Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
2.
3.
4.
5.
darah akan meningkat dalam keadaan gembira, cemas, atau sewaktu melakukan
aktivitas fisik. Setelah situasi ini berlalu, tekanan darah akan kembali menjadi
normal. Apabila tekanan darah tetap tinggi, maka disebut sebagai hipertensi atau
tekanan darah tinggi.11
Sesuai dengan kebiasaan yang dikerjakan di praktek klinik dan laboratorium,
maka tekanan darah diukur dengan manometer air raksa dalam satuan milimeter air
raksa atau mmHg.13 Pengukuran tekanan darah menggunakan alat yang disebut
sfignomanometer. Manset dari sfignomanometer diletakkan di atas arteri brakialis.
Stetoskop juga digunakan untuk mendengar denyut. Tekanan dinaikkan hingga tidak
terdengar denyut lagi. Hal ini terjadi karena tekanan manset melebihi tekanan darah
sehingga arteri terjepit dan tidak ada darah yang mengalir di dalamnya. Kemudian,
secara perlahan-lahan tekanan manset dikurangi sehingga terdengar bunyi dup
pertama (Korotkoff I). Denyut pertama ini menggambarkan tekanan darah sistolik
dan pada saat ini pembuluh darah yang sebelumnya tidak teraliri darah mulai
mengalirkan darah kembali. Denyutan terdengar disebabkan penyempitan pembuluh
darah mengakibatkan aliran laminar/ turbulen dari darah yang perlahan memasuki
pembuluh darah. Ketika tekanan manset terus diturunkan secara perlahan, bunyi
denyut juga akan terdengar menurun sehingga akhirnya menghilang. Bunyi denyut
terakhir menggambarkan tekanan darah diastolik (Korotkoff V). Bunyi denyut
akhirnya menghilang karena tekanan manset telah turun di bawah tekanan pembuluh
darah sehingga tidak ada tahanan lagi. Tekanan darah ini sangat penting dalam sistem
sirkulasi darah dan selalu diperlukan untuk daya dorong mengalirnya darah di dalam
arteri, arteriola, kapiler, dan sistem vena sehingga terbentuklah suatu aliran darah
yang menetap. 14
Tekanan normal darah pada orang dewasa sangat bervariasi. Tekanan darah
terdiri dari tekanan sistolik yang berkisar antara 95 sampai dengan 140 mmHg, dan
tekanan ini dapat meningkat dengan bertambahnya usia. Di lain pihak tekanan
diastolik berkisar antara 60 sampai dengan 90 mmHg. Walaupun demikian tekanan
darah pada umumnya berkisar pada rata-rata nilai normal sekitar 120 mmHg untuk
tekanan sistolik dan 80 mmHg untuk tekanan diastolik. Kedua tekanan tersebut
merupakan tekanan yang dihasilkan oleh aktivitas kerja jantung sebagai pompa dan
menyebabkan darah mengalir di dalam sistem arteri secara terus-menerus tiada hentihentinya.13
Terdapat dua macam kelainan tekanan darah, antara lain dikenal sebagai
hipertensi atau tekanan darah tinggi dan hipotensi atau tekanan darah rendah. Pada
umumnya yang lebih banyak dihubungkan dengan kelainan tekanan darah adalah
hipertensi, sedangkan hipotensi sering kali dihubungkan dengan kasus syok. 13
2.1.2. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah desakan darah yang berlebihan dan hampir konstan pada
arteri. Tekanan dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa darah. Hipertensi
berkaitan dengan kenaikan tekanan diastolik, tekanan sistolik, atau kedua-duanya
secara terus-menerus. Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan pada
arteri bila jantung berkontraksi (denyut jantung). Tekanan darah diastolik berkaitan
dengan tekanan dalam arteri bila jantung berada dalam keadaan relaksasi di antara
dua denyutan.11
Hipertensi merupakan penyakit kronik degeneratif yang banyak dijumpai
dalam praktek klinik sehari-hari.15 Menurut Joint National Committe on Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure tahun 2003, hipertensi adalah
tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat
keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah tinggi sampai maligna.
Keadaan ini dikategorikan sebagai primer/ esensial (hampir 90% dari semua kasus)
atau sekunder, terjadi sebagai akibat dari kondisi patologi yang dapat dikenali, sering
kali dapat diperbaiki.16
Peningkatan tekanan darah memberikan gejala yang akan berlanjut ke suatu
organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner (untuk pembuluh
darah jantung), dan hipertrofi ventrikel kanan (untuk otot jantung). Hipertensi
menjadi penyebab utama stroke yang membawa kematian yang tinggi, dengan target
organ di otak yang berupa stroke.17
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa
cara:18
1.
Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada
setiap detiknya.
2.
3.
muda tetapi
Batasan
masahipertensi
tua memang
sulitditandai
untuk dirumuskan,
dengan berbagai
biasanya
kemunduran
secara arbitrary.
fungsi tubuh.
Karena
bentuk kurva itu
Kemunduran
seperti
bersifat
bel dan
fisiologis
kontinyu,
dan maka
berjalan
tidak
secara
ada alamiah.
batas jelasHingga
antarasaat
normotensi
ini belum
dan
hipertensi.
Batasan
(definisi)
hipertensi
hanya dapat
operasional.
19
ada obat
atau cara
pencegahan
penurunan
fisiologis
padadibuat
lansia.secara
Tapi tetap
saja
Menurut
Joint
National
Commitee
20
mungkinKlasifikasi
untuk sehatHipertensi
pada lansia.
Hal-hal
yang
bisa dilakukan
dan(JNC)
harus VII:
senantiasa
dilakukan
Tabel
2.1. untuk
Klasifikasi
tetap Hipertensi
sehat pada lansia adalah menjaga kesehatan dengan baik,
Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
(mmHg)(mmHg)
mengonsumsi makanan
yang bergizi, berolahraga teratur sesuai usia, menjauhkan
Normal<120dan <80
Prehipertensi120-139atau 80-89
pikiran dari pengaruh lingkungan yang negatif, dan secara periodik berkonsultasi
Hipertensi Stadium 1140-159atau 90-99
Hipertensi
10022
pada dokterStadium
minimal2160atau
3 bulan sekali.
2.2.
2.3.
Lanjut Usia
Posyandu Lansia
dilatarbelakangi oleh kriteria lansia yang memiliki berbagai macam penyakit. Dasar
pembentukan posyandu adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
terutama lansia.24
Adapun tujuan umum posyandu lansia adalah untuk meningkatkan derajat
kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk mencapai masa tua yang bahagia dan
berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.25
2.4.
perifer yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah. Kekakuan pembuluh darah
disertai dengan
penyempitan
dan
kemungkinan
pembesaran
plague
yang
2.5.
Klasifikasi Hipertensi
Dikenal berbagai pengelompokan hipertensi:
1.
Menurut kausanya
a. Hipertensi esensial (hipertensi primer), adalah hipertensi yang penyebabnya
tidak
darah
yang
kemungkinan
bersama-sama
menyebabkan
3.
2.6.
Gejala Hipertensi
Hipertensi adalah penyakit yang biasanya tanpa gejala.30 Namun demikian,
secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan
dengan tekanan darah tinggi. Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan
dari hidung, pusing, wajah kemerahan, dan kelelahan, yang bisa saja terjadi baik pada
penderita hipertensi maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.27
Retina merupakan bagian tubuh yang secara langsung bisa menunjukkan
adanya efek dari hipertensi terhadap arteriola (pembuluh darah kecil). Dengan
anggapan bahwa perubahan yang terjadi di dalam retina mirip dengan perubahan
yang terjadi di dalam pembuluh darah lainnya di dalam tubuh, seperti ginjal. Untuk
memeriksa retina, digunakan suatu oftalmoskop. Dengan menentukan derajat
kerusakan retina (retinopati), maka bisa ditentukan beratnya hipertensi.27
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, maka dapat
menunjukkan gejala sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, dan
pandangan menjadi kabur. 27
2.7.
Komplikasi Hipertensi
Tekanan darah tinggi apabila tidak diobati dan ditanggulangi, maka dalam
jangka panjang akan terjadi komplikasi serius pada organ-organ sebagai berikut,
yaitu:
a..
Jantung
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung dan
penyakit jantung koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung akan
meningkat, otot jantung akan menyesuaikan sehingga terjadi pembesaran jantung dan
semakin lama otot jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, yang
disebut dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak mampu lagi memompa dan
menampung darah dari paru sehingga banyak cairan tertahan di paru maupun jaringan
tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak nafas atau oedema. Kondisi ini disebut
gagal jantung.5
b.
Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan risiko stroke.5 Tekanan darah
tinggi dapat menyebabkan dua jenis stroke, yaitu stroke iskemik dan stroke
hemoragik. Jenis stroke yang paling sering (sekitar 80% kasus) adalah stroke
iskemik. Stroke ini terjadi karena aliran darah di arteri otak terganggu. Otak menjadi
kekurangan oksigen dan nutrisi. Stroke hemoragik (sekitar 20% kasus) timbul saat
pembuluh darah di otak atau di dekat otak pecah. Penyebab utamanya adalah tekanan
darah tinggi yang persisten. Hal ini menyebabkan darah meresap ke ruang di antara
sel-sel otak. Walaupun stroke hemoragik tidak sesering stroke iskemik, namun
komplikasinya dapat menjadi lebih serius.31
c.
Ginjal
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan sistem
penyaringan di dalam ginjal, akibatnya lambat laun ginjal tidak mampu membuang
zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi
penumpukan di dalam tubuh.5
d.
Mata
Tekanan darah tinggi dapat mempersempit atau menyumbat arteri di mata,
sehingga menyebabkan kerusakan pada retina (area pada mata yang sensitif terhadap
cahaya). Keadaan ini disebut penyakit vaskular retina. Penyakit ini dapat
menyebabkan kebutaan dan merupakan indikator awal penyakit jantung.31
2.8.
Epidemiologi Hipertensi
Ini karena terjadinya pengapuran pada dinding pembuluh darah bagian dalam. Hal ini
karena sebelumnya terjadi pengendapan lemak di dinding pembuluh darah.22
Berdasarkan hasil Riskesdas Balitbangkes tahun 2007, hipertensi tampak meningkat
sesuai peningkatan umur responden. Prevalensi hipertensi pada responden yang
berumur 45-54 tahun (42,40%), 55-64 tahun (53,70%), 65-74 tahun (63,50%), dan
>75 tahun (67,30%).32
Pada populasi umum kejadian tekanan darah tinggi tidak terdistribusi secara
merata. Hingga usia 55 tahun lebih banyak ditemukan pada pria. Namun setelah
terjadi menopause (biasanya setelah usia 50 tahun), tekanan darah pada wanita
meningkat terus, hingga usia 75 tahun tekanan darah tinggi lebih banyak ditemukan
pada wanita daripada pria.17 Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Balitbangkes tahun 2007, prevalensi hipertensi (pada kelompok umur >18 tahun)
pada pria (31,30%) dan pada wanita (31,90%).32
Tekanan darah tinggi sangat sering terjadi pada orang berkulit hitam, yaitu 3 kali
lebih sering dibandingkan orang berkulit putih. Perbedaan ini timbul akibat perbedaan
genetik kedua populasi tersebut. Hipertensi pada orang keturunan Afrika lebih sensitif
terhadap garam dalam pola makan, yang diperkirakan berkaitan dengan sistem reninangiotensin. Orang berkulit hitam memiliki kadar renin yang lebih rendah. 31
Umur
Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang semakin besar
Jenis Kelamin
Bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata terdapat angka
yang cukup bervariasi.9 Hingga usia 55 tahun lebih banyak ditemukan pada pria.
Namun setelah terjadi menopause (biasanya setelah usia 50 tahun), tekanan darah
pada wanita meningkat terus, hingga usia 75 tahun tekanan darah tinggi lebih banyak
ditemukan pada wanita daripada pria.16 Hal ini disebabkan karena terdapatnya
hormon estrogen pada wanita.35 Berdasarkan hasil penelitian Sugiharto (2007),
menunjukkan bahwa OR hipertensi pada wanita jika dibandingkan dengan pria adalah
0,79.9
3.
Etnis
Penelitian klinis yang melibatkan sejumlah besar orang menunjukkan bahwa
orang keturunan Afrika atau Afro-Karibia memiliki tekanan darah yang lebih tinggi
dibandingkan orang Kaukasia (berkulit putih). Hipertensi pada orang keturunan
Afrika lebih sensitif terhadap garam dalam pola makan, yang diperkirakan berkaitan
dengan sistem renin-angiotensin. Orang berkulit hitam memiliki kadar renin yang
lebih rendah.31
4.
Hereditas
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan)
kali lipat.9 Penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah seorang anak akan lebih
mendekati tekanan darah orangtuanya bila mereka memiliki hubungan darah
dibandingkan dengan anak adopsi. Hal ini menunjukkan bahwa gen yang diturunkan,
dan bukan hanya faktor lingkungan (seperti makanan atau status sosial), berperan
besar dalam menentukan tekanan darah.31 Berdasarkan hasil penelitian Sugiharto
(2007), menunjukkan bahwa OR hipertensi pada responden yang memiliki riwayat
keluarga hipertensi jika dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat keluarga
hipertensi adalah 6,29.9
5.
