Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
D DENGAN POST
SECTIO SESAREA HARI KE I ATAS INDIKASI PARTUS
TAK MAJU DAN FETAL DISTRESS DI RUANG WIJAYA
KUSUMA RSUD SERANG
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Angka kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi. Tingginya angka kematian ibu
yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan nifas, bukan saja dipengaruhi oleh faktor
kesehatan tetapi juga faktor diluar kesehatan. Banyak hal yang menyebabkan terjadinya angka
kematian ibu (AKI) diantaranya dari faktor kurangnya memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan
yang ada dan faktor kurangnya pengetahuan ibu.Tetapi penyebab utama dari faktor kematian Ibu dan
bayi yang sudah teridentinfikasi adalah perdarahan, infeksi, preeklamsi, partus tak maju dan fetal
distress. Oleh sebab itu diagnosa dini partus tak maju serta penanganannya perlu segera dilakukan
untuk menjaga kelangsungan hidup ibu dan bayi.
Menurut WHO (Badan Kesehatan Dunia), standar rata-rata operasi caesar di sebuah negara
adalah sekitar 515%. Di Indonesia sendiri, persentase operasi caesar sekitar 5%. Di rumah sakit
pemerintah rata-rata 11%, sementara di rumah sakit swasta bisa lebih dari 30%. (Prof. dr. Gulardi
Wiknyosastro, Sp.OG, Guru Besar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta)
1
Di Rumah Sakit Umum Serang terutama di Ruang Wijaya Kusuma didapatkan data dari
Bulan Januari hingga Bulan Juni 2009 , tercatat sebanyak 0.66% Ibu hamil Yang dilakukan Sectio
Caesarea atas indikasi Partus Tak Maju dan Fetal Distress dan yangdilakukan sectio caesarea atas
indikasi partus tak maju dan fetal distress adalah 11 orang (Menurut Register Wijaya Kusuma 2009).
Melihat permasalahan diatas maka penulis tertarik membuat laporan Asuhan keperawatan
dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. D DENGAN POST SECTIO CAESAREA
ATAS INDIKASI PARTUS TAK MAJU DAN FETAL DISTRESS HARI KE I DI RUANG WIJAYA
KUSUMA RSUD SERANG.
B. TUJUAN PENULISAN
1.
Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan keperawatan pada Ibu dengan post sectio caesarea atas indikasi partus
tak maju dan fetal distress berdasarkan proses keperawatan, meliputi aspek: bio, psiko, sosial dan
spiritual secara komprehensif berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan di ruang wijaya kusuma.
2. Tujuan Khusus
1)
Mampu melaksanakan pengkajian pada Ny. D dengan post sectio caesarea atas indikasi partus tak
maju dan fetal distress hari ke I di Ruang Wijaya Kusuma RSUD Serang.
2)
Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Ny. D dengan post sectio caesarea atas
indikasi partus tak maju dan fetal distress hari ke I di Ruang Wijaya Kusuma RSUD Serang.
3)
Mampu melakukan tindakan keperawatan pada Ny. D dengan post sectio caesarea atas indikasi
partus tak maju dan fetal distress hari ke I di Ruang Wijaya Kusuma RSUD Serang.
4)
Mampu melakukan evaluasi pada Ny. D dengan post sectio caesarea atas indikasi partus tak maju
dan fetal distress hari ke I di Ruang Wijaya Kusuma RSUD Serang.
5)
Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Ny. D dengan post sectio caesarea atas
indikasi partus tak maju dan fetal distress hari ke I di Ruang Wijaya Kusuma RSUD Serang.
C. METODE PENULISAN
Dalam penulisan karya tulis ini, penulis menggunakan metode deskriptif yang berbentuk studi
kasus. Adapun tehnik-tehnik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah sebagai berikut :
Pengamatan / Observasi
Yaitu mengamati keadaan pasien.
Wawancara
Yaitu mengumpulkan data dengan melakukan komunikasi lisan yang didapat secara langsung dari
pasien dan keluarga.
Studi Kepustakaan
Yaitu dengan mencari bahan-bahan dari buku bacaan.
Pemeriksaan fisik
Yaitu memeriksa keadaan fisik pasien dengan menggunakan cara inspeksi,palpasi,perkusi dan
auskultasi.
Studi Dokumentasi
Membaca status perkembangan pasien selama dirawat di rumah sakit.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
erisikan
risikan
Karya tulis ilmiah ini disusun secara sistematis dalam 4(empat)bab,sebagai berikut :
BAB I :Pendahuluan
Yang berisikan latar belakang ,tujuan penulisan, metode penulisan dan tehnik pengumpulan data,
Sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Teoritis
Tinjauan Teori
Yang berisikan pengertian, anatomi fisiologi alat reproduksi, Etiologi, tanda dan gejala,
komplikasi Sectio Caesarea, partus lama, asuhan keperawatan : Partus lama, Nifas, Sectio
Caesarea, fetal distress, dampak terhadap kebutuhan dasar manusia.
Tinjauan teoritis Asuhan Keperawatan masa nifas
Meliputi asuhan keperawatan yang terdiri dari diagnosa keperawatan perencanaan, implementasi,
dan evaluasi keperawatan sesuai landasan teori.
BAB III : Tinjauan kasus dan pembahasan
A.
Tinjauan kasus
Pembahasan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR
1.
a.
Mons veneris
Bagian yang menonjol diatas simfisis dan pada wanita dewasa ditutup oleh rambut kemaluan. Pada
wanita umumnya batas atasnya melintang sampai pinggir atas simfisis, sedangkan kebawah
sampai ke sekitar anus dan paha.
2)
Terdiri dari dua lipatan kulit dengan jaringan lemak dibawahnya yang berlanjut kebawah sebagai
perluasan dari mons pubis dan menyatu menjadi perineum. Labia mayora memiliki rambut dan
selaput yang mengandung kelenjar sebasea (lemak) pada bagian dalam.
Labia mayora berfungsi sebagai pelindung, karena kedua bibir ini menutupi lubang masuk vagina,
sementara bantalan lemaknya bekerja sebagai bantal.
3)
7
Labia Minora (bibir kecil)
Merupakan lipatan dibagian dalam bibir besar, tanpa rambut. Di bagian atas klitoris, bibir kecil
bertemu prepusium klitoridis dan di bagian bawahnya bertemu membentuk prenulum mengelilingi
orifisium vagina.
4)
Klitoris
Merupakan tonjolan kecil jaringan erektil yang terletak pada titik temu labia minora disebelah
anterior. Jaringan klitoris mengandung banyak pembuluh darah dan saraf sensoris, sehingga salah
satu zona erotik yang utama pada wanita dan sangat sensitif.
5)
Vulva
Bagian alat kandungan luar yang terlihat berbentuk lonjong berukuran panjang mulai dari klitoris,
kanan dan kiri dibatasi bibir kecil sampai kebelakang dibatasi perineum.
6)
Vestibulum
Adalah nama yang diberikan pada rongga yang dikelilingi oleh labia minora. Orifisium uretra
bermuara kedalam vestibulum tepat disebelah bawah klitoris. Saluran dua buah kelenjar parauretral
(kelenjar skene) juga bermuara kedalam vestibulum, masing- masing pada salah satu sisi orifisium
uretra.
7)
Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina, bersifat rapuh dan mudah robek. Hymen ini
berlubang, sehingga menjadi saluran dari lendir yang dikeluarkan uterus dan darah pada saat
menstruasi. Bila hymen ini tertutup akan menimbutkan gejala klinik setelah mendapat menstruasi.
8)
Kelenjar : Bartholini
Kelenjar yang penting didaerah vulva dan vagina, karena dapat mengeluarkan lendir. Pengeluaran
Iendir ini akan meningkat pada saat hubungan seks.
b.
1)
dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang yang disebut rugae, sedang di tengahnya ada
bagian yang lebih keras (kolumna rugarurn). Pada puncak (ujung) vagina menonjol serviks bagian
dari uterus.Bagian serviks yang menonjol kedalam vagina disebut Portio. Portio membagi puncak
vagina menjadi forniks dekstra, forniks sinistra. Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen
yang menghasilkan asam susu dengan pH 4,5. Keasaman vagina memberikan proteksi terhadap
infeksi. Fungsi utama vagina adalah saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah
menstruasi, alat hubungan seks, dan jalan lahir pada waktu persalinan.
2)
Rahim (Uterus)
Merupakan jaringan otot yang kuat, dibagian luar ditutupi peritoneum dan rongga dalam dilapisi
oleh mukosa rahim, terletak di pelvis minor diantara kandung kemih dan rectum.Ukurannya sebesar
telur ayam dan mempunyai rongga, dindingnya terdiri dari otot-otot polos. Ukuran uterus pada
anak-anak 2-3 cm, nullipara 6-8 cm x 3,5-4 cm x 2,25 cm, dan multipara 8-9 cm x 5,5-6 cm x 3-3,5
cm. Uterus terdiri dari fundus uteri, korpus uteri dan serviks uteri. Salah satu fungsi dari uterus
adalah menyediakan tempat yang sesuai bagi ovum yang sudah dibuahi agar ovum tersebut dapat
menanamkan diri, memberikan perlindungan dan nutrisi kepada janin sampai tercapai maturitas.
Pars Interstitialis (Intramuralis), terletak diantara otot rahim, mulai dari osteum internum tubae.
b.
Pars Isthmika Tubae, bagian tuba yang berada merupakan bagian yang paling sempit.
c.
Pars Ampularis Tubae, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk S.
d.
Pars Infundibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki umbai yang di sebut fimbriae tubae.
Fungsi utama tuba fallopii yaitu untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi lalu
disalurkan kearah kavum uteri dengan arus yang ditimbulkan oleh getaran rambut tersebut, sebagai
saluran spermatozoa ovum dan hasil konsepsi, tempat terjadinya konsepsi dan tempat
pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk blastula, yang siap
mengadakan implantasi.
Mengandung folikel primodial, berbagai fase pertumbuhan folikel enuju folikel de graff, dan
terdapat korpus luteum dan albikantes. Medula varii
Terdapat pembuluh darah dan limfe serta serat saraf. Fungsi dari ovarium adalah menghasilkan sel
telur atau ovum, menghasilkan hormon-hormon ( progesterone dan estrogen),dan ikut serta
mengatur haid.
Parametrium
Jaringan ikat yang terdapat diantara kedua
lembar ligamentum latum disebut parametrium. Parametrium di batasi oleh Bagian atas terdapat
tuba fallopii dengan mesosalping Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri Bagian kaudal
berhubungan dengan mesometrium Bagian belakang terdapat ligamentum ovatii proprium Pada
parametrium terdapat uret kanan dan kiri serta pembuluh darah arteri uterina.
2.
Sectio Caesarea
a.
b.
Etiologi
Plasenta previa sentralis dan lateralis (Posterior) Panggul sempit Disproprtion sefalopelvic : yaitu
ketidak seimbangan antara ukuran kepala dan panggul Struktur uteri mengancam Partus tak maju
Distosia cervix Preeklamsi dan ipertensi Tumor jalan lahir Letak lintang Gawat janin Solusio plasenta
Distosia plasenta Ketuban pecah dini (KPD)
c.
1)
2)
3)
Sectio caesarea Klasik (Korporal) dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri
kira-kira sepanjang 10 cm Sectio Caesarea Ismika (Propunda) dilakukan dengan membuat sayatan
melintang Konkav pada segmen bawah rahim (low cervical transversal) kira-kira 10 cm
d.
