Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
KELOMPOK 1
Luzman Hizrian
G1A110001
Nella Rosyiah
G1A110012
G1A110022
Putri Rezki
G1A110028
G1A110029
Ely Kartika
G1A110030
G1A110038
Septiawan P. M.
G1A110044
Dwi Eryanto
G1A110051
Wiwik Selviana
Regina Wulandari
G1A110052
G1A110057
Dosen Pembimbing :
dr. H. Abdul Hamid Syam
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JAMBI
2010/2011
SKenario 2
Pria dan nona sepasang kekasih datang ke praktek pribadi dr. B, Sp.OG. pria
mengaku Nona
pengguguran kandungan Nona, yang baru berusia 18tahun dan masih duduk di
bangku sekolah SMU. Nona juga bersedia melakukan pengguguran kandungan.
Hasil pemeriksaan menunjukkan kehamilan baru berusia 8 minggu. Dengan
beralasan kondisi psikologis pria dan nona yang masih muda dan belum siap untuk
merawat anak, dr.B, Sp.OG bersedia melakukan pengguguran kandungan dengan
sebelumnya meminta persetujuan dan tanda tangan pria dan nona pada lembar
informed consent.
KLARIFIKASI ISTILAH
1. Sp.OG: gelar yang di dapatkan oleh dokter yang telah menyelesaian pendidikan
spesialis di bidang kebidanan dan kandungan.
2. Pengguguran kandungan: mengeluarkan janin dengan sengaja sebelum waktunya.
3. Psikologis: ilmu yang berkaitan dengan mental baik normal maupun upnormal
dan pengaruhnya pada prilaku.
4. Kehamilan: proses pembuahan sperma dan ovum di dalam rahim ataupun di luar
rahim sehingga terbentuk nya janin.
5. Praktek pribadi: tempat pelayanan kedokteran kesehatan yang di lakukan
secara
pribadi
oleh
seorang
dokter
setelah
mendapatkan
surat
izin
praktek(SIP).
6. Informed consent: persetujuan yang diberikan pasien/keluarganya atas suatu
tindakan medis tertentu setelah mendapatkan informasi/penjelasan dari
dokter.
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Pria dan nona meminta dr, B. SpOG untuk melakukan penguguran kandungan .
2. Nona bersedia melakukan penguguran.
3. Dengan beralasan kondisi psikologis pria dan nona yang masih muda dan belum
siap untuk merawat anak, dr.B, Sp.OG bersedia melakukan pengguguran
kandungan dengan sebelumnya meminta persetujuan dan tanda tangan pria dan
Nona pada lembar informed consent.
ANALISIS MASALAH
1. Pria dan nona meminta dr, B. SpOG untuk melakukan penguguran kandungan
(aborsi).
a. Sebutkan landasan hukum yang mengatur tentang aborsi?
b. Apa dampak aborsi?
c. Apa syarat aborsi legal?
d. Apa saja metode para medis dalam melakukan aborsi?
e. Bagaimana pandangan dari aspek agama, kesehatan,hukum, dan etika tentang
aborsi di dalam kasus ini?
f. Apa sanksi dari tindakan aborsi?
3. Dengan beralasan kondisi psikologis pria dan nona yang masih muda dan belum
siap untuk merawat anak, dr.B, Sp.OG bersedia melakukan pengguguran
kandungan dengan sebelumnya meminta persetujuan dan tanda tangan pria dan
Nona pada lembar informed consent.
HIPOTESIS:
tindakan dr, B.Sp.OG yang menyetujui pria dan nona melakukan abortus
provokatus melanggar norma hukum,etika kedokteran,dan agama.
MIND MAPPING
ISI
SINTESIS
ABORTUS
Abortus adalah suatu tindakan mengakhiri proses kehamilan sebelum usia janin
22 minggu atau belum mencapai 500gram.
Jenis-jenis abortus:
Aborsi memiliki beberapa jenis , yaitu :
1. Spontan (spontaneous abortion) adalah aborsi yang berlangsung tanpa
tindakan apapun atau terjadi secara lamiah. Kebanyakan disebabkan kurang
baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.
Abortus imminen
Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum
20 minggu, di mana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa
adanya dilatasi serviks..
Abortus insipien
Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum
20 minggu, dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi
hasil konsepsi masih berada di dalam uterus.
Abortus inkomplit
Peristiwa pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum
20 minggu, dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus
Abortus komplit
Terjadinya pengeluaran lengkap seluruh jaringan konsepsi sebelum usia
kehamilan 20 minggu.
Missed abortion
Kematian janin sebelum 20 minggu, tetapi tidak dikeluarkan selama 8
minggu atau lebih.
