Você está na página 1de 10

Apa itu polio?

Polio merupakan penyakit yang disebabkan virus


polio yang tergolong dalam Picornavirus. Suatu
mikro organisme berukuran kecil, namun
dapat
melumpuhkan
tubuh.
Penyakit polio --sering disebut poliomyelitis-merupakan penyakit virus paling tua umurnya.
Penderita penyakit ini sudah terekam pada relief
peninggalan zaman Mesir Kuno yang dipahat ribuan
tahun sebelum Masehi. Pada relief itu, tertulis
seorang raja yang kakinya kecil sebelah, sehingga
para arkeolog dan kalangan medis menduga sang
raja terkena polio.

Bagaimana penularannya?
Penyebaran utamanya melalui kontak dengan
manusia. Pejamu (host) virus ini memang hanya
manusia. Di luar tubuh manusia, virus ini hanya mampu
bertahan hidup sebentar.
Virus ini disebarkan melalui rute orofecal (melalui
makanan dan minuman) dan melalui percikan ludah.
Kemudian virus berkembang biak di tenggorokan dan
usus dan kemudian menyebar ke kelenjar getah bening,
masuk ke dalam darah, serta menyebar ke seluruh
tubuh. Sasaran virus polio terutama adalah sistem saraf
yaitu ke otak, sumsum tulang belakang dan simpulsimpul saraf.

Lanjutan..
Dalam sistem saraf virus polio menyerang dan
merusak simpul-simpul saraf sehingga tidak
berfungsi. Biasanya yang diserang saraf penggerak
otot tungkai/kaki dan kadang-kadang tangan. Inilah
yang kemudian menyebabkan kelumpuhan dengan
mengecilnya tungkai, sehingga jalan menjadi tidak
sempurna.
Namun, virus ini dapat pula menyerang saraf
otot lengan dan tangan. Ia bahkan bisa menyerang
bagian otak sehingga susah menelan waktu makan,
mengalami kesulitan bernapas, dan akhirnya
menimbulkan kematian.

Gejala terserang polio?


Respons pertama terhadap infeksi poliovirus biasanya
bersifat infeksi asimptomatik, yakni tidak menunjukkan gejala
sakit apa pun. Sekitar 4 sampai 8 persen infeksi poliovirus tidak
menimbulkan gejala serius. Infeksi itu hanya menimbulkan
penyakit minor (abortive poliomyelitis) berupa demam, lemah,
mengantuk, sakit kepala, mual, muntah, sembelit dan sakit
tenggorokan. Setelah itu, pasien dapat sembuh dalam beberapa
hari.
Namun, bila poliovirus menginfeksi sel yang menjadi sasaran
utamanya, yaitu susunan sel syaraf pusat di otak, terjadilah
poliomyelitis nonparalitik (1 sampai 2 persen) dan poliomyelitis
paralitik
(0,1
sampai
1
persen).

Lanjutan..
Pada kasus poliomyelitis nonparalitik, yang
berarti poliovirus telah mencapai selaput otak
(meningitis aseptik), penderita mengalami kejang otot,
sakit punggung dan leher; selain dari gejala penyakit
minor yang telah disebutkan di atas.
Sedangkan kasus poliomyelitis paralitik, biasanya
terjadi sebagai perkembangan lebih lanjut gejala
ringan sebelumnya, meskipun dapat pula terjadi
tanpa melalui fase pertama tersebut. Pada tahap ini,
akan terjadi kerusakan tulang punggung atau bulbar
dan lumpuh lemas (flacid paralisis), yang terjadi
akibat kerusakan neuron motor bawah. Inilah puncak
serangan yang sangat ditakuti manusia.

Siapa yang rentan terkena


polio?
Penyakit ini lebih sering berjangkit di
daerah dingin, sehingga penderita penyakit
ini akan berkurang di daerah tropik.
Poliovirus lebih sering menyerang bayi
dan anak balita, daripada orang dewasa,
karena kekebalannya masih lemah. Virus ini
juga lebih banyak menyerang pria dewasa
daripada wanita.

