Você está na página 1de 14

PRAKTIKUM PEMERIKSAAN PENDENGARAN

A. TUJUAN
1. Melakukan pemeriksaan fungsi pendengaran menurut cara Rinne, Weber
dan Swabach.
2. Menyimpulkan hasil pemeriksaan di atas.
B. ALAT DAN BAHAN
1. Penala dengan berbagai frekuensi
2. Kapas untuk menyumbat telinga

C. CARA KERJA :
CARA RINNE
1. Getarkanlah penala dengan cara memukulkan salah satu ujung jarinya ke
telapak tangan. Jangan sekali-kali memukulnya pada benda yang keras.
2. Tekanlah ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah satu telinga
orang percobaan.
3. Tanyakan kepada orang percobaan apakah ia mendengar bunyi penala
mendengung di telinga yang diperiksa, bila demikian orang percobaan
harus sregera member tanda bila bunyi dengungan itu menghilang.
4. Pada saat itu pemeriksa mengangkat penala dari processus mastoideus
orang percobaan dan kemusian ujung jari penala ditempatkan sedekatdekatnya di depan liang telinga yang sedang diperiksa.
5. Catatlah hasil pemeriksaan Rinne sebagai berikut:
Positif

: bila orang percobaan masih mendengar dengungan secara


hantaran aerotemporal.

Negatif

: bila orang percobaan tidak lagi mendengar dengungan secara

hantaran aerotimpanal

CARA WEBER
1. Getarkanlah penala dengan cara seperti no. A1
2. Tekankanlah ujung tangkai penala pada dahi orang percobaan di garis median.
3. Tanyakan kepada orang percobaan apakah ia mendengar dengungan bunyi
penala sama kuat di kedua telinganya ataukah terjadi lateralisasi.
Apakah yang dimaksud dengan lateralisasi?
4. Bila pada orang percobaan tidak terdapat lateralisasi, maka untuk menimbulkan
lateralisasi secara buatan, tutuplah salah satu telinganya degan kapas dan
ulangilah pemeriksaannya.
CARA SCHWABACH
1. Getarkanlah penala dengan cara seperti no. A1
2. Tekanlah ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah satu telinga
orang percobaan.
3. Suruhlah orang percobaan mengacungkan tangannya pada saat dengungan
bunyi menghilang.
Pada pemeriksaan ini telingan si pemeriksa dianggap normal.
Bila dengungan penala setelah dinyatakan berhenti oleh orang percobaan masih
dapat di dengar oleh si pemeriksa mungkin Schwabach memendek.
4. Apabila dengungan penala setelah dinyatakan berhenti oleh orang percobaan
juga tidak dapat didengar oleh si pemeriksa, maka hasil pemeriksaan mungkin
Schwabach normal atau schwabach memanjang . Untuk memastikan hal ini
maka dilakukan pemeriksaan sebagai berikut:
Penala digetarkan, ujung tangkai penala mula-mula ditekan ke processus
mastoideus si pemriksa sampai tidak terdengar lagi kemudian ujung tangkai
penala segera ditekan ke processus mastoideus orang percobaan.
Bila dengungan (setelah dinyatakan berhenti oleh si pemeriksa) masih dapat
didengar oleh orang percobaan, maka hasil pemeriksaan ialah Schwabach
memanjang.
Bila dengungan (setelah dinyatakan berhenti oleh si pemeriksa) juga tidak
dapat didengar oleh orang percobaan, maka hasil pemeriksaan ialah
Schwabach normal.

D. HASIL PERCOBAAN
- Cara rinne : hasil pemeriksaan adalah positif.
Getaran bunyi masuk melalui daun telinga kemudian menggetarkan meatus
akustikus ekternus. Hasil pemeriksaan positif menandakan elastisitas meatus
akustikus ekternus baik, sehingga dapat menggetarkan 3 tulang dalam telinga
(maleus, incus, stapes) kemudian meneruskan membrane bunyi hingga ke
n.kokhlear.
- Cara weber : suara terdengar lebih dominan pada bagian kiri.
Tujuan dari tes weber adalah membandingkan hantaran tulang antara kedua
telinga OP. Jika telinga OP mendengar atau mendengar lebih keras 1 telinga
maka terjadi lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika kedua OP sama-sama tidak
mendengar atau sama-sama mendengaar maka berarti tidak ada lateralisasi.
-

Cara schwabach : hasil pemeriksaan adalah schwabach memendek.