Abortus habitualis
Abortus spontan yang terjadi pada tiga atau lebih kehamilan secara
berturut-turut, pada tingkat perkembangan yang kurang lebih sama
Blighted ovum
Abortus infeksiosa
2. Buatan (induced abortion, abortus provokatus) merupakan pengakhiran
kehamilan sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh
calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter, bidan, maupun
dukun beranak)
Abortus terapeticus
Pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi medik
Abortus criminalis
Pengakhiran kehamilan sebagai suatu akibat tindakan pengguguran
kandungan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si
pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau dukun beranak) tanpa
adanya indikasi medis.
Contohnya: pengguguran, aborsi, aborsi provokatus.
Abortus buatan terbagi lagi menjadi 2, yaitu:
abortus legal(indikasi medis)
abortus illegal(tanpa indikasi medik)
Tentu saja tindakan dr.B, Sp.OG, Nn.X dan Ny. A ini melanggar hukum
maupun etika kedokteran. Menurut hukum-hukum yang berlaku di Indonesia,
aborsi atau pengguguran janin yang dilakukan dr.B, Sp.OG, Nn.X dan Ny.A
termasuk tindak kejahatan, yang dikenal dengan istilah Abortus Provocatus
Criminalis
Adanya indikasi medis pada wanita hamil yang menimbulkan resiko pada
wanita tersebut.
2.
3.
Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum, dan
psikologi).
4.
Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga
terdekat.
5.
6.
7.
METODE ABORTUS:
1. Metode penyedotan (Suction Curettage)
Aborsi ini dilakukan dengan mesin penyedot bertenaga kuat yang dimasukkan ke
dalam rahim. Saat melakukan itu, mulut rahim sengaja dibuat renggang untuk
membuat janin luruh dan ari-ari (plasenta) terlepas dari dinding rahim. Dengan
metode ini, si pelaku aborsi berisiko menderita robek rahim yang disebabkan
salah sedot. Jika itu terjadi, maka wanita itu akan mengalami pendarahan hebat.
Akibatnya, pelaku aborsi terpaksa menjalani pengangkatan rahim, atau terkena
radang jika masih ada sisa-sisa plasenta atau bagian dari janin yang tertinggal di
dalam rahim. Dan, akhirnya bisa berujung pada kematian.
2. Teknik dilatasi dan kuret
Cara ini mulut rahim dibuka atau dimekarkan dengan paksa. Kondisi ini untuk
memasukkan pisau baja tajam dan menyebabkan bagian tubuh janin terpotong
berkeping-keping dan plasenta dikerok dari dinding rahim. Teknik ini bisa
membuat aka pasien akan kehilangan darah yang jumlahnya jauh lebih banyak
dibanding teknik penyedotan, dan juga dapat menderita perobekan dan radang
padarahim.
TAHAP-TAHAP MELAKUKAN ABORSI:
1. Janin di bunuh dengan cara ditusuk atau ditemukan di dalam kandungan.
2. janin di potong-potong tubuhnya, agar mudah dikeluarkan.
3. potongan janin di keluarkan kandungan satu per Satu
4. Potongan-potongan disusun kembali untuk memastikan lengkap dan tidak
tersisa
5. Potongan-potongan bayi kemudian dibuang ke tempat sampah/sungai, dikubur
di tanah kosong, atau dibakar di tungku
RESIKO ABORSI
Aborsi memiliki
resiko
yang
tinggi
terhadap
kesehatan
maupun
keselamatan seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang
melakukan aborsi ia tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang.
Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama
mereka yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang
sudah terjadi.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi
kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki
dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita.
Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai Post-Abortion Syndrome
(Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam Psychological
Reactions Reported After Abortion di dalam penerbitan The Post-Abortion
Review (1994).
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal
seperti berikut ini:
1.
2.
Berteriak-teriak histeris
3.
4.
5.
6.
itu
sebagai
mata
pencaharian/kebiasaan/kalau
ia
seorang
Kalau yang bersalah melakukan kejahatan itu dalam pekerjaannya, maka dapat
di cabut izin prakteknya.
UU kes. No.36 tahun 2009
Pasal 75:
~setiap orang dilarang melakukan aborsi.
~larangan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dapat dikecualikan sebagai
berikut:
1. Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan,
baik mengancam nyawa ibu/janin, yang menderita penyakit genetik
berat/cacat
bawaan,
maupun
yang
tidak
diperbaiki
sehingga
ataupun mengakibatkan kematian pada wanita itu maka ia dipidana selamalamanya 15tahun penjara.
pasal 348: barang siapa dengan sengaja menyebabkan gugur/mati kandungan
nya dengan izin wanita itu dipidana penjara maksimal 5tahun 6 bulan, jika
perbuatan tersebut menyebabkan kematian maka akan dipidana maksimal
7tahun penjara.
