Você está na página 1de 26

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Pengertian Tekanan Darah dan Hipertensi

2.1.1. Pengertian Tekanan Darah


Tekanan darah adalah desakan darah terhadap dinding-dinding arteri ketika
darah tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Tekanan darah mirip dengan
tekanan dari air (darah) di dalam pipa air (arteri). Makin kuat aliran yang keluar dari
keran (jantung) makin besar tekanan dari air terhadap dinding pipa. Jika pipa tertekuk
atau mengecil diameternya (seperti pada atherosklerosis), maka tekanan akan sangat
meningkat.11
Pada umumnya tekanan darah bergantung pada beberapa faktor berikut: 12
1.

Banyaknya darah yang dialirkan

2.

Banyaknya darah yang ada di perifer

3.

Elastisitas pembuluh darah

4.

Kepekatan darah (viskositas)

5.

Tekanan darah di perifer.


Tekanan darah berubah-ubah sepanjang hari, sesuai dengan situasi. Tekanan

darah akan meningkat dalam keadaan gembira, cemas, atau sewaktu melakukan
aktivitas fisik. Setelah situasi ini berlalu, tekanan darah akan kembali menjadi
normal. Apabila tekanan darah tetap tinggi, maka disebut sebagai hipertensi atau
tekanan darah tinggi.11
Sesuai dengan kebiasaan yang dikerjakan di praktek klinik dan laboratorium,
maka tekanan darah diukur dengan manometer air raksa dalam satuan milimeter air

Universitas Sumatera Utara

raksa atau mmHg.13 Pengukuran tekanan darah menggunakan alat yang disebut
sfignomanometer. Manset dari sfignomanometer diletakkan di atas arteri brakialis.
Stetoskop juga digunakan untuk mendengar denyut. Tekanan dinaikkan hingga tidak
terdengar denyut lagi. Hal ini terjadi karena tekanan manset melebihi tekanan darah
sehingga arteri terjepit dan tidak ada darah yang mengalir di dalamnya. Kemudian,
secara perlahan-lahan tekanan manset dikurangi sehingga terdengar bunyi dup
pertama (Korotkoff I). Denyut pertama ini menggambarkan tekanan darah sistolik
dan pada saat ini pembuluh darah yang sebelumnya tidak teraliri darah mulai
mengalirkan darah kembali. Denyutan terdengar disebabkan penyempitan pembuluh
darah mengakibatkan aliran laminar/ turbulen dari darah yang perlahan memasuki
pembuluh darah. Ketika tekanan manset terus diturunkan secara perlahan, bunyi
denyut juga akan terdengar menurun sehingga akhirnya menghilang. Bunyi denyut
terakhir menggambarkan tekanan darah diastolik (Korotkoff V). Bunyi denyut
akhirnya menghilang karena tekanan manset telah turun di bawah tekanan pembuluh
darah sehingga tidak ada tahanan lagi. Tekanan darah ini sangat penting dalam sistem
sirkulasi darah dan selalu diperlukan untuk daya dorong mengalirnya darah di dalam
arteri, arteriola, kapiler, dan sistem vena sehingga terbentuklah suatu aliran darah
yang menetap. 14
Tekanan normal darah pada orang dewasa sangat bervariasi. Tekanan darah
terdiri dari tekanan sistolik yang berkisar antara 95 sampai dengan 140 mmHg, dan
tekanan ini dapat meningkat dengan bertambahnya usia. Di lain pihak tekanan
diastolik berkisar antara 60 sampai dengan 90 mmHg. Walaupun demikian tekanan
darah pada umumnya berkisar pada rata-rata nilai normal sekitar 120 mmHg untuk

Universitas Sumatera Utara

tekanan sistolik dan 80 mmHg untuk tekanan diastolik. Kedua tekanan tersebut
merupakan tekanan yang dihasilkan oleh aktivitas kerja jantung sebagai pompa dan
menyebabkan darah mengalir di dalam sistem arteri secara terus-menerus tiada hentihentinya.13
Terdapat dua macam kelainan tekanan darah, antara lain dikenal sebagai
hipertensi atau tekanan darah tinggi dan hipotensi atau tekanan darah rendah. Pada
umumnya yang lebih banyak dihubungkan dengan kelainan tekanan darah adalah
hipertensi, sedangkan hipotensi sering kali dihubungkan dengan kasus syok. 13
2.1.2. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah desakan darah yang berlebihan dan hampir konstan pada
arteri. Tekanan dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa darah. Hipertensi
berkaitan dengan kenaikan tekanan diastolik, tekanan sistolik, atau kedua-duanya
secara terus-menerus. Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan pada
arteri bila jantung berkontraksi (denyut jantung). Tekanan darah diastolik berkaitan
dengan tekanan dalam arteri bila jantung berada dalam keadaan relaksasi di antara
dua denyutan.11
Hipertensi merupakan penyakit kronik degeneratif yang banyak dijumpai
dalam praktek klinik sehari-hari.15 Menurut Joint National Committe on Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure tahun 2003, hipertensi adalah
tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat
keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah tinggi sampai maligna.
Keadaan ini dikategorikan sebagai primer/ esensial (hampir 90% dari semua kasus)