Komplikasi
1.
Pada Janin
a)
e.
Pada pasien yang sudah dilakukan operasi biasanya diberikan obat antibiotik, analgesik dan anti
inflamasi
Berikan anti kembung
Luka operasi biasanya dibersihkan dan diganti 1x setiap hari.
Pertimbangan yang perlu dilakukan menurunkan morbilitas dan mortalitas bayi pasca sectio
caesarea adalah:
Waktu anestesi dan persalinan bayi sedapat mungkin dan yang paling singkat
Sejak insisi dinding perut sampai persalinan sebaiknya dalam waktu 2 menit
Jangan memberikan infus glukosa menjelang dan selama bayi belum lahir, untuk menghindari
hipoglikemia bayi pasca partus, karena hipoglikemia bayi yang sering tidak diketahui
Perlu melatih dirinya sehingga melakukan insisi abdomen secara financial yang secara kosmetik operasi
lebih artistik
f.
Pemeriksaan Diagnostik
Hitung darah lengkap, golongan darah (A B O), pencocokan silang, tes coombs.
Urinalisis
Pelvimetri
: Menentukan CPD
Amniosentesis
USG
uterus.
3.
Partus Lama
b) Persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih, bayi belum lahir. Dilatasi serviks di kanan garis
waspada pada persalinan fase aktif
2)
3)
4)
5)
Primitus
6)
Perut gantung
7)
8)
Dehidrasi
2)
Tanda-tanda infeksi
3)
Temperatur tinggi
4)
5)
Pemeriksaan abdomen
6)
7)
8)
Edema vulva
9)
Diagnosis
(cpd)
- obstruksi
Kala II lama(prolonged
second stage)
2)
Bila tidak ada perubahan penipisan dan pembukaan serviks serta tak didapatkan tanda gawat janin, kaji
ulang diagosisnya
Bila didapatkan perubahan dalam penipisan dan pembukaan serviks, lakukan drip oksitosin dengan 5 unit
dalam 500cc dektrose atau nacl
Pada daerah yang prevalensi HIV tinggi membiarkan ketuban tetap utuh selama pemberian oksitosin
Bila didapatkan tanda amnionitis, berikan induksi dengan oksitosin su dalam 500cc dekstrose (atau nace)
preparat prostlagandin serta obati infeksi dengan ampisilin 2 gram IV sebagai dosis awal dan 1 gram
IV stiap 6 jam gentamisin 2x80 mg
3)
Berikan penanganan umum kemungkinan akan memperbaiki kontraksi dan mempercepat kemajuan
persalinan
Bila ketuban intak, pecahkan ketuban
Lakukan penilaian kontraksi uterusnya
4)
5)
Bila bayi meninggal lakukan kraniotomi atau embriotomi (bila tidak mungkin, lakukan sectio caesarea)
6)
Bila obstruksi
Dengarkan djj hitung selama 1 menit penuh minimal setiap 30 menit dalam fase aktif dan setiap 5 menit
dalam kala dua
Bila ketuban pecah, lihat warna air ketuban:
Bila didapatkan mekoneum pertimbangkan pengawasan atau lakukan intervensi
Bila tidak ada cairan ketuban pada saat ketuban pecah ada hubungannya dengan gawat janin
Bila ibu inpartu, beri dukungan emosi dan dorongan mental, anjurkan berjalan, duduk atau merubah
posisi, berikan masase dan air hangat, anjurkan banyak minum, berikan cairan intravena, anjurkan
kencing
Lakukan penilaian kemajuan persalinan memakai partograf
Lakukan penilaian secara spesifik sesuaikan dengan keadaan mal posisi dan mal presentasi yang
didapatkan
8)
Lakukan induksi dengan oksitosin 5 unit dalam 500cc dekstrosa (atau nace) atau prostaglandin
Evaluasi ulang pemeriksan vaginal setiap 4 jam
9)
Berikan oksitosin drip, bila tidak ada kemajuan dalam 1 jam lahirkan dengan bantuan vakum atau forseps,
bila tidak bias lahirkan dengan section caesarea.
Fetal Distres
a.
Pengertian
Keadaan Secara tiba-tiba bila janin tidak menerima O2 cukup sehingga mengalami hipoksia (Buku
acuan nasional, pelayanan kesehatan maternal dan neonatal 2006, hal : 334)
Janin yang beresiko tinggi untuk mengalami kegawatan (hipersia adalah :
Etiologi
Mekoneum
Cairan amnion yang hijau kental menandakan jumlah air ketuban yang sedikit
d) Intervensi
Cari penyebab DJJ abnormal misalnya :Ibu demam,efek obat tertentu,Bila penyebabnya diketahui
atasi permasalahannnya
Lakukan pemeriksaan dalam untuk mengetahui :kemajuan persalinan,kompresi tali pusat,air ketuban
sedikit
Pada kala 2 sebanyak 30-40% dapat terjadi Bradikardia akibat kompresi, bila persalinan lancar tidak
perlu tindakan
Pengertian
Nifas atau (puerperium) adalah masa pulih kembali dari partus selesai sampai alat-alat
kandungan kembali seperti pra-hamil, lamanya 6-8 minggu (Mochatar, Rustam. 1998. Sinopsis
Obstetri. Hal : 129)
b.
Fisiologi Nifas
Alat-alat genitilia interna dan eksterna akan berangsur pulih kembali seperti keadaan semula sebelum
hami, yang diosebut involusi :
1) Involusi rahim
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan retraksi ototototnya. Fundus uteri kurang lebih tiga jari di atas pusar. Selama 2 hari berikutnya besarnya tak
seberapa berkurang tetapi setelah 2 hari uterus terus mengecil dengan cepat sehingga pada hari ke
10 tak teraba lagi dari luar. Setelah 6 minggu tercapai lagi ukurannya yang normal. Sesudah plasenta
lahir beratnya rahim 1000 gram, seminggu kemudian 500 gram, 2 minggu post partum 375 gram dan
pada akhir uerperium 50 gram. Involusi terjadi karena masing-masing sel menjadi lebih kecil karena
sitoplasmanya yang berlebihan dibuang. Involusi disebabkan oleh proses autonisis, dimana zatprotein
di dinding rahim dipecah, diabsosi dan kemudian dibuang dengan air kencing.
Uterus
Setelah janin dilahirkan, Fundus uteri setinggi pusat. Setelah plasenta lahir maka fundus uteri
berada 2 jari dibawah pusat. Pada hari ke-5 pasca persalinan, uterus f 7 cm diatas simfisis atau
setengah simfifis pusat, sesudah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi diatas simfisis. TFU
menurun 1-1.5 cm per hari clan 10-12 hari post poartum TFU tidak teraba
Penurunan Tinggi Fundus Uteri Dalam Masa Nifas (Sarwono.2006. Ilmu Kebidanan Hal :
241)
c.
d.
Lochea
Lochea Sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, pada hari ke 3-7 post partum
Lochea Serosa
Berwarna kecoklatan mengandung lebih banyak serum dari pada darah, leukosi dan luka plasenta,
cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 post partum
Lochea Alba
Cairan putih kekuningan yang mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan jaringan mati, setelah
2 minggu
Lochea Purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah, berbau busuk
Lochiostatis
Lochea tidak lancar keluarnya
e.
f.
g.
h.
Saluran Kencing
Dinding kandung kencing memperihatkan oedema dan hiperanemia, kadang-kadang oedem
dari trigonum menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga terjadi tetensi urine. Kandung kencing
puerperium kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah sehingga kndung kencing penuh atau
sesudah kencing masih tinggal urine residual, sisa urine ini dan truma pada dinding kandung kencing
waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi. Dilatasi ureter dan pyelum normal kembali dalam
waktu 2 minggu.
i.
Laktasi
Keadaan buah dada pada hari pertama nifas sama dengan keadaan dalam kehamilan. Pada
waktu buah dada belum mengandung susu melainkan kolostrum yang dikeluarkan dengan memijat
areola mamae. Kolostrum adalah cairan kuning dengan B.D 1.030-1.035 dan reaksinya alkalis. Kirakira hari ke 3 post partum buah dada menjadi besar, keras dan nyeri ini menndakan prmukaan sekresi
air susu dan kalau areola mamae dipijit keluarlah cairan putih dari puting susu.
j.
Yaitu terjadi pada hari ke 2-4 setelah bersalin, ibu menjadi khawatir akan kemampuannya merawat
bayi dan menerima tanggung jawab sebagai ibu semakin besar. Pada tahap ini ibu berpuasa untuk
menguasai keterampilan bayi, ibu mungkin menjadi sensitif dalam ketidakmampuan merawat bayi.
Fase Latting Go (3-4 minggu) mampu sendiri.
Masa ini terjadi setelah ibu sudah berada dirumahnya dan melibatkan mengambil tanggung jawab
dalam merawat bayinya diri dengan tuntutan ketergantungannya khususnya interaksi sosial, depresi
post partum sering terjadi pada masa ini penyebab diantaranya adalah kekecewaan emosional dan
takut yang dialami selama kehamilan dan persalinan, rasa sakit pada nifas awal, kelelahan karena
kurang tidur selam persalinan dan post partum, kecemasan pada kemampuan untuk merawat bayinya
kerumah.
Pada hari 1-3 berwarna merah, berisi lapisan deciduas, sisa-sisa chorion, liquor amnii, rmbut lanugo,
vernix caccoca
Lochea serosa
Terdapat pada hari 7-10 (setelah 1 minggu berwarna agak kuning, cair, tidak berdarah lagi)
Lochea alba
Setelah 2 minggu (10-15) berwarna kekuningan. Berisi selaput lendir leukosit dan kuman penyakit
yamg sudah mati.
Perubahan Payudara
Sebelum terjadi laktasi, payudara terasa lembek. Kji tingkat kenyamanan ibu, puting susu
perlu diperhatikan apakah ada lecet atau luka, menonjol atau tidak.
Gastrointestinal
Kaji bising usus, mual, muntah, tanyakan apakah ibu flatus atau bab. Kaji 2 hari sekali sampai
kondisi normal. Diet ibu post partum tinggi protein dengan pemasukan cairan sekitar 3000 cc sehari
untuk mencegah konstipasi dan membantu proses penyembuhan.
Eksremitas Bawah
Kaji sensasi, peregangan, oedema, dan tanda-tanda thromboplebitis pada masa immediet
post partu. Tanda-tanda thromboplebitis adalah: kemerahan, rasa hangat, nyeri, perasaan berat pada
ekstremitas, tanda homant sign positif.
Kenyamanan Istirahat
Kaji pola tidur dan jumlah tidur, kaji rasa tidak nyaman yang timbul.
Aspek Psikologis
Yang perlu diperhatikan antara lain respon ibu terhadap persalinan, persepsi ibu terhadap respon
keluarga dan status psikologi yang ditemukan.
Pengkajian Adaptasi Keluarga meliputi:
Status psikologi ayah, kemampuan orang tua dalam merawat anak, respon keluarga terhadap bayi,
dukungan dan bantuan keluarga setelah pulang.
Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dalam meliputi Bio- Psiko- Sosial dan Spiritual. Dalam mendapatkan
informasi diperoleh melalui pasien, keluarga pasien, tenaga medis dan keperawatan dengan cara
wawancara maupun
langsung. Pengkajian ini meliputi :
a.
