Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
CVD (Cerebro Vascular Disease) atau stroke merupakan penyakit ketiga
yang menyebabkan kematian di beberapa negara berkembang setelah penyakit
jantung dan kanker. Setiap tahunnya sekitar 4,5 juta orang meninggal karena
stroke. Stroke sebagai salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologi
yang utama di Indonesia. Serangan otak ini merupakan kegawatdaruratan medis
yang harus ditangani secara cepat, tepat, dan cermat.1,2
Sebanyak 200-500.000 TIA didiagnosa per tahunnya di Amerika Serikat. 2,3
TIA memiliki risiko jangka pendek yang tinggi untuk stroke dan diperkirakan
sebanyak 15% dari stroke yang telah terdiagnosa diawali dengan TIA. Secara
internasional, kemungkinan terjadinya TIA ialah sebesar 0.42 per 1000 populasi
warga negara maju.5
Otak mengontrol fungsi tubuh kita, bagaimana kita berpikir, melihat,
berbicara, dan bergerak. Sinyal-sinyal ke dan dari otak yang ditransmisikan
melalui medulla spinalis ke seluruh tubuh.6 Suplai darah ke otak berasal dari arteri
karotis (sirkulasi anterior) dan arteri vertebralis yang berasal dari medulla spinalis
(sirkulasi posterior). Ketika area otak kehilangan atau terhentinya suplai darah,
hal inilah yang menjadi penyebab stroke atau CVD.6
Ketika otak kehilangan suplai darah, otak akan mencoba memulihkan
aliran darah. Jika suplai darah dapat dipulihkan, maka fungsi dari sel-sel otak
yang terkena dapat berfungsi kembali. Hal inilah yang terjadi pada TIA (Transient
Ischemic Attack) atau serangan stroke sementara atau mini stoke. 6 Sekitar satu dari
seratus orang dewasa mengalami paling sedikit 1 kali serangan iskemik sesaat
(TIA) seumur hidup mereka. Jika pengobatan tepat, sekitar 1/10 dari pasien ini
kemudian akan mengalami stroke dalam 3,5 bulan setelah serangan pertama,
sekitar 1/3 akan terkena stroke dalam lima tahun setelah serangan pertama. Risiko
TIA untuk terkena stroke 35-60% dalam waktu lima tahun.7
BAB II
TRANSIENT ISCHEMIK ATTACK
2.1
Definisi
Serangan iskemik sesaat (Transient Ischemic Attack) adalah gangguan
fungsi otak akibat berkurangnya aliran darah otak untuk sementara waktu (kurang
dari 24 jam). Selain itu, TIA didefinisikan sebagai disfungsi neurologis sementara
yang secara umum berlangsung selama 1 jam; diakibatkan oleh fokus sereberal,
medulla spinalis maupun iskemi retinal; dan tidak berkaitan dengan adanya infark
dari jaringan. 10
2.2
Epidemiologi
Data di Indonesia menunjukkan kecenderungan peningkatan kasus stroke
baik dalam hal kematian, kejadian dan kecacatan. Insiden stroke 51,6/100.000
penduduk dan kecacatan 1,6% tidak berubah dan 4,3% semakin memberat. 3
Angka kematian berdasarkan umur sebesar 15,9% (usia 45-55 tahun), 26,8% (usia
55-64 tahun), dan 23,5% (usia >65 tahun).4 Stroke dapat terjadi pada semua umur
tapi sebagian dialami oleh orang yang berusia lebih dari 70 tahun.5
2.3
Etiologi
TIA terjadi karena tersumbatnya pembuluh darah di otak untuk waktu
singkat, akibat aliran darah ke daerah otak melambat atau berhenti. Kurangnya
darah (dan oksigen) menyebabkan gejala sementara, misalnya bicara cadel atau
pandangan kabur. Infark dapat terjadi sebagai akibat dari derajat penurunan aliran
darah dan durasi dari berkurangnya aliran darah serebral. Jika aliran darah dapat
kembali kepada area dari otak dengan durasi waktu yang cepat, maka gejala
iskemia atau infark dapat kembali menjadi normal. Penyebab berkurangnya aliran
darah serebral dapat diakibatkan oleh berkurangnya aliran yang mengalir pada
pembuluh darah atau karena adanya hambatan pada pembuluh darah akibat
adanya emboli.