Universitas Sumatera Utara

atau sekunder, terjadi sebagai akibat dari kondisi patologi yang dapat dikenali, sering
kali dapat diperbaiki.16
Peningkatan tekanan darah memberikan gejala yang akan berlanjut ke suatu
organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner (untuk pembuluh
darah jantung), dan hipertrofi ventrikel kanan (untuk otot jantung). Hipertensi
menjadi penyebab utama stroke yang membawa kematian yang tinggi, dengan target
organ di otak yang berupa stroke.17
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa
cara:18
1.

Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada
setiap detiknya.

2.

Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga tidak


dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut.
Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh
yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah
yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan
kaku karena atherosklerosis.

3.

Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya


tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga
tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume
darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat.

Universitas Sumatera Utara

muda tetapi
Batasan
masahipertensi
tua memang
sulitditandai
untuk dirumuskan,
dengan berbagai
biasanya
kemunduran
secara arbitrary.
fungsi tubuh.
Karena
bentuk kurva itu
Kemunduran
seperti
bersifat
bel dan
fisiologis
kontinyu,
dan maka
berjalan
tidak
secara
ada alamiah.
batas jelasHingga
antarasaat
normotensi
ini belum
dan
hipertensi.
Batasan
(definisi)
hipertensi
hanya dapat
operasional.
19
ada obat
atau cara
pencegahan
penurunan
fisiologis
padadibuat
lansia.secara
Tapi tetap
saja
Menurut
Joint
National
Commitee
20
mungkinKlasifikasi
untuk sehatHipertensi
pada lansia.
Hal-hal
yang
bisa dilakukan
dan(JNC)
harus VII:
senantiasa
dilakukan
Tabel
2.1. untuk
Klasifikasi
tetap Hipertensi
sehat pada lansia adalah menjaga kesehatan dengan baik,
Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
(mmHg)(mmHg)
mengonsumsi makanan
yang bergizi, berolahraga teratur sesuai usia, menjauhkan
Normal<120dan <80
Prehipertensi120-139atau 80-89
pikiran dari pengaruh lingkungan yang negatif, dan secara periodik berkonsultasi
Hipertensi Stadium 1140-159atau 90-99
Hipertensi
10022
pada dokterStadium
minimal2160atau
3 bulan sekali.

2.2.
2.3.

Lanjut Usia
Posyandu Lansia

2.2.1. Pengertian Lansia


Posyandu adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Proses menua adalah proses yang terus-menerus (berlanjut) secara alamiah,
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan
dimulai sejak lahir dan umum dialami pada semua makhluk hidup. Lansia bukanlah
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
suatu penyakit, melainkan suatu masa atau tahap hidup manusia (bayi, kanak-kanak,
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
dewasa, tua, lanjut usia).21
memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Posyandu direncanakan dan dikembangkan
Batasan-batasan lansia menurut WHO, meliputi:16
oleh kader bersama Kepala Desa dan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa
a.
Usia pertengahan (middle age), antara 45 sampai 59 tahun
(LKMD). Kader adalah anggota masyarakat yang dipilih dari dan oleh masyarakat
b.
Lanjut usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun
setempat yang disetujui oleh LKMD dengan syarat mau dan mampu bekerja secara
c.
Lanjut usia tua (old), antara 75 dan 90 tahun
sukarela, dapat membaca dan menulis huruf latin, dan mempunyai cukup waktu untuk
d.
Usia sangat tua (very old), di atas 90 tahun.
bekerja bagi masyarakat.23
2.2.2. Kesehatan Lansia
Posyandu lansia adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan
Pada umumnya usia tua penuh dengan berbagai gangguan kesehatan. Hal itu
terhadap lansia di tingkat desa/ kelurahan di masing-masing wilayah kerja puskesmas.
terjadi bukan hanya karena keteledoran orang untuk menjaga kesehatan sejak masa
Keterpaduan dalam posyandu lansia berupa keterpaduan pada pelayanan yang

Universitas Sumatera Utara

dilatarbelakangi oleh kriteria lansia yang memiliki berbagai macam penyakit. Dasar
pembentukan posyandu adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
terutama lansia.24
Adapun tujuan umum posyandu lansia adalah untuk meningkatkan derajat
kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk mencapai masa tua yang bahagia dan
berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.25

Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap lansia,


mekanisme pelaksanaan kegiatan yang sebaiknya digunakan adalah sistem 5 tahapan
(5 meja) sebagai berikut:25
1. Tahap pertama: pendaftaran anggota posyandu lansia sebelum pelaksanaan
pelayanan.
2. Tahap kedua: pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan lansia serta
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.
3. Tahap ketiga: pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan, dan pemeriksaan
status mental.
4. Tahap keempat: pemeriksaan air seni dan kadar darah (laboratorium sederhana).
5. Tahap kelima: pemberian penyuluhan dan konseling.