Stres Psikologis
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf
simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Stres atau
ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, bingung, cemas, berdebar-debar, rasa marah,
dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan
hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat,
sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stres berlangsung cukup lama, tubuh
berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan
patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag.
Berdasarkan hasil penelitian Hasurungan di Kota Depok (2002) dengan menggunakan
desain penelitian case control, menunjukkan bahwa OR hipertensi pada responden
yang mengalami stres psikologis jika dibandingkan dengan yang tidak stres
psikologis adalah 2,99.36
6.
Pola Makan
a.
peningkatan volume plasma, curah jantung, dan tekanan darah. Garam menyebabkan
penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik cairan di luar sel agar tidak keluar,
sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Berdasarkan hasil penelitian
Sugiharto (2007), menunjukkan bahwa OR hipertensi pada responden yang memiliki
kebiasaan mengonsumsi makanan asin jika dibandingkan dengan yang tidak adalah
4,57.9 Lemak trans (ditemukan pada makanan yang diproses, misalnya biskuit dan
margarin) dan lemak jenuh (ditemukan pada mentega, cake, pastry, biskuit, produk
daging, dan krim) telah terbukti dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah.
Kolesterol yang terlalu tinggi dalam darah dapat mempersempit arteri, bahkan dapat
menyumbat peredaran darah.31 Berdasarkan hasil penelitian Sugiharto (2007),
menunjukkan bahwa OR hipertensi pada responden yang memiliki kebiasaan
mengonsumsi lemak jenuh jika dibandingkan dengan yang jarang mengonsumsi
lemak jenuh adalah 2,01.9
b.
daging dan diet vegetarian pada penderita hipertensi dapat menurunkan tekanan
darah.17
7.
Gaya Hidup
a.
meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif juga cenderung
mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya
harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung
harus memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri. Berdasarkan
hasil penelitian Sugiharto (2007), menunjukkan bahwa OR hipertensi pada
responden yang tidak memiliki kebiasaan berolah raga jika dibandingkan dengan
yang memiliki kebiasaan berolah raga adalah 2,35.9
b.
Kebiasaan merokok
Selain dari lamanya kebiasaan merokok, risiko merokok terbesar tergantung
pada jumlah rokok yang diisap perhari. Seseorang lebih dari satu pak rokok sehari
menjadi 2 kali lebih rentan hipertensi dari pada mereka yang tidak merokok. Zat-zat
kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang diisap melalui rokok, yang
masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri
dan mengakibatkan proses atherosklerosis dan hipertensi. Nikotin dalam tembakau
merupakan penyebab meningkatnya tekanan darah segera setelah isapan pertama.
Seperti zat-zat kimia lain dalam asap rokok, nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh
darah amat kecil di dalam paru-paru dan diedarkan ke aliran darah. Hanya dalam
beberapa detik nikotin sudah mencapai otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan
memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin). Hormon
yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk
bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi. Setelah merokok dua batang saja
maka baik tekanan sistolik maupun diastolik akan meningkat 10 mmHg. Tekanan
darah akan tetap pada ketinggian ini sampai 30 menit setelah berhenti mengisap
rokok. Sementara efek nikotin perlahan-lahan menghilang, tekanan darah juga akan
menurun dengan perlahan. Namun pada perokok berat tekanan darah akan berada
pada level tinggi sepanjang hari. Berdasarkan hasil penelitian Sugiharto (2007),
menunjukkan bahwa OR hipertensi pada responden perokok berat (>20 batang/ hari)
jika dibandingkan dengan yang bukan perokok adalah 2,47.9
c.
Mengonsumsi alkohol
Mengonsumsi tiga gelas atau lebih minuman berakohol perhari meningkatkan
risiko mendapat hipertensi sebesar dua kali. Bagaimana dan mengapa alkohol
meningkatkan tekanan darah belum diketahui dengan jelas. Namun sudah menjadi
kenyataan bahwa dalam jangka panjang, minum minuman beralkohol berlebihan akan
merusak jantung dan organ-organ lain. Berdasarkan hasil penelitian Sugiharto (2007),
menunjukkan bahwa OR hipertensi pada responden yang sering mengonsumsi
alkohol (3 kali/ minggu) jika dibandingkan dengan yang jarang mengonsumsi
alkohol adalah 4,86.9
8.