Dimana tempat
bersarangnya virus polio?
Inang atau tempat hidup poliovirus hanyalah
tubuh manusia dan di tempat ini ia mampu hidup
bertahun-tahun lamanya. Pada tubuh hewan ia
tidak dapat hidup. Sedangkan di alam bebas,
makhluk ini disebut sebagai virus liar (wild virus),
yang hanya mampu bertahan selama dua hari
karena tidak tahan terhadap panas, cahaya dan
pengeringan.

Apa yang menyebabkan negara yang sudah


terbebas polio seperti Indonesia terkena
kembali transmisi polio liar?
Seluruh wilayah Indonesia sebenarnya sudah dinyatakan bebas polio sejak
1995, seharusnya memang tidak perlu lagi khawatir penyakit ini.
Sayangnya, penyakit yang melumpuhkan ini mempunyai kemampuan untuk
berpindah tempat yang tidak mengenal batas negara. Masalahnya justru masih
ada negara lain yang menjadi endemik polio tersebut, sehingga masih terbuka
lebar kemungkinan polio menyerang masuk ke wilayah Indonesia kembali.
Hal serupa pernah terjadi di sebuah wilayah pedesaan di kawasan Cina,
seorang anak menderita lumpuh karena virus polio yang berasal dari India.
Kasus lain adalah di Cape Verde, Afrika Barat, di tahun 2000, importasi virus
Polio dari Angola telah menyebabkan 44 orang lumpuh dan 17 orang
meninggal. Di Bulgaria, tahun 2001, setelah sejak tahun 1991 dinyatakan telah
bebas polio, ternyata dilaporkan ada dua anak yang dinyatakan menderita
polio. Hasil laboratorium di sana menunjukkan bahwa asal virus tersebut justru
dari India.

Mungkinkah muncul virus polio derivat


vaksin (VDPV) seperti Filipina?
Sangat mungkin. Selain ancaman importasi virus dari negara lain,
kemungkinan mutasi dari virus yang telah dijadikan vaksin, bisa
saja terjadi.
Hal tersebut sudah banyak terjadi di kantung-kantung populasi
dengan kekebalan rendah, seperti di Haiti dan Republik Dominika
pada tahun 2000, di mana pada saat itu terdapat sebanyak 19
anak lumpuh karena terjadi penularan di antara penduduk yang
memiliki tingkat kekebalan yang rendah.
Kasus yang sama juga terjadi pada tahun 2001 di Filipina. Ketika
itu, virus polio liar dinyatakan sudah tidak ditemukan lagi di
negara tersebut sejak tahun 1993, namun timbul kasus polio yang
ditimbulkan oleh virus polio yang berasal dari vaksin polio yang
berisi virus polio yang dilemahkan. Akibatnya, Filipina terpaksa
menggelar kampanye vaksinasi polio darurat. Fenomena yang
sama menunjukkan telah terjadi juga di Madagaskar.

Apa upaya yang harus dilakukan


untuk memberantas polio?

Ada empat strategi yang dianggap manjur untuk


memberantas polio.
Pertama, memberi imunisasi polio pada semua anak
sebanyak empat kali sebelum usia satu tahun sebagai bagian
imunisasi rutin untuk mencegah tujuh penyakit utama anak
(tuberkulosis/meningitis, polio, dipteri, pertusis, tetanus,
campak, hepatitis B).
Kedua, lewat Pekan Imunisasi Nasional semua anak di
bawah usia lima tahun diberi dua dosis vaksin polio dengan
tenggang waktu satu bulan.
Ketiga, sistem pengamatan dibuat sedemikian rupa sehingga
tak
ada
kasus
polio
yang
tak
teridentifikasi.
Keempat, mengirim tim untuk melakukan imunisasi dari
rumah ke rumah di wilayah virus polio dicurigai masih
beredar.

Você também pode gostar