Você está na página 1de 87

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

D DENGAN POST
SECTIO SESAREA HARI KE I ATAS INDIKASI PARTUS
TAK MAJU DAN FETAL DISTRESS DI RUANG WIJAYA
KUSUMA RSUD SERANG

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Angka kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi. Tingginya angka kematian ibu
yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan nifas, bukan saja dipengaruhi oleh faktor
kesehatan tetapi juga faktor diluar kesehatan. Banyak hal yang menyebabkan terjadinya angka
kematian ibu (AKI) diantaranya dari faktor kurangnya memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan
yang ada dan faktor kurangnya pengetahuan ibu.Tetapi penyebab utama dari faktor kematian Ibu dan
bayi yang sudah teridentinfikasi adalah perdarahan, infeksi, preeklamsi, partus tak maju dan fetal
distress. Oleh sebab itu diagnosa dini partus tak maju serta penanganannya perlu segera dilakukan
untuk menjaga kelangsungan hidup ibu dan bayi.
Menurut WHO (Badan Kesehatan Dunia), standar rata-rata operasi caesar di sebuah negara
adalah sekitar 515%. Di Indonesia sendiri, persentase operasi caesar sekitar 5%. Di rumah sakit
pemerintah rata-rata 11%, sementara di rumah sakit swasta bisa lebih dari 30%. (Prof. dr. Gulardi
Wiknyosastro, Sp.OG, Guru Besar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta)

1
Di Rumah Sakit Umum Serang terutama di Ruang Wijaya Kusuma didapatkan data dari
Bulan Januari hingga Bulan Juni 2009 , tercatat sebanyak 0.66% Ibu hamil Yang dilakukan Sectio
Caesarea atas indikasi Partus Tak Maju dan Fetal Distress dan yangdilakukan sectio caesarea atas
indikasi partus tak maju dan fetal distress adalah 11 orang (Menurut Register Wijaya Kusuma 2009).
Melihat permasalahan diatas maka penulis tertarik membuat laporan Asuhan keperawatan
dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. D DENGAN POST SECTIO CAESAREA
ATAS INDIKASI PARTUS TAK MAJU DAN FETAL DISTRESS HARI KE I DI RUANG WIJAYA
KUSUMA RSUD SERANG.

B. TUJUAN PENULISAN
1.

Tujuan Umum

Mampu memberikan asuhan keperawatan pada Ibu dengan post sectio caesarea atas indikasi partus
tak maju dan fetal distress berdasarkan proses keperawatan, meliputi aspek: bio, psiko, sosial dan
spiritual secara komprehensif berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan di ruang wijaya kusuma.
2. Tujuan Khusus
1)

Mampu melaksanakan pengkajian pada Ny. D dengan post sectio caesarea atas indikasi partus tak
maju dan fetal distress hari ke I di Ruang Wijaya Kusuma RSUD Serang.

2)

Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Ny. D dengan post sectio caesarea atas
indikasi partus tak maju dan fetal distress hari ke I di Ruang Wijaya Kusuma RSUD Serang.

3)

Mampu melakukan tindakan keperawatan pada Ny. D dengan post sectio caesarea atas indikasi
partus tak maju dan fetal distress hari ke I di Ruang Wijaya Kusuma RSUD Serang.

4)

Mampu melakukan evaluasi pada Ny. D dengan post sectio caesarea atas indikasi partus tak maju
dan fetal distress hari ke I di Ruang Wijaya Kusuma RSUD Serang.

5)

Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Ny. D dengan post sectio caesarea atas
indikasi partus tak maju dan fetal distress hari ke I di Ruang Wijaya Kusuma RSUD Serang.

C. METODE PENULISAN
Dalam penulisan karya tulis ini, penulis menggunakan metode deskriptif yang berbentuk studi
kasus. Adapun tehnik-tehnik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah sebagai berikut :
Pengamatan / Observasi
Yaitu mengamati keadaan pasien.
Wawancara
Yaitu mengumpulkan data dengan melakukan komunikasi lisan yang didapat secara langsung dari
pasien dan keluarga.
Studi Kepustakaan
Yaitu dengan mencari bahan-bahan dari buku bacaan.
Pemeriksaan fisik
Yaitu memeriksa keadaan fisik pasien dengan menggunakan cara inspeksi,palpasi,perkusi dan
auskultasi.
Studi Dokumentasi
Membaca status perkembangan pasien selama dirawat di rumah sakit.

D. SISTEMATIKA PENULISAN

erisikan

risikan

Karya tulis ilmiah ini disusun secara sistematis dalam 4(empat)bab,sebagai berikut :
BAB I :Pendahuluan
Yang berisikan latar belakang ,tujuan penulisan, metode penulisan dan tehnik pengumpulan data,
Sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Teoritis
Tinjauan Teori
Yang berisikan pengertian, anatomi fisiologi alat reproduksi, Etiologi, tanda dan gejala,
komplikasi Sectio Caesarea, partus lama, asuhan keperawatan : Partus lama, Nifas, Sectio
Caesarea, fetal distress, dampak terhadap kebutuhan dasar manusia.
Tinjauan teoritis Asuhan Keperawatan masa nifas
Meliputi asuhan keperawatan yang terdiri dari diagnosa keperawatan perencanaan, implementasi,
dan evaluasi keperawatan sesuai landasan teori.
BAB III : Tinjauan kasus dan pembahasan
A.

Tinjauan kasus

: (Pengkajian, Perencanaan, Diagnosa keperawatan,


Intervensi, Implementasi, Evaluasi.)
B.

Pembahasan

: (Pengkajian, Perencanaan, Diagnosa keperawatan,


Intervensi, Implementasi, Evaluasi.)
BAB IV : Kesimpulan dan saran
Berisikan kesimpulan asuhan keperawatan pada pasien dengan post sectio caesarea atas indikasi
partus tak maju dan fetal distress dan berisikan saran dari penulis yang bersifat membangun.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR
1.

Anatomi Fisiologi Alat Reproduksi Wanita


Anatomi alat reproduksi wanita terbagi menjadi dua bagian, yaitu :

a.

Alat genitalia (Reproduksi) bagian luar


1)

Mons veneris

Bagian yang menonjol diatas simfisis dan pada wanita dewasa ditutup oleh rambut kemaluan. Pada
wanita umumnya batas atasnya melintang sampai pinggir atas simfisis, sedangkan kebawah
sampai ke sekitar anus dan paha.
2)

Labia Mayora (bibir besar)

Terdiri dari dua lipatan kulit dengan jaringan lemak dibawahnya yang berlanjut kebawah sebagai
perluasan dari mons pubis dan menyatu menjadi perineum. Labia mayora memiliki rambut dan
selaput yang mengandung kelenjar sebasea (lemak) pada bagian dalam.
Labia mayora berfungsi sebagai pelindung, karena kedua bibir ini menutupi lubang masuk vagina,
sementara bantalan lemaknya bekerja sebagai bantal.

3)

7
Labia Minora (bibir kecil)
Merupakan lipatan dibagian dalam bibir besar, tanpa rambut. Di bagian atas klitoris, bibir kecil
bertemu prepusium klitoridis dan di bagian bawahnya bertemu membentuk prenulum mengelilingi
orifisium vagina.
4)

Klitoris

Merupakan tonjolan kecil jaringan erektil yang terletak pada titik temu labia minora disebelah
anterior. Jaringan klitoris mengandung banyak pembuluh darah dan saraf sensoris, sehingga salah
satu zona erotik yang utama pada wanita dan sangat sensitif.
5)

Vulva

Bagian alat kandungan luar yang terlihat berbentuk lonjong berukuran panjang mulai dari klitoris,
kanan dan kiri dibatasi bibir kecil sampai kebelakang dibatasi perineum.
6)

Vestibulum

Adalah nama yang diberikan pada rongga yang dikelilingi oleh labia minora. Orifisium uretra
bermuara kedalam vestibulum tepat disebelah bawah klitoris. Saluran dua buah kelenjar parauretral
(kelenjar skene) juga bermuara kedalam vestibulum, masing- masing pada salah satu sisi orifisium
uretra.
7)

Himen (selaput dara)

Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina, bersifat rapuh dan mudah robek. Hymen ini
berlubang, sehingga menjadi saluran dari lendir yang dikeluarkan uterus dan darah pada saat
menstruasi. Bila hymen ini tertutup akan menimbutkan gejala klinik setelah mendapat menstruasi.
8)

Kelenjar : Bartholini

Kelenjar yang penting didaerah vulva dan vagina, karena dapat mengeluarkan lendir. Pengeluaran
Iendir ini akan meningkat pada saat hubungan seks.