2.4.

Patofisiologi Hipertensi Pada Lansia


Dimulai dengan atherosklerosis, gangguan struktur anatomi pembuluh darah

perifer yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah. Kekakuan pembuluh darah
disertai dengan

penyempitan

dan

kemungkinan

pembesaran

plague

yang

menghambat gangguan peredaran darah perifer. Kekakuan dan kelambanan aliran

Universitas Sumatera Utara

darah menyebabkan beban jantung bertambah berat yang akhirnya dekompensasi


dengan peningkatan upaya pemompaan jantung yang memberikan gambaran
peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi.17
Tekanan darah tinggi biasa ditemui pada pasien yang sudah berusia lanjut
(lansia). Hal ini erat hubungannya dengan proses menua pada seseorang. Di sini
terjadi perubahan berupa berkurangnya elastisitas pembuluh darah, sehingga terjadi
kekakuan pembuluh darah. Keadaan ini diperberat dengan terjadinya penimbunan
lemak di lapisan dalam pembuluh darah. Tekanan darah tinggi pada orang lansia yang
sering tampak adalah bagian sistol, atau yang terekam paling atas dari alat pengukur
tekanan darah.22
Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik
terisolasi (HST), dan pada umumnya merupakan hipertensi primer. Adanya
hipertensi, baik HST maupun kombinasi sistolik dan diastolik merupakan faktor
risiko morbiditas dan mortalitas untuk orang lanjut usia.26

2.5.

Klasifikasi Hipertensi
Dikenal berbagai pengelompokan hipertensi:

1.

Menurut kausanya
a. Hipertensi esensial (hipertensi primer), adalah hipertensi yang penyebabnya
tidak

diketahui. Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi. Hipertensi

esensial kemungkinan disebabkan oleh beberapa perubahan pada jantung dan


pembuluh

darah

yang

kemungkinan

bersama-sama

menyebabkan

meningkatnya tekanan darah.27 Hipertensi esensial merupakan penyakit

Universitas Sumatera Utara

multifaktor yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Pengaruh


faktor gentik ini sangat bervariasi, dilaporkan sekitar 15% pada populasi
tertentu sampai dengan 60% pada populasi lainnya. Faktor lingkungan yang
mempengaruhi tekanan darah antara lain obesitas, stres, peningkatan asupan
natrium, konsumsi alkohol yang berlebihan, dan lain-lain.28 Pada hipertensi
esensial, diastolik meninggi saat berdiri, penurunan menunjukkan hipertensi
sekunder.29
b. Hipertensi sekunder, adalah jika penyebabnya diketahui. Pada sekitar 510% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 12%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu
(misalnya pil KB).27 Hipertensi sekunder juga bisa disebabkan oleh penyakit/
keadaan seperti feokromositoma, hiperaldosteronisme primer (sindroma
Conn), dan sindroma Cushing.28
2.

Menurut gangguan tekanan darah


a. Hipertensi sistolik; peninggian tekanan darah sistolik saja
b. Hipertensi diastolik; peninggian tekanan diastolik.17

3.

Menurut beratnya atau tingginya peningkatan tekanan darah


a. Hipertensi ringan
b. Hipertensi sedang
c. Hipertensi berat.17

Universitas Sumatera Utara

2.6.

Gejala Hipertensi
Hipertensi adalah penyakit yang biasanya tanpa gejala.30 Namun demikian,

secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan
dengan tekanan darah tinggi. Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan
dari hidung, pusing, wajah kemerahan, dan kelelahan, yang bisa saja terjadi baik pada
penderita hipertensi maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.27
Retina merupakan bagian tubuh yang secara langsung bisa menunjukkan
adanya efek dari hipertensi terhadap arteriola (pembuluh darah kecil). Dengan
anggapan bahwa perubahan yang terjadi di dalam retina mirip dengan perubahan
yang terjadi di dalam pembuluh darah lainnya di dalam tubuh, seperti ginjal. Untuk
memeriksa retina, digunakan suatu oftalmoskop. Dengan menentukan derajat
kerusakan retina (retinopati), maka bisa ditentukan beratnya hipertensi.27
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, maka dapat
menunjukkan gejala sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, dan
pandangan menjadi kabur. 27

2.7.

Komplikasi Hipertensi
Tekanan darah tinggi apabila tidak diobati dan ditanggulangi, maka dalam

jangka panjang akan terjadi komplikasi serius pada organ-organ sebagai berikut,
yaitu:
a..

Jantung
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung dan

penyakit jantung koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung akan

Universitas Sumatera Utara

meningkat, otot jantung akan menyesuaikan sehingga terjadi pembesaran jantung dan
semakin lama otot jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, yang
disebut dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak mampu lagi memompa dan
menampung darah dari paru sehingga banyak cairan tertahan di paru maupun jaringan
tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak nafas atau oedema. Kondisi ini disebut
gagal jantung.5
b.

Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan risiko stroke.5 Tekanan darah

tinggi dapat menyebabkan dua jenis stroke, yaitu stroke iskemik dan stroke
hemoragik. Jenis stroke yang paling sering (sekitar 80% kasus) adalah stroke
iskemik. Stroke ini terjadi karena aliran darah di arteri otak terganggu. Otak menjadi
kekurangan oksigen dan nutrisi. Stroke hemoragik (sekitar 20% kasus) timbul saat
pembuluh darah di otak atau di dekat otak pecah. Penyebab utamanya adalah tekanan
darah tinggi yang persisten. Hal ini menyebabkan darah meresap ke ruang di antara
sel-sel otak. Walaupun stroke hemoragik tidak sesering stroke iskemik, namun
komplikasinya dapat menjadi lebih serius.31
c.

Ginjal
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan sistem
penyaringan di dalam ginjal, akibatnya lambat laun ginjal tidak mampu membuang
zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi
penumpukan di dalam tubuh.5

Universitas Sumatera Utara

d.

Mata
Tekanan darah tinggi dapat mempersempit atau menyumbat arteri di mata,

sehingga menyebabkan kerusakan pada retina (area pada mata yang sensitif terhadap
cahaya). Keadaan ini disebut penyakit vaskular retina. Penyakit ini dapat
menyebabkan kebutaan dan merupakan indikator awal penyakit jantung.31

2.8.

Epidemiologi Hipertensi

2.8.1. Distribusi Penderita Hipertensi


a.

Distribusi Penderita Hipertensi Berdasarkan Orang


Tekanan darah tinggi lumrah bagi pasien yang sudah berusia lanjut (lansia).

Ini karena terjadinya pengapuran pada dinding pembuluh darah bagian dalam. Hal ini
karena sebelumnya terjadi pengendapan lemak di dinding pembuluh darah.22
Berdasarkan hasil Riskesdas Balitbangkes tahun 2007, hipertensi tampak meningkat
sesuai peningkatan umur responden. Prevalensi hipertensi pada responden yang
berumur 45-54 tahun (42,40%), 55-64 tahun (53,70%), 65-74 tahun (63,50%), dan
>75 tahun (67,30%).32
Pada populasi umum kejadian tekanan darah tinggi tidak terdistribusi secara
merata. Hingga usia 55 tahun lebih banyak ditemukan pada pria. Namun setelah
terjadi menopause (biasanya setelah usia 50 tahun), tekanan darah pada wanita
meningkat terus, hingga usia 75 tahun tekanan darah tinggi lebih banyak ditemukan
pada wanita daripada pria.17 Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Balitbangkes tahun 2007, prevalensi hipertensi (pada kelompok umur >18 tahun)
pada pria (31,30%) dan pada wanita (31,90%).32

Universitas Sumatera Utara

Tekanan darah tinggi sangat sering terjadi pada orang berkulit hitam, yaitu 3 kali
lebih sering dibandingkan orang berkulit putih. Perbedaan ini timbul akibat perbedaan
genetik kedua populasi tersebut. Hipertensi pada orang keturunan Afrika lebih sensitif
terhadap garam dalam pola makan, yang diperkirakan berkaitan dengan sistem reninangiotensin. Orang berkulit hitam memiliki kadar renin yang lebih rendah. 31

Berdasarkan hasil penelitian Yulia (2010) yang dilakukan di Posyandu Lansia


wilayah kerja Puskesmas Sering Medan Tembung, diketahui bahwa prevalensi
hipertensi pada kelompok lansia yang bekerja (31,58%) dan pada kelompok yang
tidak bekerja (37,88%). Berdasarkan hasil penelitian yang sama, diketahui bahwa
prevalensi hipertensi pada kelompok lansia yang memiliki kebiasaan merokok
(70,97%) dan pada kelompok yang tidak memiliki kebiasaan merokok (20,55%). 10
b.

Distribusi Penderita Hipertensi Berdasarkan Tempat


Saat ini terdapat kecenderungan pada masyarakat perkotaan lebih banyak

menderita hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal ini antara lain


dihubungkan dengan adanya gaya hidup masyarakat kota yang berhubungan dengan
risiko hipertensi seperti stres, obesitas (kegemukan), kurangnya olah raga, merokok,
alkohol, dan makan makanan yang tinggi kadar lemaknya. Perubahan gaya hidup
seperti perubahan pola makan menjurus ke sajian siap santap yang mengandung
banyak lemak, protein, dan garam tinggi tetapi rendah serat pangan, membawa
konsekuensi sebagai salah satu faktor berkembangnya penyakit degeneratif seperti
hipertensi.9 Tetapi hal ini sedikit berbeda dengan hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007, yang menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi
di perkotaan (30,80%) dan di pedesaan (32,20%).32 Berdasarkan hasil penelitian

Universitas Sumatera Utara

Yulia (2010), didapatkan bahwa prevalensi hipertensi di Posyandu Lansia wilayah


kerja Puskesmas Sering Medan Tembung tahun 2010 adalah 35,58%.10
c.