2.4
Faktor Resiko
Resiko TIA akan meningkat pada pasien dengan:
Hipertensi
Peningkatan kolesterol (terutama LDL)
Aterosklerosis
2.6
Patofisiologi
Penyempitan pembuluh darah di otak akibat adanya suatu ateroma
2.7
Gejala klinis
Terjadi secara tiba-tiba, berlangsung 2 30 menit. TIA, seperti stroke,
Gejala-gejala
yang
diakibatkan
oleh
TIA
dapat
diklasifikasikan
berdasarkan lokasi terjadinya. Jika TIA terjadi pada daerah anterior, maka akan
timbul gejala seperti hemiparesis, gangguan hemisensorik, disfasia, kebutaan
monocular (amaurosis fugax). Jika terjadi pada bagian posterior, maka akan
menimbulkan gejala berupa hilangnya kesadaran, gangguan motorik atau sensorik
anggota gerak tubuh, kebutaan binocular, vertigo, tinnitus, diplopia, ataupun
disartria.
Presentasi dan lokalisasi dari TIA penting untuk diketahui. Penting untuk
membedakan apakah gejala yang dimiliki pasien terjadi karena gangguan dari
distribusi pembuluh darah karotis atau vertebrobasilar. Gejala tergantung dari otak
yang mengalami kekurangan darah:
Jika mengenai arteri yang berasal dari arteri karotis, terjadi kebutaan
Hemihipestesia
Hemiparese
Hemianopsia atau pendengaran
Diplopia
Sakit kepala
Bicara tidak jelas
Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat
Tidak mampu mengenali bagian tubuh
Ketidakseimbangan dan terjatuh
Gejala ini juga dapat ditemukan pada Stroke namun TIA lebih bersifat
sementara dan reversible dan TIA cenderung kambuh, penderita dapat mengalami
serangan beberapa kali dalam 1 hari atau hanya 2-3 kali dalam beberapa tahun.
Dua gejala tambahan dari TIA adalah "Drop Attack". Drop attack adalah ketika
orang yang terkena jatuh tiba-tiba tanpa peringatan. Yang kedua adalah amaurosis
fugax yang merupakan jenis khusus dari TIA mana ada tiba-tiba kehilangan
penglihatan di sebelah mata. Hal ini terjadi ketika puing-puing dari arteri karotid
di sisi yang sama menyumbat atau menutup dari salah satu arteri tetes mata dan
menghentikan suplai darah ke retina.17
2.8
Diagnosis
Gejala dan tanda tanda TIA mungkin menghilang pada saat pasien yang
terkena tiba di rumah sakit. Oleh karena itu, riwayat kesehatan orang yang terkena
mungkin menjadi
dasar
konfirmasi
diagnosis
Setelah
TIA.
tiba
rumah
di
sakit,
pemeriksaan fisik
meliputi
keadaan
generalis
dan
pemeriksaan
Aliran
darah
pada
pembuluh
darah
yang
menyempit
dapat
Skening
ultrasonik
dan
teknik
Doppler
secara
bersamaan
2.9
penyebabnya
Adanya papilledema, kaku kuduk, atau demam
Adanya nyeri kepala berat pada saat onset dari gejala stroke
ditentukan
Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah untuk mencegah stroke dengan:6
Ya atau Tidak
Ya
Jumlah Poin
1 Point
Tidak
0 Poin
B P > 140/90
Ya
1 Point
C linical fitur
Tidak
Kelemahan unilateral dengan atau
0 Poin
2 Poin
TIA:
D urasi
1 Point
2 Poin
10-59 menit
1 Point
<10 menit
Ya
0 Poin
1 Point
Tidak
0 Poin
Diabetes
10
Terapi harus diberikan untuk jangka panjang bagi pasien TIA yang
tidak menerima terapi antikoagulan. Dapat digunakan aspirin saja,
atau aspirin dikombinasikan dengan dipyridamole atau clopidogrel.
