Você está na página 1de 13

TUTORIAL OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

ABORTUS INKOMPLET

Disusun Oleh
Nama

: Nindra Oktras VNS


Hafidz Alhadi L

Stase

: OBSTETRI & GYNEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
RSUP SOEDONO
MADIUN
2012

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOEDONO


STASE OBSTETRI GINEKOLOGI
Jl. Dr. Soetomo 59. Telp. 0351-464326 pswt.150
TUTORIAL
No. Rekam Medis : 6459885
I. IDENTITAS

Nama
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Nama Suami
Umur Suami
Pendidikan
Pekerjaan
Agama
Alamat

: Ny. S
: 34 tahun
: SMA
: Ibu Rumah Tangga
: Tn. K
: 34 tahun
: SMK
: Petani
: ISLAM
: Karangsono RT 2/1, Kwadungan, Ngawi

II. MASUK KAMAR BERSALIN

Masuk

: 16 Agustus 2012

Keluar

: 17 Agustus 2012

III. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama

: Perdarahan pervaginam sejak pukul 15.50. P0-0 ATK (-).

Menikah 3 bulan. HPHT = 9 juni 2012. UK = 10/11 minggu


2. Bersuami

: (+). 3 bulan. 1 kali

3. Jumlah anak

: 0. Hidup 0. Mati 0. Keguguran 0

4. KB

: (-)

5. Haid pertama kali


: 12 tahun, haid teratur siklus 28-30 hari, tanggal haid terakhir 9
juni 2012, lama haid 4-5 hari, sedang, biasa, warna merah hati.
6. Keputihan

: (-)

7. Penyakit keluarga

: Hipertensi

IV. STATUS GENERALIS (tanggal 16 Agustus 2012)


2

Keadaan umum baik, Tensi 130/80, Nadi 88 x/menit, RR 18 x/mnt, Suhu 36,5C
V. Perjalanan penyakit atau Follow Up
1. Tanggal 16 Desember 2011
S : Pasien baru datang sendiri oleh karena keluar darah dari kemaluan pukul 15.50.
P0-0, ATK (-). Menikah 3 bulan.
HPHT = 9 Oktober 2011.
UK

= 10/11 minggu

O : STATUS UMUM
KU : Baik, GCS 4-5-6
A-, I -, C- , DTekanan darah : 130/80, Nadi : 88 kali/menit, RR : 18 kali/menit, Suhu:36,30 C
STATUS GINEKOLOGI
V/V

: Flux (+), fluor (-)

: licin, terbuka, teraba jaringan (+)

CU

: AF, membesar 10-12 minggu

AP d/s : masa (-), nyeri (-)


CD

: menonjol (-)

A : Abortus Inkomplet
P : KIE, IC pro kuretase + PA
2. Tanggal 17 Desember 2011, pukul 00.25
Telah dilakukan kuretase.
Sonde no. 9, AF
Valium 10 gr
Jaringan di PA
Tx : drip piton 2 amp dalam RL sampai dengan 2 jam post kuretase
3. Tanggal 17 Desember 2011 02.30
S : Keluhan (-)
3

O : STATUS UMUM
KU : Baik, GCS 456 - CM
A-, I -, C- , DT : 120/70, N : 88 x/menit, RR : 18 x/mnt, t ax: 36 0C
STG: V/V flux (-)
A : 2 jam Post kuretase
P:

- KRS + control poli kandungan 1 minggu lagi dengan membawa hasil PA


- Amoxilin ( 3 x 500mg)
- Asam Mefenamat ( 3 x 500mg)

V. PEMBAHASAN
ABORTUS INKOMPLET
A. Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan. Sebagai batasan adalah kehamilan kurang dari 20 minggu
atau berat janin kurang dari 500 gram.
Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan, sedangkan
abortus yang terjadi dengan sengaja dilakukan tindakan disebut abortus provokatus.
Abortus provokatus dibagi menjadi 2 kelompok yaitu abortus provokatus medisinalis
dan abortus provokatus kriminalis.
Abortus habitualis adalah abortus yang terjadi berulang tiga kali secara
berturut-turut. Kejadiannya sekitar 3-5%.
Abortus inkomplet adalah abortus dimana sebagian hasil konsepsi masih
berada di dalam uterus atau perdarahan pervaginam yang intens dan disertai nyeri
perut. Os servikalis mungkin terbuka dengan sebagian hasil konsepsi yang masih
terdapat didalam uterus.
Kejadian abortus sangat rentan terjadi pada trimester pertama kehamilan (12
minggu awal kehamilan). Selain itu juga dipengaruhi oleh usia ibu dimana usia 35
tahun merupakan usia resiko tinggi mengalami kejadian abortus.
B. Etiologi
Etiologi abortus spontan sendiri biasanya tidak teridentifikasi, tapi ada
beberapa hal yang dapat menyebabkan kejadian ini.
Penyebab keguguran pada trimester pertama dan kedua:

Abnormalitas embrionik sekitar 80-90% kejadian keguguran pada trimester


pertama.
o Abnormalitas kromosom merupakan penyebab tersering abortus spontan.
Lebih dari 90% kelainan sitogenik dan morfologi menyebabkan abortus
spontan.
5

o Abnormalitas kromosom ditemukan pada lebih dari 75% fetus yang keguguran
pada trimester pertama.
o Angka abnormalitas kromosom meningkat seiring peningkatan usia ibu, dan
semakin meningkat setelah berusia 35 tahun.
o Trisomi kromosom, dimana trisomi 16 terjadi pada sepertiga abnormalitas
pada awal kehamilan.

Faktor maternal merupakan penyebab mayor pada kejadian abortus trimester


kedua.
o Faktor kronis kesehatan maternal:

Diabetes tergantung insulin. 30% ibu dengan diabetes tergantung insulin


mengalami keguguran, khususnya pada pasien dengan gula darah tak
terkontrol.

Hipertensi berat.

Penyakit ginjal.

Systemic Lupus Erythematosus (SLE)

Hipotiroid dan hipertiroidisme

o Faktor akut kesehatan ibu:

Infeksi (seperti rubella, cytomegalovirus, toxoplasmosis dll)

Trauma

o Shock emosi yang berat


Faktor lain yang berkontribusi terhadap kejadian abortus:

Faktor eksogen:
o Alkohol
o Tembakau
6

o Kokain dan obat lainnya

Faktor anatomi: faktor anatomi congenital atau dapatan dilaporkan terjadi pada
10-15% wanita yang mengalami abortus spontan berulang.
o Lesi anatomi congenital seperti duktus mullerian anomali (contohnya: septate
uterus). Lesi duktus mullerian anomaly ditemukan pada abortus trimester
kedua kehamilan.
o Anomali arteri uterine yang mengganggu vaskularisasi.
o

Lesi dapatan seperti intrauterine adhesions (ie, synechiae), leiomyoma, and


endometriosis.

o Penyakit lain atau abnormalitas sistem reproduksi yang menyebabkan abortus


seperti defek uterus, inkompetensi servik, perkembangan plasenta yang
abnormal atau grand multipara.

Faktor endokrin:
o Faktor endokrin berpotensi menyebabkan abortus berulang sekitar 10-20%
kasus.
o Insufisiensi fase luteal (abnormalitas fungsi korpus luteum dengan insufisiensi
produksi progesterone) merupakan penyebab tersering dari faktor endokrin
yang menyebabkan abortus spontan.
o Hipotiroidisme, hipoprolaktinemi, control gula darah yang buruk dan
sindroma polikistik juga berperan dalam abortus spontan.

Faktor infeksi:
o Faktor infeksi ditemukan pada 5% kasus
o Bakteri, virus, parasit, jamur, dan infeksi lainnya berkaitan dengan abortus
berulang

Faktor imun
o Faktor imun berperan dalam 60% kejadian abortus spontan.
7

o Embrio dan trophoblast tetap dianggap sebagai benda asing oleh sistem imun
ibu.
C. Tanda dan gejala
Pasien dengan abortus spontan biasanya datang dengan keluhan perdarahan
pervaginam dan nyeri perut.

Perdarahan pervaginam bervariasi mulai dari perdarahan bercak atau flek sampai
perdarahan yang mengancam nyawa. Pedarahan yang banyak pada trimester
pertama, apalagi disertai dengan nyeri perut, sangat berasosiasi dengan
peningkatan resiko abortus.

Adanya gumpalan darah atau jaringan sangat penting untuk mengindikasikan


abortus spontan.

Nyeri perut terletak pada lokasi suprapubik atau pada kuadran bawah abdomen.

Nyeri menjalar ke punggung bawah, pantat, genital dan perineum.

