Você está na página 1de 21

LAPORAN TUTORIAL

ETIKA DAN HUKUM KEDOKTERAN


Abortus dan informed consent
SKENARIO 2 BLOK 3

KELOMPOK 1
Luzman Hizrian

G1A110001

Nella Rosyiah

G1A110012

Ayu Putri Handayani

G1A110022

Putri Rezki

G1A110028

Rizki Syarvini Wilis U

G1A110029

Ely Kartika

G1A110030

Venty Novita Sari

G1A110038

Septiawan P. M.

G1A110044

Dwi Eryanto

G1A110051

Wiwik Selviana

Regina Wulandari

G1A110052
G1A110057

Dosen Pembimbing :
dr. H. Abdul Hamid Syam
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JAMBI

2010/2011

SKenario 2
Pria dan nona sepasang kekasih datang ke praktek pribadi dr. B, Sp.OG. pria
mengaku Nona

adalah istrinya dan

meminta dr. B,sp.OG untuk melakukan

pengguguran kandungan Nona, yang baru berusia 18tahun dan masih duduk di
bangku sekolah SMU. Nona juga bersedia melakukan pengguguran kandungan.
Hasil pemeriksaan menunjukkan kehamilan baru berusia 8 minggu. Dengan
beralasan kondisi psikologis pria dan nona yang masih muda dan belum siap untuk
merawat anak, dr.B, Sp.OG bersedia melakukan pengguguran kandungan dengan
sebelumnya meminta persetujuan dan tanda tangan pria dan nona pada lembar
informed consent.
KLARIFIKASI ISTILAH
1. Sp.OG: gelar yang di dapatkan oleh dokter yang telah menyelesaian pendidikan
spesialis di bidang kebidanan dan kandungan.
2. Pengguguran kandungan: mengeluarkan janin dengan sengaja sebelum waktunya.
3. Psikologis: ilmu yang berkaitan dengan mental baik normal maupun upnormal
dan pengaruhnya pada prilaku.
4. Kehamilan: proses pembuahan sperma dan ovum di dalam rahim ataupun di luar
rahim sehingga terbentuk nya janin.
5. Praktek pribadi: tempat pelayanan kedokteran kesehatan yang di lakukan
secara

pribadi

oleh

seorang

dokter

setelah

mendapatkan

surat

izin

praktek(SIP).
6. Informed consent: persetujuan yang diberikan pasien/keluarganya atas suatu
tindakan medis tertentu setelah mendapatkan informasi/penjelasan dari
dokter.

IDENTIFIKASI MASALAH
1. Pria dan nona meminta dr, B. SpOG untuk melakukan penguguran kandungan .
2. Nona bersedia melakukan penguguran.
3. Dengan beralasan kondisi psikologis pria dan nona yang masih muda dan belum
siap untuk merawat anak, dr.B, Sp.OG bersedia melakukan pengguguran
kandungan dengan sebelumnya meminta persetujuan dan tanda tangan pria dan
Nona pada lembar informed consent.

ANALISIS MASALAH
1. Pria dan nona meminta dr, B. SpOG untuk melakukan penguguran kandungan
(aborsi).
a. Sebutkan landasan hukum yang mengatur tentang aborsi?
b. Apa dampak aborsi?
c. Apa syarat aborsi legal?
d. Apa saja metode para medis dalam melakukan aborsi?
e. Bagaimana pandangan dari aspek agama, kesehatan,hukum, dan etika tentang
aborsi di dalam kasus ini?
f. Apa sanksi dari tindakan aborsi?

2. nona bersedia melakukan penguguran (aborsi).


a. Apa saja jenis-jenis aborsi?
b. bagaimana tahap melakukan Aborsi

3. Dengan beralasan kondisi psikologis pria dan nona yang masih muda dan belum
siap untuk merawat anak, dr.B, Sp.OG bersedia melakukan pengguguran
kandungan dengan sebelumnya meminta persetujuan dan tanda tangan pria dan
Nona pada lembar informed consent.

a. Apa saja bentuk dari informed consent?


b. Apa landasan hukum tentang informed consent?
c. Apa saja persyaratan informed consent?
d. Apa saja isi dari informed consent?
e. Apa saja fungsi dan tujuan dari informed consent?
f. Siapa yang berhak menandatangani informed consent?
g. Apa yang dilakukan seorang dokter jika pasien menolak menandatangani
informed consent?
h. Apa landasan prinsip bioetika dalam pengambilan keputusan dokter dalam
skenario ini?

