Você está na página 1de 13

Peningkatan Pengetahuan Informasi Obat

Pada Anggota Ikatan Istri Karyawan Pindad (IIKP) Turen


Melalui Metode Cara Belajar Ibu Aktif (CBIA)

Endang Susilowati
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang, etha_susil@yahoo.co.id

ABSTRAK
Swamedikasi adalah penggunaan obat oleh masyarakat untuk tujuan
pengobatan sakit ringan, tanpa resep dokter. Agar bisa melakukan swamedikasi
dengan tepat perlu pengetahuan yang cukup . Pengetahuan yang dimaksud adalah
tentang informasi bahan aktif, indikasi, dosis, efek samping dan kontraindikasi yang
umumnya tercantum pada kemasan obat. Pada kenyataannya pengetahuan tersebut
jarang dikuasai masyarakat karena minimnya informasi dan edukasi yang diperoleh.
Salah satu cara meningkatkan pengetahuan informasi obat kepada ibu adalah dengan
metode Cara Belajar Ibu Aktif (CBIA). Penelitian ini bertujuan mengetahui efektifitas
metode CBIA terhadap peningkatan pengetahuan ibu tentang informasi obat.
Penelitian menggunakan pendekatan Pretest-Postest with Control Group Design.
Sampel adalah anggota Ikatan Istri Karyawan Pindad-Turen yang hadir pada
pertemuan tanggal 5 Juli 2012 berjumlah 62 orang. Sampel dibagi dua kelompok
yaitu kelompok perlakuan yang diberikan pelatihan CBIA dan kelompok kontrol
yang tidak diberikan pelatihan. Pengetahuan ibu diukur berdasarkan pemahaman
terhadap informasi yang ada di kemasan obat. Pengetahuan kedua kelompok pasca
pelatihan dibandingkan dengan statistik Anakova. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pasca pelatihan terdapat perbedaan signifikan rerata pengetahuan informasi
obat pada ibu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Pada kelompok perlakuan

nilai rata-rata 82,81, kelompok kontrol nilai rata-rata 47,94. Artinya terbukti bahwa
pelatihan metode CBIA mampu meningkatkan pengetahuan informasi obat pada ibu
dengan peningkatan sebesar 68,66%.
Kata kunci: swamedikasi, informasi obat, metode CBIA
1. Pendahuluan
Swamedikasi atau pengobatan sendiri adalah penggunaan obat oleh
masyarakat untuk tujuan pengobatan sakit ringan (minor illnesses), tanpa resep atau
intervensi dokter.(1) Swamedikasi dengan menggunaan obat bebas dan obat bebas
terbatas yang dilakukan dengan benar dapat mendukung upaya penggunaan obat yang
rasional yaitu pengobatan yang tepat indikasi, tepat dosis, tidak kontraindikasi, tidak
menimbulkan efek samping, dan tidak ada interaksi antar obat.(2) Agar swamedikasi
yang dilakukan tepat, masyarakat perlu mendapatkan informasi tentang 5 hal yaitu 1)
kandungan bahan aktif obat, 2) indikasi, 3) dosis dan cara pemberian, 4) efek
samping dan 5) kontraindikasi. Pada kenyataannya pengetahuan tersebut jarang
dikuasai oleh masyarakat karena kurangnya informasi obat yang diperoleh.
Masyarakat lebih hafal nama dagang dan indikasi obat daripada kandungan bahan
aktifnya. Penelitian yang dilakukan di Yogyakarta oleh Rustamaji dkk, tentang
tingkat pengetahuan swamedikasi menunjukkan bahwa persentase ibu yang
mengetahui kandungan bahan aktif obat-obat non resep adalah 4%, indikasi obat
45%, dosis dan cara penggunaan 65%, serta efek samping dan kontraindikasi obat
masing-masing hanya 2%.(3) Penelitian lain oleh Supardi dan Notosiswoyo (2005),
menyatakan bahwa pengobatan sendiri yang benar (sesuai dengan aturan) masih
rendah karena umumnya masyarakat membeli obat secara eceran sehingga tidak
dapat membaca keterangan yang tercantum pada kemasan obat.(4)
Sumber informasi utama untuk melakukan pengobatan sendiri umumnya
berasal dari iklan obat. Sayangnya, beberapa iklan obat tidak memberikan informasi
yang lengkap, bahkan cenderung kurang mendidik sehingga menyesatkan pola
konsumsi obat di rumah tangga. Fenomena yang terjadi banyak penggunaan dua obat

