Você está na página 1de 29

LAPORAN KASUS

TUMOR MAMMAE
Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Bedah
di RS PKU Muhammadiyah Temanggung

Pembimbing :
dr. Ahmad Aryono, Sp.B

Disusun oleh :
Nushroh Ulfah Azzahro Hariyono
H2A010036

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2014

BAB 1
PENDAHULUAN
Sel mempunyai tugas utama yaitu bekerja dan berkembang biak.
Bekerja bergantung kepada aktivitas sitoplasma sedangkan berkembang
biak bergantung pada aktivitas intinya. Proliferasi sel adalah proses
fisiologis yang terjadi pada hampir semua jaringan tubuh manusia pada
berbagai keadaan sel untuk berkembang biak.
Mutasi pada DNA sel menyebabkan kemungkinan terjadinya
neoplasma sehingga terdapat gangguan pada proses regulasi homeostasis
sel. Karsinogenesis akibat mutasi materi genetik ini dapat menyebabkan
pembelahan sel yang tidak terkontrol dan pembentukan tumor atau
neoplasma.
Neoplasma adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh selsel yang tumbuh terus menerus secara tidak terbatas, tidak berkoordinasi
dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh. Pada rongga
mulut, tumor atau neoplasma dapat didefinisikan sebagai suatu
pertumbuhan jaringan liar di dalam dan di sekitar rongga mulut yang
pertumbuhannya tidak dapat dikembalikan dan tidak berguna bagi tubuh.
Jaringan tersebut dapat tumbuh pada bibir, pipi, dasar mulut, palatum,
lidah, dan didalam tulang rahang. Jaringannya dapat terdiri dari jaringan
epitel, jaringan ikat, jaringan otot, jaringan saraf, jaringan tulang,
pembuluh darah.

BAB II
LAPORAN KASUS
1.

Identitas Pasien
Nama

: Ny. I

Usia

: 23 Tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: Jambu 1/1 Kalices, Patean.

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Agama

: Islam

Tanggal Masuk

: 17 Desember 2014

No RM

: 0192413

2. ANAMNESIS
Keluhan utama
nyeri di daerah payudara sebelah kanan.
Riwayat Penyakit Sekarang
Dirasakan sejak 5 bulan yang lalu, awalnya pasien mengeluhkan
teraba benjolan kecil di payudara kanan. Benjolan di payudara kanan
ini merupakan benjolan yang kedua kalinya muncul. Sebelumnya
pasien pernah dioperasi untuk mengangkat benjolan di payudara
sebelah kiri kurang lebih 6 bulan yang lalu. Benjolan dirasakan 1
bulan terakhir ini nyeri terus menerus, benjolan tidak dapat
digerakkan, keluar nanah di payudara kanan. Keluhan sesak nafas
tidak ada. BAB dan BAK normal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah dioperasi karena terdapat benjolan di payudara kiri,
riwayat penyakit DM, hipertensi dan alergi disangkal.
Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang mengeluhkan hal yang sama.


Hipertensi, DM dan alergi disangkal.
Riwayat sosial
sudah menikah dan memiliki 1 anak. Pasien tidak merokok,
memakai pil KB sejak 4 bulan yang lalu.
3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status present
-

TD

: 120/80 mmHg

Nadi

: 78 x/menit

Suhu : 36,80

BB

: 58kg

b. Status Generalis
Kesadaran :composmentis
kulit

: dbn

jantung

: dbn

paru

: dbn `

hati

: dbn

limpa

: dbn

ekstremitas

:dbn

Status gizi : dbn


Ekstremitas
Atas : Akral hangat, tidak ada edema, CRT < 2 detik
Bawah : Akral hangat, tidak ada edema, CRT < 2detik
c. Status Lokalis
Regio mammae dextra :
Inspeksi : tampak massa di mammae dextra. Ada bekas luka yang
mengeluarkan pus tetapi sudah tertutup.