c. Terapi antikoagulan
Terapi antikoagulan untuk pencegahan sekunder jangka panjang
sebaiknya digunakan pada pasien dengan stroke atau TIA dengan
fibrilasi atrial atau stroke kardioemboli. Pada pasien dengan TIA
maka terapi antikoagulan harus dimulai setelah CT atau MRI
mengekslusi adanya perdarahan intrakranial.
d. Penurunan kadar kolesterol
Terapi dengan golongan statin sebaiknya digunakan pada semua
pasien dengan stroke iskemik atau TIA, dan sebaiknya tidak
dalam
Pencegahan
Pencegahan untuk penyakit Transient Ischemik Attack yaitu:18,19
pada
penderita
hipertensi,
mengkonsumsi
obat
11
2.11
Komplikasi
Komplikasi dari TIA adalah stroke. Risiko kumulatif dari stroke pada
orang yang mempunyai TIA itu adalah sekitar 18% pada pasien yang tidak
diobati, dan sekitar 10% pada pasien yang diobati. Risikonya adalah tertinggi
pada bulan pertama (4-8%), dan 12-13% pada tahun pertama.13
2.12
Prognosis
Prognosis untuk TIA adalah baik, hal ini karena penanganan yang benar
12
BAB III
KESIMPULAN
Transient Ischemic Attack adalah gangguan fungsi otak yang merupakan
akibat dari berkurangnya aliran darah otak untuk sementara waktu (kurang dari 24
jam). Resiko TIA meningkat pada hipertensi, hiperkolesterol, aterosklerosis,
penyakit jantung (kelainan katup atau irama jantung), diabetes, merokok, riwayat
stroke dan usia (pria > 45 tahun dan perempuan > 55 tahun). Gejala pada TIA
yaitu
hemihipestesia,
hemiparese,
hilangnya
sebagian
penglihatan
atau
clopidogrel atau
aspirin
dipyridamole
ER untuk
mengurangi
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer, Arief, et al. Stroke dalam Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:
Media Aesculapius FKUI; 2000; p.17-20.
2. Sidharta P, Mardjono M. Mekanisme Gangguan Vaskular Susunan Saraf.
Neurologi Klinis Dasar. Surabaya: Dian Rakyat; 2004. p. 269-93.
3. Soertidewi L. Hipertensi sebagai Faktor Resiko Stroke. Tesis Magister
Epidemiologi Klinik. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
1998.
4. Riset Kesehatan Dasar Depkes RI. Proporsi Penyebab Kematian pada
Kelompok Umur 55-64 tahun Menurut Tipe Daerah di Indonesia; 2008. p.107.
5. Gubitz G, Sandercock P. Extracts from Clinical Evidence. Acute Ischemic
Stroke. BMJ 2000; 320: 6926.
6. Rothwell, PM. "Effect of urgent treatment of transient ischemic attack and
minor stroke on early recurrent stroke (EXPRESS study): a prospective
population based sequential comparison." 2008. Available at: Error!
Hyperlink reference not valid.. Accessed on: April 2015.
7. Guyton, A et al. Aliran Darah Serebral, Aliran Serebrospinal dan
Metabolisme Otak. Fisiologi Kedokteran edisi 9; editor: Setiawan I. Jakarta:
EGC; 2007; p.234-7.
8. Duus, Peter. Diagnosis Topik Neurologi Anatomi, Fisiologi, Tanda, Gejala.
Jakarta: EGC;2006; p.9-13.
14
15