HIPOTESIS:
tindakan dr, B.Sp.OG yang menyetujui pria dan nona melakukan abortus
provokatus melanggar norma hukum,etika kedokteran,dan agama.

MIND MAPPING

ISI

SINTESIS
ABORTUS

Abortus adalah suatu tindakan mengakhiri proses kehamilan sebelum usia janin
22 minggu atau belum mencapai 500gram.
Jenis-jenis abortus:
Aborsi memiliki beberapa jenis , yaitu :
1. Spontan (spontaneous abortion) adalah aborsi yang berlangsung tanpa
tindakan apapun atau terjadi secara lamiah. Kebanyakan disebabkan kurang
baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.

Abortus imminen
Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum
20 minggu, di mana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa
adanya dilatasi serviks..

Abortus insipien
Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum
20 minggu, dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi
hasil konsepsi masih berada di dalam uterus.

Abortus inkomplit
Peristiwa pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum
20 minggu, dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus

Abortus komplit
Terjadinya pengeluaran lengkap seluruh jaringan konsepsi sebelum usia
kehamilan 20 minggu.

Missed abortion
Kematian janin sebelum 20 minggu, tetapi tidak dikeluarkan selama 8
minggu atau lebih.

Abortus habitualis

Abortus spontan yang terjadi pada tiga atau lebih kehamilan secara
berturut-turut, pada tingkat perkembangan yang kurang lebih sama

Blighted ovum

Abortus infeksiosa
2. Buatan (induced abortion, abortus provokatus) merupakan pengakhiran
kehamilan sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh
calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter, bidan, maupun
dukun beranak)

Abortus terapeticus
Pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi medik

Abortus criminalis
Pengakhiran kehamilan sebagai suatu akibat tindakan pengguguran
kandungan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si
pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau dukun beranak) tanpa
adanya indikasi medis.
Contohnya: pengguguran, aborsi, aborsi provokatus.
Abortus buatan terbagi lagi menjadi 2, yaitu:
abortus legal(indikasi medis)
abortus illegal(tanpa indikasi medik)

Tentu saja tindakan dr.B, Sp.OG, Nn.X dan Ny. A ini melanggar hukum
maupun etika kedokteran. Menurut hukum-hukum yang berlaku di Indonesia,
aborsi atau pengguguran janin yang dilakukan dr.B, Sp.OG, Nn.X dan Ny.A
termasuk tindak kejahatan, yang dikenal dengan istilah Abortus Provocatus
Criminalis

LEGALITAS TINDAKAN ABORSI


Sebenarnya suatu tindakan aborsi boleh dilakukan asalakan memenuhi
persyaratan yang legal, sebagai berikut :
1.

Adanya indikasi medis pada wanita hamil yang menimbulkan resiko pada
wanita tersebut.

2.

Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan


untuk melakukannya (yaitu seorang dokter ahli kebidanan, penyakit kandungan,
dokter ahli anesthesia atau perawat ahli anesthesia) sesuai dengan tanggung
jawab profesi.

3.

Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum, dan
psikologi).

4.

Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga
terdekat.

5.

Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang


memadai seperti tenaga/alat kesehatan untuk membius, monitor, tabung
oksigen, ruang untuk operasi, serta tenaga/alat kesehatan untuk melakukan
aborsi itu sendiri, yang ditunjuk oleh pemerintah.

6.

Prosedur tidak dirahasiakan.

7.

Dokumen medik harus lengkap.

METODE ABORTUS:
1. Metode penyedotan (Suction Curettage)
Aborsi ini dilakukan dengan mesin penyedot bertenaga kuat yang dimasukkan ke
dalam rahim. Saat melakukan itu, mulut rahim sengaja dibuat renggang untuk
membuat janin luruh dan ari-ari (plasenta) terlepas dari dinding rahim. Dengan
metode ini, si pelaku aborsi berisiko menderita robek rahim yang disebabkan
salah sedot. Jika itu terjadi, maka wanita itu akan mengalami pendarahan hebat.
Akibatnya, pelaku aborsi terpaksa menjalani pengangkatan rahim, atau terkena