Identitas
Identitas pasien
Membuat Memudahkan perawat untuk mengenal dan membedakan antara pasien yang satu
dengan yang lain yang meliputi : nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/ bangsa dan
alamat. Identitas penanggung jawab Mengetahui siapa yang bertanggung jawab pada pasien
tersebut yang meliputi : nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/ bangsa dan alamat.
b.
Riwayat Kesehatan
Keluhan utama
Keluhan yang dirasakazi pasien pada saat di data.
Riwayat penyakit sekarang
Alasan pasien masuk rumah sakit yang dapat diuraikan dengan metode PQRST yaitu
P (Paliatip)
memperingan keluhan.
Q (Quality)
: Dengan memperhatikan
bagaimana
meliputi menarche atau usia pertarna kali pasien menstruasi, siklus, lamanya, jumlahnya, masalah
yang dirasakan selama menstruasi dan HPHT (Haid Pertama Haid Terahir).
Riwayat Kontrasepsi
Meliputi alat kontrasepsi apa yang digunakan poasien sebelumnya, kapan pasien menggunakan
alat kontrasepsi tersebut.
Riwayat Kehamilan
Meliputi jumlah anak yang hidup saat ini, siapa yang menolong persalinan, dimana tempat
persalinan saat itu berlangsung, adakah masalah dalam persalinan yang lalu.
Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pada pasien dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi yang meliputi :
Status fisikkeadaan umum, apakah pasien mengalami penurunan kesadaran dan tampak lemah atau
tidak.
Tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital dimonitor secara teratur, apakah ada peningkatan atau penurunan tekanan darah,
frekuensi dan kedalaman pernafasan, frekuensi nadi dan suhu tubuh. Biasanya tekanan darah,
suhu, nadi dan pernafasan berada dalam batas normal. Suhu naik 0.5 C tapi tidak lebih dari 39 C,
normal setelah 12 jam. Sedangkan denyut nadi 60-80 x/menit, bila lebih dari 100 x/ menit maka
menandakan adanya infeksi atau perdarahan post partum.
Kepala
Meliputi keadaan kepala, keadaan rambut (rontok atau tidak), warna rambut, apakah berketombe,
apakah ada keluhan pusing atau sakit kepala
Muka
Meliputi keadaan muka, kesimetrisan, apakah ada oedema.
Mata
Meliputi bentuk simetris, keadaan konjungtiva, sclera, oedema, reaksi pupil terhadap cahaya,
apakah penglihatan jelas atau tidak.
Hidung
Meliputi apakah bentuk simetris, adakah reaksi alergi, perdarahan dalam hidung, keadaan hidung
(bersih atau kotor), apakah ada pembengkakan, apakah penciuman baik.
Mulut
Meliputi keadaan mukosa, bibir, apakah terdapat stomatitis, caries dentist, fungsi pengecapan,
keadaan mulut, fungsi menelan.
Telinga
Keadaan telinga (bersih atau kotor), terdapat nyeri tekan atau tidak, fungsi pendengaran baik atau
tidak.
Leher
Adakah pembesaran kelenjar tyroid atau tidak, adakah peningkatan JVP atau tidak, adakah
pembesaran kelenjat getah bening atau tidak.
Daerah dada
Jantung
Bunyi jantung regular atau ireguler, apakah ada bunyi tambahan seperti murmur dan gallop.
Paru_paru
Bunyi pernafasan vesikuler atau tidak, apakah ada suara tambahan seperti ronchi dan wheezing.
Payudara
Bentuk simetris atau tidak, putting susu menonjol atau tidak, apakah ada benjolan atau tidak,
apakah
ada
nyeri
atau
tidak,
apakah
ada
nyeri
tekan
atau
pembengkakan
kedua
payudara, kebersihan payudara, keadaan aerola, colostrum ada atau tidak, asi keluar pada hari
ke 3 post parturn.
Abdomen
Bentuk datar atau distensi, adakah bising usus, adakah nyeri tekan atau tidak, adanya kontraksi
atau tidak, adakah pembesaran hati dan limfe, apakah ada striae atau tidak, apakah ada
lineanigra atau tidak, TFU, diastasis rektus abdominus, konsistensi uterus keras dan membulat.
Genetalia
Vesika urinaria : Vesika urinaria dalam keadaan kosong atau penuh.
Vulva : Adakah oedema, kebersihan vulva, apakah ada perdarahan atau tidak
Vagina : adakah perdarahan pada jalan lahir, adakah oedema dan varises, adanya robekan aatu
tidak. Jenis lochea yaitu
Lochea Rubra ( Cruenta), Berisi darah segar dan sisa -sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks
kaseosa, lanugo dan mekoneum. Pada hari ke 1-2 post partum.
Lochea Sanguinolenta, Berwarna merah kuning berisi darah dan lemdir. Pada hari ke 3-7 post
partum.
Lochea Serosa, Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 7-14 post partum.
Lochea Alba, Cairan putih, setelah 2 minggu
Lochea Purulenta, Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
Lochiostasis, Lochea tidak lancer keluarnya
Perineum : Terdapat bekas jahitan episiotomi atau tidak.
Anus
Ekstremitas
Atas
(2) Bawah : Apakah terdapat oedema dan varises, reflek patella ada atau
tidak, homan sign positif atau negative, pergerakan bebas
atau terbatas
Pola aktivitas sehari-hari
Aktivitas sehari-hari yang dilakukan sebelum masuk rumah sakit dan di Rumah sakit meliputi : pola
nutrisi, pola eliminasi, pola istirahat, personal hygiene dan pola aktivitas.
1)
nsep diri
Data psikologis
: Terdiri dari gambaran diri, identitas diri, harga diri, ideal diri dan peran.
munikasi
aksi
: Hubungan pasien dengan anggota keluarga, tetangga dan lingkungan sekitar baik atau tidak.
ng
: Dalam menyelesaikan masalah pasien biasanya bercerita atau meminta bantuan pada siapa untuk
menyelesaikannya.
2)
Data spiritual
Harapan dan dorongan dalam diri pasien, keyakinan dan kepercayan pasien terhadap kesembuhan
penyakitnya, kebiasaan pasien melakukan ibadah.
3)
Data penunjang
a.
b.
USG : melihat apakah ditemukan kelainan pada janin, gerakan janin, tampak denyut jantung janin
atau tidak
Dilatasi serviks dan kerokan : apakah ditemukan desidua tanpa villus korlaks dari sediakan.
a.
Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang muncul pada pasien dengan post section caesarea adalah:
3.
Ansietas berhubungan dengan krisis, ancaman pada konsep diri, tranmisi/kontak interpersonal,
kebutuhan tidak terpenuhi.
4.
Harga diri rendah berhubungan dengan merasa gagal dalam peristiwa kehidupan
5.
Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan fungsi biokimia atau regulasi, efek anestesi,
trombo emboli, profil darah abnormal, trauma jaringan.
6.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/kulit rusak, penurunan hb,
prosedur invasive dan/atau peningkatan pemajanan lingkungan, pecah ketuban lama, malnutrisi.
7.
8.
Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan trauma/diversi mekanis, efek-efek hormonal, efekefek anestesi.
9.
Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-fek anestesi, penurunan kekuatan ketahanan,
ketidaknyamanan fisik.
10. Kurang pengetahuan tentang perawatan diri dan kebutuhan perawatan bayi berhubungan dengan
kurang mengingat, kesalahan interprestasi, tidak mengenal sumber-sumber
b. Perencanan Keperawatan
Perubahan proses keluarga
Dapat berhubungan dengan:
: Perkembangan transisi/peningkatan
anggota keluarga, krisis situasi
kriteria hasil
: Pasien menggendong bayi, bila
kondisi ibu dan neonatus
memungkinkan.
Mendemonstrasikan perilaku kedekatan dan ikatan yang dapat mulai secara aktif mengikuti tugas
perawatan bayi baru lahir dengan cepat.
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
Anjurkan klien untuk menggendong,
menyentuh, dan memeriksa bayi tergantung
pada kondisi klien dan bayi baru lahir.
Bantu sesuai kebutuhan
selama proses
tu-bayi dapat
negatif jangka
hubungan orang
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
Tentukan karakteristik dan lokasi
ketidaknyamanan. Perhatikan isyarat
verbal dan non verbal seperti mengiris
kaku dan gerakan melindungi atau
terbatas
Klien
mungkin
secara
verbal
melaporkan nyeri dan ketidaknyamanan
secara
langsung.
Membedakan
karakteristik
khusus
dari
nyeri
membantu membedakan nyeri paska
oprasi dari terjadinya komplikasi.
Berikan
informasi
dan
petunjuk
antisipasi
mengenai
penyebab
ketidaknyamanan dan intervensi yang
tepat
Pehatikan nyeri tekan uterus dan adanya Selama 12 jam pertama pasca partum,
karakteristik nyeri penyerta : Perhatikan kontraksi uterus kuat dan teratur dan ini
infus oksitosin pasca operasi.
berlanjut selama 2 sampai 3 hari
berikutnya meskipun frekuensi dan
intensitasnya dikurangi. Faktor-faktor
yang Memperberat nyeri penyerta
multipara,
uterus,
Ubah posisi klien, kurangi rangsangan meliputi
Merilekan
otot overditensi
dan mengelihkan
preparat ergot
yang berbahaya dan berika gosokan menyusui,
perhatian dan pemberian
dari
sensasi
nyeri.
dan
oksitosin.
punggung. Anjurkan penggunaan tehnik Meningkatkan
kenyamanan
dan
Membantu
regersi
hemoroid
dan
varises
vulva
dengan
pernapasan dan relaxasi dan distrasi menurunkan
distraksi
tidak
meningkatkan
vasokontriksi
menurunkan
(rangsangan jaringan kutan)
seperti menyenangkan,
meningkatkan
rasa
ketidaknyamanan
dan
gatal,
dan
meningkatkan
dipelajari pada kelas melahirkan anak. sejahtera.
Anjurkan keberadaan dankembalinya
partisipasifungsi usus normal
pasangan bila tepat.
meningkatkan
pristaktik
untuk
menghilangkan ketidak nyamanan karena
akumulasi gas, yang sering memuncak
pada hari ke 3 setelah kelahiran caesarea.
Memungkinan gas meningkat dari kolon
desenden ke sigmoid, memudahkan
pengeluaran
tegak, pada adanya sakit kepala pasca melakukan perawatan diri dan perawatan
spinal. Beri tahu dokter atau ahli anestesi bayi. Sakit kepala terus-menerus
sesuai indikasi
memerlukan terapi lebih agresif
inspeksi jaringan payudara dan puting, kaji pada 24 jam pasca partum, payudara
terhadap adanya pembesaran dan/atau harus lunak dan tidak nyeri tekan, dengan
puting pecah
puting bebas dari area pecah-pecah atau
adanya
kemerahan.