Distribusi Penderita Hipertensi Berdasarkan Waktu


Di Indonesia berdasarkan hasil survei INA-MONICA (Multinational

Monitoring of Trends and Determinants In Cardiovascular Disease) tahun 1988


angka hipertensi mencapai 14,90%, jumlah penderita hipertensi terus meningkat
hingga 16,90% pada survei 5 tahun kemudian.34 Di Jawa Tengah, berdasarkan
laporan rumah sakit dan puskesmas, proporsi kasus hipertensi dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan. Dibandingkan dengan jumlah kasus penyakit tidak menular
secara keseluruhan, pada tahun 2004 proporsi kasus hipertensi sebesar 17,34%,
meningkat menjadi 29,35% di tahun 2005. Kemudian pada tahun 2006 mengalami
peningkatan menjadi 39,47%.9
2.8.2. Determinan Penderita Hipertensi
Faktor-faktor yang dapat dimasukkan sebagai faktor risiko hipertensi adalah:
1.

Umur
Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang semakin besar

risiko terserang hipertensi. Arteri kehilangan elastisitasnya atau kelenturannya seiring


bertambahnya umur. Dengan bertambahnya umur, risiko terjadinya hipertensi
meningkat. Meskipun hipertensi bisa terjadi pada segala umur, namun paling sering
dijumpai pada orang berumur 35 tahun atau lebih. Sebenarnya wajar bila tekanan
darah sedikit meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini disebabkan oleh
perubahan alami pada jantung, pembuluh darah, dan hormon. Tetapi bila perubahan
tersebut disertai faktor-faktor lain maka bisa memicu terjadinya hipertensi.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan hasil penelitian Sugiharto (2007), menunjukkan bahwa OR hipertensi


pada kelompok umur 56-65 tahun jika dibandingkan dengan kelompok umur 25-35
tahun adalah 74,73.9
2.

Jenis Kelamin
Bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata terdapat angka

yang cukup bervariasi.9 Hingga usia 55 tahun lebih banyak ditemukan pada pria.
Namun setelah terjadi menopause (biasanya setelah usia 50 tahun), tekanan darah
pada wanita meningkat terus, hingga usia 75 tahun tekanan darah tinggi lebih banyak
ditemukan pada wanita daripada pria.16 Hal ini disebabkan karena terdapatnya
hormon estrogen pada wanita.35 Berdasarkan hasil penelitian Sugiharto (2007),
menunjukkan bahwa OR hipertensi pada wanita jika dibandingkan dengan pria adalah
0,79.9
3.

Etnis
Penelitian klinis yang melibatkan sejumlah besar orang menunjukkan bahwa

orang keturunan Afrika atau Afro-Karibia memiliki tekanan darah yang lebih tinggi
dibandingkan orang Kaukasia (berkulit putih). Hipertensi pada orang keturunan
Afrika lebih sensitif terhadap garam dalam pola makan, yang diperkirakan berkaitan
dengan sistem renin-angiotensin. Orang berkulit hitam memiliki kadar renin yang
lebih rendah.31
4.

Hereditas
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan)

mempertinggi risiko terkena hipertensi terutama pada hipertensi primer. Keluarga


yang memiliki hipertensi dan penyakit jantung meningkatkan risiko hipertensi 2-5

Universitas Sumatera Utara

kali lipat.9 Penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah seorang anak akan lebih
mendekati tekanan darah orangtuanya bila mereka memiliki hubungan darah
dibandingkan dengan anak adopsi. Hal ini menunjukkan bahwa gen yang diturunkan,
dan bukan hanya faktor lingkungan (seperti makanan atau status sosial), berperan
besar dalam menentukan tekanan darah.31 Berdasarkan hasil penelitian Sugiharto
(2007), menunjukkan bahwa OR hipertensi pada responden yang memiliki riwayat
keluarga hipertensi jika dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat keluarga
hipertensi adalah 6,29.9
5.

Stres Psikologis
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf

simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Stres atau
ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, bingung, cemas, berdebar-debar, rasa marah,
dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan
hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat,
sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stres berlangsung cukup lama, tubuh
berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan
patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag.
Berdasarkan hasil penelitian Hasurungan di Kota Depok (2002) dengan menggunakan
desain penelitian case control, menunjukkan bahwa OR hipertensi pada responden
yang mengalami stres psikologis jika dibandingkan dengan yang tidak stres
psikologis adalah 2,99.36

Universitas Sumatera Utara

6.

Pola Makan

a.