radang jika masih ada sisa-sisa plasenta atau bagian dari janin yang tertinggal di
dalam rahim. Dan, akhirnya bisa berujung pada kematian.
2. Teknik dilatasi dan kuret
Cara ini mulut rahim dibuka atau dimekarkan dengan paksa. Kondisi ini untuk
memasukkan pisau baja tajam dan menyebabkan bagian tubuh janin terpotong
berkeping-keping dan plasenta dikerok dari dinding rahim. Teknik ini bisa
membuat aka pasien akan kehilangan darah yang jumlahnya jauh lebih banyak
dibanding teknik penyedotan, dan juga dapat menderita perobekan dan radang
padarahim.
TAHAP-TAHAP MELAKUKAN ABORSI:
1. Janin di bunuh dengan cara ditusuk atau ditemukan di dalam kandungan.
2. janin di potong-potong tubuhnya, agar mudah dikeluarkan.
3. potongan janin di keluarkan kandungan satu per Satu
4. Potongan-potongan disusun kembali untuk memastikan lengkap dan tidak
tersisa
5. Potongan-potongan bayi kemudian dibuang ke tempat sampah/sungai, dikubur
di tanah kosong, atau dibakar di tungku

RESIKO ABORSI
Aborsi memiliki

resiko

yang

tinggi

terhadap

kesehatan

maupun

keselamatan seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang
melakukan aborsi ia tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang.
Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama
mereka yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang
sudah terjadi.

Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi:


1. Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik

2. Resiko gangguan psikologis

Resiko Kesehatan Dan Keselamatan Fisik


Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa
resiko yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku
Facts of Life yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd yaitu:
1.

Kematian mendadak karena pendarahan hebat

2.

Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal

3.

Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan

4.

Rahim yang sobek (Uterine Perforation)

5.

Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan


cacat pada anak berikutnya

6.

Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)

7.

Kanker indung telur (Ovarian Cancer)

8.

Kanker leher rahim (Cervical Cancer)

9.

Kanker hati (Liver Cancer)

10.

Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan


cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan
berikutnya.

11.

Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy)

12.

Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)

13.

Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)

Resiko Kesehatan Mental

Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi
kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki
dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita.
Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai Post-Abortion Syndrome
(Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam Psychological
Reactions Reported After Abortion di dalam penerbitan The Post-Abortion
Review (1994).
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal
seperti berikut ini:
1.

Kehilangan harga diri

2.

Berteriak-teriak histeris

3.

Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi

4.

Ingin melakukan bunuh diri

5.

Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang

6.

Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual


Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan

dipenuhi perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam


hidupnya.

LANDASAN HUKUM ABORTUS:


~KUHP pasal 299:
barang siapa yang sengaja mengobati seorang wanita/menyuruh seorang
wanita suapaya diobati dengan diberi tahu/pengaharapan bahwa oleh karena
pengobatan itu dapat menggugurkan kandungannya, dipidana dengan penjara
maksimal 4tahun, dan denda Rp.45.000.
kalau yang bersalah berbuat karena mencari keuntungan, atau melakukan
kejahatan

itu

sebagai

mata

pencaharian/kebiasaan/kalau

dokter,bidan atau juru obat, pidana dapat ditambah 1/3 nya.

ia

seorang

Kalau yang bersalah melakukan kejahatan itu dalam pekerjaannya, maka dapat
di cabut izin prakteknya.
UU kes. No.36 tahun 2009
Pasal 75:
~setiap orang dilarang melakukan aborsi.
~larangan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dapat dikecualikan sebagai
berikut:
1. Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan,
baik mengancam nyawa ibu/janin, yang menderita penyakit genetik
berat/cacat

bawaan,

maupun

yang

tidak

diperbaiki

sehingga

menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan.


2. Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis
bagi korban perkosaan.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis &
perkosaan, sebagaimana di atur pada ayat 2,3 dengan peraturan
pemerintah.
Pasal 76: aborsi sebagaimana dimaksud delam pasal 75 indikasi dapat dilakukan:
1. Sebelum kehamilan 6 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir,
kecuali dalam hal kedaruratan medis.
2. Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan
yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri.
3. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan.
4. Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan.
5. Penyediaan layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan
oleh menteri.
Pasal 77: pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi
sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 ayat 2 dan 3 yang tidak bermutu, tidak
aman, tidak bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma agama dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 347,348,349 KUHP.
Pasal 347: barang siapa yang sengaja menyebabkan gugur/mati kandungan
nya seorang wanita tidak dengan izin wanita itu pidana 12tahun penajara,

