Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
A. TUJUAN
1. Melakukan pemeriksaan fungsi pendengaran menurut cara Rinne, Weber
dan Swabach.
2. Menyimpulkan hasil pemeriksaan di atas.
B. ALAT DAN BAHAN
1. Penala dengan berbagai frekuensi
2. Kapas untuk menyumbat telinga
C. CARA KERJA :
CARA RINNE
1. Getarkanlah penala dengan cara memukulkan salah satu ujung jarinya ke
telapak tangan. Jangan sekali-kali memukulnya pada benda yang keras.
2. Tekanlah ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah satu telinga
orang percobaan.
3. Tanyakan kepada orang percobaan apakah ia mendengar bunyi penala
mendengung di telinga yang diperiksa, bila demikian orang percobaan
harus sregera member tanda bila bunyi dengungan itu menghilang.
4. Pada saat itu pemeriksa mengangkat penala dari processus mastoideus
orang percobaan dan kemusian ujung jari penala ditempatkan sedekatdekatnya di depan liang telinga yang sedang diperiksa.
5. Catatlah hasil pemeriksaan Rinne sebagai berikut:
Positif
Negatif
hantaran aerotimpanal
CARA WEBER
1. Getarkanlah penala dengan cara seperti no. A1
2. Tekankanlah ujung tangkai penala pada dahi orang percobaan di garis median.
3. Tanyakan kepada orang percobaan apakah ia mendengar dengungan bunyi
penala sama kuat di kedua telinganya ataukah terjadi lateralisasi.
Apakah yang dimaksud dengan lateralisasi?
4. Bila pada orang percobaan tidak terdapat lateralisasi, maka untuk menimbulkan
lateralisasi secara buatan, tutuplah salah satu telinganya degan kapas dan
ulangilah pemeriksaannya.
CARA SCHWABACH
1. Getarkanlah penala dengan cara seperti no. A1
2. Tekanlah ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah satu telinga
orang percobaan.
3. Suruhlah orang percobaan mengacungkan tangannya pada saat dengungan
bunyi menghilang.
Pada pemeriksaan ini telingan si pemeriksa dianggap normal.
Bila dengungan penala setelah dinyatakan berhenti oleh orang percobaan masih
dapat di dengar oleh si pemeriksa mungkin Schwabach memendek.
4. Apabila dengungan penala setelah dinyatakan berhenti oleh orang percobaan
juga tidak dapat didengar oleh si pemeriksa, maka hasil pemeriksaan mungkin
Schwabach normal atau schwabach memanjang . Untuk memastikan hal ini
maka dilakukan pemeriksaan sebagai berikut:
Penala digetarkan, ujung tangkai penala mula-mula ditekan ke processus
mastoideus si pemriksa sampai tidak terdengar lagi kemudian ujung tangkai
penala segera ditekan ke processus mastoideus orang percobaan.
Bila dengungan (setelah dinyatakan berhenti oleh si pemeriksa) masih dapat
didengar oleh orang percobaan, maka hasil pemeriksaan ialah Schwabach
memanjang.
Bila dengungan (setelah dinyatakan berhenti oleh si pemeriksa) juga tidak
dapat didengar oleh orang percobaan, maka hasil pemeriksaan ialah
Schwabach normal.
D. HASIL PERCOBAAN
- Cara rinne : hasil pemeriksaan adalah positif.
Getaran bunyi masuk melalui daun telinga kemudian menggetarkan meatus
akustikus ekternus. Hasil pemeriksaan positif menandakan elastisitas meatus
akustikus ekternus baik, sehingga dapat menggetarkan 3 tulang dalam telinga
(maleus, incus, stapes) kemudian meneruskan membrane bunyi hingga ke
n.kokhlear.
- Cara weber : suara terdengar lebih dominan pada bagian kiri.
Tujuan dari tes weber adalah membandingkan hantaran tulang antara kedua
telinga OP. Jika telinga OP mendengar atau mendengar lebih keras 1 telinga
maka terjadi lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika kedua OP sama-sama tidak
mendengar atau sama-sama mendengaar maka berarti tidak ada lateralisasi.