Pembersihan
payudara, nyeri tekan puting, atau adanya
pecah-pecah pada puting (bila klien
menyusui) dapat terjadi 2-3 hari pasca
partum dan memerlukan intervensi
segera untuk memudahkan kontinuitas
menyusui dan mencegah komplikasi
lebih serius
Anjurkan menggunakan bra penyokong
mengangkat payudara ke dalam dan ke
atas, mengakibatkan posisi lebih nyaman
dan menurunkan kelelahan otot
tindakan ini dapat membantu laktasi klien
merangsang
aliran
ASI
dan
Berikan informasi untuk pasien menyusui menghilangkan statis dan penegangan.
tetntang
peningkatan
frekuensi Penggunaan
gendongan
footbal
pemberiankompres panas pada payudara mengarahkan kaki bayi menjauh dari
sebelum menyusui, posisi yang tepat dari abdomen. Bantal membantu menyokong
bayi, dan mengeluarkan ASI secara manual bayi dan melindungi insisi dalam posisi
duduk atau miring
Anjurkan klien mulai memberi makan dari
puting yang tidak nyeri tekan selama
respon menghisap pertama kuat dan
beberapa kali pemberian makan secara
mungkin nyeri. Mulai memberikan
makan dengan payudara yang tidak sakit
berkala bila hanya satu puting luka atau kemudian dilanjukan pada payudara yang
pecah
sakit mungkin mengurangi nyeri dan
meningkatkan penyembuhan
berikan kompres es pada area aksila
payudara bila klien tidak merencanakan
menyusui. Berikan kompresi ketat dengan
pengikat selama 72 jam atau penggunaan
bra penyokong ketat. Hindari pemajaman
berlebihan payudara terhadap panas, atau
rangsangan payudara oleh bayi, pasangan
seksual, atau klien sampai proses supresi
selesai (kira-kira 1 minggu)
Kolaborasi
Berikan analgesik setiap 3-4 jam, berlanjut
dari rute I.V/Intramuskuler sampai ke rute
oral. Berikan obat kepada klien yang
menyusui 48-60 menit sebelum menyusui
Meningkatkan
kenyamanan
yang
memperbaiki status psikologis dan
meningkatkan mobilitas. Penggunaan
obat yang bijaksana memungkinkan ibu
yang menyusui menikmati dalam
memberikan makan tanpa efek samping
pada bayi
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
Dorong
keberadaan/partisipasi
pasangan
Bantu
klien/pasangan
dalam Membantu memfasilitasi adaptasi yang
mengidentifikasi mekanisme koping yang positif terhadap peran baru, mengurangi
lazim dan perkembangan strategi koping perasaan ansietas
baru jika dibutuhkan
Berikan informasi yang akurat tentang Hayalan yang disebabkan kurangnya
keadaan klien/bayi
informasi atau kesalahpahaman dapat
meningkatkan tingkat ansietas
Mulai kontak antara klien/pasangan
dengan bayi sesegera mungkin. Jika bayi
dibawa ke NICU, bentuk jalur
komunikasi antara staff perawatan dan
klien/pasangan. Foto bayi dan biarkan
untuk dikunjungi bila kondisi fisik klien
mengizinkan
INTERVENSI
Mandiri
Tentukan
respon
klien/pasangan
terhadap
RASIONAL
emosional Kedua anggota pasangan mungkin
kelahiran mengalami reaksi emosi negatif terhadap
caesarea
Kolaborasi
Rujuk klien/pasangan untuk konseling Klien yang tidak mampu mengatasi rasa
profesional bila reaksi mal adaptif
berduka atau perasaan negatif memelukan
bantuan profesional lebih lanjut
Resiko tinggi terhadap cidera
Berhubumgan dengan
: Fungsi biokimia atau regulasi, efek-efek
anestesi, trobo emboli, profil darah abnormail,
trauma jaringan.
Kriteria hasil
: mendemonstrasikan perilaku untuk
menurunkan Faktor-faktor bebas dari
komplikasi
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
Tinjau ulang catatan pranatal dan Adanya faktor-faktor resiko seperti
intrapartal terhadap faktor-faktor yang kelelahan miometrial, distensi uterus
mempredisposisikan
klien
pada berlebihan, stimulasi oksitosin lama,
komplikasi. Catat kadar Hb dan atau
tromboflebitis
pranatal
kehilangan darah operatif.
mamungkinkan klien lebih rentan
terhadap komplikasi pasca operasi
Pantau TD, nadi, dan suhu. Catat kulit
dingin, basah, nadi lemah dan halus,
perubahan
perilaku,
kelambatan
pengisian kapiler, atau sianosis
terhadap tromboflebitis
Anjurkan latihan kaki/pergelangan kaki meningkatkan aluran balik vena,
dan ambulasi dini
mencegah statis/penumpukan pada
ekstremitas
bawah, menurunkan resiko flebitis
Evaluasi status rubella klien pada grafik
pranatal. Kaji klien terhadap alergi pada
telur atau kulit. Bila ada tunda vaksin.
Berikan informasi tertulia dan verbal, dan
dapatkan persetujuan tindakan untuk
vaksin setelah meninjau ulang efek-efek
samping, resiko, dan perlunya mencegah
konsepsi untuk 2-3 bulan setelah
vaksinasi
Kolaborasi
Gantikan kehilangan cairan
intravena sesuai program
secara rata-rata kehilangan darah biasanya 600800 ml, tetapi adema psiologis pranatal
yang mengarahkan pasca partum,
meningkatkan
kebutuhan
terhadap
penggantian volume cairan besar.
Dianjurkan untuk memberi cairan
melalui infus secara intravenapada
periode intra operasi dan awal pasca
operasi (24 jam) dengan jumlah total 3
L
Pantau Hb./Ht pasca operasi. Badingkan
dengan kadar pra operasi
klien dengan Ht 33% atau lebih besar
dan peningkatan plasma berkenaan
dengan kehamilan dapat mentoleransi
kehilangan darah aktual sampai 1500 ml
tanpa kesulitan. Perubahan bermakna
dalam volume memerlukan penggantian
dengan produk darah, meskipun
penggantian besi
mungkin diperlukan
Tingkatkan infus oksitosin bila uterus merangsang kontraktilitas miometrial
relaksasi dan/atau lochea berat
dan menurunkan kehilangan darah.
Oksitosin biasanya ditambahkan untuk
penginfusan intra operasi setelah
kelahiran bahu bayi dan dipertahankan
dalam periode pasca operasi
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
Anjurkan dan gunakan teknik mencuci Membantu mencegah atau membatasi
tangan dengan cermat dan pembuangan penyebaran infeksi
pengalas kotoran, pambalut perineal, dan
linen terkontaminasi dengan cepat.
Diskusikan dengan klien pentingnya
kalanjutan tindakan-tindakan ini setelah
pulang
Tinjau ulang Hb/Ht pranatal, perhatikan Anemia, diabetes, dan persalinan
adanya kondisi yang mempredisposisikan yang lama sebelum kelahiran caesarea
klien pada infeksi pasca operasi
meningkatkan resiko infeksi dan
pelambatan penyembuhan
Kaji status nutrisi klien. Perhatikan
penampilan rambut, kuku jari, kulit, dan
sebagainya. Perhatikan berat badan sebelum
hamildan penambahan berat badan
pranatal
dorong masukan cairan oral dan diet tinggi Mencegah dehidrasi, memaksimalkan
proten, vitamin C, dan besi
volume sirkulasi dan aliran urin.
Protein dan vitamin C diperlukan
untuk pembentukan kolagen, besi
diperlukan untuk sintesis Hb
inspeksi balutan abdominal terhadap Balutan steril menutupi luka pada 24
eksudat atau rembesan. Lepaskan balutan jam pertama kelahiran caesarea
sesuai indikasi
membantu melindungi luka dari
cidera atau kontaminasi. Rembesan
dapat
menandakan
hematoma,
gangguan penyatuan jaitan, atau
dehisens luka, pengangkatan balutan
akan memungkinkan insisi mengering
dan meningkatkan penyembuhan
Perhatikan
catatan
operasi
untuk
penggunaan drain dan sifat dari insisi. Lingkungan
lembab
merupakan
Bersihkan luka dan ganti balutan bila basah media paling baik untuk pertumbuhan
bakteri. Bakteri dapat berpindah
melalui aliran kapiler malalui balutan
Inspeksi
insisi
terhadap
proses basah ke luka
penyembuhan,
perhatikan
kemerahan,
edema, nyeri, eksudat, atau gangguan Tanda-tanda ini menandakan infeksi
penyatuan
luka, biasanya disebabkan oleh
streptococus stapilicocus, atau spesies
Bantu sesuai kebutuhan pada pengangkatan psedomonas
jahitan kulit atau klips
Insisi biasanya sudah cukup membaik
untuk dilakukan pengangkatan jahitan
pada hari ke 4 atau ke 5
Dorong klien untuk mandi shower dengan Mandi shower, biasanya diijinkan
menggunakan air hangat setiap hari
setelah hari ke 2 sehabis kelahiran
caesarea, meningkatkan hygiene dan
dapat merangsang sirkulasi serta
penyembuhan luka
Kaji suhu, nadi dan jumlah sel darah putih
Tinjau ulang perawatan dan teknik memberi kembali jalur I.V pada sisi lain
makan bayi yang tepat
Terjadinya fisura/pecah-pecah putting
Kaji bunyi paru dan pernafasan mudah atau memperbesar resiko mastitis
susah. Perhatikan krekels/ronchi, dispnea,
nyeri dada, demam, atau sputum
mukopluren
Ronchi menandakan tertahannya
srkresi yang tidak seharusnya ada,
bunyi nafas mungkin berkurang
selama 24 jam pertama setelah
Lakukan pembalikan, batuk, dan nafas pembedahan. Tidak adanya bunyi
dalam rutin dengan pembebatan insisi setiap paruh menandakan konsolidasi atau
2-4 jam saat terjadi. Perhatikan batuk kurangnya pertukaran udara, dan
produktif
kemungkinan
atelektasis
atau
pneumonia
Kolaborasi
Berikan oksitosin atau preparat ergot
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
Auskultasi terhadap adanya bising usus Menentukan kesiapan terhadap pemberian
pada ke 4 kuadran setiap 4 jam setelah makan peroral, dan kemungkinan
kelahiran caesarea
terjadinya komplikasi. Biasanya bising
usus tidak terdengar pada hari pertama
setelah prosedur pembedahan, terdengar
samar pada hari ke dua, aktif pada hari ke
tiga
Palpasi abdomen perhatikan distensi atau Menandakan pembentukan gas dan
ketidak nyamanan
akumulasi atau kemungkinan ilieus
paralitik
Anjurkan cairan oral yang adekuat bila
Makanan kasar meningkatkan cairan yang
masukan oral sudah mualai kembali. menghasilkan bulk, merangsang eliminasi
Anjurkan peningkatan dietmakanan kasar dan mencegah konstipasi defekasi
dan buah-buah dan sayuran dengan
bijinya.
latihan kaki mengencangkan otot-otot
Anjurkan latihan kaki dan pengencangan abdomen
dan
memperbaikimotilitas
abominal, tingkatkan ambulasi dini
abdomen. Ambulasi progresif setelah 24
jam
meningkatkan
pristaltik
dan
pengeluaran gas, dan menghilangkan atau
mencegah nyeri karena gas
membantu dalam menciptakan kembali
Identifikasi aktifitas-aktifitas dimana polaevakuasi normal dan meningkatkan
klien dapat menggunakannya di rumah kemandirian
untuk merangsang kerja usus
Kolaborasi
memudahkan
kemampuan
untuk
Berikan analgesik 30 menit sebelum ambulasi. Namun narkotik bila digunakan
ambulasi
dapat menurunkan aktivitas usus
Barikan
ringan
pelunak
pesesataui
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji keadaan fisik klien rencanakan sesi Ketidaknyamanan berkenaan
dengan
kelompok
atau
individu
pemebrian obat-obatan
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
Perhatikan dan catat jumlah, warna dan Oliguria mungkin disebabkan oleh
konsentrasi drainase urine
kelebihan
kekurangan
cairan,
ketidakadekuatan penggantian cairan, efekefek antibioretik
Berikan cairan peoral, 6 sampai 8 gelas Cairan meningkatkan hidrasi dan fungsi
perhari
ginjal dan membantu mencegah statis
kandung kemih
Kolaborasi
Pertahankan infus intravena selama 24 jam Biasanya 3 liter cairan meliputi larutan RL
setelah pembedahan sesuai indikasi
untuk menggantikan kehilangan dan
mempertahankan aliran ginjal
INTERVENSI
Mandiri
Kaji status psikologis klien
RASIONAL
Pengalaman nyeri fisik mungkin disertai
dengan nyeri mental yang mempengaruhi
keinginan klien dan motivasi untuk
mendapatkan otonomi
Ubah posisi klien setiap 1-2 jam bantu Membantu mencegah komplikasi bedah
dalam latihan paru, ambulasi dan latihan seperti plebitis dan pneumonia
kaki
Kolaborasi
Berikan analgetik setiap 3 sampai 4 jam Menurunkan ketidak nyamanan yang
sesuai kebutuhan
dapat
mempengaruhi
untuk
melaksanakan keperawatan diri
BAB III
A.