Mengonsumsi garam dan lemak tinggi


Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui

peningkatan volume plasma, curah jantung, dan tekanan darah. Garam menyebabkan
penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik cairan di luar sel agar tidak keluar,
sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Berdasarkan hasil penelitian
Sugiharto (2007), menunjukkan bahwa OR hipertensi pada responden yang memiliki
kebiasaan mengonsumsi makanan asin jika dibandingkan dengan yang tidak adalah
4,57.9 Lemak trans (ditemukan pada makanan yang diproses, misalnya biskuit dan
margarin) dan lemak jenuh (ditemukan pada mentega, cake, pastry, biskuit, produk
daging, dan krim) telah terbukti dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah.
Kolesterol yang terlalu tinggi dalam darah dapat mempersempit arteri, bahkan dapat
menyumbat peredaran darah.31 Berdasarkan hasil penelitian Sugiharto (2007),
menunjukkan bahwa OR hipertensi pada responden yang memiliki kebiasaan
mengonsumsi lemak jenuh jika dibandingkan dengan yang jarang mengonsumsi
lemak jenuh adalah 2,01.9
b.

Jarang mengonsumsi sayur dan buah


Vegetarian mempunyai tekanan darah lebih rendah dibandingkan pemakan

daging dan diet vegetarian pada penderita hipertensi dapat menurunkan tekanan
darah.17

Universitas Sumatera Utara

7.

Gaya Hidup

a.

Olahraga tidak terarur


Kurangnya aktivitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi karena

meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif juga cenderung
mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya
harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung
harus memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri. Berdasarkan
hasil penelitian Sugiharto (2007), menunjukkan bahwa OR hipertensi pada
responden yang tidak memiliki kebiasaan berolah raga jika dibandingkan dengan
yang memiliki kebiasaan berolah raga adalah 2,35.9
b.

Kebiasaan merokok
Selain dari lamanya kebiasaan merokok, risiko merokok terbesar tergantung

pada jumlah rokok yang diisap perhari. Seseorang lebih dari satu pak rokok sehari
menjadi 2 kali lebih rentan hipertensi dari pada mereka yang tidak merokok. Zat-zat
kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang diisap melalui rokok, yang
masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri
dan mengakibatkan proses atherosklerosis dan hipertensi. Nikotin dalam tembakau
merupakan penyebab meningkatnya tekanan darah segera setelah isapan pertama.
Seperti zat-zat kimia lain dalam asap rokok, nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh
darah amat kecil di dalam paru-paru dan diedarkan ke aliran darah. Hanya dalam
beberapa detik nikotin sudah mencapai otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan
memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin). Hormon
yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk

Universitas Sumatera Utara

bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi. Setelah merokok dua batang saja
maka baik tekanan sistolik maupun diastolik akan meningkat 10 mmHg. Tekanan
darah akan tetap pada ketinggian ini sampai 30 menit setelah berhenti mengisap
rokok. Sementara efek nikotin perlahan-lahan menghilang, tekanan darah juga akan
menurun dengan perlahan. Namun pada perokok berat tekanan darah akan berada
pada level tinggi sepanjang hari. Berdasarkan hasil penelitian Sugiharto (2007),
menunjukkan bahwa OR hipertensi pada responden perokok berat (>20 batang/ hari)
jika dibandingkan dengan yang bukan perokok adalah 2,47.9
c.

Mengonsumsi alkohol
Mengonsumsi tiga gelas atau lebih minuman berakohol perhari meningkatkan

risiko mendapat hipertensi sebesar dua kali. Bagaimana dan mengapa alkohol
meningkatkan tekanan darah belum diketahui dengan jelas. Namun sudah menjadi
kenyataan bahwa dalam jangka panjang, minum minuman beralkohol berlebihan akan
merusak jantung dan organ-organ lain. Berdasarkan hasil penelitian Sugiharto (2007),
menunjukkan bahwa OR hipertensi pada responden yang sering mengonsumsi
alkohol (3 kali/ minggu) jika dibandingkan dengan yang jarang mengonsumsi
alkohol adalah 4,86.9
8.

Obesitas
Obesitas erat kaitannya dengan kegemaran mengonsumsi makanan yang

mengandung tinggi lemak. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya hipertensi karena


beberapa sebab. Makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan
untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti volume darah
yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan

Universitas Sumatera Utara

lebih besar pada dinding arteri. Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi
denyut jantung dan kadar insulin dalam darah. Peningkatan insulin menyebabkan
tubuh menahan natrium dan air. Berat badan dan Indeks Massa Tubuh (IMT)
berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Risiko
relatif untuk menderita hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan seorang yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan
sekitar 20-30% memiliki berat badan lebih. Berdasarkan hasil penelitian Sugiharto
(2007), menunjukkan bahwa OR hipertensi pada responden yang obesitas jika
dibandingkan dengan yang tidak adalah 2,04.9

2.9.