dengan bahan aktif sama, pilihan obat salah, atau penggunaan obat yang sebenarnya
kontraindikasi. Selain merupakan suatu pemborosan, akibat dari perilaku tersebut
adalah kemungkinan timbulnya toksisitas obat.
Oleh sebab itu sudah saatnya masyarakat dibekali pengetahuan dan
ketrampilan mencari informasi obat secara benar, salah satunya dengan metode Cara
Belajar Ibu Aktif (CBIA).(5) Metode ini merupakan metode pembelajaran untuk
mengajak masyarakat lebih aktif dalam mencari informasi mengenai obat yang
digunakan. Konsep metode CBIA adalah memperkenalkan nama generik, yaitu
pemahaman bahwa pemilihan obat didasarkan pada kebutuhan kandungan bahan aktif
dari obat yang dibeli. Caranya dengan memanfaatkan informasi obat yang telah
tersedia di kemasan atau brosur obat. Informasi pada kemasan atau brosur bisa
diandalkan sebagai sumber informasi karena telah disetujui oleh Badan Pengawas
Obat

dan

Makanan.

Informasi

ini

berguna

agar

masyarakat

mampu

mempertimbangkan promosi iklan obat di pasaran dan mengelola obat di rumah


tangga secara benar. Metode CBIA sebagai program pemberdayaan masyarakat perlu
terus dikembangkan pada masyarakat luas terutama kaum ibu, sebab pada umumnya
ibu merupakan pemegang keputusan dalam penggunaan obat di rumah tangga.
Metode CBIA adalah cara belajar menggunakan pendekatan berbasis masalah dan
proses belajar mandiri.(7)
PT Pindad Turen mempunyai organisasi yang beranggotakan istri karyawan
Pindad yaitu Ikatan Istri Karyawan Pindad (IIKP) Cakra Prawesti. Anggota IIKP
mayoritas adalah berpendidikan SMA, dengan usia rata-rata antara 35-45 tahun.
Penelitian ini bertujuan mengetahui efektifitas penerapan metode CBIA dalam
meningkatkan pengetahuan tentang obat pada sekelompok ibu anggota Ikatan Istri
Karyawan Pindad (IIKP) Cakra Prawesti di PT Pindad Turen. Diharapkan hasil
penelitian dapat bermanfaat meningkatkan pengetahuan obat pada ibu-ibu IIKP Turen
sehingga mampu melakukan swamedikasi yang tepat dan aman untuk anggota
keluarganya.

2. Metode Penelitian
2.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen menggunakan pendekatan Pretest
Postest with Control Group Design. Subyek penelitian dibagi menjadi dua kelompok
berdasarkan teknik sampling sistematis yaitu peserta dengan nomor presensi genap
sebagai kelompok perlakuan, peserta nomor ganjil sebagai kelompok kontrol. Tahap
pertama kedua kelompok diberikan pre-tes, tahap kedua kelompok perlakuan diberi
pelatihan pengenalan informasi obat pada kemasan atau brosur obat dengan metode
CBIA, adapun kelompok kontrol tidak diberikan pelatihan. Di akhir acara dilakukan
pos-tes. Rerata pengetahuan pasca pelatihan (pos-tes) kedua kelompok dibandingkan
dengan statistik uji anakova.

2.2 Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi penelitian adalah anggota Ikatan Istri Karyawan Pindad (IIKP) Cakra
Prawesti PT Pindad yang berjumlah 100 orang. Sampel penelitian diambil dari
jumlah ibu yang hadir pada pertemuan rutin tanggal 5 Juli 2012 berjumlah 62 orang.
Semua sampel memenuhi kriteria inklusi, yaitu bukan tenaga kesehatan, tidak buta
huruf, dan pernah melakukan pengobatan sendiri.
2.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Balai Pertemuan Soedali, PT Pindad Persero Jalan
Panglima Sudirman no. 1 Turen pada tanggal 5 Juli 2012.
2.4 Variabel Penelitian
Penelitian terdiri dari 2 variabel bebas dan 1 variabel tergantung. Variabel
bebas pertama adalah kelompok yang dibandingkan, variabel bebas kedua adalah skor
pengetahuan sebelum pelatihan (pre-tes) disebut sebagai variabel kovarian.
Sedangkan variabel tergantung adalah skor pengetahuan ibu pasca pelatihan (pos-tes).
4

Pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan tentang informasi yang terdapat


pada kemasan obat meliputi kandungan bahan aktif, indikasi, dosis dan aturan pakai,
efek samping, dan kontraindikasi.
2.5 Alat dan Bahan Penelitian
Alat penelitian meliputi: (a) lembar kerja berisi pertanyaan tentang 5 komponen
informasi yang ada pada kemasan obat yaitu: bahan aktif, indikasi, dosis dan cara
penggunaan, efek samping, serta kontraindikasi (b) petunjuk kegiatan.
Bahan penelitian: paket obat yang terdiri dari 5 kelas terapi obat yaitu analgesikantipiretik, obat batuk-pilek, obat maag, obat diare dan multivitamin, masing-masing
kelas terapi sedikitnya terdiri dari 5 macam obat dengan berbagai merek.

3. Tahapan Penelitian
Subyek penelitian dibagi menjadi dua kelompok yaitu peserta dengan nomor
presensi genap sebagai kelompok perlakuan, peserta nomor ganjil sebagai kelompok
kontrol. Dilakukan pre-tes dengan membagikan lembar pertanyaan kepada kedua
kelompok. Pertanyaan berisi tentang informasi yang tercantum pada kemasan atau
brosur obat yaitu nama bahan aktif, indikasi, dosis dan cara penggunaan, efek
samping, dan kontraindikasi obat. Setelah pre-tes selesai kelompok perlakuan diberi
pelatihan pengenalan obat melalui brosur maupun kemasan dengan metode CBIA,
sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan pelatihan. Di akhir acara dilakukan postes pada kedua kelompok dengan lembar pertanyaan yang sama dengan pre-tes.
4. Analisis Data
Rerata pengetahuan pasca pelatihan pada kedua kelompok dibandingkan dengan
menggunakan statistik uji anakova. Dengan uji anakova maka peranan variabel bebas
terhadap variabel tergantung, baik melalui komparasi maupun prediksi dapat
dilakukan secara bersamaan atau simultan.(8)(9)

5. Hasil Penelitian dan Pembahasan


5.1 Karakteristik Sampel
Secara umum karakteristik sampel dua kelompok adalah sama. Pada aspek
tingkat pendidikan, kebanyakan ibu adalah lulusan SMA, pad kelompok kontrol
lulusan SMA 64,5% dan kelompok perlakuan 67,8%. Status ibu tidak bekerja lebih
banyak dibanding yang bekerja, ibu tidak bekerja pada kelompok kontrol sebesar
77,4%, dan kelompok perlakuan 74,2%. Usia ibu terbanyak pada rentang usia 30-50
tahun, padkelompok kontrol 77,4% dan kelompok perlakuan 80,6%. Data demografi
sampel secara lengkap disajikan pada tabel berikut.
Tabel 5.1 Karakteristik Sampel
Jumlah
Karakteristik

Kelompok Kontrol
(n=31)

Kelompok Perlakuan
(n=31)

PENDIDIKAN
SMP
SMA
PT
PEKERJAAN

3 ( 9,7%)
20 (64,5%)
8 (25,8%)

4 (12,9%)
21 (67,8%)
6 (19,3%)

Bekerja
Tidak Bekerja
UMUR

7 (22,6%)
24 (77,4%)

8 (25,8%)
23 (74,2%)

< 30 th
30 - 50 th
> 50 th

3 ( 9,7%)
24 (77,4%)
4 (12,9%)

3 ( 9,7%)
25 (80,6%)
3 ( 9,7%)

5.2 Pengetahuan Informasi pada Kemasan Obat


Informasi pada kemasan obat pada umumnya terdiri dari kandungan bahan aktif,
indikasi, dosis, efek samping dan kontraindikasi. Tabel 5.2 menunjukkan perubahan

pengetahuan ibu mengenai semua informasi yang terdapat pada kemasan obat
sebelum dan sesudah pelatihan.