Tinjauan Kasus
1.
Pengkajian
a.
Biodata
Nama
: Ny. D
Umur
: 22 Tahun
Status
: Menikah
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pendidikan
: SLTP
Pekerjaan
: Wiraswasta
Suku Bangsa
: Sunda
Alamat
: 6501062
Tanggal Masuk
: 22 Juli 2009
Tanggal Pengkajian
: 23 Juli 2009
Diagnosa Medis
76
: Tn. H
Umur
: 28 Tahun
Status
:Menikah
Pendidikan
: SLTP
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
Riwayat Kesehatan
1)
Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri.
2)
3)
4)
5)
6)
Kelahiran
No Tahun Ab, prem,
Aterm, mati
Penolon
g
Bidan
2009
Aterm
Komplikasi
Keadaan
Tindakan kehamilan dan
sekarang
nifas
Sectio
Partus tak maju
Hidup
Caesarea dan fetal distress
7)
Riwayat Kontrasepsi
Klien mengatakan belum pernah menggunakan KB dan tidak tahu jenis-jenis KB, klien
bertanya-tanya mengenai KB serta mengulang-ulang pertanyaan yang sama, setelah melahirkan
klien berencana ingin menggunakan pil KB.
8)
Riwayat Mentruasi
Klien mengatakan menstruasi pertama kali saat berumur 14 tahun, siklus haidnya 28 hari atau
sekali sebulan, banyaknya pengeluaran darah haid +50 cc atau sebanyak 2 kali ganti pembalut,
dengan siklus haid secara teratur dan lamanya haid 6-7 hari, hari pertama haid terakhir klien pada
tanggal 20 Oktober 2008, selama menstruasi klien tidak ada keluhan
9)
Riwayat Persalinan
Klien telah melahirkan untuk pertama kalinya dan hari ini adalah hari pertama klien setelah
melahirkan anak pertamanya, klien belum pernah mengalami keguguran, klien telah melahirkan
anaknya pada tanggal 22 Juli 2009 secara sectio caesarea, Lamanya persalinan kurang lebih +1
jam pada kala I selama 24 jam, kala II: dilakukan SC, kala : dilakukan SC , kala IV yaitu observasi
perdarahan, jumlah jam keseluruhan adalah 24 jam, jumlah berat plasenta sebesar 500 gram.Selama
operasi sectio caesarea klien mengalami perdarahan +300 cc.
Perawatan dan pengobatan yang diberikan
10)
Riwayat ANC
Klien mengatakan selama kehamilannya belum pernah memeriksakan ke bidan, dan belum pernah
imunisasi TT selama kehamilan.
11)
Riwayat pernikahan
Klien baru kali ini menikah untuk pertama kalinya, usia istri 21 tahun, usia suami 26 tahun.
12)
a.
Keadaan umum
b.
: Lemah
kesadaran
: 90 x / menit
Respirasi
: 20 x / menit
Temperatur
: 360C
: Compos Mentis
:110 /70 mmNg
c.
Kepala
d. Wajah
e.
Mata
f.
Hidung
g. Telinga
i.
Leher
lembab.
: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak sakit
j.
Dada
saat menelan.
- Bunyi jantung S1S2 reguler, tidak ada bunyi
murmur,gallop,dan bunyi jantung S1S2 reguler,
tidak ada bunyi murmur, gallop dan bunyi jantung
tambahan, nadi 90x/menit
k.Bunyi nafas vesikuler, tidak ada bunyi ronchii,
wheezing,
6. Buah dada
RR
20x/menit,
tidak
terdapat
k.
Abdomen
Bentuk abdomen cembung terdapat Linea Nigra, terdapat Striae gravidarum, tinggi fundus uteri 1 jari
dibawah pusat ,kontraksi uterus kuat, baik, posisi uterus ke arah medial (pusat), terdapat luka post
sectio caesarea,pasien mengatakan nyeri pada daerah operasi apalagi jika ditekan, adanya luka post
sectio caesarea + 7 cm, luka ditutupi balutan kasa bersih,klien tampak meringis ,terdapat luka
sayatan melintang, bising usus 6 x/menit, kandung kemih kosong, distasius rectus abdominus 2 cm.
l.
Ekstremitas
Atas
Terdapat varises pada kaki kiri,tidak terdapat oedema pada tungkai, CRT < 2 detik, Homant
signs positif, klien mengeluh kesakitan saat miring ke kiri dan saat bergerak klien tampak kesakitan,
klien hanya berbaring di tempat tidur, aktifitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat.
m. Genitalia
etra
: Tidak terlihat kemerahan,terlihat kotor, Terpasang DC (Dower Cateter) dari tanggal 22 Juli 2009,
selang kateter bersih, Tidak terdapat kemerahan, bengkak, nyeri, pada orificium uretra.
Vulva
Lesi
Ambulasi
13)
a.
Nutrisi
o Makan di rumah : klien biasanya makan di rumah sebanyak 3 kali sehari, jenis makanan nasi, ikan,
tempe, sayuran dan telur,tidak ada pantangan makan
o Makan di rumah sakit : klien biasanya makan di rumah sakit sebanyak 3 kali sehari, jenis makanan
nasi, ikan, sayur mayur, daging, telur tidak ada pantangan makan di rumah sakit
o Minum di rumah : klien biasanya minum di rumah sebanyak 5 gelas perhari atau sebanyak 1000 cc
perhari, jenis minuman air putih, teh, susu, tidak ada pantangan minum di rumah
o Minum di rumah sakit : Klien biasanya minum di rumah sakit sebanyak 4 gelas perhari atau 800 cc
perhari, jenis minuman air putih, teh dan susu, tidak ada pantangan minum
b.
Personal hygiene
o Mandi di rumah : klien biasanya mandi sebanyak 2 kali perhari di rumah dengan cara mandi dikamar
mandi
o Mandi di rumah sakit : klien biasanya mandi sebanyak 2 kali perhari di rumah sakit dengan cara di lap
o Gosok gigi di rumah : klien biasanya menggosok gigi di rumah sebanyak 2 kali perhari
o Gosok gigi di rumah sakit : klien belum penah menggosok giginya
c.
Eliminasi
o BAK di rumah : Klien biasanya Buang air kecil sebanyak 5 kali perhari, tidak ada kesulitan berkemih,
warna urine kuning jernih
o BAK di rumah sakit : Klien biasanya Buang air kecil melalui kateter urine dan tertera pada urine bag
sebanyak 300 cc, tidak ada kesulitan berkemih, warna urine kuning jernih
o BAB di rumah : Klien biasanya buang air besar sebanyak 2 kali perhari, tidak ada kesulitan, warnanya
kuning kecoklatan, konsistensinya lembek dan baunya khas.
o BAB di rumah sakit : Klien biasanya buang air besar sebanyak 1 kali perhari, tidak ada kesulitan,
warnanya kuning kecoklatan, konsistensinya lembek dan baunya khas.
d.
Tidur di rumah sakit : 4-7 jam perhari, tidak ada kesulitan tidur
14) Psikososial
1.
Hubungan sosial
Dalam hubungan sosial klien dan keluarga, suami, tetangga baik.
2.
Status emosi
Pada saat dikaji pasien tampak meringis dan emosinya stabil.
3.
Status peran
Pasien adalah sebagai seorang wanita, pasien seorang istri dan seorang ibu.
4.
Status psikologis
Pasien merasa puas dan senang karena telah melahirkan seorang anak.
5.
Gaya hidup
Pasien hidup dengan cara sederhana.
6.
7.
15) Keluhan-keluhan
Tidak ada keluhan lainnya.
Jenis
Jumlah
Hemoglobin
9,8 g/dl
Leukosit
Nilai normal
P = 13-16
25.500/ul
w = 12-14
5000-10.000 /ul
Ceftriaxone 2 x 1 gram
Teranol
3 x 1 ampul
Analisa data
No Data
1 : pasien mengatakan nyeri
Kemungkinan Penyebab
Adanya luka post operasi
Masalah
Nyeri
Terputusnya kontinuitas
jaringan
Merangsang pengeluaran
bradikinin, histamin, serotinin
Rangsangan dihantarkan ke
thalamus dan cortex serebri
Nyeri dipersepsikan
Adanya luka post operasi
Resiko
terjadinya
dan basah
infeksi
bersih
suhu 360C
- leukosit 25.500/ul
untuk berkembangbiaknya
Nilai normal
mikroorganisme
5000-10.000/ul
- Hb 9,8 g/dl
Nilai normal 12-14g/dl
3 : klien
mengeluh kesakitan
jalan lahir
: - skala nyeri 6
- Klien hanya berbaring di
tempat tidur
- Aktivitas
klien
Luka pembedahan
dibantu
Nyeri
tetes / menit
- Klien
tampak
jika bergerak
kesakitan
Nyeri saat bergerak
Kurangnya pengetahuan
mengenai KB
Intoleransi
aktivitas
Defisit
knowladge
tentang
KB
KB
mengulang-ulang
Keterbatasan
pengetahuan tentang KB dan
cara KB
Kurangnya pengetahuan
mengenai KB
2.
a.
b.
Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan luka post sectio caesarea.
c.
d.
3. Rencana keperawatan
N
o
1
Diagnosa
Keperawatan
Nyeri
berhubungan
dengan
terputusnya
kontinuitas
jaringan ditandai
dengan:
: pasien
mengatakan
nyeri pada
daerah luka
operasi apalagi
jika ditekan
: - adanya luka post
Sc
Luka 7 cm
- Skala nyeri 4
Tujuan
Intervensi
Tentukan
karakteristik,
sifat, durasi
nyeri serta
tingkat nyeri.
