Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
MAKALAH
HUKUM LINGKUNGAN
KELAS C
Dosen Pengampu : Dr. I Gusti Ayu KRH , S.H, M.M.
ANTARA PENDAPATAN ASLI DAERAH
DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN
(Tinjauan kasus expor dan pencurian pasir skala besar
di Propinsi Riau)
OLEH :
ARIF MAULANA
NIM. E0005103
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SOLO
2006
BAB I
PENDAHULUAN
tidak
berwawasan
lingkungan
hidup
masih
terbatas
daerah
yang
diterapkan
di
Indonesia
pada
Era
memperuncing
di
daerah
dimana
masing-masing
daerah
berlomba-lomba
pelaksanaan
masalah
di
Indonesia
untuk
pemasukan
PAD
adalah
dengan
satu perusahaan memiliki lebih dari satu konsesi, seperti PT Equator Reka
Cipta dengan 14 konsesinya.
Bisnis ini juga melibatkan begitu banyak orang berpengaruh di
negeri ini. Dari mulai Habibie, Ricardo Gelael, Taufik Kiemas hingga MS
Zulkarnen, mantan direktur Walhi. Tidak heran, mengingat ada begitu
banyak uang yang mengalir di dalamnya.
Untuk dapat melaksanakan kegiatan penambangan pengusaha
harus memperoleh izin pertambangan dengan memenuhi persyaratan
usaha yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah Propinsi Riau (melalui
Bupati dan Badan Pengawas Daerah (BPD) Riau. Sebagaimana
diketahui, ketika izin konsesi didapatkan, pengusaha terlebih dahulu harus
menyetorkan sejumlah uang sebagai jaminan kesungguhan sebesar US$
5 per hektar ke BPD Riau. Ditambah iuran eksplorasi sebesar Rp. 20.000
per hektarnya dan iuran daerah Rp. 25 ribu/ha. Ini belum lagi ditambah
dengan biaya pengembangan masyarakat (Community Development),
sebagai kompensasi terhadap nelayan tradisional yang besarnya
mencapai 300-400 juta untuk setiap konsesi dan dana penelitian AMDAL
sebesar 200 juta.
Pungutan
yang
besar
sebagai
salah
satu
faktor
yang
lingkungan yang luar biasa tidak hanya bagi Sumber Daya Alam (SDA)
yang diexploitasi, masyarakat setempat tak pelak bila terus dibiarkan
kedaulatan negara Indonesia akan segera terkena imbasnya.
B. RUMUSAN MASALAH
Untuk memaparkan deskripsi mengenai kondisi diatas penulis
menentukan permasalahan yang hendak dicari jawabannya dalam
makalah ini yaitu :
1. Bagaimana sejarah munculnya kegiatan penjualan pasir skala besar
ke Singapura di Propinsi Riau ?
2. Faktor yang menyebabkan munculnya kasus pencurian pasir di
Propinsi Riau yang muncul seiring expor pasir ke Singapura ?
3. Akibat yang muncul dari kegiatan tersebut ?
BAB II
PEMBAHASAN
Toa
Corporation.
Keempat
perusahaan
tersebut,
kemudian
m3 (Sentosa Island) sampai 900 juta meter kubik (Westerns Islands). Total
kebutuhan untuk seluruh proyek tersebut, diperkirakan mencapai 1,8
miliar m3 dan diperkirakan keseluruhan proyek tersebut akan selesai pada
tahun 2010.
Potensi Kebutuhan Pasir Laut Singapura
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Nama Proyek
Pasir Panjang Tahap II
Pantai Changi
Kepulauan Barat
Pulau Jurong
Kepulauan Timur Laut
Reklamasi Tuas
Reklamasi Punggol
Pulau Sentosa
Status
Berlangsung pada tahun 2003
Berlangsung pada tahun 2003
Berlangsung pada tahun 2010
Berlangsung pada tahun 2010
Tender pada tahun 2005
Tender pada tahun 2005
Tender pada tahun 2005
Tender pada tahun 2005
Pasir tanah
Pulau-pulau, khususnya pulau kecil di Kepulauan Riau, selama ini
menjadi sasaran empuk penambangan pasir darat. Sebagai contoh, Pulau
Kundur atau Pulau Moro di Kabupaten Karimun. Di peta Indonesia, kedua
pulau itu hampir tidak terlihat.
Karena kondisi yang terpencil itulah, pengawasan pun menjadi
lemah. Pasir darat selama ini tidak hanya dijual antarpulau, melainkan
juga diekspor ke Singapura. Akibat eksploitasi pasir darat itu, lahan bekas
penambangan berubah menjadi danau atau empang. Bahkan, ada pula
pulau yang sudah hampir hilang ditelan laut.
Keterlibatan Militer
Anggota DPR RI periode 1999 2004, Priyo Budi Santoso,
menyatakan bahwa angkatan laut (AL), Kepolisian, dan Bea Cukai terlibat
dalam bisnis pencurian pasir laut. Indikatornya bisa dilihat dari Berita
Acara Klarifikasi tahun 2001, di mana tercatat jumlah produksi hanya 47,3
juta m3 atau senilai Rp. 114,127 miliar. Padahal, kebutuhan Singapura
periode 2000-2005 mencapai 1,268 trilyun m 3 atau setara dengan Rp.
40,730 trilyun. Otomatis, seharusnya jumlah pasir yang telah ditambang
mencapai 253,6 juta m3. Alasan bahwa sebagian kebutuhan Singapura
dipenuhi oleh Malaysia, sangat tidak masuk akal, karena aktivitas di
Malaysia hanya berlangsung sebentar dan saat ini pun tidak ada lagi.
Berbagai aspek yang mendorong terjadinya tindak pencurian ini bisa jadi
akibat :
cemas adalah
bahwa
para
pengusaha
tersebut, telah
tumpang
tindih,
dokumen
Amdal
mewajibkan
adanya
Pelanggaran Aturan
Direktur
Jenderal
Perdagangan
Luar
Negeri
Departemen
Hal yang juga mendorong mereka untuk melakukan ini adalah, salah
satunya, begitu banyaknya pungutan yang harus dilalui, baik ketika masa
eksplorasi maupun eksploitasi. Hal tersebut diakui sendiri oleh salah
seorang pengurus Asosiasi Pengusaha Penambangan pasir Laut. Bahkan,
sumber dari AP3L tersebut mengaku bahwa dalam setahunnya, terjadi
illegal sand mining sebesar 35 juta m3. Entah dari mana angka ini didapat.
Namun, hal ini bisa dijadikan sebagai petunjuk bahwa pencurian tanah air
begitu menggila. Pengusaha memang mendapat banyak keuntungan dari
konsesinya, dengan harga jual S$ 1,75/m 3 (Agustus, 2002) di lokasi
reklamasi. Namun, dengan banyaknya pungutan, keuntungan tersebut
mungkin belum mencukupi untuk menutup pungutan-pungutan liar
tersebut,
dengan
alasan
merusak
lingkungan
dan
Dibayar
Kewajiban Pengusaha*
Jaminan Kesungguhan
Proses AMDAL
Iuran Eksplorasi
Iuran Daerah/Tahun Masa Eksplorasi
Kompensasi CD
Iuran Daerah/Tahun1
Total
di
muka
untuk
tahun
Jumlah
Rp. 200.000.000,Rp. 200.000.000,Rp. 80.000.000,Rp. 100.000.000,Rp. 300.000.000,Rp. 100.000.000,Rp. 980.000.000,pertama
masa
eksploitasi.
10 sen/hektar atau bila mengacu pada luasan yang ada, berarti sebesar
S$ 40.000/thn. Hal di atas belum lagi selesai. Ketika operasi, setoran yang
harus dibayar adalah:
No
1
2
3
4
5
6
-7
8
9
-1
*
Komposisi
Iuran Produksi ke Pemerintah Pusat 10%
Iuran Produksi ke Pemerintah Daerah 25%
Biaya Transportasi1
Biaya Keruk
Biaya Pengembangan Masyarakat
Pajak Ekspor Barang
Total Sementara
Margin Keuntungan Sementara
Pajak CnF Pemerintah Pusat 25%
Pajak CnF Pemerintah Daerah 50%
Total Margin Keuntungan
Untuk
jarak
rata-rata20
mil.
Kalau saja setiap kapal berukuran sedang mampu mengeruk sekitar 200
ribu m3, berarti keuntungan yang diterima pemilik kapal mencapai S$ 100
ribu, setelah dipotong ongkos angkut dan ongkos keruk, dari satu kapal.
Bebas dari biaya setoran, dan lain-lain.
Tentu
saja,
Pemerintah
Singapura
menutup
mata
dengan
cara
ini
Negeri
Singa
tersebut
menjauhkan
diri
dari
telah
menggerus
pantai
yang
ada.