Obesitas
Obesitas erat kaitannya dengan kegemaran mengonsumsi makanan yang
lebih besar pada dinding arteri. Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi
denyut jantung dan kadar insulin dalam darah. Peningkatan insulin menyebabkan
tubuh menahan natrium dan air. Berat badan dan Indeks Massa Tubuh (IMT)
berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Risiko
relatif untuk menderita hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan seorang yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan
sekitar 20-30% memiliki berat badan lebih. Berdasarkan hasil penelitian Sugiharto
(2007), menunjukkan bahwa OR hipertensi pada responden yang obesitas jika
dibandingkan dengan yang tidak adalah 2,04.9
2.9.
Pencegahan Hipertensi
a.
mengonsumsi sayur dan buah secara teratur dapat menurunkan risiko kematian
akibat hipertensi, stroke, dan penyakit jantung koroner, menurunkan tekanan darah,
dan mencegah kanker. Sayur dan buah mengandung zat kimia tanaman
(phytochemical) yang penting seperti flavonoids, sterol, dan phenol.16 Mengonsumsi
sayur dan buah dengan teratur dapat menurunkan tekanan darah TDS/TDD 3/1
mmHg.17
2.
a.
Olahraga teratur
Olahraga sebaiknya dilakukan teratur dan bersifat aerobik, karena kedua sifat
b.
Menghentikan rokok
Tembakau mengandung
menciutkan
meningkat. Berhenti merokok merupakan perubahan gaya hidup yang paling kuat
untuk mencegah penyakit kardiovaskular pada penderita hipertensi.38
c.
sehat dan bervariasi tidak merusak kesehatan. Namun demikian, minum alkohol
secara berlebihan telah dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah. Pesta minuman
keras (binge drinking) sangat berbahaya bagi kesehatan karena alkohol berkaitan
dengan stroke. Wanita sebaiknya membatasi konsumsi alkohol tidak lebih dari 14
unit per minggu dan laki-laki tidak melebihi 21 unit perminggu.31 Menghindari
konsumsi alkohol bisa menurunkan TDS 2-4 mmHg.40
3.
salah satu yang paling erat kaitannya dengan hipertensi. Dibandingkan dengan yang
kurus, orang yang gemuk lebih besar peluangnya mengalami hipertensi. Penurunan
berat badan pada penderita hipertensi dapat dilakukan melalui perubahan pola makan
dan olahraga secara teratur.38 Menurunkan berat badan bisa menurunkan TDS 5-20
mmHg per 10 kg penurunan BB.40
2.9.3. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder yaitu upaya pencegahan hipertensi yang sudah pernah
terjadi untuk berulang atau menjadi berat. Pencegahan ini ditujukan untuk mengobati
para penderita dan mengurangi akibat-akibat yang lebih serius dari penyakit, yaitu
melalui diagnosis dini dan pemberian pengobatan. Dalam pencegahan ini dilakukan
pemeriksaan tekanan darah secara teratur dan juga kepatuhan berobat bagi orang yang
sudah pernah menderita hipertensi.38
a.
Diagnosis Hipertensi
Data yang diperlukan untuk diagnosis diperoleh dengan cara anamnesis,
pemeriksaan
Penatalaksanaan Hipertensi
(i).
Penatalaksanaan Nonfarmakologis
Pendekatan
nonfarmakologis
merupakan
penanganan
awal
sebelum
2.
3.
4.
Menghilangkan stres.
(ii).
Penatalaksanaan Farmakologis
Selain cara pengobatan nonfarmakologis, penatalaksanaan utama hipertensi
primer adalah dengan obat. Keputusan untuk mulai memberikan obat antihipertensi
berdasarkan beberapa faktor seperti derajat peninggian tekanan darah, terdapatnya
kerusakan organ target, dan terdapatnya manifestasi klinis penyakit kardiovaskuler
atau faktor risiko lain. Terapi dengan pemberian obat antihipertensi terbukti dapat
menurunkan sistol dan mencegah terjadinya stroke pada pasien usia 70 tahun atau
lebih.9
2.9.4. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier yaitu upaya mencegah terjadinya komplikasi yang lebih
berat atau kematian. Upaya yang dilakukan pada pencegahan tersier ini yaitu
menurunkan tekanan darah sampai batas yang aman dan mengobati penyakit yang