-
E. Pembahasan
Gelombang suara adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerahdaerah bertekanan tinggi karena kompresi molekul-molekul udara.Saat molekul
udara di belakang gigi garpu tala menyebar, molekul-molekul tersebut memasuki
liang telinga dan menggetarkan membran timpani. Karena keutuhan fungsi
membran
timpani,
membran
tersebut
menggetarkan
perilimfe
sehingga
F. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa, keutuhan fungsi membran timpani dan tulang
pendengaran berperan penting dalam pendengaran normal.
Adanya hambatan pada liang telinga dapat menyebabkan gangguan pada
pendengaran.
Hantaran bunyi melalui tulang tidak tergantung pada kersnya suara melainkan
terantung pada kontak langsung antara sumber suara dengan tulang cranium,
khususnya prosessus mastoideus.
kepentingan
kedudukan
kepala
dan
mata
dalam
Tes jatuh
Kesan (sensasi)
suruhlah orang
percobaan
untuk menutup
matanya
dan
yang
dimaksud
dengan
rotator
nystagmus
dan
postrotatoory nystagmus?
menegakan
kepalanya
dan
melakukan
tes
penyimpangan
penunjukseperti di atas.
8. Perhatikann apakah terjadi penyimpangan penunjukan oleh orang percobaan.
Bila terjadi penyimpangan, tetapkanlah arah penyimpangannya. Teruskanlah
tes tersebut samapai orang percobaan tidak salah lagi meyentuh jari tangan
pemeriksa.
C. Tes Jatuh
1. Suruhlah orang percobaan duduk di kursi Barany dengan kedua tangannya
memegang erat tangan kursi
Suruhlah Orang peecobaan untuk menutup matanya dan bungkukanlah kepala
dan badannya sehingga posisi kepala mebentuk sudut 1200 dari posisi normal.
2. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 10 detik secara teratur tanpa sentakan.
3. Segera setelah pemutaran kursi dihentikan tiba-tiba, surughlah orang
percobaan menegakkan kembali kepala dan badannya.
4. Perhatikan ke mana ia akan jatuh dan tanyakan ke mana rasanya di akan jatuh.
5. Ulangi tes jatuh ini, tiap kali pada orang percobaan lain dengan:
a. Memiringkan kepala kea rah kanan sehingga kepal mirinh 90 0 terhadap
posisi normal.
b. Menengadahkan kepala ke belakan sehingga membuat sudut 600
6. Hubungkan arah jatuh pada setiap percobaan dengan arah aliran endolimfe
pada kanalis semisirkularis yang teransang.
D. Kesan (sensasi)
1. Suruhlah orang percobaan lain duduk di kursi Barany dengan menutup kedua
matanya.
1.
2.
3.
mengatur
keseimbangannya.
Dan
saat
kepala
OP
dimiringkan,
8
Kesan (sensasi) : Hasil pemeriksaan arah adalah sebagai berikut: (arah putar kanan)
a. sewaktu kecepatan putar masih bertambah : kanan
b. sewaktu kecepatan putar menetap : kanan
c. sewaktu kecepatan putar dikurangi : kiri
10
B. Pembahasan
Keseimbangan Berdiri
Pada posisi berdiri seimbang, susunan saraf pusat berfungsi untuk menjaga
pusat massa tubuh (center of body mass) dalam keadaan stabil dengan batas bidang
11
tumpu tidak berubah kecuali tubuh membentuk batas bidang tumpu lain (misalnya :
melangkah). Pengontrol keseimbangan pada tubuh manusia terdiri dari tiga komponen
penting, yaitu sistem informasi sensorik (visual, vestibular dan somatosensoris),
central processing dan efektor.
Pada sistem informasi, visual berperan dalam contras sensitifity (membedakan
pola dan bayangan) dan membedakan jarak. Selain itu masukan (input) visual
berfungsi sebagai kontrol keseimbangan, pemberi informasi, serta memprediksi
datangnya gangguan. Bagian vestibular berfungsi sebagai pemberi informasi gerakan
dan posisi kepala ke susunan saraf pusat untuk respon sikap dan memberi keputusan
tentang perbedaan gambaran visual dan gerak yang sebenarnya. Masukan (input)
proprioseptor pada sendi, tendon dan otot dari kulit di telapak kaki juga merupakan
hal penting untuk mengatur keseimbangan saat berdiri static maupun dinamik
Central processing berfungsi untuk memetakan lokasi titik gravitasi, menata
respon sikap, serta mengorganisasikan respon dengan sensorimotor. Selain itu, efektor
berfungsi sebagai perangkat biomekanik untuk merealisasikan renspon yang telah
terprogram si pusat, yang terdiri dari unsur lingkup gerak sendi, kekuatan otot,
alignment sikap, serta stamina.