Inilah
bukti
tak
sinar
matahari
menembus
kedalaman
laut
tertentu
dituding
sebagai
salah
satu
faktor
utama
yang
proses
abrasi
dan
keruhnya
perairan
sekitar
akibat
mengalami kerusakan.
Pulau
Setunak,
Desa
Tulang,
Tidak diambil, banyak pohon kelapa yang tumbang,
2
Kecamatan Karimun
hilang,
dan
terumbu
karang
mengalami
kerusakan.
Dusun
Parit
I,
Desa
Parit,
Abrasi pantai sejauh 12 meter, dihitung dari rumah
3
Kecamatan Karimun (N 00 570Pak Kadir ke titik pasang tertinggi, pohon kelapa
31.10 E 103 260 01.90)
Lubuk
Puding,
520
00
0
31 23.4
05.00
103
0)
Koordinat
Dusun Air
Desa
Lubuk
Hitam,
Keterangan
Dulunya tunggul bakau tidak muncul ke permukaan
Kecamatan Karimun (Nlebih curam. Mulai bulan Juli tahun 2001, air pasang masuk
00 520 32.00 E 103 310ke dalam rumah penduduk. Sejak setahun yang lalu, air
40.50)
Pantai
Puding,
pantai.
Lubuk
Abrasi pantai sejauh 109,5 m.
Kecamatan
Kecamatan Kundur (48Ndengan jarak dari garis pantai 6-7 meter. Saat ini, pulau
0316587 UTM 0082514) tersebut hampir hilang dan jarak ke pantai mencapai 25-35
meter. Berkurangnya unggas laut. Ombak yang dulunya
jernih sekarang membawa lumpur dan keruh sekali. Kelapa
Kelurahan
Balai
Karimun
Tanjung
(48
turun.
Ikan dan udang banyak berkurang, sedangkan ombak
0316587 UTM 0082514) karang hancur dan bisa dilihat karang kecil yang hancur dan
terbawa ombak ke pantai.
Pasir darat selama ini tidak hanya dijual antarpulau, melainkan juga
diekspor ke Singapura. Akibat eksploitasi pasir darat itu, lahan bekas
penambangan berubah menjadi danau atau empang. Bahkan, ada
pula pulau yang sudah hampir hilang ditelan laut.
Dari pengamatan udara itu, terlihat beberapa alat gali (shovel) yang
masih bekerja menambang pasir darat dan tanah. Di samping itu,
ditemukan tiga pulau kecil di sekitarnya yang habis atau amper
habis, yang kemungkinan ditambang, dan rata dengan permukaan
laut.
pola aliran massa air di pesisir dan laut yang ditentukan terutama
oleh pasang surut dan arus musiman dapat merusak ekosistem yang
ada karena tidak adanya pohon-pohon bakau atau sejenis sebagai
pelindung pesisir pantai. Hilangnya hutan bakau tersebut, antara lain,
sebagai
akibat
banyaknya
pembuatan
dermaga
pendaratan
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berbagai permasalahan tersebut di atas, sedikit banyak turut
mengganggu rasa dan karsa terhadap keadilan. Ada sebuah proses yang
hilang di mana masyarakat yang memiliki ketergantungan terhadap
kondisi Sumber Daya Alam (SDA) sekitar, tidak lagi dipandang oleh para
pembuat kebijakan.
Paradigma pembangunan yang mengandalkan dan mengedepankan
nilai keuntungan jangka pendek, membuat para pembuat kebijakan
khususnya pemerintah daerah (Kabupaten ) Propinsi Riau menafikan
keberadaan
dan
ketergantungan
masyarakat
setempat
terhadap
SARAN
Agar
dihentikannya
seluruh
aktivitas
penambangan
pasir,
mengingat bahwa hingga hari ini belum ditemukan satu pun metode
penambangan pasir yang ramah lingkungan dan tidak merugikan
hidup dan kehidupan masyarakat nelayan tradisional setempat,
dan
mengusahakan
sumberdaya
alam
yang
berkelanjutan.
Sesegera
mungkin
mencari
dan
mengupayakan
alternatif
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Koesnadi, Hardjosoemantri. 2005 .Hukum Tata Lingkungan.
Gadjah Mada University Press: Yogyakarta
Koran
Kompas, Jumat, 11 Agustus 2006
Situs Internet
http://www.walhi.or.id/
kampanye/psda/040910_
Blunder
http://www.dephut.go.id/INFORMASI/INTAG/PKN/Makalah/INTEGRASI
_ASPEK_LINGKUNGAN_DAN_EKONOMI%20_Dr_Dodik.pdf.
Makalah Hukum Lingkungan