Palpasi : teraba massa yang keras, berbentuk bulat, permukaan rata,


konsistensi kenyal, berebentuk bulat, batas tegas, nyeri (-) dan dapat
digerakkan.
Regio mammae sinistra :
Inspeksi : tidak tampak kelainan
Palpasi : tidak ditemukan benjolan dan pembesaran kelenjar ketiak
4. RESUME
Pasien datang ke poli bedah dengan keluhan adanya benjolan di
payudara sebelah kanan. Pasien menyadari adanya benjolan sejak 5
bulan yang lalu. Benjolan keras, dapat digerakkan, tidak nyeri. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan massa dan lesi di permukaan kulit, saat
palpasi massa teraba tegas, permukaan rata, konsistensi kenyal,
berbentuk bulat, dan tidak nyeri.
5. Differensial diagnosis
a. Tu Mammae
b. Selulitis Mammae
6. Diagnosis
Tu mammae
7. Rencana pemeriksaan
Mammografi
USG
8. RENCANA PENGELOLAAN
A. Initial Plan Terapi

a. Medikamentosa
Inj. Ceftriaxon 1x1 gram
Inj. Tramadol 1x1 amp
Inj. Ondan 1x1 amp
b. Non medikamentosa
Konsul ke Sp.B untuk dilakukan tindakan pembedahan
B. Initial Plan Monitoring

Monitoring KU dan tanda vital

C. Initial Plan Edukasi

a. Pemakaian obat sesuai anjuran dokter

D. Prognosis
Quo Ad Vitam

: bonam

Quo Ad Functionam : bonam


Quo Ad Sanactionam : bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi

Mammae dextra dan mammae sinistra berisi glandula mammaria


dan terdapat dalam fascia superficialis dinding thorax ventral. Pada wanita
dan pria memiliki sepasang mammae, tetapi pada pria glandula mammae
tersebut tidak berkembang dan mengalami rudimenter.
Mammae terletak di bagian anterior dan termasuk bagian dari
lateral thorax, kelenjar susu yang berebntuk bulat ini terletak di fascia
pectoralis. Mammae melebar ke arah superior dari iga dua, inferior dari
kartilago costa enam dan medial dari sternum serta lateral linea
midaksilaris. Pada bagian mammae yag paling menonjol terdapat sebuah
papilla, dikelilingi oleh daerah yang lebih gelap yang disebut aerola.
Terdapat Langer lines pada kompleks nipple (papilla)- aerola yang melebar
keluar secara sirkumfranse (melingkar). Langer lines ini signifikan secara
klinis kepada ahli bedah dalam menentukan area insisi pada biopsi
mammae. Pada bagian lateral atasnya jaringan kelenjar ini keluar dari
lingkarannya arah aksila, disebut penonjolan spence atau ekor payudara.
Mammae berisi 15-20 lobus glandula mammaria yang tiap
lobusnya terdiri dari beberapa lobulus. Tiap- tiap lobulus memiliki saluran
kearah papilla yang disebut ductus laktiferus. Diantara kelenjar susu dan
fasia pectoralis, juga diantara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat
jaringan lemak yang disebut ruang retromamer. Diantara lobulus tersebut
ada jaringan ikat yang disebut ligamentum suspensorium Cooper yang
berfungsi sebagai penyangga.
Struktur payudara terdiri atas :
a. Parenkim epithelial

b. Lemak, pembuluh darah, syaraf dan saluran getah bening


c. Otot dan fasia
B. Vaskularisasi
1. Arteri
Payudara mendapat perdarahan dari :
a. Rami intercostales arterioles dari anteria thoracica interna,
yaitu salah satu cabang dari arteri subclavia.
b. Arteri thoracica lateralis (a. Mamaria eksterana) dan arteri
thoracoacromialis, yaitu cabang dari arteri axillaris.
c. Arteri intercostales posterior, cabang pars thoracica aortae
dalam spatial intercostales I,II, dan IV.
2. Vena
Pada payudara terdapat drainase :
a. Cabang- cabang perforantes v. Mammaria interna
b. Cabang- cabang v. Aksilaris
c. Vena- vena kecil yang bermuara pada v. Interkostalis
d. Limfe
Penyaluran limfe dan mammae sangat penting peranannya dalam
metastase sel kanker.
Bagian terbesar disalurkan ke nodi lymphoidei axillaris, terutama
ke kelompok pectoral, tetapi ada juga yang disalurkan ke
kelompok apical, subskapular, lateral dan sentral.
Terdapat enam grup kelenjar getah bening axilla :