Observasi
keadaan umum,
TTV klien tiap
8 jam
-
Ubah posisi
klien
Rasional
Mengetahui tingkat nyeri,
derajat ketidaknyamanan
Pada banyak klien, nyeri
dapat menyebabkan delisah
serta tekanan darah dan nadi
meningkat
- Pengaturan posisi yang
tepat dapat mereleksasikan
otot
Agar rasa nyeri dapat
berkurang, karena suplai
O2untuk mengendurkan
susunan saraf simpatis dan
otot-otot yang tegang
- Analgetika bekerja untuk
meningkatkan kenyamanan
dengan memblok impuls
- Luka ditutupi
oleh balutan
kasa bersih
- Pasien tampak
meringis
- Suhu 360C
- Nadi 90x/menit
Resiko tinggi
terjadinya
infeksi
berhubungan
dengan
terputusnya
kontinuitas
jaringan ditandai dengan:
: pasien
mengatakan luka
post operasi
terasa nyeri dan
basah
: - luka ditutupi
perban masih
bersih
Suhu 360C
- Leukosit
25.500/ul
Nilai normal
5000-10.000/ul
- Hb = 9,8 g/dl
Nilai normal
W = 12 14 g/dl
- Ajarkan teknik
relaksasi nafas
dalam ketika
nyeri
- Anjurkan dan
berikan
analgetika
sesuai dengan
instruksi dokter
Infeksi tidak - Observasi
terjadi dalam keadaan luka
waktu 3x24
jam
- Observasi TTV
Dengan
tiap 8 jam
kriteria:
Luka bersih - Kaji terhadap
Luka
tanda atau
mengering
gejala infeksi
Tidak terdapat
tanda-tanda
infeksi =
tumor, rubor,
color, dalor,
fungsiolesa
Leukosit
normal
5000-10.000
g/ul
Hb normal
12-14 g/dl
- Lakukan
perawatan luka
dan ganti
balutan setiap
hari dengan
teknik septik
dan antiseptik
- Kolaborasikan
dengan lab
mengenai
pemeriksaan Hb
nyeri
dan leukosit
berulang
- Kolaborasikan
dengan dokter
mengenai
pemberian
antibiotik
spektrum luas.
3
Intoleransi
Setelah
- Bantu klien
aktivitas
tindakan
dalam
berhubungan
keperawatan
memenuhi
dengan
daharapkan
kebutuhannya :
kelemahan fisik intoleransi
makan, mandi,
ditandai dengan: aktivitas
BAB BAK
: klien mengeluh
dapat teratasi sesuai tingkat
kesakitan saat
dalam waktu
kemampuannya miring ke kiri
2x24 jam
- Dekatkan
: - skala nyeri 4
Dengan
peralatan yang
- Klien hanya
kriteria:
biasa digunakan
berbaring di
- Klien dapat
klien
tempat tidur
bergerak
- Anjurkan klien
- Aktivitas klien
tanpa rasa
berjhati-hati
dibantu oleh
nyeri
jika hendak
keluarga dan - Personal
turun dari
perawat
hygiene
tempat tidur
- Terpasang DC
terpenuhi
- Terpasang infus - Aktivitas
RL 20
pemenuhan - Berikan dan
tetes/menit
nutrisi, elimi
anjurkan
- Klien tampak
nasi terpenuhi mobilisasi.
kesakitan jika
bergerak
- Gigi terlihat
kotor
Defisit
knowledge
tentang KB
berhubungan
dengan
kurangnya
Memudahkan klien
beraktivitas
Turun perlahan-lahan
mencegah terjadinya jatuh
yang diakibatkan nyeri (post
Sc)
Mobilisasi dapat
memperlancar gerak yang
diakibatkan karena adanya
nyeri dari terputusnya
kontinuitas jaringan
Setelah
- Bina hubungan - Memudahkan kerja sama
tindakan
saling percaya
antara perawat dan klien
keperawatan,
- Memudahkan tercapainya
diharapkan
tujuan KB
pasien
- Bekerja sama
mengerti
dengan klien
- Pasien mau, mampu dan tahu
informasi
tentang KB
Ditandai
dengan:
: klien
mengatakan
belum pernah
KB, dan tidak
tahu jenis-jenis
KB dan ingin
KB
: - klien bertanya
mengenai KB
- Klien
mengulangulang
pertanyaan yang
sama
dengan
kriteria waktu
1x24 jam
Ditandai
dengan:
Klien tahu,
mengerti
tentang jenisjenis KB dan
cara ber KB
dalam menata
mengenai KB
tujuan
- Mengetahui sejauh mana
Berikan
tingkat pengetahuan klien
informasi
tentang KB
selengkapnya - Mengetahui sejauh mana
tentang KB
keinginan klien untuk ber KB
Diskusikan
- Solusi KB yang tepat sesuai
bersama klien
dengan kondisi ibu
untuk
mengungkapka
n KB
- Kaji
pengetahuan
klien tentang
KB
- Beri tahu
kepada ibu
tentang KB apa
yang paling
tepat untuk ibu
4. Implementasi
Nama
: Ny.D
Tanggal Masuk
: 22Juli 2009
Umur
: 22 Tahun
Tanggal Pengkajian
: 23 Juli 2009
Diagnosa Medis : Post Sectio Caesarea atas indikasi Partus Tak Maju dan
Fetal Distress hari ke I
Hari,
Tanggal
Kamis
23 Juli 2009
Jam
07.30
No.
DX
Paraf
Jumat
24 Juli 2009
07.45
3 - Melakukan perbeden
R/klien merasa nyaman
07.50
1-
07.50
08.00
08.02
06.10
06.20
06.30
06.40
06.45
Mengobservasi keadaan
pasien
R/Keadaan umum Lemah
umum
08.45
Novaria. W
Sabtu
25 Juli 2009
07.55
08.30
08.35
5. Evaluasi
Nama
: Ny.D
Tanggal masuk
: 22 Juli 2009
Umur
: 22 Tahun
Tanggal Pengkajian
: 23 Juli 2009
Diagnosa Medis : Post sectio Caesarea atas indikasi Partus tak
Distress hari ke I
Hari, Tanggal /
Waktu
No.Dx
Evaluasi
maju
Paraf
dan
Fetal
Jumat
24 juli 2009
06.10 WIB
Jumat
24 juli 2009
06.20 WIB
Novaria. W
Novaria. W
Jumat
24 juli 2009
09.00 WIB
Jumat
24 juli 2009
10.00 WIB
Sabtu
25 Juli 2009
08.00
Sabtu
25 Juli 2009
Novaria. W
B. Pembahasan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan selama 3 hari pada pasien Ny. D dengan
post operasi sectio caesarea atas indiksi partus tak maju dan fetal distress hari ke 1 di Ruang Wijaya
Kusuma RSUD Serang dan Asuhan Keperawatan di rumah selama 1 hari.
Penulis akan membahas kesenjangan yang terjadi antara tinjauan teoritis dengan kasus
meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan catatan perkembangan. Dalam
pembahasan ini penulis menguraikan kesenjangan yang terajadi antara teori dan praktek
keperawatan yang telah penulis laksanakan pada pasien Ny. D dengan Post Operasi Sectio
Caesarea atas indikasi Partus Tak Maju dan Fetal distress hari ke 1. Adapaun kesenjangan yang
penulis temukan antara lain :
1.
Pengkajian
Pengkajian
adalah
penilaian
yang bertujuan
untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengindentifikasi mengenai masalahmasalah keperawatan pasien secara menyeluruh meliputi aspek; bio, psiko, sosial, dan spiritual.
Dari hasil anamnesa didapatkan ibu mengatakan masih terasa nyeri pada daerah luka post
sectio caesarea, keadaan umum ibu lemah, kesadaran compos metis, status emosional stabil, tekanan
darah 110/70 mmHg, Nadi 90 x /menit, Pernafasan : 20x/menit, suhu 360C konjungtiva tidak anemis,
ASI sudah keluar bentuk payudara simetris, puting susu menonjol, tinggi fundus uteri satu jari dibawah
pusat, terdapat luka post SC sayatan melintang +7cm kontraksi uterus baik, ekstremitas tidak ada
oedema pada kaki kanan dan kiri, terdapat varises pada kaki kiri, kandung kemih kosong, lochea rubra,
perineum utuh tidak ada luka dan lesi, keadaan tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Winka Josastro (2005) pada hari pertama post partum kira-kira TFU berada 1 jari dibawah pusat,
setelah 5 hari post partum menjadi sepertiga jarak simpisis ke pusat dan setelah 10 hari fundus uteri
sukar di raba diatas simpisis, kandung kemih kosong, lochea rubra. Hal ini sesuai dengan teori
Mochatar 1998 bahwa Lochea rubra terjadi selama 2 hari Post Partum.
2.
Diagnosa Keperawatan
Masalah yang ada pada tinjauan kasus yang penulis lakukan, ternyata diagnosa keperawatan
yang didapatkan pada Ny. D dengan post sectio caesarea atas indikasi partus tak maju dan Fetal
distresa hari ke 1 diruang Wijaya Kususma RSUD Serang yaitu ada empat diagnosa. Antara lain :
a)
b)
Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan luka post sectio caeesarea
c)
d)
b.
Nyeri ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma pembedahan efek anestesi, efek hormonal,
distorsi kandung kemih abdomen
c.
Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada konsep diri, transmisi/kontak
interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi
d.
harga diri rendah berhubungan dengan merasa gagal dalam peristiwa kehidupan
e.
Resiko tinggi cidera berhubungan dengan fungsi biokimia atau reguiasi, efek anestesi,
tromboemboli, profii darah abnormal, trauma jaringan
f.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/kulit rusak, pemantauan
HB, prosedur invasive dan atau peningkatan pemajanan lingkungan, pecah ketuban lama,
malnutrisi
g.
h.
Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan trauma atau difersi mekanis, efek-efek
hormonal, efek anestesi
i.
Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek anestesi, penurunan kekuatan dan
ketahanan, ketidaknyamanan fisik
j.
Kurang pengetahuan tentang perawatan diri dan kebutuhan perawatan bayi berhubungan
dengan kurang mengingat, kesalahan interprestasi, tidak mengenal sumber-sumber
Melihat
adanya
kesenjangan
antara
teori
dan
kenyataan
mengenai
diagnosa
keperawatan yang muncul pada Ny. D dengan post operasi Sectio caesarea atas indikasi
Partus lama dan fetal distres hari ke-1 maka penulis akan mengungkapkan mengapa
kesenjangan itu terjadi.
1.
Penulis tidak mengangkat ansietas karena pada saat pengkajian tidak ada data yang
menunjang tentang cemas.
2.
Penulis tidak mengangkat perubahan proses keluarga karena pada saat dikaji pihak keluarga
menerima kelahiran anak yang ke- 1.
3.
Penulis tidak mengangkat harga diri rendah karena pada saat penkajian pasien tidak
rnengatakan minder dengan keadaannya setelah operasi.
4.
Penulis tidak mengangkat perubahan eliminasi urine karena pada saat pengkajian BAK pasien
Iancar, dan kateter sudah terlepas.
Penulis tidak mendapatkan secara keseluruhan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan
tinjauan teori karena data yang di dapatkan kurang mendukung pada masing-masing diagnosa.
Sedangkan diagnosa yang tidak terdapat pada tinjauan teoritis, namun penulis temukan dalam
kenyataan pada kasus ini yaitu ada dua diagnosa yaitu intoleransi aktifitas berhubungan dengan
kelemahan fisik, defisit knowledge tentang KB berhubungan dengan kurangnya inbformasi tentang
KB.
3.