Gambar alat genitalia (Reproduksi) bagian luar

b.

Alat genitalia (Reproduksi) bagian dalam

1)

Vagina (Liang Senggama)


Merupakan liang atau saluran yang menghubungkan vulva dan uterus yang terletak antara saluran
kemih dan rectum. Ukuran pada dinding depan f 8 cm dan dinding belakangnya f 10 cm. Pada

dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang yang disebut rugae, sedang di tengahnya ada
bagian yang lebih keras (kolumna rugarurn). Pada puncak (ujung) vagina menonjol serviks bagian
dari uterus.Bagian serviks yang menonjol kedalam vagina disebut Portio. Portio membagi puncak
vagina menjadi forniks dekstra, forniks sinistra. Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen
yang menghasilkan asam susu dengan pH 4,5. Keasaman vagina memberikan proteksi terhadap
infeksi. Fungsi utama vagina adalah saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah
menstruasi, alat hubungan seks, dan jalan lahir pada waktu persalinan.
2)

Rahim (Uterus)
Merupakan jaringan otot yang kuat, dibagian luar ditutupi peritoneum dan rongga dalam dilapisi
oleh mukosa rahim, terletak di pelvis minor diantara kandung kemih dan rectum.Ukurannya sebesar
telur ayam dan mempunyai rongga, dindingnya terdiri dari otot-otot polos. Ukuran uterus pada
anak-anak 2-3 cm, nullipara 6-8 cm x 3,5-4 cm x 2,25 cm, dan multipara 8-9 cm x 5,5-6 cm x 3-3,5
cm. Uterus terdiri dari fundus uteri, korpus uteri dan serviks uteri. Salah satu fungsi dari uterus
adalah menyediakan tempat yang sesuai bagi ovum yang sudah dibuahi agar ovum tersebut dapat
menanamkan diri, memberikan perlindungan dan nutrisi kepada janin sampai tercapai maturitas.

Tuba Fallopii (Saluran Telur)


Tuba Fallopii terdapat ditepi ligamentum latum, berjalan kearah lateral, mulai dari osteum tubae
internum pada dinding rahim. Tuba fallopii merupakan tubulo-muskuler dengan panjang f 12 cm dan
diameternya antara 3- 8 mm.
Tuba fallopii terbagi menjadi 4 bagian
a.

Pars Interstitialis (Intramuralis), terletak diantara otot rahim, mulai dari osteum internum tubae.

b.

Pars Isthmika Tubae, bagian tuba yang berada merupakan bagian yang paling sempit.

c.

Pars Ampularis Tubae, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk S.

d.

Pars Infundibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki umbai yang di sebut fimbriae tubae.
Fungsi utama tuba fallopii yaitu untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi lalu
disalurkan kearah kavum uteri dengan arus yang ditimbulkan oleh getaran rambut tersebut, sebagai
saluran spermatozoa ovum dan hasil konsepsi, tempat terjadinya konsepsi dan tempat
pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk blastula, yang siap
mengadakan implantasi.

Ovarium (Indung Telur)


Ovarium berukuran kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran --A- 4 cm, lebar dan tebal f
1,5 cm.
Ovarium terdiri dari 2 bagian
Korteks Ovarii

Mengandung folikel primodial, berbagai fase pertumbuhan folikel enuju folikel de graff, dan
terdapat korpus luteum dan albikantes. Medula varii
Terdapat pembuluh darah dan limfe serta serat saraf. Fungsi dari ovarium adalah menghasilkan sel
telur atau ovum, menghasilkan hormon-hormon ( progesterone dan estrogen),dan ikut serta
mengatur haid.
Parametrium
Jaringan ikat yang terdapat diantara kedua

lembar ligamentum latum disebut parametrium. Parametrium di batasi oleh Bagian atas terdapat
tuba fallopii dengan mesosalping Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri Bagian kaudal
berhubungan dengan mesometrium Bagian belakang terdapat ligamentum ovatii proprium Pada
parametrium terdapat uret kanan dan kiri serta pembuluh darah arteri uterina.

Gambar alat genitalia (reproduksi) bagian dalam

2.

Sectio Caesarea

a.

Pengertian Sectio caesarea


Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada
bidang dinding perut dan dinding rahim, dengan keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gr (ilmu
bedah kebidanan YBP-SP-2002)

b.

Etiologi
Plasenta previa sentralis dan lateralis (Posterior) Panggul sempit Disproprtion sefalopelvic : yaitu
ketidak seimbangan antara ukuran kepala dan panggul Struktur uteri mengancam Partus tak maju

Distosia cervix Preeklamsi dan ipertensi Tumor jalan lahir Letak lintang Gawat janin Solusio plasenta
Distosia plasenta Ketuban pecah dini (KPD)
c.

Jenis-jenis operasi sectio caesarea


Abdomen (Sectio caesarea abdominalis) Sectio caesarea transpertonealis : ectio caesarea klasik
atau korporal dengan insisi memanjang pada korpus uteri
Sectio caesarea ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi pada egmen bawah rahimSectio
caesarea ekstraperitonealis yaitu tanpa membuka peritonium parietalis, dengan demikian tidak
membuka kavum abdominal Vagina (Sectio Caesarea vaginalis) menurut arah sayatan pada rahim,
Sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut :

1)

Sayatan memanjang (Longitudinal) menurut Kronig

2)

Sayatan melintang (transfersal) menurut Kerr

3)

Sayatan huruf T (T-incision)

Sectio caesarea Klasik (Korporal) dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri
kira-kira sepanjang 10 cm Sectio Caesarea Ismika (Propunda) dilakukan dengan membuat sayatan
melintang Konkav pada segmen bawah rahim (low cervical transversal) kira-kira 10 cm

d.

Komplikasi

1.

Pada ibu infeksi puerperal (Nifas)

(a) Ringan : dengan kenaikan suhu beberapa hari saja


(b) Sedang : Kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi dan perut kembung
(c) Berat : Pertonitis, sepsis, ileus paralitik
Perdarahan
Luka kandung kemih
Kemungkinan ruptur uteri spontan pada kehamilan mendatang
2.

Pada Janin

a)

Hipoksia akibat sindrom hipotensi

b) Depresi respirasi karena anastesi

e.

Penata laksanaan Medis

Pada pasien yang sudah dilakukan operasi biasanya diberikan obat antibiotik, analgesik dan anti
inflamasi
Berikan anti kembung
Luka operasi biasanya dibersihkan dan diganti 1x setiap hari.

Pertimbangan yang perlu dilakukan menurunkan morbilitas dan mortalitas bayi pasca sectio
caesarea adalah:
Waktu anestesi dan persalinan bayi sedapat mungkin dan yang paling singkat
Sejak insisi dinding perut sampai persalinan sebaiknya dalam waktu 2 menit
Jangan memberikan infus glukosa menjelang dan selama bayi belum lahir, untuk menghindari
hipoglikemia bayi pasca partus, karena hipoglikemia bayi yang sering tidak diketahui
Perlu melatih dirinya sehingga melakukan insisi abdomen secara financial yang secara kosmetik operasi
lebih artistik

f.

Pemeriksaan Diagnostik
Hitung darah lengkap, golongan darah (A B O), pencocokan silang, tes coombs.
Urinalisis

: Menentukan kadar albumin glukosa Kultur


mengidentifikasi adanya virus herpes simplektipe II

Pelvimetri

: Menentukan CPD

Amniosentesis

: mengkaji maturitas paru janin

USG

: Melokalisasi plasenta untuk menentukan


pertumbuhan, Kedudukan dan presentasi janin

Test stress kontraksi/tes non stress

: Mengkaji respons janin terhadap

gerakan/stress dan pola kontraksi uterus


Pemantauan elektrolit kontinu

: Memastikan status janin/aktivitas

uterus.

3.