Tabel 5.2 Pengetahuan Ibu Tentang Informasi pada Kemasan Obat


Kelompok Perlakuan
No

Pengetahuan

Pre tes

Pos tes %

Kelompok Kontrol
Pre tes

Pos tes %Peningkatan

Peningkatan

1
2

Bahan Aktif
Dosis

35,0
67,4

81,8
91,1

134
35

35,0
65,0

35,8
68,5

2
5

Indikasi

69,4

87,2

26

65,6

66,4

Efek
Samping
Kontraindika

36,2

78,8

117

33,2

35,8

37,5

75,2

100

32,2

33,2

si

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebelum pelatihan (pre-tes), kedua


kelompok memiliki tingkat pengetahuan yang hampir sama yaitu pengetahuan
tentang dosis dan indikasi obat memiliki nilai cukup tinggi, sedangkan pengetahuan
tentang bahan aktif, efek samping dan kontraindikasi obat memiliki nilai rendah.
Pengetahuan tentang bahan aktif pada umumnya masih sangat rendah, kebanyakan
ibu hanya tahu nama merk dagang dari suatu obat tapi tidak tahu kandungan bahan
aktifnya. Padahal pengetahuan tentang bahan aktif sangat penting. Efek langsung dari
kekurangan ini biasanya terlihat dalam pola konsumsi obat di rumah tangga, di mana
berbagai merek dengan senyawa aktif yang sama digunakan secara bersamaan.(6) Hal
ini tentu saja merupakan suatu pemborosan. Padahal salah satu alasan swamedikasi
adalah untuk efisiensi biaya. Dampak lain yang tidak bisa diukur dengan uang adalah
risiko akibat pemilihan obat yang salah dan double obat dapat menimbulkan
toksisitas yang mengancam keselamatan nyawa. Demikian pula dengan ketidaktahuan
tentang efek samping dan kontraindikasi. Apabila ibu tidak tahu tentang efek samping

d
dan
kontraiindikasi obaat maka keewaspadaan terhadap efek
e
berbahaaya dari obbat
t
tentunya
jug
ga rendah. Sebenarnya,
S
lima kompoonen informaasi tersebut sudah terseddia
p
pada
kemassan. Masyarrakat bisa bertanya
b
keepada tenagga kesehatann apabila ada
a
i
informasi
yaang tidak diimengerti. Jika
J
pengetaahuan tentanng informasii tersebut baaik
d
diharapkan
tindakan sw
wamedikasi masyarakat
m
lebih tepat.. Selanjutnyya data di attas
d
dibuat
dalam
m bentuk diagram, diaggram 5.1 meenggambarkaan pengetahuuan kelompok
p
perlakuan
daan diagram 5.2
5 menggam
mbarkan penngetahuan keelompok konntrol.

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

Pretes
Postes

Diiagram 5.1 Skor


S
Pre Tess dan Pos Tes pada Kelom
mpok Perlakkuan

70
60
50
40
30
20
10
0

Pretes
Postes

Digram
D
5.2 Skor
S
Pre Tess dan Pos Tees pada Keloompok Kontrrol

Diagram 5.1 menunjukkan bahwa setelah pelatihan, kelompok perlakuan


mengalami peningkatan pengetahuan pada semua komponen informasi, dengan
peningkatan terbesar pada bahan aktif obat. Pada diagram 5.2 tampak bahwa pada
kelompok kontrol juga terjadi peningkatan pengetahuan tetapi masing-masing
meningkat dengan persentase yang relatif kecil, antara 1% - 8%. Hal ini menunjukkan
pelatihan metode CBIA terbukti mampu mendidik ibu dalam memahami nama obat
yang tercantum pada kemasan, bahwa yang perlu dicermati adalah nama bahan aktif,
bukan nama merk. Nama tersebut bisa dibaca pada komposisi obat. Pengetahuan ini
sangat berguna bagi ibu agar ketika melakukan swamedikasi tidak membeli obat
dengan kandungan bahan aktif yang sama.
5.3 Skor pengetahuan rata-rata
Tabel 5.3 Skor Pengetahuan Rata-Rata Sebelum dan Sesudah Pelatihan
Kelompok

Sebelum

Sesudah pelatihan

Persentase

Pelatihan

(pos-tes)