Perencanaan
Setelah
diagnosa
didapatkan
kemudian
penulis
mulai
untuk
melakukan
rencana
keperawatan. Rencana di tulis sesuai dengan rencana yang ada pada teori dan dimodifikasi pada
beberapa rencana tindakan di sesuaikan dengan kondisi pasien. Adapun rencana yang dilakukan
antara lain :
a)
Nyeri
berhubungan
dengan
terputusnya
kontinuitas
jaringan
tindakannya
yaitu
penulis
melakukan : Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital ,mengajarkan teknik relaksasi nafas
dalam dan mengkaji tingkat nyeri.Hal ini sesuai dengan teori Doengoes (Rencana Perawatan
Maternal/Bayi, 2001) namun tidak semua rencana keperawatan pada teori ini dapat dilakukan
dikarenakan keterbatasan waktu penulis dalam melakukan perencanaan.
b)
Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan luka post sectio caesarea rencana keperawatan yang
dilakukan penulis adalah memberikan tindakan terapi injeksi antibiotik, mengkaji tanda-tanda infeksi,
dan melakukan perawatan luka ganti balutan.Hal ini sesuai dengan teori Doengoes (Rencana
Perawatan Maternal /Bayi, 2001).Tetapi tidak semua perencanaan pada teori ini dapat dilakukan penulis
dikarenakan adanya keterbatasan waktu penulis sehingga hanya beberapa perencanaan yang dapat
dilakukan penulis.
c)
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan rencana keperawatan yang dilakukan
penulis adalah melakukan perbeden, melepas DC (Dower Cateter), memfasilitasi klien untuk mandi,
oral hygiene, Hal ini sesuai dengan teori Doengoes (Rencana Perawatan Maternal/Bayi,2001) tetapi
tidak semua perencanaan dapat terlaksana dikarenakan keterbatasan waktu penulis.
d) Defisit knowledge tantang KB berhubungan dengan ketidaktahuan klien tentang KB, rencana
keperawatan yang dilakukan penulis adalah mengkaji tingkat pengetahuan pasien tentang KB,
membantu pasien untuk memilih alat KB yang cocok ,memberikan informasi tentang KB kepada
pasien.Hal ini sesuai dengan teori Doengoes (Rencana Perawatan Maternal/Bayi,2001), tetapi tidak
semua perencanaan dapat terlaksana dikarenakan adanya keterbatasan pengetahuan pasien tentang
KB dan keterbatasan waktu penulis, maka penulis bekerja sama dengan perawat ruangan dalam
melakukan rencana keperawatan
Adapaun alasan serta solusi penulis miliki dalam diagnosa yang di dapatkan pada Ny. D
dengan post sectio caesarea atas indikasi partus tak maju dan fetal distress hari ke 1 adalah :
1.
Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan luka masih yang masih basah
merupakan media yang baik untuk perkembangan mikroorganisme dan terputusanya jaringan
mengkibatkan merangsang sel-sel bradikinin, histamin dan serorimin sehingga terjadi nyeri, penulis
melakukan solusinya adalah mengkaji tingkat nyeri, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
2.
Resiko terjadinya infeksi yang kemungkinan penyebabnya adalah luka akibat post operasi sectio
caesarea maka terputusnya kontinuitas jaringan, luka yang masih basah merpakan media yang baik
untuk perkembangan mikroorganisme. Maka solusi yang penulis lakukan adalah mengobservasi
tanda-tanda infeksi, melakukan perawatan luka, ganti balutan.
3.
Intoleransi aktifitas kemungkinan penyebabnya adalah karena kelemahan fisik, adanya luka
pembedahan menyebabkan nyeri pada saat bergerak, penurunan hb menyebabkan kelemahan fisik.
Solusi yang penulis lakukan adalah membantu kebutuhan klien, mendekatkan peralatan yang biasa
diguanakan klien dan menganjurkan mobilisasi
4.
Defisit knowladge tentang KB berhubungan dengan ketidak tahuan tentang KB penyebabnya adalah
karena ketidak tahuan klien tentang KB yang tepat dan sesuai dengan klien, solusi yang penulis
lakukan adalah dengan memberikan penyuluhan KB kepada Klien.
4.
Pelaksanaan
Adapun pelaksanaan yang dilakukan oleh penulis adalah mengobservasi keadaan umum,
mengobservasi TTV, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam dan mengkaji tingkat nyeri, memberikan
obat analgetika, adapun pendukunganya yaitu klien mau melakukan relaksasi nafas dalam apabila
terasa nyeri, dan tidak ada hambatan pada diagnosa pertama. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa
analgetika
dapat
mengurangi
tingkat
nyeri,
Teori
ini
sesuai
dengan
teori (Prof.Dr.Abdul Bari Saifudin, 2006), kemudian melakukan perawatan luka ganti balutan pada hari
ke 3 dan ke 4 sebelum klien pulang. Adapun faktor pendukungnya yaitu tersedianya kelengkapan alatalat dalam perawatan luka ganti balutan. Adapun hambatan yang penulis dapatkan yaitu masalah biaya
untuk penggantian penutup luka post SC (Derm). Perawatan luka ganti balutan dengan teknik septik
dan aseptik dapat mengurangi jumlah mikroorganisme, setelah 12 24 Jam Post Operasi Sectio
Caesarea kateter harus dilepaskan, kecuali bila terdapat hematuria maka pelepasan kateter dapat
ditunda. Adapun faktor pendukungnya yaitu tersedianya kelengkapan alat untuk melepaskan kateter
dan tidak ada hambatan yang ditemukan oleh penulis. Teori diatas sesuai dengan teori Saifudin, 2006).
Memberikan penyuluhan mengenai KB dan alat-alat kontrasepsi tentang KB, adapun faktor
pendukungnya yaitu tersedianya leafchart dan poster dan hambatan yang ditemukan penulis yaitu tidak
adanya alat-alat kontrasepsi. Sesuai dengan teori (Panduan Program Pelayanan KB Depkes RI 1999).
5.
Evaluasi
Evaluasi yang dinilai berdasarkan perkembangan yang terjadi pada pasien setelah dilakukan
tindakan yang mengacu pada tujuan dan kriteria hasil yang telah ditentukan. evaluasi studi kasus ada
dua macam :
a.
Evaluasi formatif : yang dilakukan setelah tindakan kepeerawatan yang berupa respon hasil.
b.
Evaluasi sumatif : berupa SOAP, sehingga dapat diketahui dengan masalah yeng belum teratasi.
Setelah dilakukan tidakan keperawatan maka didapatkan hasil evaluasi yaitu :
a)
Evaluasi Formatif
Setelah dilakukannya tindakan keperawatan yaitu mengobservasi keadaan umum, mengkaji
tingkat nyeri dan mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam diharapkan keadaan klien baik, dan nyeri
berkurang, setelah melakukan tindakan keperawatan yaitu memberikan terapi injeksi antibiotik dan
perawatan luka, ganti balutan klien,maka hasil yang diharapkan adalah luka menjadi kering dan
bersih, tidak terdapat pus dan tidak terjadi infeksi. Setelah memfasilitasi klien mandi, oral hygiene dan
mengajarkan klien ambulasi dini, klien dapat mengerti dan mampu mengerjakannya. Dengan
diadakannya penyuluhan tentang KB dan Alat-alat Kontrasepsi klien mampu memilih jenis KB yang
sesuai dengan kondisi Klien.
b) Evaluasi Sumatif
Evaluasi ini berupa SOAP, sehingga dapat diketahui dengan masalah yang belum teratasai.
Selama 4 hari melaksanakan asuhan keperawatan dan sudah dilakuakan evaluasi maka berdasarkan
kriteria hasil yang tercantum diatas masalah intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
teratasi. Pada hari Jumat tanggal 24 Juli 2009. masalah defisit knowledge tentang KB berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan tentang KB dapat teratasi pada hari Jumat tanggal 24 Juli 2009.
sedangkan masalah nyeri berhubungan dnegan terputusnya kontinuitas jaringan dapat teratasi pada
hari sabtu tanggal 25 Juli 2009. adapun masalah resiko tinggi infeksi belum teratasi. Intervensi
dilanjutkan dengan menganjurkan klien mengganti balutan setelah 1 minggu.
BAB IV
1.
Kesmpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Ny. D dengan post sectio caesarea
atas indikasi partus tak maju dan fetal distres hari ke 1 di Ruang Wijaya Kusuma RSUD Serang
selama 3 hari dan 1 hari di rumah mulai tanggal 23 Juli sampai 26 Juli 2009. Secara komperhensif
dengan pendekatan proses keperawatan sebagai berikut :
1.
Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian penulis perlu membina hubungan saling percaya atau diperlukannya
pendekatan pada pasien dan keluarga pasien sehingga pasien dan keluarganya dapat menerima dan
terbuka, sehingga tidak adanya hambatan atau kesulitan pada tahap pengumpulan data dan
pemeriksaan fisik, data didapatkan dari hasil anamnesa (auto dan allo anamnesa), catatan medis,
dan catatan perawat. Adapaun penulis melakukan pengkajian yaitu mengobservasi keadaan umum
klien, melakukan pemeriksaan fisik : yaitu ditemukannya luka Post SC + 7 cm, melihat catatan medik,
melihat hasil laboratorium dan catatan keperawatan mengenai pasien, mengkaji pengetahuan pasien
tentang KB.
114
2.
Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang didapatkan dalam tinjauan kasus dan diagnosa alam teoritis tidak semua terdapat
pada tinjauan kasus karena diagnosa yang ditemukan dalam pasien harus sesuai dengan respon
pasien pada saat pengkajian. Diagnosa yang terdapat pada tinjauan kasus adalah :
a)
b)
c)
Diagnosa tersebut diangkat sesuai dengan kebutuhan dasar manusia menurut teori Malow
dan dari hasil pengkajian yang diperoleh penulis pada saat mengkaji pasien.
3.
Perencanaan
Perencanaan keperawatan dan tindakan keperawatan harus dibuat berdasarkan diagnosa
yang muncul sehingga sesuai dengan kebutuhan pasien, namun dari diagnosa yang penulis dapatkan
tidak semua intervensi sesuai dengan rencana yang ada di teori, pada beberapa rencana tindakan
disesuaikan dengan kondisi pasien, dan adanya keterbatasan waktu penulis sehingga penulis bekerja
sama dengan perawat ruangan, seperti observasi tanda-tanda vital, observasi keadaan umum dan
mengkaji tanda-tanda infeksi serta mengkaji tingkat pengetahuan KB.
4.
Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan asuhan keperawatan harus sesuai dengan rencana tindakan yang
telah ditetapkan. Agar tahap pelaksanaan dapat berjalan dengan baik karena dibantu dengan
keluarega
mengobservasi tanda-tanda vital, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, melakukan perawatan
luka ganti balutan, dan menganjurkan klien untuk mengganti balutan kembali setelah satu minggu,
pasien sudah mampu beraktifitas secara mandiri dan masalah pengetahuan KB, pasien telah
mengerti KB apa yang cocok dengan kondisinya.
Secara kenyataan yang ada dalam kasus ini, masalah tidak sama persis karena manusia
satu
dengan
yang
lainnya
berbeda dan
penulis
tidak
mengangkat
diagnosa
secara
keseluruhan diagnosa yang ada pada tinjauan teori karena data yang kurang mendukung
pada masing-masimg diagnosa tersebut.
5.
Evaluasi
Pada tahap evaluasi dapat melakukan penilaian proses keperawatan dan dApat mengetahui
hasil yang telah dicapai pada Ny. D keadaan umumnya ibu baik, kontraksi uterus baik, tinggi fundus
uteri sesuai dengan involusi uterus, tidak adanya tanda-tanda infeksi, klien sudah dapat
melaksanakan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan dan Ny. D sudah mulai berencana untuk memakai
kb yang sesuai dengan keadaannya.