Postur adalah posisi atau sikap tubuh. Tubuh dapat membentuk banyak postur
yang memungkinkan tubuh dalam posisi yang nyaman selama mungkin. Pada saat
berdiri tegak, hanya terdapat gerakan kecil yang muncul dari tubuh, yang biasa di
sebut dengan ayunan tubuh. Luas dan arah ayunan diukur dari permukaan tumpuan
dengan menghitung gerakan yang menekan di bawah telapak kaki, yang di sebut
pusat tekanan (center of pressure-COP). Jumlah ayunan tubuh ketika berdiri tegak di
pengaruhi oleh faktor posisi kaki dan lebar dari bidang tumpu.
Posisi tubuh ketika berdiri dapat dilihat kesimetrisannya dengan : kaki selebar
sendi pinggul, lengan di sisi tubuh, dan mata menatap ke depan. Walaupun posisi ini
dapat dikatakan sebagai posisi yang paling nyaman, tetapi tidak dapat bertahan lama,
karena seseorang akan segera berganti posisi untuk mencegah kelelahan.
Sistem informasi sensoris meliputi visual, vestibular, dan somatosensoris.
a. Visual
Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris. Cratty & Martin (1969)
menyatakan bahwa keseimbangan akan terus berkembang sesuai umur, mata akan
12
membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk mempertahankan keseimbangan,
dan sebagai monitor tubuh selama melakukan gerak statik atau dinamik. Penglihatan
juga merupakan sumber utama informasi tentang lingkungan dan tempat kita berada,
penglihatan memegang peran penting untuk mengidentifikasi dan mengatur jarak
gerak sesuai lingkungan tempat kita berada. Penglihatan muncul ketika mata
menerima sinar yang berasal dari obyek sesuai jarak pandang.
Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau bereaksi terhadap
perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga memberikan kerja otot yang
sinergis
untuk
mempertahankan
keseimbangan
tubuh.
b. Sistem vestibular
Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting dalam
keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor sensoris vestibular
berada di dalam telinga. Reseptor pada sistem vestibular meliputi kanalis
semisirkularis, utrikulus, serta sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini disebut
dengan sistem labyrinthine. Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala
dan percepatan perubahan sudut. Melalui refleks vestibulo-occular, mereka
mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek yang bergerak. Mereka
meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang berlokasi di
batang otak. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus vestibular tetapi ke serebelum,
formatio retikularis, thalamus dan korteks serebri.
Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth, retikular
formasi, dan serebelum. Keluaran (output) dari nukleus vestibular menuju ke motor
neuron melalui medula spinalis, terutama ke motor neuron yang menginervasi otototot proksimal, kumparan otot pada leher dan otot-otot punggung (otot-otot postural).
Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehingga membantu mempertahankan
keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot postural.
c. Somatosensoris
Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta persepsi-kognitif.
Informasi propriosepsi disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis medula spinalis.
Sebagian besar masukan (input) proprioseptif menuju serebelum, tetapi ada pula yang
menuju ke korteks serebri melalui lemniskus medialis dan talamus.
13
Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian bergantung pada
impuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi. Alat indra tersebut adalah
ujung-ujung saraf yang beradaptasi lambat di sinovia dan ligamentum. Impuls dari
alat indra ini dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain , serta otot di proses di
korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang.
C. Kesimpulan
Ketika kepala bergerak akibat terjadinya perputaran tubuh, endolimfe akan
mengalir di atas sel-sel rambut. Sel-sel rambut menerima ransangan tersebut dan
mengubahnya menjadi impuls saraf. Sebagai responnya, otot-otot berkonsraksi untuk
mempertahankan keseimbangan tubuh pada posisi yang baru. Sistem informasi
sensoris meliputi visual, vestibular, dan somatosensoris.
14