Peningkatan

(pre-tes)
Perlakuan

49,10

82,81

68,66%

Kontrol

46,19

47,94

3,80%

Tabel di atas menunjukkan bahwa kelompok perlakuan mengalami peningkatan


rerata pengetahuan yang cukup besar yaitu dari skor 49,10 menjadi 82,81 atau
meningkat sebesar 68,66%. Sedangkan pada kelompok kontrol juga mengalami
peningkatan, akan tetapi peningkatan tersebut sangat kecil yaitu dari skor 46,19
menjadi 47,94 atau meningkat sebesar 3,8%. Perbedaan skor pre-tes dan pos-tes pada
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol ditampilkan dalam diagram 5.3

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

Pretes
Postes

Perlakuan

Kontrol

Diagram 5.3 Skor Pengetahuan Rata-Rata pada Kedua Kelompok


6.Hasil Analisis Statistik
Hasil analisis statistik dengan uji Anakova diperoleh nilai F hitung = 343,522,
lebih besar dari F tabel = 4,00 (p<0,05; df1=1, df2=60) sehingga Ho ditolak dan Ha
diterima. Artinya pasca pelatihan, terdapat perbedaan signifikan rerata pengetahuan
antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol, dengan mengendalikan skor
pre tes. Rerata pengetahuan kelompok perlakuan (skor rata-rata = 82,81) lebih tinggi
dibanding kelompok kontrol (skor rata-rata =47,94). Dengan demikian pelatihan
CBIA yang diberikan terbukti efektif meningkatkan pengetahuan informasi obat pada
ibu sebesar 68,66%.

Kesimpulan
Setelah diberi pelatihan metode CBIA, terdapat perbedaan yang signifikan rerata
pengetahuan ibu pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, rerata pengetahuan
ibu kelompok perlakuan (skor=82,81) lebih tinggi dibanding kelompok kontrol
(skor=47,94). Artinya terbukti bahwa pelatihan metode CBIA efektif meningkatkan
pengetahuan ibu tentang informasi obat, dengan peningkatan sebesar 68,66%.

10

Saran
Disarankan dilakukan penelitian lanjutan tentang pengaruh tingkat pengetahuan
informasi obat terhadap ketepatan tindakan swamedikasi.

4. Daftar Pustaka
1. Anonim, 2008, Materi Pelatihan Peningkatan Pengetahuan dan Ketrampilan
Memilih Obat Bagi Kader, Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat kesehatan,
Depkes RI
2. Cipolle, R. J., L. M. Strand,

P. C. Morley, 1998, Pharmaceutical Care

Practice, New York: Mc Graw- Hill Companies


3. Mutmainah, H. Ghani, 2011, Metoda Pembelajaran Sains, Analisis Kovarian,
(http://www.docstoc.com/docs/22896333/diakses tanggal 15 Februari 2012)
4. Rustamaji, Hidayati S, Aryanti R & Suryawati S (1993) Levels of Knowledge
About Drugs Needed for Self-Medication Among Mothers and University
Students. Abstract Book, Asian Conference on Clinical Pharmacology &
Therapeutics, Yogyakarta
5. Shankar, P. R., Partha, P., Shenoy, N., 2002, Self-medication and non-doctor
prescription practices in Pokhara valley, Western Nepal: a questionnairebased

study,

BMC

Family

Practice,

(Online),

(17),

(http://biomedcentral.org, diakses 10 Maret 2012)


6. Supardi, S., dan, M. Notosiswoyo, 2005, Pengobatan Sendiri Sakit Kepala,
Demam, Batuk dan Pilek pada Masyarakat Desa Ciwalen, Kecamatan
Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Majalah Ilmu Kefarmasian,
Vol. 2
7. Suryawati, S., 2003, CBIA: Improving The Quality of Self-Medication
Through

Mothers Active, Majalah Issue, Vol 32, 2003

8. Suryawati, S., dan B. Santoso,


Medication An

Tanpa Tahun, Self-Learning for Self-

Alternative to Improve The Rational Use of OTCs,

Yogyakarta, Indonesia

11

9. Widhiarso, W., 13 Februari 2011, Fakultas Psikologi Universitas Gadjah


Mada

(http://widhiarso.staff.ugm.ac.id/files/Analisis

Eksperimen.pdf), diakses tgl 15 Juni 2012.

12

Kovarian

Untuk

13

Você também pode gostar