Pencegahan Hipertensi

2.9.1. Pencegahan Primordial


Pencegahan primordial yaitu usaha pencegahan predisposisi terhadap
hipertensi, belum terlihat adanya faktor yang menjadi risiko hipertensi, contoh adanya
peraturan pemerintah membuat peringatan pada rokok, dengan melakukan senam
kesegaran jasmani untuk menghindari terjadinya hipertensi.37
2.9.2. Pencegahan Primer
Pencegahan primer yaitu upaya awal pencegahan sebelum seseorang
menderita hipertensi, dimana dilakukan penyuluhan faktor-faktor risiko hipertensi
terutama pada kelompok risiko tinggi. Tujuan pencegahan primer adalah untuk
mengurangi insidensi penyakit dengan cara mengendalikan penyebab-penyebab
penyakit dan faktor-faktor risikonya.38

Universitas Sumatera Utara

Upaya-upaya yang dilakukan dalam pencegahan primer terhadap hipertensi


antara lain:
1.

Pola Makan yang Baik

a.

Mengurangi asupan garam dan lemak tinggi


Terlalu banyak mengonsumsi garam dapat meningkatkan tekanan darah

hingga ke tingkat yang membahayakan. Panduan terkini dari British Hypertension


Society menganjurkan asupan natrium dibatasi sampai kurang dari 2,4 gram sehari.
Jumlah tersebut setara dengan 6 gram garam, yaitu sekitar 1 sendok teh per hari.
Penting untuk diingat bahwa banyak natrium (sodium) tersembunyi dalam makanan,
terutama makanan yang diproses.31 Mengurangi asupan garam <100 mmol/hari (2,4
gram natrium atau 6 gram garam) bisa menurunkan TDS 2-8 mmHg.39 Lemak dalam
diet meningkatkan risiko terjadinya atherosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan
tekanan darah. Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan
yang bersumber dari hewan dan peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya
yang berasal dari minyak sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang bersumber dari
tanaman dapat menurunkan tekanan darah.9 Mengurangi diet lemak dapat
menurunkan tekanan darah TDS/TDD 6/3 mmHg.17
b.

Meningkatkan konsumsi sayur dan buah


Jenis makanan ini sangat baik untuk melawan penyakit hipertensi. Dengan

mengonsumsi sayur dan buah secara teratur dapat menurunkan risiko kematian
akibat hipertensi, stroke, dan penyakit jantung koroner, menurunkan tekanan darah,
dan mencegah kanker. Sayur dan buah mengandung zat kimia tanaman
(phytochemical) yang penting seperti flavonoids, sterol, dan phenol.16 Mengonsumsi

Universitas Sumatera Utara

sayur dan buah dengan teratur dapat menurunkan tekanan darah TDS/TDD 3/1
mmHg.17
2.

Perubahan Gaya Hidup

a.

Olahraga teratur
Olahraga sebaiknya dilakukan teratur dan bersifat aerobik, karena kedua sifat

inilah yang dapat menurunkan tekanan darah.31 Olahraga aerobik maksudnya


olahraga yang dilakukan secara terus-menerus dimana kebutuhan oksigen masih
dapat dipenuhi tubuh, misalnya jogging, senam, renang, dan bersepeda. Aktivitas
fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan pengeluaran tenaga dan energi
(pembakaran kalori). Aktivitas fisik sebaiknya dilakukan sekurang-kurangnya 30
menit perhari dengan baik dan benar. Salah satu manfaat dari aktivitas fisik yaitu
menjaga tekanan darah tetap stabil dalam batas normal. Contoh dari aktivitas fisik
yang dapat menjaga kestabilan tekanan darah misalnya turun bus lebih awal menuju
tempat kerja yang kira-kira menghabiskan 20 menit berjalan kaki dan saat pulang
berhenti di halte yang menghabiskan kira-kira 10 menit berjalan kaki menuju
rumah, atau membersihkan rumah selama 10 menit, dua kali dalam sehari ditambah
10 menit bersepeda, dan lain-lain.39 Melakukan olahraga secara teratur dapat
menurunkan tekanan darah sistolik 4-8 mmHg. Latihan fisik isometrik seperti
angkat besi dapat meningkatkan tekanan darah dan harus dihindari pada penderita
hipertensi.17 Di usia tua, fungsi jantung dan pembuluh darah akan menurun,
demikian juga elastisitas dan kekuatannya. Tetapi jika berolahraga secara teratur,
maka sistem kardiovaskular akan berfungsi maksimal dan tetap terpelihara.40

Universitas Sumatera Utara

b.

Menghentikan rokok
Tembakau mengandung

menciutkan

nikotin yang memperkuat kerja jantung dan

arteri kecil hingga sirkulasi darah berkurang dan tekanan darah

meningkat. Berhenti merokok merupakan perubahan gaya hidup yang paling kuat
untuk mencegah penyakit kardiovaskular pada penderita hipertensi.38
c.

Membatasi konsumsi alkohol


Konsumsi alkohol dalam jumlah sedang sebagai bagian dari pola makan yang

sehat dan bervariasi tidak merusak kesehatan. Namun demikian, minum alkohol
secara berlebihan telah dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah. Pesta minuman
keras (binge drinking) sangat berbahaya bagi kesehatan karena alkohol berkaitan
dengan stroke. Wanita sebaiknya membatasi konsumsi alkohol tidak lebih dari 14
unit per minggu dan laki-laki tidak melebihi 21 unit perminggu.31 Menghindari
konsumsi alkohol bisa menurunkan TDS 2-4 mmHg.40
3.