a. Kelenjar getah bening mammaria eksterna, terletak dibawah tepi


lateral m. Pectoralis mayor, sepanjang tepi medial aksila.
b. Kelenjar getah bening scapula, terletak sepanjang

vasa

subscapularis dan thoracodorsalis sampai ke tempat masuknya v.


Thoracodorsalis ke dalam m. Latissimus dorsi.
c. Kelenjar getah bening sentral (Central node), terletak dalam
jaringan lemak di pusat ketiak. Kelenjar getah bening ini relatif
mudah diraba dan merupakan kelenjar getah bening yang terbesar
dan terbanyak.
d. Kelenjar getah bening interpectoral (Rotters node), terletak
diantara m.pectoralis mayor dan minor, sepanjangn rami pectoralis
v.thoracoakromialis.
e. Kelenjar getah bening v. Aksilaris, terletak sepanjang v. Aksilaris
lateral, mulai dari white tendon m. Lattisimus dorsi samapi ke
medial dan percabangan v. Aksilaris- v. Thoracoakromialis.
f. Kelenjar getah bening subklavikula, mulai dari medial percabangan
v. Aksilaris- v. Thoracoakromialis sampai dimana v. Aksilaris
menghilang

dibawah

tendon

m.

Subclavius.

Kelenjar

ini

merupakan kelenjar axial yang tertinggi dan termedial letaknya.


Semua getah bening yang berasal dari kelenjar- kelenjar getah
bening axilla masuk ke dalam kelenjar ini.
Sisanya dislaurkan ke nodi limphoidei

intraclavicularis,

supraclavicularis, dan parasternalis.


Persyarafan
Persyarafan kulit mammae diurus oleh cabang pleksus
servikalis dan nervus intercostalis. Jaringan kelenjar mammae
sendiri dipersyarafi oleh saraf simpatik.
Ada beberapa saraf yang berhubungan dengan penyulit
paralisis

dan

mati

rasa

pasca

bedah,

yakni

nervus

intercostobrachialis, nervus kutaneus brachialis medialis yang


mengurus sensibilitas daerah aksila dan bagian medial lengan atas.
Pada diseksi axila, saraf ini sukar disingkirkan sehingga sering
terjadi mati rasa pada daerah tersebut. Empat syaraf nervus
pectoralis yang menginervasi musculus pectoralis mayor dan
minor, nervus

toracodorsalis

yang

menginervasi

musculus

latissimus dorsi, dan nervus thoracalis longus yang menginervasi


musculus serratus anterior sedapat mungkin dipertahankan pada
mastektomi dengan diseksi axila.
C. Fisiologi
Perkembangan dan fungsi payudara oleh beberapa hormon.
Estrogen diketahui merangsang perkembangan duktus mamilaris.
Progesterone memulai perkembangan lobulus- lobulus payudara
juga deferensiasi sel epitel. Prolaktin merangsang laksogenesis.
2. Pubertas terjadi pembesaran payudara yang diakibatkan karena
bertambahnya jaringan kelenjar dan deposit jaringan lemak.
3. Siklus menstruasi pada afse premenstruasi akan terjadi
pembesaran vascular dan pembesaran kelenjar, kemudian akan
terjadi regresi kelenjar pada fase pasca menstruasi.
4. Kehamilan dan laktasi : pada kehamilan tua dan setelah
melahirkan, payuadara kolostrum sampai sekitar 3-4 hari