ataupun mengakibatkan kematian pada wanita itu maka ia dipidana selamalamanya 15tahun penjara.
pasal 348: barang siapa dengan sengaja menyebabkan gugur/mati kandungan
nya dengan izin wanita itu dipidana penjara maksimal 5tahun 6 bulan, jika
perbuatan tersebut menyebabkan kematian maka akan dipidana maksimal
7tahun penjara.
Pasal 349:bila seorang dokter,bidan, juru obat membantu kejahatan tersebut
dalam pasal 346 bersalah melakukan/membantu salah satu kejahatan
diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka akan dicabut hak pekerjaan nya.
PANDANGAN ASPEK ETIKA:
1.lafal sumpah dokter :
dokter harus menghormati setiap makhluk hidup insani mulai dari saat
pembuahaan.
2. kodeki pasal 7d:
dokter harus senantiasa mengingat kewajiban nya untuk melindung hidup
makhluk insani.
ASPEK AGAMA: islam tidak membolehkan melakukan tindakan aborsi
berdasarkan surat (QS.17ayat 70).
Al-Quran & Aborsi Umat Islam percaya bahwa Al-Quran adalah UndangUndang paling utama bagi kehidupan manusia. Allah berfirman: Kami menurunkan
Al-Quran kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu. (QS 16:89) Jadi, jelaslah
bahwa ayat-ayat yang terkandung didalam Al-Quran mengajarkan semua umat
tentang hukum yang mengendalikan perbuatan manusia.
Tidak ada satupun ayat didalam Al-Quran yang menyatakan bahwa aborsi
boleh dilakukan oleh umat Islam. Sebaliknya, banyak sekali ayat-ayat yang
menyatakan bahwa janin dalam kandungan sangat mulia. Dan banyak ayat-ayat
yang menyatakan bahwa hukuman bagi orang-orang yang membunuh sesama
manusia adalah sangat mengerikan.
Pertama: Manusia - berapapun kecilnya - adalah ciptaan Allah yang mulia.
Agama Islam sangat menjunjung tinggi kesucian kehidupan. Banyak sekali ayatayat dalam Al-Quran yang bersaksi akan hal ini. Salah satunya, Allah berfirman:
Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan umat manusia.(QS 17:70)
Kedua: Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua orang.
Menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan menyelamatkan semua orang.

Didalam agama Islam, setiap tingkah laku kita terhadap nyawa orang lain, memiliki
dampak yang sangat besar. Firman Allah: Barang siapa yang membunuh seorang
manusia, bukan karena sebab-sebab yang mewajibkan hukum qishash, atau bukan
karena kerusuhan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia
seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara keselamatan nyawa seorang
manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara keselamatan nyawa manusia
semuanya. (QS 5:32)
Ketiga: Umat Islam dilarang melakukan aborsi dengan alasan tidak memiliki
uang yang cukup atau takut akan kekurangan uang. Banyak calon ibu yang masih
muda beralasan bahwa karena penghasilannya masih belum stabil atau
tabungannya belum memadai, kemudian ia merencanakan untuk menggugurkan
kandungannya. Alangkah salah pemikirannya. Ayat Al-Quran mengingatkan akan
firman Allah yang bunyinya: Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena
takut melarat. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu juga.
Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa yang besar. (QS 17:31)
Keempat: Aborsi adalah membunuh. Membunuh berarti melawan terhadap
perintah Allah. Membunuh berarti melakukan tindakan kriminal. Jenis aborsi yang
dilakukan dengan tujuan menghentikan kehidupan bayi dalam kandungan tanpa
alasan medis dikenal dengan istilah abortus provokatus kriminalis yang
merupakan tindakan kriminal tindakan yang melawan Allah. Al-Quran
menyatakan: Adapun hukuman terhadap orang-orang yang berbuat keonaran
terhadap Allah dan RasulNya dan membuat bencana kerusuhan di muka bumi
ialah: dihukum mati, atau disalib, atau dipotong tangan dan kakinya secara
bersilang, atau diasingkan dari masyarakatnya. Hukuman yang demikian itu
sebagai suatu penghinaan untuk mereka di dunia dan di akhirat mereka mendapat
siksaan yang pedih. (QS 5:36)
Kelima: Sejak kita masih berupa janin, Allah sudah mengenal kita.
Sejak kita masih sangat kecil dalam kandungan ibu, Allah sudah mengenal kita. AlQuran menyatakan:Dia lebih mengetahui keadaanmu, sejak mulai diciptakaNya
unsur tanah dan sejak kamu masih dalam kandungan ibumu.(QS: 53:32) Jadi,
setiap janin telah dikenal Allah, dan janin yang dikenal Allah itulah yang dibunuh
dalam proses aborsi.
Keenam: Tidak ada kehamilan yang merupakan kecelakaan atau kebetulan.
Setiap janin yang terbentuk adalah merupakan rencana Allah. Allah menciptakan
manusia dari tanah, kemudian menjadi segumpal darah dan menjadi janin. Semua
ini tidak terjadi secara kebetulan. Al-Quran mencatat firman Allah: Selanjutnya
Kami dudukan janin itu dalam rahim menurut kehendak Kami selama umur
kandungan. Kemudian kami keluarkan kamu dari rahim ibumu sebagai bayi. (QS
22:5) Dalam ayat ini malah ditekankan akan pentingnya janin dibiarkan hidup
selama umur kandungan. Tidak ada ayat yang mengatakan untuk mengeluarkan
janin sebelum umur kandungan apalagi membunuh janin secara paksa!

Ketujuh: Nabi Muhammad SAW tidak pernah menganjurkan aborsi. Bahkan


dalam kasus hamil diluar nikah sekalipun, Nabi sangat menjunjung tinggi
kehidupan. Hamil diluar nikah berarti hasil perbuatan zinah. Hukum Islam sangat
tegas terhadap para pelaku zinah. Akan tetapi Nabi Muhammad SAW seperti
dikisahkan dalam Kitab Al-Hudud tidak memerintahkan seorang wanita yang
hamil diluar nikah untuk menggugurkan kandungannya: Datanglah kepadanya (Nabi
yang suci) seorang wanita dari Ghamid dan berkata,Utusan Allah, aku telah
berzina, sucikanlah aku.. Dia (Nabi yang suci) menampiknya. Esok harinya dia
berkata,Utusan Allah, mengapa engkau menampikku? Mungkin engkau
menampikku seperti engkau menampik Mais. Demi Allah, aku telah hamil. Nabi
berkata,Baiklah jika kamu bersikeras, maka pergilah sampai anak itu lahir.
Ketika wanita itu melahirkan datang bersama anaknya (terbungkus) kain buruk
dan berkata,Inilah anak yang kulahirkan. Jadi, hadis ini menceritakan bahwa
walaupun kehamilan itu terjadi karena zina (diluar nikah) tetap janin itu harus
dipertahankan sampai waktunya tiba. Bukan dibunuh secara keji.
Sanksi-sanksi dari tindakan abortus:
1.berdasarkan pasal 346, hukuman bagi wanita yang sengaja menggugurkan
kandungan nya dengan pidana maksimal 4tahun penjara.
2. pasal 347, yang menyebabkan dengan sengaja menggugurkan kandungan dan
menyebabkan kematian dipidana selama-lamanya 12 tahun sampai 15 tahun
penjara.
3.pasal 348, menggugurkan kandungan dengan izin wanita tersebut dan
menyebabkan kematian dipidana 5tahun 6bulan dan penjara maksimal 7tahun.
4.pasal 349, apabila seorang dokter/bidan/juru obat membantu kejahatan
tersebut maka praktek dan izin kerja nya di cabut, dan pidana ditambah 1/3
dari pasal 347 & 348.
5. KUHP Pasal 299, seseorang dengan sengaja memberitahu atau menyuruh untuk
menggugurkan kandungan maka akan dipidana maksimal 4tahun penjara dan
denda maksimal 45.000, apabila dia seorang tenaga kesehatan maka hak untuk
melakukan pekerjaan nya di cabut.

INFORMED CONSENT

Informed consent: adalah persetujuan yang di berikan pasien/keluarganya untuk


melakukan suatu tindakan medis setelah mendapatkan infomasi dan penjelasan
dari dokter.