Pasal 349:bila seorang dokter,bidan, juru obat membantu kejahatan tersebut
dalam pasal 346 bersalah melakukan/membantu salah satu kejahatan
diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka akan dicabut hak pekerjaan nya.
PANDANGAN ASPEK ETIKA:
1.lafal sumpah dokter :
dokter harus menghormati setiap makhluk hidup insani mulai dari saat
pembuahaan.
2. kodeki pasal 7d:
dokter harus senantiasa mengingat kewajiban nya untuk melindung hidup
makhluk insani.
ASPEK AGAMA: islam tidak membolehkan melakukan tindakan aborsi
berdasarkan surat (QS.17ayat 70).
Al-Quran & Aborsi Umat Islam percaya bahwa Al-Quran adalah UndangUndang paling utama bagi kehidupan manusia. Allah berfirman: Kami menurunkan
Al-Quran kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu. (QS 16:89) Jadi, jelaslah
bahwa ayat-ayat yang terkandung didalam Al-Quran mengajarkan semua umat
tentang hukum yang mengendalikan perbuatan manusia.
Tidak ada satupun ayat didalam Al-Quran yang menyatakan bahwa aborsi
boleh dilakukan oleh umat Islam. Sebaliknya, banyak sekali ayat-ayat yang
menyatakan bahwa janin dalam kandungan sangat mulia. Dan banyak ayat-ayat
yang menyatakan bahwa hukuman bagi orang-orang yang membunuh sesama
manusia adalah sangat mengerikan.
Pertama: Manusia - berapapun kecilnya - adalah ciptaan Allah yang mulia.
Agama Islam sangat menjunjung tinggi kesucian kehidupan. Banyak sekali ayatayat dalam Al-Quran yang bersaksi akan hal ini. Salah satunya, Allah berfirman:
Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan umat manusia.(QS 17:70)
Kedua: Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua orang.
Menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan menyelamatkan semua orang.
Didalam agama Islam, setiap tingkah laku kita terhadap nyawa orang lain, memiliki
dampak yang sangat besar. Firman Allah: Barang siapa yang membunuh seorang
manusia, bukan karena sebab-sebab yang mewajibkan hukum qishash, atau bukan
karena kerusuhan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia
seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara keselamatan nyawa seorang
manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara keselamatan nyawa manusia
semuanya. (QS 5:32)
Ketiga: Umat Islam dilarang melakukan aborsi dengan alasan tidak memiliki
uang yang cukup atau takut akan kekurangan uang. Banyak calon ibu yang masih
muda beralasan bahwa karena penghasilannya masih belum stabil atau
tabungannya belum memadai, kemudian ia merencanakan untuk menggugurkan
kandungannya. Alangkah salah pemikirannya. Ayat Al-Quran mengingatkan akan
firman Allah yang bunyinya: Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena
takut melarat. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu juga.
Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa yang besar. (QS 17:31)
Keempat: Aborsi adalah membunuh. Membunuh berarti melawan terhadap
perintah Allah. Membunuh berarti melakukan tindakan kriminal. Jenis aborsi yang
dilakukan dengan tujuan menghentikan kehidupan bayi dalam kandungan tanpa
alasan medis dikenal dengan istilah abortus provokatus kriminalis yang
merupakan tindakan kriminal tindakan yang melawan Allah. Al-Quran
menyatakan: Adapun hukuman terhadap orang-orang yang berbuat keonaran
terhadap Allah dan RasulNya dan membuat bencana kerusuhan di muka bumi
ialah: dihukum mati, atau disalib, atau dipotong tangan dan kakinya secara
bersilang, atau diasingkan dari masyarakatnya. Hukuman yang demikian itu
sebagai suatu penghinaan untuk mereka di dunia dan di akhirat mereka mendapat
siksaan yang pedih. (QS 5:36)
Kelima: Sejak kita masih berupa janin, Allah sudah mengenal kita.
Sejak kita masih sangat kecil dalam kandungan ibu, Allah sudah mengenal kita. AlQuran menyatakan:Dia lebih mengetahui keadaanmu, sejak mulai diciptakaNya
unsur tanah dan sejak kamu masih dalam kandungan ibumu.(QS: 53:32) Jadi,
setiap janin telah dikenal Allah, dan janin yang dikenal Allah itulah yang dibunuh
dalam proses aborsi.
Keenam: Tidak ada kehamilan yang merupakan kecelakaan atau kebetulan.