Partus Lama

a. Pengertian Partus Lama


Partus lama (partus tak maju) adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam untuk
primigravida dan atau 18 jam bagi multigravida (Buku Acuan Nasional pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal YBP-2006)
Persalinan konsep adalah persalinan lama yang disertai komplikasi masalah
a)

Fase laten lebih dari 8 jam

b) Persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih, bayi belum lahir. Dilatasi serviks di kanan garis
waspada pada persalinan fase aktif

b. Etiologi Partus Lama adalah :


1)

His tidak efisien (adekuat)

2)

Kelainan letak janin (malposisi)

3)

Janin besar atau ada kongenital

4)

Pimpinan partus yang salah

5)

Primitus

6)

Perut gantung

7)

Kelainan pada jalan lahir panggul sempit

8)

Ketuban pecah dini

c. Tanda dan gejala yang perlu diperhatikan pada partus lama:


1)

Dehidrasi

2)

Tanda-tanda infeksi

3)

Temperatur tinggi

4)

Nadi dan pernafasan cepat

5)

Pemeriksaan abdomen

6)

Nyeri segmen bawah rahim

7)

Pemeriksaan lokal vagina

8)

Edema vulva

9)

Ketuban berbau/ berwarna hijau

10) Edema servik


11) Bagian terendah sulit didorong ke bawah
Diagnosis kelainan partus lama

Tanda dan gejala klinis

Diagnosis

Pembukaan serviks tidak membuka (kurang dari

Belum inpartu, false labor

3cm) tidak didapatkan kontraksi uterus


Pembukaan serviks tidak melewati 3cm sesudah 8 Prolonged latent phase
jam inpartu

(fase aktif yang


memanjang)

Pembukaan serviks melewati garis waspada


partograf:
- Frekuensi dan lamanya kontraksi kurang dari 3

- Inersia uteri (kontraki


uterus tidak adekuat)

kontraksi per 10 menit dan kurang dari 40 detik - Disproporsi sefalovelviks


- Bayi terlalu besar atau pelvis kecil

(cpd)
- obstruksi

- Bagian terendah kaput, terdapat mulas hebat,


adema serviks, tanda ruptura imminens, fetal dan - mal presentasi
maternal distress

- Kelainan presentasi (selain verteks)


Pembukaan serviks lengkap, ibu ingin mengedan,

Kala II lama(prolonged

tetapi tak ada kemajuan penurunan

second stage)

d Komplikasi Partus Lama


12) Infeksi saluran kencing
13) Gawat janin
14) Kematian pada ibu bila tidak segera dilakukan operasi section caesarea

e Penatalaksanaan Partus Lama


1)
-

2)

Bila pada palse labor (persalinan palsu/belum inpantu)


Beri obat untuk ifeksi saluran kencing

Bila prolonged latent phase (fase laten yang memanjang)

Bila tidak ada perubahan penipisan dan pembukaan serviks serta tak didapatkan tanda gawat janin, kaji
ulang diagosisnya
Bila didapatkan perubahan dalam penipisan dan pembukaan serviks, lakukan drip oksitosin dengan 5 unit
dalam 500cc dektrose atau nacl
Pada daerah yang prevalensi HIV tinggi membiarkan ketuban tetap utuh selama pemberian oksitosin
Bila didapatkan tanda amnionitis, berikan induksi dengan oksitosin su dalam 500cc dekstrose (atau nace)
preparat prostlagandin serta obati infeksi dengan ampisilin 2 gram IV sebagai dosis awal dan 1 gram
IV stiap 6 jam gentamisin 2x80 mg
3)

Bila prolonged active phase (fase aktif yang memanjang)


Bila tidak didapatkan tanda adanya cpd atau adanya obstruksi:

Berikan penanganan umum kemungkinan akan memperbaiki kontraksi dan mempercepat kemajuan
persalinan
Bila ketuban intak, pecahkan ketuban
Lakukan penilaian kontraksi uterusnya
4)

Bila kontraksi uterus adekuat


Kontraksi uterus 3 dalam 10 menit dan lamanya lebih dari 40 detik pertimbangkan kemungkinan cpd,
obstruksi, malposisi atau malpresentasi

5)

Bila disproporsi sefalopelvic (cpd)

Bila diagnosis cpd ditegakan, lahirkan bayi dengan sectio caesarea

Bila bayi meninggal lakukan kraniotomi atau embriotomi (bila tidak mungkin, lakukan sectio caesarea)

6)

Bila obstruksi

Bayi hidup lahirkan dengan sectio casarea

Bayi meninggal lahirkan dengan kraniotomi/embriotomi


7)

Baila mal posisi dan mal presentasi


Lakukan evaluasi kondisi ibu dan janin

Dengarkan djj hitung selama 1 menit penuh minimal setiap 30 menit dalam fase aktif dan setiap 5 menit
dalam kala dua
Bila ketuban pecah, lihat warna air ketuban:
Bila didapatkan mekoneum pertimbangkan pengawasan atau lakukan intervensi
Bila tidak ada cairan ketuban pada saat ketuban pecah ada hubungannya dengan gawat janin
Bila ibu inpartu, beri dukungan emosi dan dorongan mental, anjurkan berjalan, duduk atau merubah
posisi, berikan masase dan air hangat, anjurkan banyak minum, berikan cairan intravena, anjurkan
kencing
Lakukan penilaian kemajuan persalinan memakai partograf
Lakukan penilaian secara spesifik sesuaikan dengan keadaan mal posisi dan mal presentasi yang
didapatkan
8)

Bila kontraksi uterus tidak adekuat (inersia uteri)

Lakukan induksi dengan oksitosin 5 unit dalam 500cc dekstrosa (atau nace) atau prostaglandin
Evaluasi ulang pemeriksan vaginal setiap 4 jam
9)

Bila kala II memanjang (prolonged expulsive phase)

Berikan oksitosin drip, bila tidak ada kemajuan dalam 1 jam lahirkan dengan bantuan vakum atau forseps,
bila tidak bias lahirkan dengan section caesarea.

Fetal Distres
a.

Pengertian
Keadaan Secara tiba-tiba bila janin tidak menerima O2 cukup sehingga mengalami hipoksia (Buku
acuan nasional, pelayanan kesehatan maternal dan neonatal 2006, hal : 334)
Janin yang beresiko tinggi untuk mengalami kegawatan (hipersia adalah :

Janin yang pertumbuhannya terhambat


Janin dari ibu dengan diabetes
Janin preterm dan post term
Janin dengan kelainan letak
Janin kelainan bawaan atau infeksi
b.

Etiologi

Persalinan yang berlangsung lama


Induksi persalinan dengan oksitosin
Ada perdarahan atau infeksi

Insufisiensi plasenta posterm, preeklamsia


Penyakit hipertensi
Penyakit jantung
Malnutrisi ibu, anemia, iso imunisasi RH dan penyakit ginjal
Posisi tidur ibu (Posisi terlentang)
Anastesi epidural (obat-obatan) :
Mepivacaine, lidocaine, bupivacaine
c.

Tanda gawat janin


1) DJJ abnormal :

Bradikardi : DJJ kurang dari 110 x/menit


Terjadi saat kontraksi atau tidak menghilang setelah kontraksi menunjukan adanya kegawatan janin
Taki Kardi : DJJ lebih dari 160 x/menit
Dapat merupakan reaksi terhadap adanya : demam pada ibu,obat-obatan yang dapat menyebabkan
takhikardi,misalnya :obat tokolitik,amnionitis,bila ibu tidak mengalami takhikardi,DJJ lebih dari 160
x/menit menunjukan adanya anval hipoksia
2.

Mekoneum
Cairan amnion yang hijau kental menandakan jumlah air ketuban yang sedikit
d) Intervensi

Posisi tidur ibu berbaring miring ke kiri

Berikan oksigenasi 4-6 Liter/menit

Bila sedang dalam infus oksitosin,stop infus

Cari penyebab DJJ abnormal misalnya :Ibu demam,efek obat tertentu,Bila penyebabnya diketahui
atasi permasalahannnya

Lakukan pemeriksaan dalam untuk mengetahui :kemajuan persalinan,kompresi tali pusat,air ketuban
sedikit

Bila DJJ tetap abnormal segera akhiri persalinan dengan cara :


Induksi, vakum ekstraksi, sectio caesarea

Pada kala 2 sebanyak 30-40% dapat terjadi Bradikardia akibat kompresi, bila persalinan lancar tidak
perlu tindakan

Post Partum (Nifas)


a.

Pengertian
Nifas atau (puerperium) adalah masa pulih kembali dari partus selesai sampai alat-alat
kandungan kembali seperti pra-hamil, lamanya 6-8 minggu (Mochatar, Rustam. 1998. Sinopsis
Obstetri. Hal : 129)

Nifas terdiri dari 3 periode, yaitu :


Puerperium dini
Yaitu kepulihan dimana ibu telah dibolehkan berdiri dan berjalan
Puerperium intermedial
Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu
Remote Puerperium
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna bila ibu selama hamil atau waktu
persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna biasa berminggu-minggu, bulanan,
atau tahunan

Periode post partum terbagi menjadi:


Periode immediate post partum dalam 1 jam sampai dengan1 hari post partum atau 24 jam
Periode early post partum minggu pertama post partum
Periode late post partum minggu ke 2 sampai dengan minggu ke 6 post partum

b.

