Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh :
Yusuf Budi Hermawan
G99141084
Anisa Nur Rahma
G99141085
Pembimbing
BAB I
PENDAHULUAN
Konsumsi alkohol merupakan kebiasaan orang dewasa yang sudah menjadi budaya.
Pengguna alkohol umumnya sangat adiktif dan menyebabkan perubahan kebiasaan pada
seseorang. Pilihan alkohol yang diminum juga terpengaruh oleh umur, ras, status ekonomi,
tetapi semua jenis alkohol diketahui dapat menyebabkan alkoholic liver disease. Peminum
alkohol berat diketahui dapat meningkatkan angka mortalitas dan morbiditas terutama dari
penyakit infeksi dan beresiko terkena penyakit kardiovaskular, otak, pankreas, ginjal, dan
keganasan (Tomey dan Mucey, 2004)
Alcoholic liver diseases adalah perubahan klinis dan morfologi yang terjadi pada
lemak hati,inflamasi hepatik, dan nekrosis menjadi fibrosis yang progresif (sirosis alkoholik)
akibat konsumsi alkohol. Selain itu, peningkatan jumlah alkohol akan meningkatkan
progresifitas penyakit liver lain seperti Hepatitis virus maupun keganasan hepatocelular
carcinoma (Mandayam et.al., 2004)
Pada tahun 1970an terjadi penurunan kejadian mortalitas akibat ALD di beberapa
negara. Namun, dekade terakhir, terjadi peningkatan jumlah kematian dan keparahan. Pada
penelitiandiprancis skitar 14.3 per 100.000 penduduk meninggal akibat ALD, sedangkan di
USA sekitar 7-9 per 100.000 penduduk. (Bellentani, et. al., 1997)
Patogenesis dan faktor resiko ALD telah banyak dijelaskan di beberapa penelitian
sebelumnya. Konsumsi alkohol menyebabkan perubahan dan progresivitas kerusakan liver.
Mekanisme hepatotoksisitas sangat kompleks dan multifaktorial. Alkoholisme merupakan
faktor sekunder yang menyebabkan liver injury. Faktor primer yang berperan yaitu genetik
dan hubungan langsung dengan hepatotoksisitas etanol dan perubahan metabolik dan
imunologik akibat alkoholisme. Faktor lain seperti nutrisi dan faktor hepatotoksik dapat
meningkatkan progresivitas penyakit liver. (Bellentani, et. al., 1997)
BAB II
STUDI PUSTAKA
I. ANATOMI HATI
Hepar (hati) merupakan kelenjar yang terbesar dalam tubuh manusia. Hepar pada
manusia terletak pada bagian atas cavum abdominis, di bawah diafragma, di kedua sisi
kuadran atas, yang sebagian besar terdapat pada sebelah kanan. Beratnya 1200 1600 gram.
Permukaan atas terletak bersentuhan di bawah diafragma, permukaan bawah terletak
bersentuhan di atas organ-organ abdomen. Hepar difiksasi secara erat oleh tekanan
intraabdominal dan dibungkus oleh peritoneum kecuali di daerah posterior-superior yang
berdekatan dengan v.cava inferior dan mengadakan kontak langsung dengan diafragma.
Bagian yang tidak diliputi oleh peritoneum disebut bare area. Terdapat refleksi peritoneum
dari dinding abdomen anterior, diafragma dan organ-organ abdomen ke hepar berupa
ligamen.
Macam-macam ligamen:
1. Ligamentum falciformis : Menghubungkan hepar ke dinding ant. abd dan terletak di
antara umbilicus dan diafragma.
2. Ligamentum teres hepatis = round ligament : Merupakan bagian bawah lig. falciformis ;
merupakan sisa-sisa peninggalan v.umbilicalis yg telah menetap.
3. Ligamentum gastrohepatica dan ligamentum hepatoduodenalis :Merupakan bagian dari
omentum minus yg terbentang dari curvatura minor lambung dan duodenum sblh prox ke
hepar.Di dalam ligamentum ini terdapat Aa.hepatica, v.porta dan duct.choledocus
communis. Ligamen hepatoduodenale turut membentuk tepi anterior dari Foramen
Wislow.
4. Ligamentum Coronaria Anterior dan Lig coronaria posterior: Merupakan refleksi
peritoneum terbentang dari diafragma ke hepar.
5. Ligamentum triangularis ki-ka : Merupakan fusi dari ligamentum coronaria anterior dan
posterior dan tepi lateral kiri kanan dari hepar.