FUNGSI INFORMED CONSENT:


1.penghormatan harkat dan martabat pasien sebagai manusia.
2.promosi tehadap hak autonomy.
3.alat bukti hukum di pengadilan.
4.untuk mendorong dokter melakukan kehati-hatian dalam mengobati pasien

Tujuan informed consent :


1. Memberikan perlindungan kepada pasien terhadap tindakan dokter yang
sebenarnya

tidak

diperlukan

dan

secara

medic

tidak

ada

dasar

pembenarannya yang dilakukan tanpa sepengetahuan pasiennya.


2. Memberikan perlindungan hukum kpada dokter trhadap suatu kegagalan
dan bersifat negative,karena prosedur medic modern bukan tanpa resiko
dan pada setiap tindakan medic ada melekat suatu resiko (permenkes
no.290/menkes/per/III/2009 pasal 3)

JENIS-JENIS INFORMED CONSENT:


1.Implied consent( tersirat/ dianggap telah di berikan): persetujuan yang
diberikan pasien secara tersirat, tanpa pernyataan tegas.
2.expressed consent: persetujuan yang dinyatakan secara lisan atau tulisan, bila
yang akan dilakukan lebih dari prosedur pemeriksaan dan tindakan yang biasa.

SYARAT INFORMED CONSENT:

1.pasal 1320 KUHPerdata


2.adanya kesepakatan antaran kedua belah pihak uang bebas dari paksaan.
3.kedua belah pihak sepakat untuk membuat suatu perjanjian.
4.adanya suatu hal tertanda yang di perjanjikan.
5.perjanjian yang mengenai suatu sifat yang halal.
ISI INFORMED CONSENT:

Identitas pasien mencakup nama, umur, tanggal lahir ,alamat, no telpon.


Adanya pernyataan dirinya sendiri atau wakil kerabat dari si identitas
Pernyataan setuju/menolak untuk dilakukan tindakan medis berupa apa yg

akan dilakukan
Adanya penjelasan dari pasien bahwa pasien tersebut setuju /menolak

dilakukan tindakan medis tersebut


Tanda tangan dokter
Tanda tangan nama wali /dirinya sendiri
Saksi
Tanggal dan tempat dibuat pernyataan

PIHAK YANG BERHAK MEMBERIKAN PERSETUJUAN


Dalam Pedoman Persetujuan Tindakan medik hal ini diatur dalam pasal 7. yaitu :
a) Pasien sendiri, yaitu apabila pasien telah berumur 21 tahun atau telah menikah.
b) Bagi pasien dibawah umur 21 tahun, Persetujuan (informed consent) atau
Penolakan Tindakan Medik diberikan oleh mereka menurut hak sebagai berikut:
(1) Ayah / ibu kandung.
(2) Saudara-saudara kandung.
c) Bagi yang dibawah umur 21 tahun dan tidak mempunyai orang tua atau orang
tuanya berhalangan hadir, Persetujuan (informed consent) atau Penolakan
Tindakan Medis diberikan oleh mereka menurut urutan hak sebagai berikut :
(l) Ayah/ibu adopsi.
(2) Saudara-saudara kandung.

(3) Induk semang.


d) Bagi pasien dewasa dengan gangguan mental, Persetujuan (informed consent)
atau Penolakan Tindakan Medis diberikan oleh mereka menurut urutan hak
sebagai berikut :
( 1 ) Ayah/ibu kandung.
( 2 ) Wali yang sah.
( 3 ) Saudara-saudara kandung.
e) Bagi pasien dewasa yang berada dibawah pengampuan (curatelle), Persetujuan
atau Penolakan Tindakan Medik di berikan menurut urutan hak sebagai berikut:
(1) Wali.
(2) Curator.
f)

Bagi pasien dewasa yang telah menikah / orang tua, persetujuan atau
penolakan tindakan medis diberikan oleh mereka menurut urutan hak sebagai
berikut :
a. Suami/istri.
b. Ayah/ibu kandung.
c. Anak-anak kandung.
d. Saudara-saudara kandung.

CATATAN.
Yang dimaksud dengan beberapa pengertian dibawah ini berdasarkan Bab I butir
4 Pedoman Persetujuan Tindakan Medik :
l. Ayah : -Ayah kandung.
Termasuk "Ayah" adalah ayah angkat yang ditetapkan berdasarkan penetapan
pengadilan atau berdasarkan Hukum Adat.
2. Ibu

:-Ibu kandung.