Fisiologi Nifas
Alat-alat genitilia interna dan eksterna akan berangsur pulih kembali seperti keadaan semula sebelum
hami, yang diosebut involusi :
1) Involusi rahim
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan retraksi ototototnya. Fundus uteri kurang lebih tiga jari di atas pusar. Selama 2 hari berikutnya besarnya tak
seberapa berkurang tetapi setelah 2 hari uterus terus mengecil dengan cepat sehingga pada hari ke
10 tak teraba lagi dari luar. Setelah 6 minggu tercapai lagi ukurannya yang normal. Sesudah plasenta
lahir beratnya rahim 1000 gram, seminggu kemudian 500 gram, 2 minggu post partum 375 gram dan
pada akhir uerperium 50 gram. Involusi terjadi karena masing-masing sel menjadi lebih kecil karena
sitoplasmanya yang berlebihan dibuang. Involusi disebabkan oleh proses autonisis, dimana zatprotein
di dinding rahim dipecah, diabsosi dan kemudian dibuang dengan air kencing.

Uterus
Setelah janin dilahirkan, Fundus uteri setinggi pusat. Setelah plasenta lahir maka fundus uteri
berada 2 jari dibawah pusat. Pada hari ke-5 pasca persalinan, uterus f 7 cm diatas simfisis atau
setengah simfifis pusat, sesudah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi diatas simfisis. TFU
menurun 1-1.5 cm per hari clan 10-12 hari post poartum TFU tidak teraba

Penurunan Tinggi Fundus Uteri Dalam Masa Nifas (Sarwono.2006. Ilmu Kebidanan Hal :
241)
c.

Involusi Tempat Plasenta


Setelah persalinan tempat plasenta merupakan tempat dengan permukaan kasar tidak rata
dan kira-kira sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke 2 hanya
sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan luka bekas plasenta khas sekali. Pada
permulaan nifas bekas plasenta banyak mengandung pembuluh darah yang tersumbat oleh trombus
biasanya luka yang demikian sembuh dan menjadi parut, hal ini disebabkan karena luka ini sembuh
dengan cara yang luar biasa, ialah dilepaskan dari dasarnya dengan permukaan endrometium baru
dibawah permukan luka. endrometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga dari sisa-sisa kelenjar
pada dasar luka.

d.

Lochea

Lochea Rubra (cruenta)


Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo dan
mekonium, pada hari ke 1-2 post partum

Lochea Sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, pada hari ke 3-7 post partum

Lochea Serosa
Berwarna kecoklatan mengandung lebih banyak serum dari pada darah, leukosi dan luka plasenta,
cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 post partum

Lochea Alba
Cairan putih kekuningan yang mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan jaringan mati, setelah
2 minggu

Lochea Purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah, berbau busuk

Lochiostatis
Lochea tidak lancar keluarnya

e.

Perubahan Pembuluh Darah Rahim


Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh-pembuluh darah yang besar tetapi
karena persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak, makaarteri harus mengecil lagi
dalam masa nifas.

f.

Perubahan Pada Cervix dan Vagina


Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternumdapat dilalui oleh 2 jari, pinggir-pinggirnya
tidak rata tetapi retak-retak karena robekan dalam persalina. Pada akhir minggu pertama hanya dapat
dilihat oleh 1 jari saja dan lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian atas dari kanalis servikalis.
Pada servix, sobekan servix manjadi sembuh. Vagina yang sangat diregang waktu persalinan lambat
laun mencapai ukuran yang normal pada minggu ke 3 post partum rugae mulai nampak kembali.

g.

Perubahan Dinding Perut dan Peritoneum


Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang terlalu lama tetapi biasanya pulih
kembali dalam 5 minggu, kadang-kadang pada wanita yang astensi sebagian dari dinding otot-otot
rektus abdominus sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah hanya terdiri dari peritoneum,
pascia tipis dan kulit

h.

Saluran Kencing
Dinding kandung kencing memperihatkan oedema dan hiperanemia, kadang-kadang oedem
dari trigonum menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga terjadi tetensi urine. Kandung kencing
puerperium kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah sehingga kndung kencing penuh atau
sesudah kencing masih tinggal urine residual, sisa urine ini dan truma pada dinding kandung kencing
waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi. Dilatasi ureter dan pyelum normal kembali dalam
waktu 2 minggu.

i.

Laktasi
Keadaan buah dada pada hari pertama nifas sama dengan keadaan dalam kehamilan. Pada
waktu buah dada belum mengandung susu melainkan kolostrum yang dikeluarkan dengan memijat
areola mamae. Kolostrum adalah cairan kuning dengan B.D 1.030-1.035 dan reaksinya alkalis. Kirakira hari ke 3 post partum buah dada menjadi besar, keras dan nyeri ini menndakan prmukaan sekresi
air susu dan kalau areola mamae dipijit keluarlah cairan putih dari puting susu.

j.

Perubahan Psikologis Post Partum


Tahapan-tahapan adaptasi psikologi pada masa nifas menurut Reva Rubin yaitu :

Fase Taking In (1-3 hari) ketergantungan


Yaitu pada saat 2-3 hari bersalin, ibu bersikap pasif dan sangat tergantung segala energinya
difokuskan pada kekhawatiran tentang adanya bayi
Fase Taking Hold (4-10 hari) belajar dan praktek

Yaitu terjadi pada hari ke 2-4 setelah bersalin, ibu menjadi khawatir akan kemampuannya merawat
bayi dan menerima tanggung jawab sebagai ibu semakin besar. Pada tahap ini ibu berpuasa untuk
menguasai keterampilan bayi, ibu mungkin menjadi sensitif dalam ketidakmampuan merawat bayi.
Fase Latting Go (3-4 minggu) mampu sendiri.
Masa ini terjadi setelah ibu sudah berada dirumahnya dan melibatkan mengambil tanggung jawab
dalam merawat bayinya diri dengan tuntutan ketergantungannya khususnya interaksi sosial, depresi
post partum sering terjadi pada masa ini penyebab diantaranya adalah kekecewaan emosional dan
takut yang dialami selama kehamilan dan persalinan, rasa sakit pada nifas awal, kelelahan karena
kurang tidur selam persalinan dan post partum, kecemasan pada kemampuan untuk merawat bayinya
kerumah.

5. Asuhan Keperawatan Pada Masa Nifas Dengan Sectio Caesarea


Pengkajian fisiologik pada pasien dengan post partum dilakukan segera pada masa
intermediet post partum. Pengkajian post partum meliputi:
Tanda-tanda Vital
Tanda-tanda vital di monitor secara teratur pada masa early post partum terutama terhadap
adaptasi kardio vaskuler dan tanda-tanda infeksi. Tanda-tanda vital diukur setiap 4 jam selama 24 jam
pertama dan selanjutnya setiap 8 jam.

Tonus, Posisi dan Fundus Uteri


Adanya involusi uterus akan teraba bulat dan keras, bila lembek maka akan terjadi
pendarahan. Sedangkan posisi uterus yang tidak di garis tengah menunjukan adanya distensi
kandung kemih. Berpindahnya uterus karena kandung kemih yang penuh dan menjadi predisposisi
atonia uterus dan perdarahan post partum. Pengecilan uterus setelah post partum adalah:
Segera setelah persalinan tinggi fundus uteri 1 cm di bawah pusat, 12 jam kemudian kembali 1 cm di atas
pusat dan menurun kira-kira 1 cm tiap hari
Pada hari pertama dan hari ke kedua setelah persalinan tinggi fundus uteri 1 cm dibawah pusat. Pada
hari ke 3-4 tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat. Pada hari ke 5-7 tinggi fundus uteri setengah
pusat simpesis. Pada hari ke 10 tinggi fundus uteri tidak teraba.

Jenis dan Jumlah Lochea


Kaji jumlah, warna dan adanya bekuan darah. Tanyakan pada ibu, berapa kali ganti
pembalut. Aliran lochea sifatnya banyak, sedang dan ringan. Jika ibu mengganti pembalut tiap 2 jam
berarti banyak. Adapun jenis-jenis lochea adalah:
Lochea rubra

Pada hari 1-3 berwarna merah, berisi lapisan deciduas, sisa-sisa chorion, liquor amnii, rmbut lanugo,
vernix caccoca
Lochea serosa
Terdapat pada hari 7-10 (setelah 1 minggu berwarna agak kuning, cair, tidak berdarah lagi)
Lochea alba
Setelah 2 minggu (10-15) berwarna kekuningan. Berisi selaput lendir leukosit dan kuman penyakit
yamg sudah mati.

Perubahan Payudara
Sebelum terjadi laktasi, payudara terasa lembek. Kji tingkat kenyamanan ibu, puting susu
perlu diperhatikan apakah ada lecet atau luka, menonjol atau tidak.

Kondisi Rectum dan Perineum


Kaji setiap 4 jam selama 24 jam pertama dan selanjutnya setiap hari. Posisi ibu saat
pengkajian adalah miring dengan kaki ditekuk. Jika ibu dilakukan episiotomi kaji apakah adanya
kemerahan, oedema, ekimosis, pengeluaran dan approximation pada luka. Jika tidak diepisiotomi kaji
apakah oedema, tanyakan ketidaknyamanan ibu, adanya oedema dan nyeri. Untuk rectum kaji
adanya haemoroid.

Fungsi Kandung Kemih


Kaji adanya kesulitan BAK dan pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas. Ibu
dimotivasi untuk bak. Setiap 3 atau 4 jam. Kaji adanya rasa seperti terbakar bila BAB. Karena
merupakan tanda infeksi saluran kemih.

Gastrointestinal
Kaji bising usus, mual, muntah, tanyakan apakah ibu flatus atau bab. Kaji 2 hari sekali sampai
kondisi normal. Diet ibu post partum tinggi protein dengan pemasukan cairan sekitar 3000 cc sehari
untuk mencegah konstipasi dan membantu proses penyembuhan.

Eksremitas Bawah
Kaji sensasi, peregangan, oedema, dan tanda-tanda thromboplebitis pada masa immediet
post partu. Tanda-tanda thromboplebitis adalah: kemerahan, rasa hangat, nyeri, perasaan berat pada
ekstremitas, tanda homant sign positif.

Kenyamanan Istirahat

Kaji pola tidur dan jumlah tidur, kaji rasa tidak nyaman yang timbul.

Aspek Psikologis
Yang perlu diperhatikan antara lain respon ibu terhadap persalinan, persepsi ibu terhadap respon
keluarga dan status psikologi yang ditemukan.
Pengkajian Adaptasi Keluarga meliputi:
Status psikologi ayah, kemampuan orang tua dalam merawat anak, respon keluarga terhadap bayi,
dukungan dan bantuan keluarga setelah pulang.

Dampak Sectio Caesarea Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia


Terhadap kebutuhan rasa nyaman
Adanya involusi uterus dan luka sayatan menimbulkan rasa nyeri. Menyusui terputus menimbulkan
pembengkakan payudara yang mengakibatkan rasa nyeri. Keluhan rasa aman antara lain adalah
dapat terjadi infeksi apabila terdapat luka jahitan dan personal hygiene kurang terutama daerah
perineum.
Kebutuhan pemenuhan nutrisi
Pasien post partum memerlukan nutrisi 2x lipat dari yang biasa, diet ibu post partum tinggi protein,
sehingga apabila kurang akan menimbulkan gangguan nutrisi dan mempengaruhi produksi asi.
Kebutuhan istirahat dan tidur
Pasien post partum mengalami mulas karena proses involusi dan nyeri pada luka operasi sehingga
mengganggu istirahat tidur pasien.
Kebutuhan personal hygiene
Pasien post partum memerlukan kebersihan dirinya karena adanya lochea terutama daerah perineum
dan vagina untuk mencegah infeksi
Kebutuhan eliminasi
Pasien post partum kadang mengalami kesulitan bak akibat oedema dan umumnya sensitifitas
terhadap tekanan air, pasien post partum kadang konstipasi akibat penurunan motilitas usus,
kehilangan cairan dan ketidaknyamanan vagina.
Kebutuhan aktivitas
Pasien post partum mengalami penurunan aktivitas, latihan ringan seperti senam nifas membantu
penyembuhan alamiah dan kembalinya kondisi normal.
Kebutuhan akan rasa cinta kasih saying
Pasien post partum kadang-kadang mengalami kekecewan, mudah tersinggung, sedih, sehingga
nafsu makan menurun, jadi pasien dengan post partum perlu perhatian, rasa cinta kasih sayang untuk
mencegah post partum blues.

Kebutuhan akan aktualisasi


Pasien post partum perlu pengakuan perannya sebagi ibu.

B. Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan


1.

Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dalam meliputi Bio- Psiko- Sosial dan Spiritual. Dalam mendapatkan
informasi diperoleh melalui pasien, keluarga pasien, tenaga medis dan keperawatan dengan cara
wawancara maupun
langsung. Pengkajian ini meliputi :

a.

Identitas

Identitas pasien
Membuat Memudahkan perawat untuk mengenal dan membedakan antara pasien yang satu
dengan yang lain yang meliputi : nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/ bangsa dan
alamat. Identitas penanggung jawab Mengetahui siapa yang bertanggung jawab pada pasien
tersebut yang meliputi : nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/ bangsa dan alamat.
b.

Riwayat Kesehatan

Keluhan utama
Keluhan yang dirasakazi pasien pada saat di data.
Riwayat penyakit sekarang
Alasan pasien masuk rumah sakit yang dapat diuraikan dengan metode PQRST yaitu
P (Paliatip)

: Segala sesuatu yang dapat memperberat dan

memperingan keluhan.
Q (Quality)

: Dengan memperhatikan

bagaimana

efeknya, bagaimana rasanya?


R (Region)

: Terjadi di daerah mana? Apakah terjadi

penyebaran atau tidak?


S (Severity scale)

: Apakah keluhan tersebut mengganggu

aktivitasnya? Seberapa besar gangguannya?


T (Timing)

: Kapan mulai terjadinya keluhan?

Riwayat penyakit lain


Apakah pasien pernah mengalami penyakit menular seperti TBC dan penyakit keturunan seperti
hipertensi, jantung, diabetes mellitus asma.
Riwayat kesehatan keluarga
Bagaimana keadaan kesehatan keluarga, apakah dalam keluarga ada yang mempunyai riwayat
persalinan dengan tindakan induksi, penyakit keturunan seperti hipertensi, diabetes mellitus,
gangguan mental dan penyakit menular seperti TBC.
Riwayat genekologi
Riwayat Haid (menstruasi)

meliputi menarche atau usia pertarna kali pasien menstruasi, siklus, lamanya, jumlahnya, masalah
yang dirasakan selama menstruasi dan HPHT (Haid Pertama Haid Terahir).
Riwayat Kontrasepsi
Meliputi alat kontrasepsi apa yang digunakan poasien sebelumnya, kapan pasien menggunakan
alat kontrasepsi tersebut.
Riwayat Kehamilan
Meliputi jumlah anak yang hidup saat ini, siapa yang menolong persalinan, dimana tempat
persalinan saat itu berlangsung, adakah masalah dalam persalinan yang lalu.
Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pada pasien dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi yang meliputi :
Status fisikkeadaan umum, apakah pasien mengalami penurunan kesadaran dan tampak lemah atau
tidak.
Tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital dimonitor secara teratur, apakah ada peningkatan atau penurunan tekanan darah,
frekuensi dan kedalaman pernafasan, frekuensi nadi dan suhu tubuh. Biasanya tekanan darah,
suhu, nadi dan pernafasan berada dalam batas normal. Suhu naik 0.5 C tapi tidak lebih dari 39 C,
normal setelah 12 jam. Sedangkan denyut nadi 60-80 x/menit, bila lebih dari 100 x/ menit maka
menandakan adanya infeksi atau perdarahan post partum.

Kepala
Meliputi keadaan kepala, keadaan rambut (rontok atau tidak), warna rambut, apakah berketombe,
apakah ada keluhan pusing atau sakit kepala
Muka
Meliputi keadaan muka, kesimetrisan, apakah ada oedema.
Mata
Meliputi bentuk simetris, keadaan konjungtiva, sclera, oedema, reaksi pupil terhadap cahaya,
apakah penglihatan jelas atau tidak.
Hidung
Meliputi apakah bentuk simetris, adakah reaksi alergi, perdarahan dalam hidung, keadaan hidung
(bersih atau kotor), apakah ada pembengkakan, apakah penciuman baik.
Mulut
Meliputi keadaan mukosa, bibir, apakah terdapat stomatitis, caries dentist, fungsi pengecapan,
keadaan mulut, fungsi menelan.
Telinga

Keadaan telinga (bersih atau kotor), terdapat nyeri tekan atau tidak, fungsi pendengaran baik atau
tidak.
Leher
Adakah pembesaran kelenjar tyroid atau tidak, adakah peningkatan JVP atau tidak, adakah
pembesaran kelenjat getah bening atau tidak.
Daerah dada
Jantung
Bunyi jantung regular atau ireguler, apakah ada bunyi tambahan seperti murmur dan gallop.
Paru_paru
Bunyi pernafasan vesikuler atau tidak, apakah ada suara tambahan seperti ronchi dan wheezing.
Payudara
Bentuk simetris atau tidak, putting susu menonjol atau tidak, apakah ada benjolan atau tidak,
apakah

ada

nyeri

atau

tidak,

apakah

ada

nyeri

tekan

atau

pembengkakan

kedua

payudara, kebersihan payudara, keadaan aerola, colostrum ada atau tidak, asi keluar pada hari
ke 3 post parturn.
Abdomen
Bentuk datar atau distensi, adakah bising usus, adakah nyeri tekan atau tidak, adanya kontraksi
atau tidak, adakah pembesaran hati dan limfe, apakah ada striae atau tidak, apakah ada
lineanigra atau tidak, TFU, diastasis rektus abdominus, konsistensi uterus keras dan membulat.
Genetalia
Vesika urinaria : Vesika urinaria dalam keadaan kosong atau penuh.
Vulva : Adakah oedema, kebersihan vulva, apakah ada perdarahan atau tidak
Vagina : adakah perdarahan pada jalan lahir, adakah oedema dan varises, adanya robekan aatu
tidak. Jenis lochea yaitu
Lochea Rubra ( Cruenta), Berisi darah segar dan sisa -sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks
kaseosa, lanugo dan mekoneum. Pada hari ke 1-2 post partum.
Lochea Sanguinolenta, Berwarna merah kuning berisi darah dan lemdir. Pada hari ke 3-7 post
partum.
Lochea Serosa, Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 7-14 post partum.
Lochea Alba, Cairan putih, setelah 2 minggu
Lochea Purulenta, Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
Lochiostasis, Lochea tidak lancer keluarnya
Perineum : Terdapat bekas jahitan episiotomi atau tidak.
Anus

: Apakah terdapat hemoroid atau tidak

Ekstremitas

Atas

: Bentuk simetris, pergerakan pasien bebas atau terbatas, apakah


terpasang infuse atau tidak.

(2) Bawah : Apakah terdapat oedema dan varises, reflek patella ada atau
tidak, homan sign positif atau negative, pergerakan bebas
atau terbatas
Pola aktivitas sehari-hari
Aktivitas sehari-hari yang dilakukan sebelum masuk rumah sakit dan di Rumah sakit meliputi : pola
nutrisi, pola eliminasi, pola istirahat, personal hygiene dan pola aktivitas.
1)

nsep diri

Data psikologis
: Terdiri dari gambaran diri, identitas diri, harga diri, ideal diri dan peran.

munikasi

: Bahasa yang dapat digunakan pasien, bahasa keseharian pasien.

aksi

: Hubungan pasien dengan anggota keluarga, tetangga dan lingkungan sekitar baik atau tidak.

ng

: Dalam menyelesaikan masalah pasien biasanya bercerita atau meminta bantuan pada siapa untuk
menyelesaikannya.
2)

Data spiritual
Harapan dan dorongan dalam diri pasien, keyakinan dan kepercayan pasien terhadap kesembuhan
penyakitnya, kebiasaan pasien melakukan ibadah.

3)

Data penunjang

a.

Pemeriksaan laboratorium : Hb, leukosit dan trombosit

b.

USG : melihat apakah ditemukan kelainan pada janin, gerakan janin, tampak denyut jantung janin
atau tidak
Dilatasi serviks dan kerokan : apakah ditemukan desidua tanpa villus korlaks dari sediakan.

a.

Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang muncul pada pasien dengan post section caesarea adalah:

Perubahan proses keluarga berhubungan dengan perkembangan transisi/peningkatan anggota keluarga,


krisis situasi.
2.

Nyeri/ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma pembedahan, efek anestesi, efek hormonal,


distensi kandung kemih/abdomen.

3.

Ansietas berhubungan dengan krisis, ancaman pada konsep diri, tranmisi/kontak interpersonal,
kebutuhan tidak terpenuhi.

4.

Harga diri rendah berhubungan dengan merasa gagal dalam peristiwa kehidupan

5.

Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan fungsi biokimia atau regulasi, efek anestesi,
trombo emboli, profil darah abnormal, trauma jaringan.

6.

Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/kulit rusak, penurunan hb,
prosedur invasive dan/atau peningkatan pemajanan lingkungan, pecah ketuban lama, malnutrisi.

7.

Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot.

8.

Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan trauma/diversi mekanis, efek-efek hormonal, efekefek anestesi.

9.

Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-fek anestesi, penurunan kekuatan ketahanan,
ketidaknyamanan fisik.

10. Kurang pengetahuan tentang perawatan diri dan kebutuhan perawatan bayi berhubungan dengan
kurang mengingat, kesalahan interprestasi, tidak mengenal sumber-sumber

b. Perencanan Keperawatan
Perubahan proses keluarga
Dapat berhubungan dengan:
: Perkembangan transisi/peningkatan
anggota keluarga, krisis situasi
kriteria hasil
: Pasien menggendong bayi, bila
kondisi ibu dan neonatus
memungkinkan.
Mendemonstrasikan perilaku kedekatan dan ikatan yang dapat mulai secara aktif mengikuti tugas
perawatan bayi baru lahir dengan cepat.

INTERVENSI

RASIONAL

Mandiri
Anjurkan klien untuk menggendong,
menyentuh, dan memeriksa bayi tergantung
pada kondisi klien dan bayi baru lahir.
Bantu sesuai kebutuhan

Jam pertama setelah kelahiran memberikan


kesempatan unik untuk ikatan keluarga
untuk terjadi karena ibu dan bayi secara
emosional menerima isyarat satu sama lain,
yang memulai kedekatan dan proses
pengenalan.Bantulah
pada
interaksi
pertama atau sampai jalur intravena
dilepas, mencegah klien dari rasa merasa
kecewa atau tidak adekuat

Membantu memudahkan ikatan atau


Berikan kesempatan untuk ayah/pasangan kedekatan antara ayah dan bayi,
untuk menyentuh dan menggendong bayi memberikan kesempatan untuk ibu,
dan bantu dalam perawatan bayi sesuai memvalidasi realitas sesuai siuasi dan bayi
dengan kemungkinan situasi
baru lahir pada waktu dimana prosedur dan
kebutuhan fisiknya mungkin membatasi
kemampuan interaksinya
Kontak mata dengan mata, penggunaan
posisi wajah, berbicara pada suara nada
Observasi dan catat interaksi keluarga bayi, tinggi, dan menggendong bayi dengan
perhatilkan perilaku yang dianggap dekat, dihubungkan dengan kedekatan pada
menandakan ikatan dan kedekatan dalam budaya amerika. Pada kontak pertama
budaya tertentu
dengan bayi ibu menunjukan pola progresif
dari perilaku dengan cara menggunakan
ujung jari pada awalnya untuk menggali
estremitas bayi dan berlanjut pad
penggunaan telapak tangan sebelum
mendekap bayi dengan seluruh tangan dan
lengan
Membantu klien atau pasangan memahami
makna dan pentingnya proses dan
Diskusikan kebutuhan kemajuan dan sifat memberikan keyakinan bahwa perbedaan
interaksi yang lazim dari ikatan. Perhatikan diperkirakan
kenormalan dari variasi respon dari satu

waktu ke waktu lainnya diantara anak yang


beda
Kedatangan anggota keluarga baru, bahkan
bila
diinginkan
dan
diantisipasi
Perhatikan pengungkapan/perilaku yang menciptakan periode sementara dari
menunjukan kekecewaan atau kurang disequilibrium, memerlukan penyatuan
minat/kedekatan
anak baru kedalam keluarga yang ada
Konflik tidak teratasi
pngenalan awal orang
Berikan kesempatan pada orang tua untuk mempunyai efek-efek
mengungkapkan perasaan-perasaan yang panjang pada masa depan
negatif tentang diri mereka dan bayi
tua-anak

Perhatikan lingkungan sekitar kelahiran


caesarea, kebanggan diri orang tua, dan
persepsi tentang pengalaman kelahiran,
reaksi awal meraka terhadap bayi dan
partisipasi mereka pada pengalaman
kelahiran

selama proses
tu-bayi dapat
negatif jangka
hubungan orang

Oarang tua perlu bekerja melalui hal-hal


bermakna pada kejadian penuh stress
seputar kelahiran anak dan orientasikan
mereka sendiri terhadap realita sebelum
mereka dapat memfokuskan pada bayi.
Efek-efek anesthesia, anxietas, nyeri, dapat
mengubah persepsi klien selama dan
setelah operasi

Kontak awal mempunyai efek positif pada


durasi menyusui: kontak kulit dengan kulit
Anjurkan dan bantu dalam menyusui dan
mulainya
tugas-tugas
ibu
tergantung pada pilihan klien dan meningkatkan ikatan. Beberapa budaya
keyakinan/praktik budaya
menolak menyusui sampai aliran susu
terjadi
Meningkatkan kesatuan keluarga dan
membantu sibeling memulai proses
Sambut keluarga dan sibeling untuk adaptasi positif terhadap peran baru dan
kunjungan singkat segera bila kondisi ibu memasukan anggota baru kedalam sruktur
dan bayi memungkinkan
keluarga
Membantu pasangan untuk memproses dan
mengevaluasi informasi yang diperlukan
Berikan informasi sesuai kebutuhan tentang khususnya bila periode pengenalan awal
keamanan dan kondisi bayi. Dukungan telah lambat
pasangan sesuai kebutuhan
Informasi
menghilangkan
anxietas
yangmemerlukan
pemecahan
setelah
Jawab pertanyaan klien mengenai
pulang

Nyeri (Acut)/ ketidaknyamanan


Dapat berhubungan dengan

: Trauma pembedahan, efek-efek anestesi,

Efek-efek hormonal, distensi kandung kemih/abdomen


Kriteria hasil
: Mengidentifikasi dan menggunakan
Intervensi untuk mengatasi nyeri/ketidaknyamanan dengan tepat. Mengungkapkan berkurangnya
nyeri. Tampak rilex, mampu tidur/istirahat dengan tepat

INTERVENSI

RASIONAL

Mandiri
Tentukan karakteristik dan lokasi
ketidaknyamanan. Perhatikan isyarat
verbal dan non verbal seperti mengiris
kaku dan gerakan melindungi atau
terbatas

Klien
mungkin
secara
verbal
melaporkan nyeri dan ketidaknyamanan
secara
langsung.
Membedakan
karakteristik
khusus
dari
nyeri
membantu membedakan nyeri paska
oprasi dari terjadinya komplikasi.

Berikan
informasi
dan
petunjuk
antisipasi
mengenai
penyebab
ketidaknyamanan dan intervensi yang
tepat

Meningkatkan pemecahan masalah,


membantumengurangi nyeri berkenan
dengan ansietas dan ketakutan karena
ketidak tahuan dan memberikan rasa
kontrol

Evaluasi tekanan darah dan nadi


perhatikan perubahan perilaku bedakan
antara kegelisahan karena kehilangan
darah berlebihan dan karena nyeri.

Pada banyak klien, nyeri dapat


menyebabkan gelisah serta tekanan
darah dan nadi meningkat. Analgesia
dapat menurunkan darah.

Pehatikan nyeri tekan uterus dan adanya Selama 12 jam pertama pasca partum,
karakteristik nyeri penyerta : Perhatikan kontraksi uterus kuat dan teratur dan ini
infus oksitosin pasca operasi.
berlanjut selama 2 sampai 3 hari
berikutnya meskipun frekuensi dan
intensitasnya dikurangi. Faktor-faktor
yang Memperberat nyeri penyerta
multipara,
uterus,
Ubah posisi klien, kurangi rangsangan meliputi
Merilekan
otot overditensi
dan mengelihkan
preparat ergot
yang berbahaya dan berika gosokan menyusui,
perhatian dan pemberian
dari
sensasi
nyeri.
dan
oksitosin.
punggung. Anjurkan penggunaan tehnik Meningkatkan
kenyamanan
dan
Membantu
regersi
hemoroid
dan
varises
vulva
dengan
pernapasan dan relaxasi dan distrasi menurunkan
distraksi
tidak
meningkatkan
vasokontriksi
menurunkan
(rangsangan jaringan kutan)
seperti menyenangkan,
meningkatkan
rasa
ketidaknyamanan
dan
gatal,
dan
meningkatkan
dipelajari pada kelas melahirkan anak. sejahtera.
Anjurkan keberadaan dankembalinya
partisipasifungsi usus normal
pasangan bila tepat.

Kembalinya fungsi kandung kemih normal memerlukan 4


sampai
7 hari,
overdistensi
kandung upaya
kemih
Lakukan latihan nafas dalam,
spirometri
Nafasdan dalam
meningkatkan
menciptakan
perasaan
dorongan
dan
ketidaknyamanan.
intensive dan batuk dengan menggunakan pernafasan. Pembebatan menurukan
prosedur-prosedur pembebatan dengan regngan dan tegangan ariainsisi dan
serebrospinal
malalui duramater
tepat, 30 menit setelah Kebocoran
pemberiancairan
mengurangi
nyeri(CSS)
dan ketidaknyamanan
ke dalam ruang
ekstradural
menurunkan
volume
yang
analgesik.
berkenaan
dengan
gerakan otot
abdomen.
diperlukan untuk
menyokong
jaringanbila
otak sekresi
menyebabkan
Batuk
diindikasikan
atau
batang otak turun
ke
dasar
tengkorak
bila
klien posisi
ronchi terdengar.
tegak. HKK dapat mengakibatkan edema serebral
lain pembentukan gas dan
Anjurkan ambulasi dini.memerlukan
Anjukan intervensi
Menurunkan
menghindari makanan atau cairan
pembetukan gas misalnya : kacang, kol,
minuman karbonat susu murni, minuman
terlalu panas, atau penggunaan sedotan
untuk minum
Anjurkan penggunaan posisi rekumben
ateral kiri

meningkatkan
pristaktik
untuk
menghilangkan ketidak nyamanan karena
akumulasi gas, yang sering memuncak
pada hari ke 3 setelah kelahiran caesarea.
Memungkinan gas meningkat dari kolon
desenden ke sigmoid, memudahkan
pengeluaran

Inspeksi hemoroid pada


perineum.
Anjurkan
penggunaan kompres witch
hazel, dan meninggikan
pelvis pada bantal sesuai
kebutuhan

Palpasi kandung kemih,


perhatikan adanya rasa
penuh.
Memudahkan
berkemih periodik setelah
pengangkatan
kateter
indweling.
Evaluasi terhadap rasa sakit
kepala, khususnya setelah
anestesia
subaraknoid.
Hindari memberi ombak
pada klien sebelum sifat
dan penyebab sakit kepala
ditentukan.
Perhatikan
karakter
sakit
kepala
misalnya lokasi dalam di
belakang mata, dengan
nyeri menyebar ke kedua
temporal dan area oksipital,
hilang
pada
posisi
terlentang tetapi meningkat
pada posisi duduk atau
berdiri.
Untuk
membedakan dari sakit
kepala karena ansietas atau
hipertensi
karena
kehamilan
Anjurkan tirah baring pada
posisi
datar
berbaring
tingkatkan cairan, berikan
minuman berkafein, bentu
sesuai kebutuhan pada
perawatan klien dan bayi,
dan
berikan
ikatan
abdominal bila klien

Menurunkan beratnya sakit kepala dengan meningkatkan


cairan yang ada untuk produksi CSS dan membatasi
perpindahan posisi dari otak. Sakit kepala berat dapat
mengganggu kemampuan klien untuk

tegak, pada adanya sakit kepala pasca melakukan perawatan diri dan perawatan
spinal. Beri tahu dokter atau ahli anestesi bayi. Sakit kepala terus-menerus
sesuai indikasi
memerlukan terapi lebih agresif
inspeksi jaringan payudara dan puting, kaji pada 24 jam pasca partum, payudara
terhadap adanya pembesaran dan/atau harus lunak dan tidak nyeri tekan, dengan
puting pecah
puting bebas dari area pecah-pecah atau
adanya
kemerahan.
Pembersihan
payudara, nyeri tekan puting, atau adanya
pecah-pecah pada puting (bila klien
menyusui) dapat terjadi 2-3 hari pasca
partum dan memerlukan intervensi
segera untuk memudahkan kontinuitas
menyusui dan mencegah komplikasi
lebih serius
Anjurkan menggunakan bra penyokong
mengangkat payudara ke dalam dan ke
atas, mengakibatkan posisi lebih nyaman
dan menurunkan kelelahan otot
tindakan ini dapat membantu laktasi klien
merangsang
aliran
ASI
dan
Berikan informasi untuk pasien menyusui menghilangkan statis dan penegangan.
tetntang
peningkatan
frekuensi Penggunaan
gendongan
footbal
pemberiankompres panas pada payudara mengarahkan kaki bayi menjauh dari
sebelum menyusui, posisi yang tepat dari abdomen. Bantal membantu menyokong
bayi, dan mengeluarkan ASI secara manual bayi dan melindungi insisi dalam posisi
duduk atau miring
Anjurkan klien mulai memberi makan dari
puting yang tidak nyeri tekan selama
respon menghisap pertama kuat dan
beberapa kali pemberian makan secara
mungkin nyeri. Mulai memberikan
makan dengan payudara yang tidak sakit