10

postpartum, kemudian sekresi susu dimulai sebagai respon


terhadap rangsang penghisapan dan bayi (sucking refleks).
5. Menopause : lobulus berinvolusi, lemak menggantikan.
D. Diagnosis
a. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara baik dan terarah. Anamnesis
meliputi pertanyaan- pertanyaan yang dapat menggali informasi
pasien secara rinci tentang faktor risiko yang menyertai, seperti usia
menarche, riwayat menstruasi, paritas dan menyusui. Usia menarche
dan perubahan pada fase menstruasi berkolerasi bermakna dengan
penyakit jinak dan ganas. Pertanyaan tentang terapi hormon yang
mencakup kontrasepsi, tindakan bedah sebelumnya perlu ditanyakan
untuk memastikan kemungkinan keterlibatan hormonal dalam
penyakit payudara.
b. Pemeriksaan fisik (Salah satu skrining / screening yang penting)
Inspeksi visual
Dokter duduk menghadap pasien, amati letaknya simetris atau
tidak, perubahan kulit seperti warna payudara, retraksi dan elevasi.
Palpasi payudara dan axilla
Dengan palpasi daerah sekita payudara dapat diketahui
adakah pengeluaran cairan, nanah atau darah. Cairan yang keluar dari
kedua puting harus dibandingkan. Pengeluaran cairan dari puting susu
diluar masa laktasi dapat disebabkan oleh berbagai kelainan, seperti
karsinoma, papiloma disalah satu duktus dan kelainan yang disertai
ektasi duktus.
Lesi jinak condong lebih lunak, berbatas tegas dan mobile
diantara jaringan sekitarnya. Tanda- tanda klasik kanker payudara
seperti pembesaran massa tak reguler, edema pada kulit sekitar,
ulserasi.

11

12

13

Gambar 3. Pemeriksaan Payudara


E. TUMOR JINAK PAYUDARA
1. Kelainan Fibrokistik
Kelainan fibrokistik pada payudara ini sering disebut kista
mammae. Kista mammae merupakan suatu kelainan dari fisiologi normal
lobular. Penyebab pasti kista mammae belum diketahui.
Kista bisa terbnetuk pada satu mammae saja tetapi biasanya kista
ditemukan multifokal dan bilateral. Kista ini berukuran antara kurang dari
1 cm sampai dengan 5cm. Kista berwarna coklat kebiruan (blue dome
cyst) dan dipenuhi dengan serous dan cairan keruh.
Secara klasik, kista dialami wanita perimenopausal antara 45
tahun 55 tahun. Walaupun ada insidens yang diluar batas usia ini
terutama pada individu yang mengguakan terapi pengganti hormon.

14

2. Fibroadenoma
Fibroadenoma adalah tumor jinak yang merupakan suatu proses
hiperplastik atau proliferasi terdiri dari unsur- unsur stroma dan epitel
sebagai suatu penyimpangan dan pertumbuhan abormal. Penyebab tumor
ini tidak diketahui. Fibroadenoma sering terjadi pada usia awal reproduktif
dan waktu puncaknya adalah antar usia 15 tahun - 35 tahun.
Fibroadenoma biasanya licin, berbentuk bulat dengan diameter 2
3 cm, berbenjol benjol dengan konsistensi kenyal padat. Tumor ini tidak
melekat pada jaringan sekitarnya dan mudah digerakkan kecuali yang
terletak berdekatan dengan nipple. Mayoritas dari tumor ini terdapat pada
kuadran lateral superior dan mammae. Pada wanita muda, istilah breast
mouse digunakan untuk tumor ini.

15

3. Papiloma intraductus
Papiloma intraductus merupakan tumor benigna pada epithelium
duktus mammae dimana terjadinya hipertrofi pada epithelium dan
mioepithelial. Tumor ini biasanya terjadi di sepanjang sistem duktus dan
predileksinya adalah pada ujung dan sistem duktus yaitu sinus lactiferous
dan duktus terminalis.
Tumor ini biasanya soliter dengan diameter 2-3 cm. Hampir 90%
dari papiloma intraductus adalah dari tipe soliter. Massa yang teraba
sebenarnya adalah duktus yang berdilatasi. Fase aktif perkembangannya
adalah antara 6- 12 bulan dimana ukurannya bisa berganda dari asal.
Setelah itu, massa ini akan menjadi statik dan pada hampir 1/3 kasus,
massa ini akan menjadi semakin kecil.