Tes ini berfungsi untuk membandingkan daya transport melalui tulang mastoid
antara pemeriksa (normal) dengan OP. Gelombang-gelombang dalam
endolymphe dapat ditimbulkan oleh getaran yang datang melalui udara.dan
getaran yang datang melalui tengkorak, khususnya osteo temporale. Pada
percobaan didapatkan hasil swabach memendek berarti masih didapatkan
hantaran bunyi yang baik. adapun pada percobaan ini, bisa terdapat kesalahan
pemeriksaan, hal ini dapat disebabkan misalnya oleh tangkai garpu tala tidak
berdiri dengan baik, kaki garpu tala tersentuh, atau pasien lambat memberikan
isyarat tentang hilangnya bunyi.

E. Pembahasan
Gelombang suara adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerahdaerah bertekanan tinggi karena kompresi molekul-molekul udara.Saat molekul
udara di belakang gigi garpu tala menyebar, molekul-molekul tersebut memasuki
liang telinga dan menggetarkan membran timpani. Karena keutuhan fungsi
membran

timpani,

membran

tersebut

menggetarkan

perilimfe

sehingga

menghantarkan gelombang suara. Pendengaran yang baik ditentukan oleh


penghantaran getaran bunyi dari udara ke sel reseptor.
Lateralisasi adalah keadaan dimana salah satu pendengaran telinga lebih kuat
dari telinga satunya. Dengan lateralisasi buatan (penyumbatan telinga), tekanan
udara di kedua sisi membran timpani tidak sama sehingga molekul udara di sekitar
membran timpani tidak dapat bergerak bebas. Hal tersebut menimbulkan adanya
dengungan pada telinga yang disumbat dan menganggu pendengaran.
Karena telinga dalam, koklea, tertanam pada kavitas bertulang di dalam tulang
temporalis yang disebut labirin tulang, getaran di seluruh tulang tenggorak dapat
menyebabkan getaran cairan pada koklea itu sendiri. Oleh karena itu, pada kondisi
yang memungkinkan, garpu tala yang diletakan pada setiap protuberansia tulang
tengkorak, tetapi terutama pada processus mastoideus, akan menyebabkan
seseorang mendengar suara tersebut.

F. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa, keutuhan fungsi membran timpani dan tulang
pendengaran berperan penting dalam pendengaran normal.
Adanya hambatan pada liang telinga dapat menyebabkan gangguan pada
pendengaran.
Hantaran bunyi melalui tulang tidak tergantung pada kersnya suara melainkan
terantung pada kontak langsung antara sumber suara dengan tulang cranium,
khususnya prosessus mastoideus.

PRAKTIKUM SIKAP DAN KESEIMBANGAN BADAN


A. Tujuan
1. Mendemostrasikan

kepentingan

kedudukan

kepala

dan

mata

dalam

mempertahankan keseimbangan badan pada manusia.


2. Mendemostrasikan dan menerangkan pengaruh percepatan sudut:
a. Dengan kursi Barany terhadap:

Gerakan bola mata (nistagmus)

Tes penyimpangan penunjukan

Tes jatuh

Kesan (sensasi)

b. Dengan berjalan mengelilingi statif.


B. Alat dan Bahan
1. Kursi putar Barany
2. Tongkat atau statif yang panjang
C. Cara Kerja
I. Pengaruh Kedudukan Kepala dan Mata yang Normal terhadap Kesimbangan
Badan
1. Suruhlah orang percobaan berjalan mengikuti suatu garis lurus di lantai
dengan mata terbuka dan kepala serta badan dalam sikap yang biasa.
Perhatikan jalannya dan tanyakan apakah ia mengalami kesulitan dalam
mengikuti garis lurus tersebut.
2. Ulangi percobaan di atas (no.1) dengan mata tertutup.
3. Ulangi perbaan di atas (no.1 dan 2) dengan:
a. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kiri
b. Kepala dimiringkan dengn kuat ke kanan.

Percobaan dengan Kursi Barany


A. Nistagmus
1. Suruhlah orang percobaan duduk tegak di kursi Barany dengan kedua
tangannya memegang erat tangan kursi.
2. Kemudian

suruhlah orang

percobaan

untuk menutup

matanya

dan

menundukan kepalanya 300 ke depan.


3. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur dan tanpa
sentakan.
4. Hentikan putaran kursi dengan tiba-tiba.
5. Suruhlah orang percobaan untuk membuka matanya.
6. Perhatikan adanya nistagmus

a. Tetapkan arah komponen lambat dan cepat nistagmus tersebut.


b. Apakah

yang

dimaksud

dengan

rotator

nystagmus

dan

postrotatoory nystagmus?

B. Tes Penyimpangan Penunjukan (Past Pointing Test of Barany)


1. Suruhlah orang percobaan duduk tegak di kursi Barany dan menutup matanya.
2. Pemeriksa berdiri tepat di muka kursi Barany sambil mengulurkan tangan
kirinya ke arah orang percobaan.
3. Suruhlah orang percobaan melutruskan lengan kananya ke depan sehingga
dapat menyentuh jari tangan periksa yang telah diulurkan sebelumnya.
4. Suruhlah orang percobaan mengangkat lengan kanannya ke atas dan kemudian
dengan cepat menurunkannya kembali sehingga dapat menyentuh jari
pemeriksa lagi.
Tindakan no.1- 4 merupakan persiapan untuk tes yang ssungguhnya sebagai
berikut:
6

5. Suruhlah sekarang orang percobaan dengan kedua tangannya memegang erat


tangan kursi, menundukan kepala 300 ke depan.
6. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam waktu 20 detik secara teratut tanpa
sentakan.
7. Segera setelah pemutaran, kursi dihentikan dengan tiba-tiba, suruhlah orang
percobaan

menegakan

kepalanya

dan

melakukan

tes

penyimpangan

penunjukseperti di atas.
8. Perhatikann apakah terjadi penyimpangan penunjukan oleh orang percobaan.
Bila terjadi penyimpangan, tetapkanlah arah penyimpangannya. Teruskanlah
tes tersebut samapai orang percobaan tidak salah lagi meyentuh jari tangan
pemeriksa.
C. Tes Jatuh
1. Suruhlah orang percobaan duduk di kursi Barany dengan kedua tangannya
memegang erat tangan kursi
Suruhlah Orang peecobaan untuk menutup matanya dan bungkukanlah kepala
dan badannya sehingga posisi kepala mebentuk sudut 1200 dari posisi normal.
2. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 10 detik secara teratur tanpa sentakan.
3. Segera setelah pemutaran kursi dihentikan tiba-tiba, surughlah orang
percobaan menegakkan kembali kepala dan badannya.
4. Perhatikan ke mana ia akan jatuh dan tanyakan ke mana rasanya di akan jatuh.
5. Ulangi tes jatuh ini, tiap kali pada orang percobaan lain dengan:
a. Memiringkan kepala kea rah kanan sehingga kepal mirinh 90 0 terhadap
posisi normal.
b. Menengadahkan kepala ke belakan sehingga membuat sudut 600
6. Hubungkan arah jatuh pada setiap percobaan dengan arah aliran endolimfe
pada kanalis semisirkularis yang teransang.
D. Kesan (sensasi)
1. Suruhlah orang percobaan lain duduk di kursi Barany dengan menutup kedua
matanya.

2. Putarlah kursi tersebut ke kanan dengan kecepata yang berangsur-angsur


bertambah dan kemudian kurangilah kecepatan putarannya secara berangsurangsur pula sampai berhenti.
3. Tanyakan kepada orang percobaan arah perasaan orang berputar:
a. Sewaktu kecepatan putar masih bertambah
b. Sewaktu kecepatan putar menetap
c. Sewaktu kecepatan putar dikurangi
d. Sewaktu kecepatan putar dihentikan
4. Berikan keterang tentang mekanisme terjadinya arah perasaan berputar yang
dirasakan oleh orang percobaan itu.

Percobaan Sederhana untuk Kanalis Semisirkularis Horisontalis


1. Suruhlah orang percobaan, dengan mata tertutup dan kepala ditundukan 30 0,
berputar sambil berpegang pada tongkat atau statif, menurut arah jarum jam,
sebanyak 10 kali dalam 30 derik.
2. Suruhlah orang percobaan berhenti, kemudian membuka matanya dan berjalan
lurus ke muka.
3. Perhatikan apa yang terjadi.
4. Ulangi percobaan ini dengan berputar menurut arah yang berlawanan dengan
arah jarum jam.
A. Hasil Pengamatan

1.
2.
3.