6.
Dokumentasi
Dokumentasi
memberikan
catatan
tentang
penggunaan
proses
keperawatan
untuk
memberikan peerawatan pasien secara individual pengkajian awal diacatat dalam riwayat atau dasar
data pasien. Diagnosa dari masalah atau kebutuhan pasien dan perencanaan asuhan pasien dicatat
pasa rencana keperawatan implementasi dari perencanaan dicatat dalam catatan perkembangan
pasien. Evaluasi asuhan diacatat dalam catatan rencana perawatan.
Dokumentasi bukan hanya persyaratan untuk akreditasi tetapi juga merupakan catatan tentang
apa yang terjadi pada setiap pasien. Catatan perkembangan harus mencatat apa yang terjadi pada
setiap pasien semua fase penyakit, pengobatan dan penyembuhan.
Mencatat informasi dan hasil pengamatan sangat penting karena akan membantu perawat
yang bertugas maupun memberi asuhan keperawatan pada pasien yang lain dalam mempeertahankan
kontinuitas asuhan yang telah direncanakan.
B. Saran
Dalam meencapai tujuan penyembuhan yang optimal serta terwujudnya asuhan keperawatan
yang efektif pada setiap pasien, maka penulis menyarankan.
a)
b)
Untuk Penulis
Dalam melakukan asuhan keperawatan ini penulis masih banyak kekurangan sehingga diharapkan
tidak terjadi dalam memberikan asuhan keperawatan selanjutnya. Maka :
1.
Dalam pengkajian dengan menggunakan tekhnik komunikasi terapeutik dapat membina hubungan
saling percaya sehingga pengkajian dapat mudah dilakukan.
2.
Dalam menentukan diagnosa keperawatan yang utama hendaknya disusun sesuai prioritas
keperawatan yang mencakup PES (problem, etiologi, sign atau symptom).
3.
Dalam pembuatan perencanaan keperawatan harus disesuaikan dengan masalah dan kebutuhan
pasien serta diberikan cara pencegahan, pengobatan, dan dilakukan rehabilitasi.
4.
Dalam melaksanakan tindakan keperawatan, lakuakan disesuaikan dengan kebutuhan dasar menurut
teori Maslow.
5.
Evaluasi sebaiknya dilakukan setiap hari untuk mengetahui perkembangan pasien dan apakah
masalah dapat teratasi atau tidak.
6.
Pendokumentasian harus dilaksanakan dengan baik dan benar sesuai dengan standar asuhan
Dalam peningkatan keperawatan ini pasien dibekali dengan perawatan secara mandiri agar pasien
LAPORAN PENDAHULUAN
POST PARTUM DENGAN SECTIO CAESARIA
A. Pengertian
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding
perut dan dinding uterus. (Sarwono , 2005).
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding
uterus melalui depan perut atau vagina. Atau disebut juga histerotomia untuk melahirkan
janin dari dalam rahim. (Mochtar, 1998).
Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan diatas 500
gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh (Gulardi &Wiknjosastro, 2006).
B. Etiologi
a. Indikasi Ibu
a) Panggul sempit absolute
b) Placenta previa
c) Ruptura uteri mengancam
d) Partus Lama
e) Partus Tak Maju
f) Pre eklampsia, dan Hipertensi
b. Indikasi Janin
a) Kelainan Letak
1. Letak lintang
Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea adalah jalan/cara yang terbaik
dalam melahirkan janin dengan segala letak lintang yang janinnya hidup dan besarnya biasa.
Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan sectio caesarea walaupun
tidak ada perkiraan panggul sempit. Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong
dengan cara lain.
2. Letak belakang
Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang bila panggul sempit,
primigravida, janin besar dan berharga.
b) Gawat Janin
c) Janin Besar
c. Kontra Indikasi
a) Janin Mati
b) Syok, anemia berat.
c) Kelainan congenital Berat
C. Tujuan Sectio Caesarea
Tujuan melakukan sectio caesarea (SC) adalah untuk mempersingkat lamanya perdarahan
dan mencegah terjadinya robekan serviks dan segmen bawah rahim. Sectio caesarea
dilakukan pada plasenta previa totalis dan plasenta previa lainnya jika perdarahan hebat.
Selain dapat mengurangi kematian bayi pada plasenta previa, sectio caesarea juga dilakukan
D.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
untuk kepentingan ibu, sehingga sectio caesarea dilakukan pada placenta previa walaupun
anak sudah mati.
Manifestasi Klinik Post Sectio Caesaria
Persalinan dengan Sectio Caesaria , memerlukan perawatan yang lebih koprehensif
yaitu: perawatan post operatif dan perawatan post partum.Manifestasi klinis
sectio caesarea menurut Doenges (2001), antara lain :
Nyeri akibat ada luka pembedahan
Adanya luka insisi pada bagian abdomen
Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak banyak)
Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml
Emosi labil / perubahan emosional dengan mengekspresikan ketidakmampuan menghadapi
situasi baru
Biasanya terpasang kateter urinarius
Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler
Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka bisanya kurang paham prosedur
Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan.
a)
b)
c)
d)
e)
a)
b)
F.
a.
a)
b)
c)
b.
a)
b)
c)
c.
d.
G.
Kelebihan :
Penjahitan luka lebih mudah
Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik
Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan isi uterus ke rongga perineum
Perdarahan kurang
Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri spontan lebih kecil
Kekurangan :
Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehingga dapat menyebabkan arteri uteri
putus yang akan menyebabkan perdarahan yang banyak.
Keluhan utama pada kandung kemih post operatif tinggi.
Komplikasi
Infeksi Puerpuralis
Ringan
: dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.
Sedang : dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi atau perut sedikit
kembung
Berat
: dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita jumpai pada
partus terlantar dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartum karena ketuban
yang telah pecah terlalu lama.
Pendarahan disebabkan karena :
Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
Atonia Uteri
Pendarahan pada placenta bled
Luka pada kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila reperitonalisasi
terlalu tinggi.
Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut pada dinding
uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri. Kemungkinan hal ini
lebih banyak ditemukan sesudah sectio caesarea klasik.
Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi
tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan lateralis,
panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus
tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan pasien
mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya
kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu
melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit
perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post
operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses
pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga
H.
a.
b.
c.
d.
e.
I.
a.
b.
c.
a)
b)
c)
d)
e)
f)
d.
e.
a)
menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar
daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan
menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan
ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan
menimbulkan masalah resiko infeksi.
Pemeriksaan Penunjang
Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar pra operasi dan
mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
Urinalisis / kultur urine
Pemeriksaan elektrolit
Penatalaksanaan
Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan perintavena
harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau
komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam
fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb
rendah diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.
Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu dimulailah
pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit
sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi
Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini mungkin setelah
sadar
Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk
bernafas dalam lalu menghembuskannya.
Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk (semifowler)
Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk selama
sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca
operasi.
Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada penderita,
menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
Pemberian obat-obatan
Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap institusi
b)
1.
2.
3.
c)
a. Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin, prostaglandin) akibat
trauma jaringan dalam pembedahan (section caesarea)
b. Intoleransi aktivitas b/d tindakan anestesi, kelemahan, penurunan sirkulasi
c. Gangguan Integritas Kulit b.d tindakan pembedahan
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka kering bekas operasi.
e. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur pembedahan,
penyembuhan dan perawatan post operasi.
f. Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik akibat tindakan anestesi dan pembedahan
3. Rencana Kperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin, prostaglandin) akibat
trauma jaringan dalam pembedahan (section caesarea)
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri klien
berkurang / terkontrol dengan kriteria hasil :
a) Mengungkapkan nyeri dan tegang di perutnya berkurang
b) Skala nyeri 0-1 ( dari 0 10 )
c) TTV dalam batas normal ; Suhu : 36-37 0 C, TD : 120/80 mmHg, RR :18-20x/menit, Nadi :
80-100 x/menit
d) Wajah tidak tampak meringis
e) Klien tampak rileks, dapat berisitirahat, dan beraktivitas sesuai kemampuan
Intervensi :
1. Lakukan pengkajian secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi.
2. Observasi respon nonverbal dari ketidaknyamanan (misalnya wajah meringis) terutama
ketidakmampuan untuk berkomunikasi secara efektif.
3. Kaji efek pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup (ex: beraktivitas, tidur, istirahat, rileks,
kognisi, perasaan, dan hubungan sosial)
4. Ajarkan menggunakan teknik nonanalgetik (relaksasi, latihan napas dalam,, sentuhan
terapeutik, distraksi.)
5. Kontrol faktor - faktor lingkungan yang yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan (ruangan, suhu, cahaya, dan suara)
6. Kolaborasi untuk penggunaan kontrol analgetik, jika perlu.
b. Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi
Tujuan : Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
Kriteria Hasil : klien mampu melakukan aktivitasnya secara mandiri
Intervensi :
1. Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas
2. Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi luka dan kondisi tubuh umum
3. Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari.
4. Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan /kondisi klien
d. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka bekas operasi
(SC)
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan klien tidak
mengalami infeksi dengan kriteria hasil :
a) Tidak terjadi tanda - tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio laesea)
b) Suhu dan nadi dalam batas normal ( suhu = 36,5 -37,50 C, frekuensi nadi = 60 -100x/ menit)
c) WBC dalam batas normal (4,10-10,9 10^3 / uL)
Intervensi :
1. Tinjau ulang kondisi dasar / faktor risiko yang ada sebelumnya. Catat waktu pecah ketuban.
2. Kaji adanya tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio laesa)
3. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik
4. Inspeksi balutan abdominal terhadap eksudat / rembesan. Lepaskan balutan sesuai indikasi
5. Anjurkan klien dan keluarga untuk mencuci tangan sebelum / sesudah menyentuh luka
6. Pantau peningkatan suhu, nadi, dan pemeriksaan laboratorium jumlah WBC / sel darah putih
7. Kolaborasi untuk pemeriksaan Hb dan Ht. Catat perkiraan kehilangan darah selama prosedur
pembedahan
8. Anjurkan intake nutrisi yang cukup
9. Kolaborasi penggunaan antibiotik sesuai indikasi
e. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur pembedahan,
penyembuhan, dan perawatan post operasi
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 6 jam diharapkan ansietas klien
berkurang dengan kriteria hasil :
a) Klien terlihat lebih tenang dan tidak gelisah
b) Klien mengungkapkan bahwa ansietasnya berkurang
Intervensi :
1. Kaji respon psikologis terhadap kejadian dan ketersediaan sistem pendukung
2. Tetap bersama klien, bersikap tenang dan menunjukkan rasa empati
3. Observasi respon nonverbal klien (misalnya: gelisah) berkaitan dengan ansietas yang
dirasakan
4. Dukung dan arahkan kembali mekanisme koping
5. Berikan informasi yang benar mengenai prosedur pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi.
6. Diskusikan pengalaman / harapan kelahiran anak pada masa lalu
7. Evaluasi perubahan ansietas yang dialami klien secara verbal
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, I.J. 2001. Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta : EGC
Doengoes, Marylinn. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal / Bayi. Jakarta : EGC
Manuaba, I.B. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB.
Jakarta : EGC
Manuaba, I.B. 1999. Operasi Kebidanan Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk Dokter
Umum. Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jilid 2. Jakarta : EGC
Sarwono, Prawiroharjo,. 2005. Ilmu Kandungan, Cetakan ke-4. Jakarta : PT Gramedi