16

4.

Tumor Filoides
Tumor filoides merupakan suatu neoplasma jinakyang menyusup
secara

lokal

dan

mungkin

dapat

menjadi

suatu

keganasan.

Pertumbuhannya cepat dan dapat ditemukan dalam ukuran besar. Tumor


ini kebanyakan terdapat pada usia sekitar 45 tahun. Penatalaksanaan pada
tumor ini adalah dengan eksisi luas. Bila tumor sudah sangat besar
biasanya diperlukan tindakan mastektomi.
5. Mastitis sel pasma
Mastitis terbagi menjadi 3 jenis :
a. Mastitis periductal, sering muncul pada wanita menjelang
menopause. Terjadi pelebaran saluran yang diakibatkan oleh
sumbatan yang berupa jaringan mati dari air susu.
b. Mastitis purpuralis, muncul pada wanita hamil dan sesudah
melahirkan.

Terjadi akibat terinfeksinya air susu oleh balteri

Staphylococcus aureus.
c. Mastitis supurative

17

6. Nekrosis lemak
Nekrosis lemak biasanya disebabkan akibat cedera, berupa masa
keras yang sering agak nyeri, namun tidak membesar. Kadang terdapat
retraksi kulit dan batasnya tidak rata. Secara klinis kelainan ini sulit
dibedakan dengan karsinoma. Secara histopatologis terhadap jaringan
lemak yang mengalami fibrosis.
F. TUMOR GANAS PAYUDARA
a. Insiden
Menurut penelitian kanker payudara menempati urutan kedua
penyebab kematian pada wanita setelah kanker mulut rahim. Kurva insiden
umur bergerak naik usia 30 tahun. Kanker ini jarang ditemukan wanita
usia dibawah 20 tahun. Angka tertinggi terdapat pada usia 45- 60 tahun.
b. Etiologi dan faktor risiko
Sejauh ini belum diketahui etiologi pasti dari kanker payudara,
namun ada bebrapa faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya kanker
payudara :
Riwayat keluarga
Terdapat risiko peningkatan keganasan pada wanita yang
dalam keluarganya (ibu, nenek atau saudara perempuannya) menderita
kanker payudara.
Hormon

18

Hormon etrogen berhubungan dengan terjadinya kanker


payudara. Sel- sel yang sensitive terhadap ransgangan hormonal mungkin
mengalami perubahan degenerasi jinak atau menjadi ganas.
Usia
Sekitar 60% kanker payudara terjadi di usia 60 tahun. Risiko
terbesar usia 75 tahun.
Reproduksi
Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko
terjadinya kanker payudara adalah nuliparitas, menarche pada umur
muda, menopause pada umur lebih tua, dan kehamilan pertama pada
umur tua.

Radiasi
Eksposure dengan radiaso ionisasi selama atau sesduah

pubertas meningkatkan terjadinya risiko kanker payudara. Risiko kanker


yang berasal dari radiasi berhubungan secara linier dengan dosis dan
umur saat terjadinya eksposur.
c. Klasifikasi
Berdasarkan WHO Histological Classification of breast tumor,
kanker payudara diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Non- invasif karsinoma
Non invasif duktal karsinoma
Lobular karsinoma in situ
2. Invasif karsinoma
o Invasif duktal karsinoma
Papilobular karsinoma Solid- tubular karsinoma
Scirrhous karsinoma
Special types
Mucinous karsinoma
Medulare karsinoma
o Invasif lobular karsinoma
Adenoid cystic karsinoma
Karsinoma sel squamos
Karsinoma sel spindel
Aprocin karsinoma
Karsinoma dengan metaplasia kartilago atau osseus metaplasia
Tubular karsinoma
Sekretori karsinoma

