian pasien
hepatitis akut kandungan AFP dalam serum mereka juga dapat
meningkat.
AFP
memiliki
spesifisitas
tinggi
dalam
diagnosis
karsinoma
hepatoselular. Jika AFP > 500 ng/L bertahan 1 bulan atau > 200 ng/ L
bertahan 2 bulan, tanpa bukti penyakit hati aktif, dapat disingkirkan
kehamilan dan kanker embrional kelenjar reproduksi, maka dapat
dibuat diagnosis hepatoma, diagnosis ini dapat lebih awal 6-12 bulan
dari timbulnya gejala hepatoma. AFP sering dapat dipakai untuk
menilai hasil terapi. Pasca reseksi hepatoma, kadar AFP darah terus
menurun dengan waktu paruh 3-9,5 hari, umumnya pasca operasi
dalam 2 bulan kadarnya turun hingga normal, jika belum dapat turun
hingga normal, atau setelah turun lalu naik lagi, maka pertanda terjadi
residif atau rekurensi tumor.
Alpha-
Interpretation
fetoprotein
(ng/mL)
>400-500
Normal
HBV
or
HCV
infection)
reflecting
to <400
patients
with
Regeneration
elevated
after
transaminases
partial
and
HCV)
in
-
hepatectomy
Alpha-
Interpretation
fetoprotein
(ng/mL)
>400-500
Normal
HBV
or
HCV
infection)
reflecting
to <400
patients
with
Regeneration
elevated
after
transaminases
partial
and
in
HCV)
hepatectomy
Pemeriksaan pencitraan
l. Ultrasonografi (USG)
USG
merupakan
metode
paling
sering
digunakan
dalam
2. CT
CT telah menj adi parameter pemeriksaan rutin terpenting untuk
diagnosis lokasi dan sifat hepatoma. CT dapat membantu memperjelas
diagnosis, menunjukkan lokasi tepat, jumlah dan ukuran tumor dalam
hati hubungannya dengan pembuluh darah penting, dalam penentuan
modalitas terapi sangatlah penting. Terhadap lesi mikro dalam hati
yang sulit ditentukan CT rutin dapat dilakukan CT dipadukan dengan
angiongrafi (CTA), atau ke dalam arteri hepatika disuntikkan lipiodol,
sesudah 1-3 minggu dilakukan lagi pemeriksaan CT, pada waktu ini CTlipiodol dapat menemukan hepatoma sekecil 0,5 cm.
3.
MRI
MRI merupakan teknik pemeriksaan nonradiasi, tidak memakai
.
4.
namun
karsinoma
kolangioselular
dan
karsinoma
hepatoselular
kuat,
maka
pada
metabolisme tinggi.
Pemeriksaan lainnya
pencitraan
PET
tampak
sebagai
lesi
tidak
dapat dilewatkan,
masih
belum
jelas
diagnosisnya,
harus
dipantau
yang
prognosisnya
berbeda,
berdasarkan
Standar diagnosis
Pada tahun 2001 Komite Khusus Hepatoma Asosiasi Antitumor
China telah menetapkan standar diagnosis dan klasifikasi stadium
klinis hepatoma primer.
1. Standar diagnosis klinis hepatoma primer.
(1) AFP > 400 ug/L, dapat menyingkirkan kehamilan, tumor embrional
sistem repro-duksi, penyakit hati aktif, hepatoma metastatik, selain itu
teraba hati mem-besar, keras dan bermassa nodular besar atau
pemeriksaan
pencitraan
menun-jukkan
lesi
penempat
ruang
karakteristik hepatoma.
(2) AFP < 400 ug/L, dapat menyingldrkan kehamilan, tumor embrional
sistem reproduksi, penyakit hati aktif, hepatoma metastatik, selain
itu terdapat dua jenis pemeriksaan
pencitraan
menunjukkan lesi
hepatoma (DCP,
GGT-II,
AFU,
CA19-9,
lesi
penempat
ruang
karakteristik hepatoma.
(3) Menunjukkan manifestasi klinis hepatoma dan terdapat kepastian
lesi metastatik
ekstrahepatik
(termasuk
asites hemoragis
Diagnosis banding
1.
pankreas
kadang
kala
disertai
peninggian
AFP,
tapi
lain
sering
kali
dapat
memperjelas
diagnosis.