Mengurangi Kelebihan Berat Badan


Di antara semua faktor risiko yang dapat dikendalikan, berat badan adalah

salah satu yang paling erat kaitannya dengan hipertensi. Dibandingkan dengan yang
kurus, orang yang gemuk lebih besar peluangnya mengalami hipertensi. Penurunan
berat badan pada penderita hipertensi dapat dilakukan melalui perubahan pola makan
dan olahraga secara teratur.38 Menurunkan berat badan bisa menurunkan TDS 5-20
mmHg per 10 kg penurunan BB.40
2.9.3. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder yaitu upaya pencegahan hipertensi yang sudah pernah
terjadi untuk berulang atau menjadi berat. Pencegahan ini ditujukan untuk mengobati

Universitas Sumatera Utara

para penderita dan mengurangi akibat-akibat yang lebih serius dari penyakit, yaitu
melalui diagnosis dini dan pemberian pengobatan. Dalam pencegahan ini dilakukan
pemeriksaan tekanan darah secara teratur dan juga kepatuhan berobat bagi orang yang
sudah pernah menderita hipertensi.38
a.

Diagnosis Hipertensi
Data yang diperlukan untuk diagnosis diperoleh dengan cara anamnesis,

pemeriksaan

fisik, pemeriksaan laboratorium,

dan pemeriksaan penunjang.

Peninggian tekanan darah kadang sering merupakan satu-satunya tanda klinis


hipertensi sehingga diperlukan pengukuran tekanan darah yang akurat. Berbagai
faktor bisa mempengaruhi hasil pengukuran seperti faktor pasien, faktor alat, dan
tempat pengukuran. Anamnesis yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama
menderitanya, riwayat dan gejala-gejala penyakit yang berkaitan seperti penyakit
jantung koroner, penyakit serebrovaskuler dan lainnya, apakah terdapat riwayat
penyakit dalam keluarga, gejala yang berkaitan dengan penyakit hipertensi,
perubahan aktivitas atau kebiasaan (seperti merokok, konsumsi makanan, riwayat dan
faktor psikososial lingkungan keluarga, pekerjaan, dan lain-lain). Dalam pemeriksaan
fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali atau lebih dengan jarak dua menit,
kemudian diperiksa ulang dengan kontrolatera.9
b.

Penatalaksanaan Hipertensi

(i).

Penatalaksanaan Nonfarmakologis
Pendekatan

nonfarmakologis

merupakan

penanganan

awal

sebelum

penambahan obat-obatan hipertensi, disamping perlu diperhatikan oleh seorang yang


sedang dalam terapi obat. Pada pasien hipertensi yang terkontrol, pendekatan

Universitas Sumatera Utara

nonfarmakologis ini dapat membantu pengurangan dosis obat pada sebagian


penderita. Oleh karena itu, modifikasi gaya hidup merupakan hal yang penting
diperhatikan, karena berperan dalam keberhasilan penanganan hipertensi. 9
Pendekatan nonfarmakologis dibedakan menjadi beberapa hal:9
1.

Menurunkan faktor risiko yang menyebabkan atherosklerosis

2.

Olahraga dan aktivitas fisik

3.

Perubahan pola makan


a. Mengurangi asupan garam
b. Diet rendah lemak jenuh
c. Memperbanyak konsumsi sayuran, buah-buahan, dan susu rendah lemak

4.

Menghilangkan stres.

(ii).

Penatalaksanaan Farmakologis
Selain cara pengobatan nonfarmakologis, penatalaksanaan utama hipertensi

primer adalah dengan obat. Keputusan untuk mulai memberikan obat antihipertensi
berdasarkan beberapa faktor seperti derajat peninggian tekanan darah, terdapatnya
kerusakan organ target, dan terdapatnya manifestasi klinis penyakit kardiovaskuler
atau faktor risiko lain. Terapi dengan pemberian obat antihipertensi terbukti dapat
menurunkan sistol dan mencegah terjadinya stroke pada pasien usia 70 tahun atau
lebih.9
2.9.4. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier yaitu upaya mencegah terjadinya komplikasi yang lebih
berat atau kematian. Upaya yang dilakukan pada pencegahan tersier ini yaitu
menurunkan tekanan darah sampai batas yang aman dan mengobati penyakit yang

Universitas Sumatera Utara

dapat memperberat hipertensi.38 Pencegahan tersier dapat dilakukan dengan follow up


penderita hipertensi yang mendapat terapi dan rehabilitasi. Follow up ditujukan untuk
menentukan kemungkinan dilakukannya pengurangan atau penambahan dosis obat.33

Universitas Sumatera Utara

Você também pode gostar