19

d. Stadium
Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil
penilaian saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita
pasiennya, sudah sejauh manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik
ke organ atau jaringan sekitar maupun penyebaran ketempat lain.
Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak
ada pada tumor jinak. Untuk menentukan suatu stadium, harus dilakukan
pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang lain.
Banyak sekali cara untuk menentukan stadium, namun yang paling banyak
dianut saat ini adalah stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistem TNM
yang direkomendasikan oleh UICC (International Union Against Cancer
dan World Health Organization)/AJCC (American Joint Committee On
cancer yang disponsori oleh American Cancer Society dan American
College of Surgeons).
STADIUM 0
Disebut juga Non-invasive Cancer. Yaitu kanker tidak
menyebar keluar dari pembuluh / saluran payudara dan kelenjar-kelenjar
(lobules) susu pada payudara. Dalam stadium ini dibagi menjadi 2:
1. Ductal carcinoma in situ : tipe kanker payudara non-invasive
paling umum> pada DCIS, kanker berada di dalam duktus dan
belum menyebar ke dinding duktus ke jaringan payudara
sekitarnya.
2. Lobular carcinoma in situ : terdapat pada kelenjar yang
memproduksi air susu, namun tidak berkembang melewati dinding
lobules.
STADIUM I
Tumor masih sangat kecil dan tidak menyebar serta tidak ada
titik pada pembuluh getah bening

20

STADIUM II a:
Pasien pada kondisi ini:

Diameter tumor 2 cm dan telah ditemukan pada titik-titik pada saluran

getah bening di ketiak (axillary 11mph nodes)


Diameter tumor 2 5 cm. Belum menyebar ke titik-titik pembuluh

getah bening pada ketiak.


Tidak ada tanda-tanda tumor pada payudara., tapi ditemukan pada
titik-titik di pembuluh getah bening ketiak.

STADIUM IIB:
Pasien pada kondisi ini:

21

Diameter tumor 2 - 5 cm. Telah menyebar pada titik-titik di pembuluh

getah bening ketiak.


Diameter tumor lebih lebar dari 5 cm tapi belum menyebar.

STADIUM III A:
Pasien pada kondisi ini:

Diameter tumor lebih kecil dari 5 cm dan telah menyebar ke titik-titik pada

pembuluh getah ketiak.


Diameter tumor lebih besar dari 5 cm dan telah menyebar ke titik-titik
pada pembuluh getah bening ketiak.

22

STADIUM III B:
Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan
bisa juga luka bemanah di payudara. Atau didiagnosis sebagai
Inflammatory Breast Cancer. Bisa sudah atau bisajuga belum menyebar ke
titik-titik pada pembuluh getah bening di ketiak dan lengan atas, tapi tidak
menyebar ke bagian lain dari organ tubuh.

STADIUM IIIC:
Sebagaimana stadium IIIB, tetapi telah menyebar ke titik-titik pada
pembuluh getah bening dalam group N3 (Kanker telah menyebar lebih
dari 10 titik disaluran getah bening dibawah tulang selangka).

STADIUM IV:

23

Ukuran tumor bisa berapa saja, tetapi telah menyebar ke lokasi yang jauh,
yaitu:
Tulang, paru-paru, liver.

TNM merupakan singkatan dan T yaitu tumor size atau


ukuran tumor, N yaitu atau kelenjar getah bening regional dan M yaitu
metastasis atau penyebaran jauh. Ketiga faktor T, N, dan M dinilai baik
secara klinis sebelum dilakukan operasi, juga sesudah operasi dan
dilakukan pemeriksaan histopatologi (PA). Pada kanker payudara,
peniiaian TNM sebagai berikut:

T (tumor size), ukuran tumor:


T 0: tidak ditemukan tumor primer
T 1: ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang
T 2: ukuran tumor diameter antara 2-5 cm
T 3: ukuran tumor diameter> 5 cm
T 4: ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit
atau dinding dada atau pada keduanya, dapat berupa borok, edema atau
bengkak, kulit payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit di

luar tumor utama.


N (node), kelenjar getah bening regional (kgb):
N 0: tidak terdapat metastasis pada kgb regional di ketiak aksilla
N I: ada metastasis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakkan
N 2: ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan

24

N 3: ada metastasis ke kgb di atas tulang selangka (supraclavicula)


atau pada kelenjar getah bening di mammary interna di dekat tulang

sternum
M (metastasis), penyebaran jauh:
M x: metastasis jauh belum dapat dinilai
M 0: tidak terdapat metastasis jauh
M I: terdapat metastasis jauh
Setelah masing-masing faktor T, N, dan M didapatkan, ketiga
faktor tersebut kemudian digabung dan akan diperoleh stadium kanker
sebagai berikut:

Stadium 0: T0 N0 M0
Stadium 1: T1 N0 M0
Stadium II A: T0 N1 M0/T1 N1 M0/T2 N0 M0
Stadium II B: T2 NI M0 / T3 N0 M0
Stadium III A: T0 N2 M0/T1 N2 M0/T2 N2 M0/T3 N1 M0/T2 N2 M0
Stadium Ill B: T4 N0 M0/T4 N1 M0/T4 N2 M0
Stadium III C: Tiap T N3 M0
Stadium IV: Tiap T-Tiap N-M1
Menurut American joint committe dalam kaitanya stadium

klinik karsinoma mamma kaitan dengan daya hidup yaitu:


Stadium klinik
Daya hidup
Stadium. I :Garis tengah tumor < 2cm nodus (-), tidak 85 %
metastase
Stadium II: garis tengah tumor < 5cm nodus (+), tidak 66 %
melekat, metastase (-)
Stadium III: Tumor> 5cm , tumor dengan ukuran 41 %
tertentu disertai dengan invasi kulit atau melekat pada
dinding dada., nodus pada supracivikular (+)
Stadium IV : Metastase jauh

10%

Gambaran Radiologi
Ultrasonografi Mammae

25

Ultrasonografi merupakan media yang sangat bermanfaat untuk


pemeriksaan tumor benigna payudara khususnya untuk membedakan massa
solid atau kista. Keuntungan pemeriksaan Ultrasonografi ialah:
a.
b.

Tidak menggunakan sinar pengion, jadi tidak ada bahaya radiasi.


Pemeriksaannya bersifat non-invasif, relatif mudah dikerjakan, cepat
dan dapat dipakai berulang ulang serta biayanya relatif rendah.
Ultrasonografi terutama berperan pada payudara yang padat yang
biasanya ditemui pada wanita yang muda, dimana tumor payudara ini
kadang kadang sulit ditemukan dengan mammografi. Gambarannya pada
mammografi dan Ultrasonografi hampir sama, tetapi mikrokalsifikasi tak
dapat dikenal dengan Ultrasonografi. Ultrasonografi juga dapat mengenali
adanya pembesaran kelenjar aksiler yang sulit teraba secara klinis.
Mammografi
Mammografi merupakan pemeriksaan yang sensitif dan spesifik
yang dapat digunakan secara rutin pada pemeriksaan payudara.
Mammografi menggunakan radiasi ionisasi dengan radiograf dengan dua
posisi yakni Mediolateral Obliq (MLO) dan Cranio Caudal (CC).
Mammografi digunakan sebagai modalitas diagnostik untuk
mengetahui payudara yang sehat atau sebagai skrining untuk indentifikasi
adanya kelainan pada payudara. Selain itu, mammografi juga dapat
membedakan lesi benigna dan maligna dengan observasi mikrokalsifikasi.
Tujuan utama pemeriksaan mammografi adalah untuk mengenal
secara dini keganasan pada payudara. Berdasarkan penyelidikan, jika
mammografi dan ultrasonografi dipakai bersama sama dalam prosedur
diagnostik, maka akan diperoleh nilai ketepatan diagnostik sebesar 97%.
Apabila kedua teknik tersebut dipergunakan secara tersendiri akan
diperoleh nilai ketepatan diagnostik untuk mammografi sebesar 94%,
sedangkan Ultrasonografi hanya 78%.
Mammografi terutama berperan pada payudara yang mempunyai
jaringan lemak yang dominan serta jaringan fibroglandular yang relatif
sedikit dan ini biasanya ditemukan pada wanita dewasa di atas umur 40

26

tahun, yang pada umur tersebut kekerapan akan terjadinya keganasan


makin meningkat. Hal ini disebabkan mammografi memiliki dosis radiasi
yang kecil.
F. Penatalaksanaan
Ada beberapa penatalaksanaan pada fibroadenoma, antara lain :
-

Observasi adalah salah satu pendekatan pada fibroadenoma mammae.