Pada
hepatitis, sirosis hati, jika disertai peninggian AFP agak sulit dibedakan
dari hepatoma, harus dilakukan pemeriksaan pencitraan hati secara
cermat, dilihat apakah terdapat lesi penempat ruang dalam hati, selain
secara berkala harus diperiksa fungsi hati dan AFP, memonitor
perubahan ALT dan AFP.
2.
Penatalaksanaan
Tiga prinsip penting dalam terapi hepatoma adalah terapi dini
efektif, terapi gabungan, dan terapi berulang. Terapi dini efektif.
Semakin dini diterapi, semakin baik hasil terapi terhadap rumor. Untuk
hepatoma kecil pasca reseksi 5 tahun survivalnya adalah 50-60%,
sedangkan
hepatoma
besar
hanya
sekitar
20%.
Terapi
efektif
Survival
tahun
pasca
operasi
sekitar
30-40%,
pada
yang menuju lesi, lingkup reseksi hanya mencakup tumor dan jaringan
hati sekitarnya. Metode reseksi ini sesuai untuk hepatoma disertai
sirosis hati, lebih banyak dilakukan di China, menjadikan operasi lebih
simpel, hingga sebagian besar pasien hepatoma dengan sirosis dapat
mem-pertahankan lebih banyak jaringan hati normal selain tumornya
dapat
direseksi,
me-ngurangi
komplikasi
operasi,
menurunkan
mortalitas operasi.
Kunci dari hepatektomi adalah me-ngontrol perdarahan. Pada
waktu reseksi hati, metode mengurangi perdarahan me-liputi obstruksi
aliran darah porta pertama hati, koagulasi gelombang mikro potongan
hati, klem hati, obstruksi temporer satu sisi cabang vena porta dan
cabang arteri hepatika, dll. Pada kasus dengan sirosis hati, obstruksi
porta hati setiap kali tidak boleh lebih dari 10-15 menit, bila perlu
dapat diobstruksi berulang kali.
Komplikasi utama pasca hepatektomi adalah: Gagal ftmgsi hati;
timbul beberapa hari hingga beberapa minggu pasca operasi, sering
kali berkaitan dengan pasien dengan penyakit hati aktif kronis, sirosis
sedang atau lebih, volume hepatektomi terlalu besar, perdarahan
selama operasi berlebih, waktu obstruksi porta hati terlalu lama dan
obat-obatan
hepatotoksik.
perioperatif
Perdarahan
(termasuk
pasca
obat
operasi,
anestetik)
bersifat
kebanyakan
karena
bedah
fase:
ternyata
pasien
tumor
hepatoma
tak
dapat
setelah
direseksi.
dilakukan
sesudah
2.
Transplantasi hati
48
(1996)
Bismuth
45
84% 74%
82% 74%
(1999)
Llovet (1999) 79 86% 75%
Jonas (2001) 120 90% 71%
Survival
Rate
1
5
year years
Mazzefero
48
(1996)
Bismuth
45
84% 74%
82% 74%
(1999)
Llovet (1999) 79 86% 75%
Jonas (2001) 120 90% 71%
3.
dewasa
melepaskan
ini.
Elektroda
energi
RFA
ditusukkan
ke
dalam
tumor
dengan
hasil
kuratif.
RFA
perkutan
memiliki
keunggulan mikroinvasif, aman, efektif, sedikit komplikasi. mudah diulangi dll. sehingga mendapat perhatian luas untuk terapi hepatoma.
2. Injeksi alkohol absolut intratumor perkutan
Di bawah panduan teknik pencitraan, dilakukan pungsi tumor
hati
perkutan,
ke
dalam
tumor
disuntikkan
alkohol
absolut.