Pengaruh kedudukan kepala dan mata yang normal :


Ketika mata terbuka, OP dapat berjalan lurus mengikuti garis lurus.
Saat mata tertutup, OP mulai berjalan kearah yang tidak beraturan.
Pada saat OP mata tertutup dan kepala dimiringkan kearah kiri, OP tidak dapat

berjalan lurus lurus, namun berjalan kearah kanan.


4. Pada saat OP mata tertutup dan kepala dimiringkan kearah kanan, OP tidak
dapat dapat berjalan lurus, namun berjalan kearah kiri.
Sesuai dengan hasil yang didapat, ketika mata OP terbuka ia masih dapat
mengendalikan keseimbangannya, namun ketika mata tertutup, OP mulai tidak
dapat

mengatur

keseimbangannya.

Dan

saat

kepala

OP

dimiringkan,
8

keseimbangan OP lebih terganggu, hal ini diperlihatkan saat kepala dimiringkan


kekiri ia berjalan berlawanan arah yaitu kekanan, disini terbukti OP berusaha
mempertahankan keseimbangannnya, namun yang terjadi justru sebaliknya. Dari
percobaan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk mempertahankan
keseimbangan, semua alat indera yang ada pada tubuh harus digunakan. salah satu
alat indera tidak ada (dalam kasus ini adalah mata), maka keseimbangan secara
tidak langsung akan terganggu.

Nistagmus : Mata OP bergerak ke kanan terlebih dahulu kemudian ke kiri,


dengan lumayan cepat.
Nistagmus adalah gerakan mata yang cepat dari kiri ke kanan atau dari atas ke
bawah. Nistagmus bisa timbul akibat gangguan apapun pada N. VIII ataupun
sambungannya pada batang otak atau serebelum, dan pada intoksikasi fenitoin.
Pergerakan yang menyerupai nistagmus dapat terjadi secara normal ketika
mengikuti objek yang bergerak (misal: melihat keluar jendela kereta) (nistgamus
optokinetik) atau setelah stimulasi sistem vestibular. Arahnya dinamai sesuai fase
cepat. Fase gerak seiring arah rotasi (searah sumbu visual) dikenal sebagai
rotatory nystagmus, sedangkan fase gerak normal setelah perputaran, dengaan
arah berlawanan/menjauhi rotasi dikenal dengan postrotatory nystagmus. Osilasi
dapat terjadi pada bidang vertical, horizontal, torsi ataupun dalam kombinasi
apapun (arah hanya mengacu pada penilaian subyektif). Pada OP, fase cepat ke
arah kanan dan fase lambat ke arah kiri, dengan arah gerak dari kanan ke kiri.
Pada percobaan ini, didapatkan kecepatan gerak mata kira-kira sama, hal ini dapat
disebut dengan nistgamus pendular. kemungkinan gerakan pada mata ini
disebabkan oleh mekanisme endolimfe telinga, Gerakan endolimfe tersebut
menyebabkan sinyal propioseptif pada organ vestibular, yang dapat dilihat pada
gerakan mata.
Past pointing test of barany : Setelah orang percobaan membuka mata,o.p
akan jatuh ke kiri dan tidak dapat menyentuh tangan pemeriksa.Setelah
beberapa menit,orang percobaan bisa menyentuh tangan pemeriksa dengan
lurus.
9