Karena fibroadenoma tidak selalu membuat masalah dan terkadang
menyusut

sendiri,

hanya

dengan

mengawasi

kemajuan

dari

fibroadenoma adalah cara yang paling invasif untuk menanganinya.


-

Lumpectomy atau bedah pengangkatan fibroadenoma, dapat dilakukan


jika pasien khawatir tentang menjaga payudaranya. Tergantung pada
ukuran relatif dari benjolan pada payudara, lumpectomy dapat
menyebabkan

perubahan

ukuran

payudara

atau

bentuknya.

Fibroadenoma baru dapat tumbuh di sekitar benjolan pertama,


sehingga pasien harus tahu bahwa operasi bukan merupakan jaminan
bahwa pasien tidak akan pernah terkena fibroadenoma lain. Di sisi
lain, fibroadenoma dapat dengan hati-hati diperiksa oleh laboratorium
patologi untuk memastikan diagnosis yang benar dan kanker payudara
pun dapat dikesampingkan.
-

Laser

ablation

(Ablasi

laser)

adalah

cara

non-bedah

untuk

menyingkirkan fibroadenoma. Tindakan ini menggunakan perangkat


laser dengan dipandu oleh USG yang digunakan untuk menghancurkan
fibroadenoma. Tindakan ini hanya meninggalkan bekas luka kecil,
tidak ada jahitan, dan tidak ada perubahan bentuk payudara.
-

Cryoablasi adalah cara cepat serta efisien untuk membekukan


fibroadenoma hingga mati. Cryoablasi hanya membeku benjolannya
saja sehingga jaringan sehat dapat mengambil alih. Prosedur ini

27

memakan waktu kurang dari 30 menit dan menghasilkan bekas luka


kecil.
-

Radiofrequency-assisted (RFA) adalah cara lain untuk mengambil


benjolan yang tidak diinginkan keluar dari payudara pasien tanpa
menggunakan lumpectomy. Tindakan ini menggunakan anestesi lokal
dan bimbingan USG, dan membuat insisi sebesar 6-8 mm diatas
fibroadenoma. Melalui insisi ini, suatu alat dimasukkan yang ujungnya
berupa pisau yang kemudian dipanaskan oleh arus radiofrekuensi. Ini
membantu untuk memotong jaringan payudara tanpa menyebabkan
perdarahan yang banyak. Setelah mencapai target, kabel kecil dan
suatu

lengan

robot

menangkap

fibroadenoma

dan

kemudian

diekstraksi.
-

Mammotome adalah system biopsi payudara yang dapat digunakan


sebagai

cara

yang

cukup

non-invasif

untuk

menghilangkan

fibroadenoma. Dalam waktu kurang dari satu jam, dan di bawah


anestesi lokal, sebuah insisi sebesar 6 mm dibuat di atas fibroadenoma
tersebut. Kemudian dengan bimbingan USG, probe Mammotome
diarahkan ke dalam benjolan, yang kemudian fibroadenoma ditarik
keluar dari jaringan. Pemulihan cepat dan bekas luka akan sangat
kecil.

DAFTAR PUSTAKA

28

1. Samsuhidajat R, De Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2,


Jakarta : EGC. 2004.
2. Snell R.S., 2006. Anatomi Klinik Mahasiswa Kedokteran. Edisi
6. Jakarta : EGC.
3. National Breast Cancer Foundation. Stage of Breast Cancer.
2010.

29

Você também pode gostar