arteri
hepatik
transkateter
(TAE,
TACE)
arteri
hepatik
menggunakan
teknik
Seldinger,
maka
dapat
disuntikkan
zat
embolisasi
dan
Radioterapi
Radioterapi eksternal sesuai untuk dengan lesi hepatoma yang
relatif terlokalis medan radiasi dapat mencakup seluruh tumor selain
itu sirosis hati tidak parah, pasien mentolerir radioterapi. Radioterapi
umumnya digunakan bersama metode terapi lain seperti herba, ligasi
secara
klinis
terdapat
imunoterapi
aktif
nonspesifik,
besar
pasien
HCC
didiagnosis
pada
stadium
penurunan
meningkatkan
harapan
pertumbuhan
hidup
pasien
tumor
dengan
HCC
serta
yang
dapat
tidak
China
merupakan
bagian
penting
dari
terapi
memperkuat
fisik,
meregulasi
limpa
lambung,
Prognosis
Hepatoma primer jika tidak diterapi, survival rata-rata alamiah
adalah 4,3 bulan. Kausa kematian umumnya adalah kegagalan
sistemik, perdarahan saluran cerna atas, koma hepatik dan ruptur hati.
Faktor yang mempengaruhi prognosis terutama adalah ukuran dan
jumlah tumor, ada tidaknya trombus kanker dan kapsul, derajat sirosis
yang menyertai, metode terapi, dll. Data 1465 kasus pasca reseksi
radikal hepatoma dari Institut Riset Hepatoma Univ. Fudan di Shanghai
menunjukkan survival 5 tahun 51,2%. Dari 1389 kasus hepatoma di RS
Kanker Universitas Zhongshan di Guangzhou, pasca hepatektomi
survival 5 tahun 37,6%, untuk hepatoma <5cm survival 57,3%- Tidak
sedikit kasus yang pasca reseksi bertahan hidup lama.
prognosis dari hepatoma lebih dipengaruhi oleh:
1. stadium tumor pada saat diagnosis
Okuda stadium II
2.7 bulan
1.0 bulan
Studi oleh Ramacciato dkk. mendapatkan angka harapan hidup 5 tahun pada stadium I berdasarkan sistem TNM yang baru dengan 3
subkategori ukuran tumor :
< 2 cm68.2 %
2-5 cm70.7%
> 5 cm75.8%
BAB III
KESIMPULAN
Sebagian besar HCC terjadi pada sirosis hati yang disebabkan
oleh faktor risiko yang sudah dikenal dan dapat dicegah (HBV, HCV,
alkohol, dan NASH). Infeksi HBV dan HCV adalah penyebab terpenting
HCC. Faktor lingkungan seperti aflatoksin ikut berperan dalam proses
transformasi pada patogenesis molekular HCC. Semakin banyak bukti
bahwa obesitas dan diabetes melitus adalah faktor risiko untuk HCC.
Sebagian besar kasus HCC berprognosis buruk karena tumor
yang besar/ganda dan penyakit hati yang lanjut serta ketiadaan atau
ketidakmampuan penerapan terapi yang berpotensi kuratif (reseksi,
transplantasi dan PEI). USG abdomen secara periodik merupakan cara
terbaik
untuk
surveilans
HCC,
namun
belum
jelas
pengaruh
umum
kesehatan,
fungsi
hati
dan
intervensi
spesifik
mempengaruhi prognosis
Diagnosis dini merupakan masalah yang besar; umumnya
penderita datang ter-lambat sehingga alternatif pengobatan men-jadi
sangat sedikit dan kurang bermanfaat
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo, Aru W., Bambang Setiohadi, Idrus Alwi, Marcellus
Simadibrata K, Siti Setiati. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Jilid I,
Edisi IV. Hal: 455-459. Pusat Penererbitan Ilmu Penyakit Dalam
FKUI. Jakarta: Juni 2006.
2. Desen, Wan. Onkologi Klinik: Edisi 2 . Hal 408-423. Balai
Penerbit FKUI. Jakarta: 2008
3. Gani, Abdulah. Gastroentero Hepatologi: Edisi I. Hal 370-381.
Info Medika Airlangga. Jakarta: 1990
4. Media Medika Muda . HUBUNGAN KADAR ALFA FETOPROTEIN
SERUM
DAN
GAMBARAN
HEPATOSELULER
USG
PADA
diunduh
KARSINOMA
dari:
http://www.m3undip.org/ed2/artikel_09_full_text_01.htm last up
date : 5 Mei 2009.
5. Axelrod, David, MD,MBA. Hepatocellular Carcinoma diunduh
dari: http://emedicine.medscape.com/article/197319-overview last up date: 1
Mei 2009.
6.
Hepatocllular
Carsinomadiunduh
dari: