Você está na página 1de 27

•Laksmi Bestari * Rachma Mutia B * Septina Ashariani * *

Zaki Hamizan *
X.1
Apa itu akhlak terpuji?
Akhlak terpuji adalah perbuatan indah yang keluar
dari kekuatan jiwa tanpa keterpaksaan, seperti
kemurahan hati, lemah lembut, sabar, teguh, dan lain-
lain.
Di sini islam menjadi penyeru pada akhlak yang baik
dan mengajak kepada pendidikan akhlak di kalangan
kaum muslimin, menumbuhkannya didalam jiwa
mereka, dan menilai keimanan seorang dengan
kemuliaan akhlaknya. Allah menjadikan akhlak yang
utama sebagai sarana memperoleh surga yang tinggi.
Allah mengutus Rasul-Nya untuk menyempurnakan akhlak ini,
sehingga beliau bersabda:
“Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan
akhlak yang mulia.” (H.R. Bukhari, Ahmad ).

Beliau juga menjelaskan keutamaan akhlak-akhlak yang mulia


dalam sabda-sabda yang tidak terhitung, beliau bersabda:
“Tidak ada di dalam suatu timbangan (amal) yang lebih berat dari
pada akhlak yang baik.” (H.R. at-Tirmidzi [2003]dan Abu Daud
[4799])
“Kebaikan itu adalah akhlak yang baik.” (H.R. al-Bukhari)
“mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik
akhlaknya.” (H.R. al-Bukhari, [muslim: 2553]).
“Sesungguhnya orang yang paling aku
cintai di antara kalian dan paling dekat
denganku kedudukannya pada hari kiamat
adalah orang yang paling baik akhlaknya
diantara kalian.” (H.R. at-Tirmidzi [2018]).
Rasulullah SAW ditanya amal apa yang
paling utama? Beliau menjawab:”Akhlak
yang baik” [H.R. Ahmad: 17358] juga
ditanya tentang apa yang paling banyak
memasukan kedalam surga. Beliau
menjawab: “yaitu takwa kepada Allah dan
akhlak yang baik.” (H.R. at-Tirmidzi [2004,
dan dihasankannya])
Khusnudzan kepada Allah

Kata Khusnudzan berarti berprasangka


baik atau positive thingking. Manusia
wajib khusnudzan kepada Allah agar dapat
mengambil hikmah di balik peristiwa atau
kejadian yang ada di sekitarnya, karena
tidak ada sesuatu yang sia- sia bila kita
mau mengambil hikmahnya.
Hadis qudsi menyatakan sebagai berikut :
“ Aku selalu menuruti sangkaan hamba- Ku
terhadap diri-Ku, jika ia baik sangka
kepadaku, maka ia dapat dari apa yang
dia sangka. Dan jika buruk sangka
kepada-Ku, maka ia mendapat apa yang ia
sangka kepada-Ku” ( HR At Tabrani dan
Ibn Hibban )
Namun, selain Khusnudzan kepada Allah
SWT, kita juga harus Khusnudzan kepada
semua makhluk Allah.
Sabar dan Tahan Uji
Di antara Sifat-Sifat Terpuji adalah:
Sabar dan Tahan Uji