Secara anatomis, organ hepar tereletak di hipochondrium kanan dan epigastrium, dan
melebar ke hipokondrium kiri. Hepar dikelilingi oleh cavum toraks dan bahkan pada orang
normal tidak dapat dipalpasi (bila teraba berarti ada pembesaran hepar). Permukaan lobus
kanan dpt mencapai sela iga 4/ 5 tepat di bawah aerola mammae. Lig falciformis membagi
hepar secara topografis bukan scr anatomis yaitu lobus kanan yang besar dan lobus kiri.
Secara Mikroskopis
Hepar dibungkus oleh simpai yg tebal, terdiri dari serabut kolagen dan jaringan
elastis yg disebut Kapsul Glisson. Simpai ini akan masuk ke dalam parenchym hepar
mengikuti pembuluh darah getah bening dan duktus biliaris. Massa dari hepar seperti spons
yg terdiri dari sel-sel yg disusun di dalam lempengan-lempengan/ plate dimana akan masuk
ke dalamnya sistem pembuluh kapiler yang disebut sinusoid. Sinusoid-sinusoid tersebut
berbeda dengan kapiler-kapiler di bagian tubuh yang lain, oleh karena lapisan endotel yang
meliputinya terediri dari sel-sel fagosit yg disebut sel Kupfer. Sel Kupfer lebih permeabel
yang artinya mudah dilalui oleh sel-sel makro dibandingkan kapiler-kapiler yang lain.
Lempengan sel-sel hepar tersebut tebalnya 1 sel dan punya hubungan erat dengan sinusoid.
Pada pemantauan selanjutnya nampak parenkim tersusun dalam lobuli-lobuli, di
tengah-tengah lobuli terdapat 1 vena sentralis yg merupakan cabang dari vena-vena hepatika
(vena yang menyalurkan darah keluar dari hepar). Di bagian tepi di antara lobuli-lobuli
terhadap tumpukan jaringan ikat yang disebut traktus portalis/ TRIAD yaitu traktus portalis
yang mengandung cabang-cabang v.porta, A.hepatika, ductus biliaris. Cabang dari vena porta
dan A.hepatika akan mengeluarkan isinya langsung ke dalam sinusoid setelah banyak
percabangan
Sistem bilier dimulai dari canaliculi biliaris yang halus yg terletak di antara sel-sel
hepar dan bahkan turut membentuk dinding sel. Canaliculi akan mengeluarkan isinya ke
dalam intralobularis, dibawa ke dalam empedu yg lebih besar, air keluar dari saluran empedu
menuju kandung empedu.
beberapa tujuan: Menghasilkan energi, biosintesis dari nukleotida, nucleic acid dan ATP,
dan membentuk/ biosintesis senyawa 3 karbon (3C)yaitu piruvic acid (asam piruvat
diperlukan dalam siklus krebs).
2.
4.
5.
6.
7.
8.
Fungsi hemodinamik
Hati menerima 25% dari cardiac output, aliran darah hati yang normal 1500 cc/ menit
atau 1000 1800 cc/ menit. Darah yang mengalir di dalam a.hepatica 25% dan di dalam
v.porta 75% dari seluruh aliran darah ke hati. Aliran darah ke hepar dipengaruhi oleh
faktor mekanis, pengaruh persarafan dan hormonal, aliran ini berubah cepat pada waktu
berolahraga, terpapar terik matahari, dan syok. Hepar merupakan organ penting untuk
mempertahankan aliran darah.
B. ALCOHOLIC LIVER DISEASE
Definisi
Alkoholik liver disease adalah suatu manifestasi klinis dan perubahan morfologi yang
terjadi diawali dari fatty liver menjadi inflamasi hepatic dan nekrosis menjadi fibrosis
progresif. Hal ini disebabkan oleh alkoholisme kronis. Perubahan pertama pada hati yang
ditimbulkan alkohol adalah akumulasi lemak secara bertahap di dalam sel-sel hati
(infiltrasi lemak) dan alkohol menimbulkan efek toksik langsung terhadap hati. (Price
& Wilson, 2005).
Etiologi
Penyebab utama sirosis hepatis di negara barat:
Ada 3 golongan minuman berakohol yaitu golongan A; kadar etanol 1%-5% (bir),
golongan B; kadar etanol 5%-20% (anggur/wine) dan golongan C; kadar etanol 20%-45%
(Whiskey, Vodca, TKW, Manson House, Johny Walker, Kamput).
Konsumsi etanol 40-80mg perhari untuk pria dan 20-40mg perhari untuk wanita
selama 10-12 tahun merupakan faktor resiko utama terjadi ALD. Berdasarkan beberapa studi
prospektif selama 12 tahun konsumsi 28-41 botol ( 336-492 g etanol ) per minggu
meningkatkan resiko ALD 7 kali pada laki-laki dan 17 kali pada perempuan (Gramenzi et. al,
2006). Perkembangan penyakit pada alkoholisme berat yang sering terjadi adalaah fatty liver,
sekitar 10-35% berkembang menjadi hepatitis dan hanya 8-20% akan berkembang menjadi
sirosis. Setelah terjadi hepatitis alkoholik dan sirosis konsumsi alkohol akan memperburuk
prognosis. Angka harapan hidup dalam 5 tahun menjadi <70% pada orang yang masih
mengkonsumsi alkohol dan meningkatan menjadi 90% apabila berhenti minum alkohol.
Setelah terjadi komplikasi angka harapan hidup menjadi <30% (Mandayam et.al., 2004).
dan tidak rumit (steatosis), ke hati berlemak yang lebih serius dengan peradangan
(steatohepatitis atau alcoholic hepatitis), ke sirosis alkoholik (Gramenzi et. al, 2006).
Progresifitas Alkoholik Liver Disease pada Peminum Berat
etanol dan karbon dioksida dimediasi oleh tiga sistem enzim utama hepar ADH dalam
sitoplasma ,
akumulasi lipid intraseluler, sehingga terjadi steatosis pada hepar (Sumber: Gramenzi et. al,
2006).
Mekanisme kerusakan hepar pada konsumsi alkohol
Penggunaan alkohol meningkatkan permeabilitas usus untuk berbagai zat yang
termasuk endotoksin bakteri , seperti lipopolisakarida. Lipopolisakarida bersitensis dengan
sel Kupffer dengan berikatan pada reseptor CD14. Ikatan tersebut mengaktifkan faktor nuklir
kappa B ( NF - kB ) yang menyebabkan produksi berlebih sitokin pro - inflamasi seperti
TNF - , IL - 6 dan mengubah pertumbuhan faktor beta ( TGF - ). Sedangkan TNF - dan
IL 6 sering terlibat dalam kolestasis dan sintesis protein fase akut , TGF - terdapat dalam
proses fibrogenesis melalui aktivasi sel stellata hati. Setelah muncul mediator pro-inflasmasi
hepar ditandai dengan adanya necro - inflamasi , apoptosis dan fibrosis , menyebabkan
terjadinya penyakit hati dan menjadi sirosis. (Poullis et. al., 2003)
(Shresta S, 2011)
Alkoholik Liver Disease memiliki tiga stadium:
1) Perlemakan hati alkoholik
Stadium
pertama dari
sirosis
alkohol
yang
relatif
jinak,
ditandai oleh
penimbunan trigliserida di hepatosit dan terjadi pada 90% pecandu alkohol kronis
(Corwin, 2009). Alkohol dapat menyebabkan penimbunan trigliserida di hati yang
dapat meluas hingga mengenai lobulus hati. Hati menjadi besar, lunak, berminyak
dan berwarna kuning (Mitchell, Kumar, Abbas, & Fausto, 2008).
2) Hepatitis alkoholik
Stadium kedua sirosis alkohol dan diperkirakan diderita oleh 20-40%
pecandu alkohol kronis (Corwin, 2009). Kerusakan hepatosit mungkin
disebabkan
oleh
toksisitas
produk
akhir
dan
apoptosis)
di
bentik
degenerasi
intraselular
flamen
Demam
Skin
Spidernevi
Pembesaran kelenjar ludah dan parotis
Palmar eritem
Kuning
Rambut di tubuh berkurang
Ginekomastia
Musculoskeleta
l
Kontraktur dupuytren
Clubbing finger
Muscle wasting
Genitourinary
Atrofi Testis
Abdomen
Neurologic
Asterixis
Confusion, stupor
Pemeriksaan laboratorium:
Temuan laboratorium
Hematologic
Anemia
Leukocytosis or leukopenia
Thrombocytopenia
Increased serum globulin levels
Metabolic
Liver synthetic
function
Liver enzyme
levels
Hepatosit steatosis
Makroskopis :
Alkoholisme
sedang:
microvesicular droplet lipid
yang
terakumulasi
di
hepatosit
dan
tidak
mendorong nukleus ke perifer
2.
Alkoholisme
kronik:
macrovesicular
gloubes,
menekan
dan
nukleus
berpindah
ke
perifer
hepatosit
3.
Kerusakan
awal
sel,
terdapat
deposisi
lemak
centrilobular
4.