Penyimpangan penunjukan ke arah kiri yang terjadi setelah OP diputar ke kanan


bukan suatu refleks, tetapi merupakan tindakan berdasarkan keinginan. Saat mata
OP dalam keadaan tertutup, terdapat koordinasi yang salah dari OP karena sensasi
perputaran yang dialaminya.Namun, setelah mata dibuka, OP dapat menyentuh
jari tangan dengan tepat.
Tes jatuh : OP bergerak ke depan tetapi merasakan sensasi ke belakang.
Keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap lingkungan di sekitarnya
tergantung pada input sensorik dari reseptor vestibuler di labirin, organ visual dan
proprioseptif. Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik tersebut akan diolah di
SSP, sehingga menggambarkan keadaan posisi tubuh pada saat itu. Gerakan atau
perubahan kepala dan tubuh akan menimbulkan perpindahan cairan endolimfa di
labirin dan selanjutnya silia sel rambut akan menekuk. Tekukan silia
menyebabkan permeabilitas membran sel berubah, sehingga ion kalsium akan
masuk ke dalam sel yang menyebabkan terjadinya proses depolarisasi dan akan
merangsang penglepasan neurotransmitter eksitator yang selanjutnya akan
meneruskan impuls sensoris melalui saraf aferen ke pusat keseimbangan di otak.
Sewaktu berkas silia terdorong ke arah berlawanan, maka terjadi hiperpolarisasi.
Organ vestibuler berfungsi sebagai transduser yang mengubah energi mekanik
akibat rangsangan otolit dan gerakan endolimfa di dalam kanalis semisirkularis
menjadi energi biolistrik, sehingga dapat memberi informasi mengenai perubahan
posisi tubuh akibat percepatan linier atau percepatan sudut. Dengan demikian
dapat memberi informasi mengenai semua gerak tubuh yang sedang berlangsung.
Sistem vestibuler berhubungan dengan sistem tubuh yang lain, sehingga
kelainannya dapat menimbulkan gejala pada sistem tubuh bersangkutan. Gejala
yang timbul dapat berupa vertigo, rasa mual dan muntah. Pada jantung berupa
bradikardi atau takikardi dan pada kulit reaksinya berkeringat dingin.

Kesan (sensasi) : Hasil pemeriksaan arah adalah sebagai berikut: (arah putar kanan)
a. sewaktu kecepatan putar masih bertambah : kanan
b. sewaktu kecepatan putar menetap : kanan
c. sewaktu kecepatan putar dikurangi : kiri
10

d. segera setelah kursi dihentikan : kiri

Akselarasi atau deselarasi selama rotasi kepala ke segala arah menyebabkan


pergerakan endolimfe yang awalnya tidak ikut bergerak sesuai arah rotasi kepala
karena inersia. Apabila gerakan kepala berlanjut dalam arah dan kecepatan yang
sama, endolimfe akan menyusul dan bergerak bersama dengan kepala sehingga
rambut-rambut kembali ke posisi tegak. Ketika kepala berhenti, keadaan
sebaliknya terjadi. Hal ini yang menyebabkan adanya perbedaan kesan reaksi
dengan arah putar sebenarnya, ketika kecepatan dikurangi ataupun kursi
dihentikan.
Percobaan sederhana untuk kanalis semisirkularis horisontalis :
1. Saat berputar searah jarum jam, pada 5 putaran pertama OP masih berjalan
secara lancar, namun saat putaran ke 6 OP mulai berjalan lebih lambat. Ketika
OP berhenti dan berjalan kedepan, OP tidak dapat berjalan lurus ke muka,
melainkan berjalan kearah kanan.
2. Saat berputar berlawanan arah jarum jam, hal yang sama terjadi seperti pada
saat OP berputar searah jarum jam. Ketika diberhentikan, ia juga tidak dapat
berjalan lurus, namun perbedaannya OP berjalan kearah kiri
Dari hasil ini diperoleh bahwa akibat jalan berputar pada satu tempat yang
dilakukan OP, keseimbangan tubuh OP terganggu, hal ini terbukti saat OP tidak
dapat berjalan lurus ke muka. Diduga keseimbangan OP terganggu pada bagian
serebelum, dimana serebelum merupakan tempat pusat mempertahankan
keseimbangan pada tubuh manusia.

B. Pembahasan

Keseimbangan Berdiri
Pada posisi berdiri seimbang, susunan saraf pusat berfungsi untuk menjaga
pusat massa tubuh (center of body mass) dalam keadaan stabil dengan batas bidang
11