Harus diketahui juga riwayat menstruasi terakhir pasien untuk memperkirakan usia
kehamilan, riwayat abortus sebelumnya dan kelainan perdarahan yang pernah diderita
pasien.
Pada pemeriksaan pelvis harus fokus pada asal perdarahan dan akan didapatkan
tanda-tanda yaitu:

Perdarahan berasal dari cerviks

Adanya gumpalan darah atau fragmen-fragmen jaringan

Nyeri goyang serviks (adanya ini meningkatkan kecurigaan ektopik)

Status internal cervicak os : membuka mengindikasikan abortus insipien atau


inkomplet, tertutup mengindikasikan iminen atau komplet abortus.

Ukuran uterus dan nyeri tekan

Tanda-tanda abortus incomplete:

Cerviks terdilatasi atau mungkin saja tertutup

Pemeriksaan bimanual menunjukkan pembesaran dan perlunakan uterus

Pada pemeriksaan pelvis, hasil konsepsi sebagian terdapat diuterus, mungkin saja
sudah keluar dari os external, atau mungkin terdapat didalam vagina. Perdarah dan
nyeri perut akan tetap ada.

Pemeriksaan lainnya yang perlu dilakukan adalah

Deteksi denyut jantung janin


o Akan terdeteksi pada usia kehamilan 10-12 minggu
o Pada beberapa kasus akan terdengan pada minggu ke 8-10

Test B-HCG

D. Penatalaksanaan
Secara umum penatalaksanaan pasien abortus inkomplet adalah:

Manajemen shok pada ibu


Tujuan manajemen shok adalah untuk menstabilkan status pasien, yaitu dengan
cara:
o Penilaian umum: pastikan jalan napas pasien terbuka, cek tanda-tanda vital
pasien, jangan berikan caieran lewat mulut karena dapat menyebabkan muntah
pada pasien atau aspirasi cairan yang diberikan atau aspirasi muntahan
tersebut, pastikan tubuh pasien tetap hangat tapi jangan sampai panas, kontrol
sirkulasi organ vital dengan meninggikan kaki (bisa dengan cara menempatkan
bantal dibawah kaki atau posisi tredelenburg).
o Oksigenasi: jika memungkinkan berikan O2 6-8 L/menit dengan masker agtau
kanul.
o Cairan: mulai berikan cairan intravena secepatnya, gunakan jarum yang
berukuran besar (16-18 gauge) dengan RL atau normal saline dengan
9

kecepatan 1 liter dalam 15-20 menit (biasanya memerlukan 1-3 liter cairan
infus untuk menstabilkan pasien shok)
o Obat-obatan: antibiotik spektrum luas sebainya diberikan i.v atau i.m, anti
tenanus sebaiknya diberikan jika tidak mengerti riwayat vaksinasi.

Manajemen perdarahan
Waktu merupakan hal kritis dalam manajemen perdarahan berat pervaginam,
penundaan pemberian cairan atau darah bisa menyebabkan kematian pada ibu.
Adapun tahap-tahap penatalaksanaannya adalah sebagai berikut:
o Manajemen shok
o Identifikasi asal perdarahan: perawatan definitive perdarahan berat pervagina
memerlukan penilaian semua kemungkinan sumber perdarahan baik dengan
visualisasi maupun tes diagnostik. Sumber perdarahan yang paling mungkin
adalah plasenta yang berkaitan dengan konsepsi yang tertinggal, laserasi
traktus genital dan servikal, cedera intra abdomen (yang akan dijelaskan nanti)
o Penanganan uterus: jika sisa konsepsi yang menyebabkan perdarahan, maka
uterus harus ditangani untuk menghentikan perdarahan. Metode yang dipilih
untuk menangani uterus berdasarkan pada ukuran uterus dari hari pertama haid
terakhir. Metode yang dipakai untuk trimester pertama (kurang dari 12
minggu) adalah:

manual vacuum aspiration or MVA, memerlukan vakum siring


dan kanul plastic dalam berbagai ukuran. MVA telah terbukti
sangat efektif mengeluarkan sisa hasil konsepsi dari uterus
dan tidak memberikan komplikasi yang berbahaya. Tidak
memerlukan general anaesthesia dan tidak perlu dilakukan
dikamar operasi.

Dilatasi dan kuretase jika vakum ekstraksi tidak tersedia.


Metode ini memerlukan alat untuk mendilatasi serviks, dan
diikuti alat kuret untuk menngeluarkan sisa hasil konsepsi.
Dibanyak Negara, prosedur ini telah digantikan dengan

10

vakum aspirasi yang lebih aman dan tidak terlalu trumatik


jika alat tersedia.