Setiap janin yang terbentuk adalah merupakan rencana Allah. Allah menciptakan
manusia dari tanah, kemudian menjadi segumpal darah dan menjadi janin. Semua
ini tidak terjadi secara kebetulan. Al-Quran mencatat firman Allah: Selanjutnya
Kami dudukan janin itu dalam rahim menurut kehendak Kami selama umur
kandungan. Kemudian kami keluarkan kamu dari rahim ibumu sebagai bayi. (QS
22:5) Dalam ayat ini malah ditekankan akan pentingnya janin dibiarkan hidup
selama umur kandungan. Tidak ada ayat yang mengatakan untuk mengeluarkan
janin sebelum umur kandungan apalagi membunuh janin secara paksa!
INFORMED CONSENT
tidak
diperlukan
dan
secara
medic
tidak
ada
dasar
akan dilakukan
Adanya penjelasan dari pasien bahwa pasien tersebut setuju /menolak
Bagi pasien dewasa yang telah menikah / orang tua, persetujuan atau
penolakan tindakan medis diberikan oleh mereka menurut urutan hak sebagai
berikut :
a. Suami/istri.
b. Ayah/ibu kandung.
c. Anak-anak kandung.
d. Saudara-saudara kandung.
CATATAN.
Yang dimaksud dengan beberapa pengertian dibawah ini berdasarkan Bab I butir
4 Pedoman Persetujuan Tindakan Medik :
l. Ayah : -Ayah kandung.
Termasuk "Ayah" adalah ayah angkat yang ditetapkan berdasarkan penetapan
pengadilan atau berdasarkan Hukum Adat.
2. Ibu
:-Ibu kandung.
Termasuk " lbu " adalah ibu angkat yang ditetapkan berdasarkan Hukum Adat.
3. Suami :- Seorang laki-laki yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang
perempuan berdasarkan peraturan perundang - undangan yang berlaku.
4. Istri :- Seorang perempuan yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang
lakilaki berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Apabila yang bersangkutan mempunyai lebih dari l (satu) isteri, persetujuan
/penolakan dapat dilakukan oleh salah satu dari mereka.
5. Wali: - Adalah yang menurut hukum menggantikan orang lain yang belum
dewasa untuk mewakilinya dalam melakukan perbuatan hukum atau yang menurut
hukum menggantikan kedudukan orang tua.
6. Induk semang : adalah orang yang berkewajiban untuk mengawasi serta ikut
bertanggung jawab terhadap pribadi orang lain seperti pimpinan asrama dari anak
perantauan atau kepala rumah tangga dari seorang pembantu rumah tangga yang
belum dewasa
SAKSI
Untuk menjaga kemanan dan kesahihan Persetujuan Tindakan Medik
diperlukan saksi dari pihak keluarga maupun dari rumah sakit. Mengenai
jumlahnya tidak ada pedoman khusus, namun biasanya ada 2 orang, yaitu satu
mewakili pasien dan satu mewakili rumah sakit. Tetapi hal ini tidak mutlak, dapat
saja dua-duanya dari pihak keluarga ataupun dari rumah sakit.
Dilakukan
oleh
kewenangan
tenaga
sesuai
kesehatan
dengan
yang
tanggung
mempunyai
jawab
keahllian
profesi
dan
berdasarkan
Tim
medis
dibolehkan
untuk
melakukan
suatu
tindakan
untuk
PENOLAKAN
INFORMED
CONSENT(
INFORMED
REFUSAL):
dokter
untuk
melakukan
abortus
provokatus
adalah
prinsip
KESIMPULAN:
Berdasarkan diskusi tutorial yang telah kami lakukan, kelompok kami
menyimpulkan bahwa tindakan dr, B.Sp.OG yang menyetujui pria dan nona
melakukan abortus provokatus melanggar norma hukum,etika kedokteran,dan
agama.
Dan dapat dipidana selama-lama nya 15tahun penjara atau pencabutan izin
praktek kerja dokter ataupun bidan dan tenaga kesehatan lain nya yang
melakukan tindakan abortus tanpa melakukan informed consent dan izin dari
wanita tersebut dan melanggar indikasi medis yang memperbolehkan abortus
dilakukan sesuai dengan UU kesehatan no.36 tahun 2009 pasal 75 ayat 1,2 dan 3
serta pasal 76.
DAFTAR PUSTAKA
Hanafiah, M.Jusuf, Amri Amir. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan.1999.Jakarta : EGC
http://www.aborsi.org
http://www.mui.com
Kamus Kedokteran Dorland / alih bahasa, Poppy Kumala[et al.]; copy editor edisi bahasa
Indonesia, Dyah Nuswantari. Ed. 25.- Jakarta : EGC, 1998
Samil, Ratna Suprapti, Prof.dr.Sp.OG.Etika Kedokteran Indonesia.2001. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Undang-Undang Kesehatan dan Undang-Undang Psikotropika. 1997/1998. Departemen
Kehakiman Republik Indonesia