Dengan atau tanpa fibrosis
perivenular (Shrestha S. 2011)
Sumber : (Shrestha S. 2011)
Sirosis alkoholic
Makroskopis
Mikroskopis
Reaksi neutrophilic : Neutrofil mengelilingi tubuh mallory seperti " serigala di sekitar
api unggun "
Fibrosis : " kawat ayam " fibrosis mengelilingi hepatosit ( sinusoidal , perivenular dan
ocassionaly periportal ) (Shrestha S. 2011)
Sirosis alkoholic
Makroskopis
Mikroskopis
Arsitektur lobular : Tidak arsitektur lobular normal dapat diidentifikasi dan vena
sentral sulit ditemukan
Fibrous septa : Septa fibrosa membagi parenkim hati ke dalam modul yang awalnya
halus dan memperpanjang melalui sinusoid dari :
o Vena pusat untuk daerah portal dan
o Saluran portal ke saluran Portal
Parenkim hepar :
PENATALAKSANAAN
Terapi utama penyakit hati alkoholik adalah pantangan minum alkohol. Pasien sering
gagal dalam melakukan pantangan minum alkohol tanpa support yang baik. Rawat inap
berguna sebagai evaluasi diagnostik pasien dengan ikterik, ensefalopati, atau ascites yang
tidak diketahui penyebabnya . Selain itu, pasien dengan penyakit hati alkoholik dapat disertai
dengan gagal ginjal, demam, gangguan intake oral, atau fungsi hepar yang buruk dan terjadi
ensefalopati progresif atau koagulopati.
Terapi nutrisi
Perawatan suportif untuk semua pasien adalah nutrisi yang cukup. Hampir semua
pasien dengan hepatitis alkoholik memiliki beberapa tingkat kekurangan gizi, tetapi
memperkirakan beratnya malnutrisi sebagai parameter klinis atau laboratorium yang sensitif
dan kurang spesifik. Ahli gizi berperan dalam menilai tingkat kekurangan gizi dan
memberikan edukasi gizi pada pasien ALD.
Tingkat malnutrisi berkorelasi langsung dengan mortalitas jangka pendek(1bulan)
dan jangka panjang (1 tahun). Pada 1 tahun dari saat diagnosis hepatitis alkoholik, pasien
dengan malnutrisi ringan memiliki tingkat kematian 14% dan menjadi 76% pada pasien
dengan malnutrisi berat. Upaya untuk memperbaiki kekurangan gizi protein-kalori dengan
nutrisi oral atau tambahan parenteral , atau keduanya menghasilkan efek yang beragam.
Secara umum, nutrisi enteral lebih baik dibandingkan suplementasi parenteral (Medenhall
et.al., 1986). Protein harus tercukupi agar terjadi keseimbangan nitrogen positif. Asam amino
rantai cabang berguna sebagai suplemen untuk menjaga keseimbangan nitrogen positif pada
pasien yang tidak bisa menerima asupan protein liberal pada pasien dengan ensefalopati
(Schenker dan Halff, 1993). Namun, biaya membatasi penggunaan rutin pada pasien ALD
dengan malnutrisi. Suplementasi gizi umumnya dikaitkan dengan peningkatan hasil LFT, dan
mengacu pada pedoman praktek rekomendasi makan sehari-hari pada pasien dengan penyakit
hati alkoholik.
Terapi medikamentosa
Penggunaan rutin
Potential Benefit
Pantangan alkohol
Yes
Survival
Terapi nutrisi
Yes
Survival, laboratory
Kortikosteroid
Yes
Survival
Pentoxifylline
Consider if DF 32
Propiltiourasil
No
Infliximab
No
No
Colchicine
No
No
Insulin, glucagon
No
No
No
No
Vitamin E
No
No
SAMe
No
No
No
No
Liver transplantation
Survival ~ 70% at 5 yr
(Sumber: Fairbanks,2012)
DAFTAR PUSTAKA
1. Gramenzi et.al. 2006. Review article: alcoholic liver disease pathophysiological
aspects and risk factors. Dipartimento di Medicina Interna, Cardioangiologia ed
2.
3.
4.
5.
KD.
2012.
Alcoholic
Liver
Diseases,
http://www.clevelandclinicmeded.com/medicalpubs/diseasemanagement/hepatology/a
lcoholic-liver-disease/Default.htm#bib20 (diakses 4 Juni 2015)
18. Tome S, Lucey MR. Review article: current management of alcoholic liver disease.
Aliment Pharmacol Ther 2004; 19: 70714.