Penanganan uterus dengan vakum aspirasi akan sangat bermanfaat jika ukuran
uterus lebih dari sama dengan 14 minggu dari HPHT
o Memperbaiki laserasi servikal atau genital, laserasi yang menyebabkan
perdarahan harus dijahit.

Manajemen cedera intra abdominal


o Perlu diingat adanya usaha untuk mengakhiri kehamilan dengan memasukkan
objek, alat, atau bahan kimia ke dalam vagina dan uterus yang dapat
menyebabkan perforasi uterus atau cedera usus, buli-buli atau organ lain.
Cedera ini muncul jika aborsi dilakukan oleh orang yang berkompeten dengan
lingkungan ruang yang tidak higienis, yang dapat memicu perdarahan intra
abdominal dan infeksi peritoneal.
o Wanita yang mengalami cedera intra abdominal sebaiknya ditatalaksana
sebagai berikut:

Manajemen shok

Prosedur bedah. Laparotomi dilakukan untuk menilai dan memperbaiki


cedera.

Merujuk.

Pada

situasi

dimana

staff

bedah

dan

alat-alat

tidak

memungkinkan, pasien sebaiknya dirujuk tanpa ditunda ke fasilitas yang


lebih maju. Selama perujukan pasien harus ditemani oleh tenaga medis
untuk menilai kondisi umum pasien selama diperjalanan.

Manejemen sepsis
o Tanda-tanda dari sepsis adalah:

Menggigil atau berkeringat

Demam

11

Cairan vagina yang berbau

Distended abdomen

nyeri tekan dan nyeri tekan lepas

penurunan tekanan darah ringan

nyeri perut

perdarahan yang lama

flu-like symptoms

Infeksi yang muncul setelah aborsi biasanya berkaitan dengan sisa hasil konsepsi
yang tertinggal. Jika infeksi berat dan telah menyebar ke uterus atau jika
septicemia telah muncul maka penanganan pasien adalah:
o Manajemen shok
o Identifikasi sumber infeksi. Penatalaksanaan definitif terhadap sumber infeksi
dapat menyelamatkan nyawa pasien. Sumber infeksi yang paling sering adalah
sisa hasil konsepsi. Bagaimanapun, sumber infeksi biasanya lebih dari satu
sumber. Sumber infeksi lain yang sebaiknya disadari adalah cedera intra
abdominal, abses pelvis, peritonitis, gas gangrene atau tetanus. Sumber infeksi
harus diobati. Jika terpasang IUD, sebaiknya harus dilepas.
o Pemilihan antibiotik. Jika lebih dari satu infeksi bakteri, kombinasi antibiotik
sebaiknya diberikan. Regimen yang berguna:

Jika infeksi mengenai jaringan yang dalam :

Ampisilin 2 g i.v per 6 jam, dan

Gentamisin 5 mg/kg bb i.v per 24 jam, dan

Metronidazol 500 mg i.v tiap 8 jam.

Jika infeksi tidak mengenai jaringan dalam:

12

Amoxicillin 500 mg oral 3 kali sehari selama 5 hari

Metronidazol 400 mg oral 3 kali sehari selama 5 hari

Gentamisin 5 mg/kg bb i.v tiap 24 jam selama 5 hari

o Imunoprofilaksis tetanus. Setiap trauma di traktus genital yang terkontaminasi


kotoran tanah/lumpur atau feses, memerlukan perhatian untuk kejadian
tetanus. Langkah pertama untuk mencegah kejadian onset tetanus adalah
membersihkan luka, drainase pus, dan membuang benda asing dan jaringan
mati. Jika pasien sudah diimunisasi penuh tetanus dalam 10 tahun terakhir dan
luka kecil bersih maka tidak perlu imunoprofilaksis. Jika luka terkontaminasi
feses, vaksin booster tetanus sebaiknya diberikan. Jika pasien tidak
diimuniasasi dalam 10 tahun terakhir atau status imunisasi tidak terjamin,
vaksin tetanus dan antitoksin tetanus sebaiknya diberikan.
o Penanganan uterus. Jika sisa konsepsi merupakan penyebab infeksi, uterus
sebaiknya di tangani, sebaiknya dengan MVA.
o Pemeriksaan hasil konsepsi.
o Perujukan
E. Prognosis
o Meningkatnya resiko berulangnya keguguran, tapi peningkatan ini tidak
terlalu signifikan sampai terjadinya keguguran 3 kali berturut-turut.
o Secara umum angka kematian 0.7 per 100.000 aborsi spontan.

13

Você também pode gostar