Termasuk " lbu " adalah ibu angkat yang ditetapkan berdasarkan Hukum Adat.
3. Suami :- Seorang laki-laki yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang
perempuan berdasarkan peraturan perundang - undangan yang berlaku.
4. Istri :- Seorang perempuan yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang
lakilaki berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Apabila yang bersangkutan mempunyai lebih dari l (satu) isteri, persetujuan
/penolakan dapat dilakukan oleh salah satu dari mereka.
5. Wali: - Adalah yang menurut hukum menggantikan orang lain yang belum
dewasa untuk mewakilinya dalam melakukan perbuatan hukum atau yang menurut
hukum menggantikan kedudukan orang tua.
6. Induk semang : adalah orang yang berkewajiban untuk mengawasi serta ikut
bertanggung jawab terhadap pribadi orang lain seperti pimpinan asrama dari anak
perantauan atau kepala rumah tangga dari seorang pembantu rumah tangga yang
belum dewasa
SAKSI
Untuk menjaga kemanan dan kesahihan Persetujuan Tindakan Medik
diperlukan saksi dari pihak keluarga maupun dari rumah sakit. Mengenai
jumlahnya tidak ada pedoman khusus, namun biasanya ada 2 orang, yaitu satu
mewakili pasien dan satu mewakili rumah sakit. Tetapi hal ini tidak mutlak, dapat
saja dua-duanya dari pihak keluarga ataupun dari rumah sakit.

Landasan Hukum : UU NO.36 tahun 2009:


- UU kesehatan pasal 15 ayat 1
dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan pasien, dokter dapat
melakukan tindakan medis tertentu
Dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan apabila ;

Indikasi medis mengharuskan diambilnya tindakan.

Dilakukan

oleh

kewenangan

tenaga

sesuai

kesehatan

dengan

yang

tanggung

mempunyai

jawab

keahllian

profesi

dan

berdasarkan

pertimbangan tim ahli.


Mendapatkan persetujuan pasien atau keluarganya

- Pasal 7 ayat 2 & 3( Peraturan Mententeri Kesehatan tahun 1989 tentang


persetujuan tindakan medik)

Tim

medis

dibolehkan

untuk

melakukan

suatu

tindakan

untuk

menyelamatkan pasien dalam keadaan gawat darurat ana persetujuan


informed consent.
- Permenkes no.585 tahun 1989
dokter harus menjelaskan informasi/penjelasan kepada pasien atau keluarganya
diminta atau tidak diminta
- Berdasarkan lafal sumpah dokter
nyawa dan kesehatan pasien merupakan prioritas utama dokter

PENOLAKAN

INFORMED

CONSENT(

INFORMED

REFUSAL):

Apabila pasien menolak menandatangani informed consent pasien/keluarganya


harus menandatangani lembar informed refusal.
Dalam skenario ini prinsip-prinsip bioetika yang berperan dalam pengambilan
keputusan

dokter

untuk

melakukan

abortus

provokatus

adalah

prinsip

AUTONOMY DAN CONSENT.

KESIMPULAN:
Berdasarkan diskusi tutorial yang telah kami lakukan, kelompok kami
menyimpulkan bahwa tindakan dr, B.Sp.OG yang menyetujui pria dan nona
melakukan abortus provokatus melanggar norma hukum,etika kedokteran,dan
agama.

Dan dapat dipidana selama-lama nya 15tahun penjara atau pencabutan izin
praktek kerja dokter ataupun bidan dan tenaga kesehatan lain nya yang
melakukan tindakan abortus tanpa melakukan informed consent dan izin dari
wanita tersebut dan melanggar indikasi medis yang memperbolehkan abortus
dilakukan sesuai dengan UU kesehatan no.36 tahun 2009 pasal 75 ayat 1,2 dan 3
serta pasal 76.

DAFTAR PUSTAKA

Hanafiah, M.Jusuf, Amri Amir. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan.1999.Jakarta : EGC

http://www.aborsi.org
http://www.mui.com
Kamus Kedokteran Dorland / alih bahasa, Poppy Kumala[et al.]; copy editor edisi bahasa
Indonesia, Dyah Nuswantari. Ed. 25.- Jakarta : EGC, 1998
Samil, Ratna Suprapti, Prof.dr.Sp.OG.Etika Kedokteran Indonesia.2001. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Undang-Undang Kesehatan dan Undang-Undang Psikotropika. 1997/1998. Departemen
Kehakiman Republik Indonesia

Você também pode gostar