tumpu tidak berubah kecuali tubuh membentuk batas bidang tumpu lain (misalnya :
melangkah). Pengontrol keseimbangan pada tubuh manusia terdiri dari tiga komponen
penting, yaitu sistem informasi sensorik (visual, vestibular dan somatosensoris),
central processing dan efektor.
Pada sistem informasi, visual berperan dalam contras sensitifity (membedakan
pola dan bayangan) dan membedakan jarak. Selain itu masukan (input) visual
berfungsi sebagai kontrol keseimbangan, pemberi informasi, serta memprediksi
datangnya gangguan. Bagian vestibular berfungsi sebagai pemberi informasi gerakan
dan posisi kepala ke susunan saraf pusat untuk respon sikap dan memberi keputusan
tentang perbedaan gambaran visual dan gerak yang sebenarnya. Masukan (input)
proprioseptor pada sendi, tendon dan otot dari kulit di telapak kaki juga merupakan
hal penting untuk mengatur keseimbangan saat berdiri static maupun dinamik
Central processing berfungsi untuk memetakan lokasi titik gravitasi, menata
respon sikap, serta mengorganisasikan respon dengan sensorimotor. Selain itu, efektor
berfungsi sebagai perangkat biomekanik untuk merealisasikan renspon yang telah
terprogram si pusat, yang terdiri dari unsur lingkup gerak sendi, kekuatan otot,
alignment sikap, serta stamina.
Postur adalah posisi atau sikap tubuh. Tubuh dapat membentuk banyak postur
yang memungkinkan tubuh dalam posisi yang nyaman selama mungkin. Pada saat
berdiri tegak, hanya terdapat gerakan kecil yang muncul dari tubuh, yang biasa di
sebut dengan ayunan tubuh. Luas dan arah ayunan diukur dari permukaan tumpuan
dengan menghitung gerakan yang menekan di bawah telapak kaki, yang di sebut
pusat tekanan (center of pressure-COP). Jumlah ayunan tubuh ketika berdiri tegak di
pengaruhi oleh faktor posisi kaki dan lebar dari bidang tumpu.
Posisi tubuh ketika berdiri dapat dilihat kesimetrisannya dengan : kaki selebar
sendi pinggul, lengan di sisi tubuh, dan mata menatap ke depan. Walaupun posisi ini
dapat dikatakan sebagai posisi yang paling nyaman, tetapi tidak dapat bertahan lama,
karena seseorang akan segera berganti posisi untuk mencegah kelelahan.
Sistem informasi sensoris meliputi visual, vestibular, dan somatosensoris.
a. Visual
Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris. Cratty & Martin (1969)
menyatakan bahwa keseimbangan akan terus berkembang sesuai umur, mata akan
12

membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk mempertahankan keseimbangan,
dan sebagai monitor tubuh selama melakukan gerak statik atau dinamik. Penglihatan
juga merupakan sumber utama informasi tentang lingkungan dan tempat kita berada,
penglihatan memegang peran penting untuk mengidentifikasi dan mengatur jarak
gerak sesuai lingkungan tempat kita berada. Penglihatan muncul ketika mata
menerima sinar yang berasal dari obyek sesuai jarak pandang.
Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau bereaksi terhadap
perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga memberikan kerja otot yang
sinergis

untuk

mempertahankan

keseimbangan

tubuh.

b. Sistem vestibular
Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting dalam
keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor sensoris vestibular
berada di dalam telinga. Reseptor pada sistem vestibular meliputi kanalis
semisirkularis, utrikulus, serta sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini disebut
dengan sistem labyrinthine. Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala
dan percepatan perubahan sudut. Melalui refleks vestibulo-occular, mereka
mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek yang bergerak. Mereka
meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang berlokasi di
batang otak. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus vestibular tetapi ke serebelum,
formatio retikularis, thalamus dan korteks serebri.
Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth, retikular
formasi, dan serebelum. Keluaran (output) dari nukleus vestibular menuju ke motor
neuron melalui medula spinalis, terutama ke motor neuron yang menginervasi otototot proksimal, kumparan otot pada leher dan otot-otot punggung (otot-otot postural).
Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehingga membantu mempertahankan
keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot postural.
c. Somatosensoris
Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta persepsi-kognitif.
Informasi propriosepsi disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis medula spinalis.
Sebagian besar masukan (input) proprioseptif menuju serebelum, tetapi ada pula yang
menuju ke korteks serebri melalui lemniskus medialis dan talamus.
13

Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian bergantung pada
impuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi. Alat indra tersebut adalah
ujung-ujung saraf yang beradaptasi lambat di sinovia dan ligamentum. Impuls dari
alat indra ini dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain , serta otot di proses di
korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang.

C. Kesimpulan
Ketika kepala bergerak akibat terjadinya perputaran tubuh, endolimfe akan
mengalir di atas sel-sel rambut. Sel-sel rambut menerima ransangan tersebut dan
mengubahnya menjadi impuls saraf. Sebagai responnya, otot-otot berkonsraksi untuk
mempertahankan keseimbangan tubuh pada posisi yang baru. Sistem informasi
sensoris meliputi visual, vestibular, dan somatosensoris.

14

Você também pode gostar