Di antara keindahan akhlak orang-orang


islam dalam berhias adalah sabar dan
tahan uji karena Allah. Kesabaran adalah
menahan jiwa atas hal-hal yang tidak
disukai, atau menanggung yang tidak
disukai dengan rela dan pasrah.
Seorang muslim menahan jiwanya atas hal
yang tidak dia sukai seperti bersusah
payah melaksanakan ibadah dan taat
kepada Allah, terus berdisiplin dalam
menjalankannya, menahan diri jangan
sampai bermaksiat kepada Allah Yang
Maha Tinggi lagi Maha Luhur dan sama
sekali enggan mendekatinya, meskipun
secara naluri nafsunya menginginkan dan
tergiur olehnya.
Dalam surah Ali Imran tertulis:
“Hai orang-orang yang beriman,
bersabarlah kamu dan kuatkanlah
kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga
(di perbatasan negerimu) dan bertakwalah
kepada Allah supaya kamu beruntung.”
Adapun dari H.R. Muslim:
“Sangatlah menakjubkan perkara orang
beriman itu, sesungguhnya urusannya
semuanya baik baginya, dan tidak ada
yang demikian itu, kecuali bagi orang
yang beriman, yaitu bila bencana
menimpanya dia bersabar maka itu sangat
baik baginya, bila kebahagiaan
menghampirinya dia bersyukur, maka itu
adalah sangat baik baginya.” (H.R. Muslim
[2999]).
IKHLAS
Seorang sahabat berkata kepada Rasulullah:
”Ya Rasulullah, seseorang melakukan amal
(kebaikan) dengan dirahasiakan dan bila
diketahui orang dia juga menyukainya (merasa
senang).” Rasulullah Saw berkata, ”Baginya dua
pahala, yaitu pahala dirahasiakannya dan pahala
terang-terangan.” (HR. At Tirmidzi).
Perbuatan ikhlas sering diingatkan oleh
Rasulullah SAW seperti termaktub dalam
hadis di atas. Indahnya berbuat ikhlas
adalah balasan pahala dari Allah SWT.
Rasulullah telah mencontohkan berbagai
amal baik, termasuk berbuat ikhlas. Yakni,
perbuatan yang didasari atas niat karena
Allah, bukan mencari pujian dari orang
lain.
LEMAH LEMBUT
Kelemahlembutan adalah akhlak yang mulia. Ia berada
diantara dua akhlak yang rendah dan jelek, yaitu
kemarahan dan kebodohan. Bila seorang hamba
menghadapi masalah hidupnya dengan kemarahan dan
emosional, akan tertutuplah akal dan pikirannya yang
akhirnya menimbulkan perkara-perkara yang tidak
diridhoi Allah Ta'ala dan rasul-Nya. Dan jika hamba
tersebut menyelesaikan masalahnya sengan kebodohan
dirinya, niscaya ia akan sihinakan manusia. Namun jika ia
hadapi dengan ilmu dan kelemahlembutan, ia akan mulia
di sisi Allah Ta'ala dan makhluk-makhluk-Nya. Orang
yang memiliki akhlak lemah lembut ini, Insya Allah akan
dapat menyelesaikan problema hidupnya tanpa harus
merugikan orang lain dan dirinya sendiri.
Melatih diri untuk dapat memiliki akhlak
mulia ini dapat dimulai dengan menahan
diri ketika marah dan mempertimbangkan
baik buruknya suatu perkara sebelum
bertindak. Karena setiap manusia tidak
pernah terpisah dari problema hidup, jika
ia tidak membekali dirinya dengan akhlak
ini, niscaya ia akan gagal untuk
menyelesaikan problemnya.
Dengan agungnya akhlak ini hingga
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa sallam
memuji sahabatnya Asyaj Abdul Qais
dengan sabdanya : " Sesungguhnya pada
dirimu ada dua perangai yang dicintai
Allah yakni sifat lemah lembut (sabar) dan
ketenangan (tidak tergesa-gesa)." (H.R
Muslim).
PENTINGNYA AKHLAK
TERPUJI
Begitu pentingnya akhlak terpuji, sampai-
sampai Rasulullah SAW pada satu
kesempatan berdoa, “Ilahi, tunjukkan aku
pada akhlak terpuji, karena tidak ada yang
bisa menunjukkannya kecuali hanya
Engkau. Hindarkan aku dari akhlak tercela,
karena tidak ada yang bisa
menghindarkannya selain Engkau,” (HR
Ibnu Abid-Dunya).
“Akhlak terpuji itu bagian dari amal calon
penghuni surga.” Karena, “Allah itu
terpuji. Dia selalu menyukai hal-hal yang
terpuji. Allah itu pemurah. Dia selalu
menyukai memberi. Dia menyukai akhlak
terpuji dan tidak menyukai sebaliknya,”
kata Nabi pada waktu yang lain.
  Meski boleh mendapat pujian, tetapi berakhlak
terpuji tidak benar bila diniatkan semata-mata
untuk dipuji. Pujian yang dibenarkan juga bukan
pujian yang diharapkan (yang pada tahap
berikutnya akan menyuburkan riya di hati kita).
Pujian yang dibenarkan adalah pujian yang tidak
memengaruhi amal dan akhlak kita pada saat
kita tidak dipuji. Karena, “seorang mukmin itu
mesti jantan dan terpuji,” kata Nabi.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam 
bersabda :
 “ Hamba yang paling dicintai Allah adalah
yang paling terpuji akhlaknya “ (Shahih al-
Jami’ ash-Shaghir no. 179).
Dan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam 
juga mewasiatkan :
  “ Dan pergaulilah manusia dengan akhlak
yang terpuji “ (Shahih Sunan at-Tirmidzi
no. 1618).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam 
bersabda :
 “ Tidak ada amalan  yang diletakkan di atas al-
Mizan yang lebih berat daripada akhlak yang
mulia. Dan sesungguhnya seseorang yang
berakhlak mulia akan mencapai derajat seorang
yang berpuasa dan mendirikan shalat” (Shahih
Sunan at-Tirmidzi no. 1629).
Seorang yang berakhlak mulia akan meraih keutamaan
yang agung ini , dikarenakan seorang yang berpuasa
dan mengerjakan shalat pada malam hari, keduanya
bersungguh-sungguh menghadapi hawa nafsu mereka, 
sedangkan seorang mulia akhlaknya bersama kaum
manusia bersamaan dengan tabi’at mereka yang
bermacam-macam serta akhlak mereka yang berbeda-
beda, seolah-olah dia menghadapi sekian banyak jiwa,
maka diapun akan mendapatkan apa yang didapatkan
oleh seorang yang berpuasa dan yang mengerjakan
shalat diwaktu malam dalam nilai ketaatan, maka
keduanyapun setara dalam derajat yang sama, bahkan
terkadang yang berakhlak mulia memiliki nilai tambah.
THE END
wassalam

Você também pode gostar