berkala bila hanya satu puting luka atau kemudian dilanjukan pada payudara yang
pecah
sakit mungkin mengurangi nyeri dan
meningkatkan penyembuhan
berikan kompres es pada area aksila
payudara bila klien tidak merencanakan
menyusui. Berikan kompresi ketat dengan
pengikat selama 72 jam atau penggunaan
bra penyokong ketat. Hindari pemajaman
berlebihan payudara terhadap panas, atau
rangsangan payudara oleh bayi, pasangan
seksual, atau klien sampai proses supresi
selesai (kira-kira 1 minggu)
Kolaborasi
Berikan analgesik setiap 3-4 jam, berlanjut
dari rute I.V/Intramuskuler sampai ke rute
oral. Berikan obat kepada klien yang
menyusui 48-60 menit sebelum menyusui

Pengikatan dan kompres es mencegah


laktasi dengan cara-cara mekanis dan
metode yang disukai untuk supresi laktasi
ketidaknyamanan berakhir kira-kira 4872 jam, tetapi berkurang atau hilang
dengan menghindari stimulasi puting

Meningkatkan
kenyamanan
yang
memperbaiki status psikologis dan
meningkatkan mobilitas. Penggunaan
obat yang bijaksana memungkinkan ibu
yang menyusui menikmati dalam
memberikan makan tanpa efek samping
pada bayi

Tinjau ulang/pantau penggunaan analgesia Analgesia


yang
dikontrol
pasien
yang dikontrol pasien (PCA) sesuai indikasi memberikan penghilang nyeri cepat
tanpa
efek
samping/oversdasi.
Meningkatkan rasa kontrol, kesejahteraan
umum, dan kemandirian
Berikan bromokriptin mesilat (pardolel) 2
kali sehari dengan makanan selama 2-3
minggu. Mengkaji hipotensi pada klien
selama
ambulasi
pertama.
Berikan
informasi
tentang
kemungkinan
pembesaran payudara kembali atau
bendungan bila menggunakan obat-obatan
dihentikan

Bantu sesuai kebutuhan dengan injeksi salin


atau pemberian bercak darah di atas sisi
fungsi dural. Pertahankan klien pada posisi
horizontal setelah prosedur

Bromokriptin bekerja untuk menekan


secresi prolaktin, yang adalah reseptor
agonis dopamin poten dan dapat
menyebabkan hipotensi berat. Karenanya
ini harus dimulai hanya setelah tanda
vital stabil dan tidak lebih cepat dari 4
jam setelah kelahiran. Sampai 40%
wanita yang mengalami masalah-masalah
kongesti dan pembesaran kembali
Efektif untuk menghilangkan sakit kepala
spinal berat. Prosedur bercak darah yang
mempunyai laju keberhasilan 90%100% menciptakan bekuan darah yang
menghasilkan tekanan dan menutup
bocoran
menghilangkan pembentukan gas

berikan tube rektal sesuai indikasi

Anxietas (uraikan tingkatan)


Dapat behubungan
: Krisis situasi, ancaman pada konsep diri,
tarnsmisi/Kontak interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi
Kriteria hasil
: Klien mengungkapkan kesadaran akan
perasaan ansietas Mengidentifikasi cara untuk
menurunkan atau menghilangkan ansietas
Melaporkan bahwa ansietas sudah menurun ke tingkat yang dapat diatasi. Kelihatan rileks, dapat
tidur/istirahat dengan benar

INTERVENSI

RASIONAL

Mandiri
Dorong
keberadaan/partisipasi
pasangan

dari Memberikan dukungan emosional, dapat


mendorong pengungkapan masalah

Tentukan tingkat ansietas klien dan


sumber dari masalah. Mendorong
klien/pasangan untuk mengungkapkan
kebutuhan
dan
harapan
yang
tidakterpenuhi. Memberikan informasi
sehubungan dengan normalnya perasaan
tersebut

Kelahiran caesarea mungkin dipadang


sebagai suatu kegagalan dalam hidup
oleh klien/pasangan dan dalam hal
tersebut
dapat
memiliki
dampak
negatifdalam proses ikatan/menjadi
orang tua

Bantu
klien/pasangan
dalam Membantu memfasilitasi adaptasi yang
mengidentifikasi mekanisme koping yang positif terhadap peran baru, mengurangi
lazim dan perkembangan strategi koping perasaan ansietas
baru jika dibutuhkan
Berikan informasi yang akurat tentang Hayalan yang disebabkan kurangnya
keadaan klien/bayi
informasi atau kesalahpahaman dapat
meningkatkan tingkat ansietas
Mulai kontak antara klien/pasangan
dengan bayi sesegera mungkin. Jika bayi
dibawa ke NICU, bentuk jalur
komunikasi antara staff perawatan dan
klien/pasangan. Foto bayi dan biarkan
untuk dikunjungi bila kondisi fisik klien
mengizinkan

Mengurangi ansietas yang mungkin


berhubungan dengan penanganan bayi,
takut terhadap sesuatu yang tidak
diketahui, dan/atau menganggap hal yang
buruk berkenaan dengan keadaan bayi

Harga diri rendah situasional


Berhubungan dengan
: Merasa gagal dalam peristiwa kehidupan
Kriteria hasil
: Mendiskusikan masalah sehubungan dengan
peran dalam dan persepsi terhadap pengalaman kelahiran dari klie/pasangan.
Mengungkapkan pemahaman mengenai faktor individu yang dapat mencetuskan situasi saat ini

INTERVENSI
Mandiri
Tentukan
respon
klien/pasangan
terhadap

RASIONAL
emosional Kedua anggota pasangan mungkin
kelahiran mengalami reaksi emosi negatif terhadap

caesarea

kelahiran caesarea. Kelahiran caesarea


yang tidak direncanakan dapat berefek
negatif terhadap harga diri klien,
membuat klien merasa adekuat dan telah
gagal sebagai wanita. Ayah atau pasangan
khususnya bila tidak dapat hadir pada
kelahiran caesarea, dapat merasa bahwa ia
menolak
pasangannya
dan
tidak
memenuhi peran yang diantisipasinya
sebagai pendukung emosional selama
proses kelahiran. Meskipun bayi yang
didapatkan sehat, orang tua sering
berduka dan merasa kehilangan karena
tidak mengalami kelahiran pervagina
sesuai perkiraan

Tinjaulah partisipasi klien/pasangan dan


peran dalam pengalaman kelahiran.
Identifikasi perilaku positif selama
proses peranatal dan antenatal

Respon berduka dapat berkurang bila ibu


dan ayah mampu saling berbagi akan
pengalaman kelahiran. Memfokuskan
kembali perhatian klien/pasangan untuk
membantu mereka memandang kehamilan
Dalam totalitasnya dan melihat bahwa
tindakan mereka telah bermakna terhadap
hasil yang optimal. Dapat membantu
menghindari
rasa
bersalah/mempersalahkan.

Tekankan kemiripan antara kelahiran


caesarea dan vagina. Sampaikan sikap
positif terhadap kelahiran caesarea dan
atur perawatan pasca partum sedekat
mungkin pada perawatan yang diberikan
pada klien setelah kelahiran vagina

Klien dapat mengubah persepsinya


tentang pengalaman kelahiran caesarea
sebagai mana persepsinya tentang
kesehatannya
atau
penyakitnya
berdasarkan pada sikap profesional.
Perawatan serupa menunjukan pesan
bahwa kelahiran caesarea adalh pilihan
yang dapat diterima disamping kelahiran
vagina

Kolaborasi
Rujuk klien/pasangan untuk konseling Klien yang tidak mampu mengatasi rasa
profesional bila reaksi mal adaptif
berduka atau perasaan negatif memelukan
bantuan profesional lebih lanjut
Resiko tinggi terhadap cidera
Berhubumgan dengan
: Fungsi biokimia atau regulasi, efek-efek
anestesi, trobo emboli, profil darah abnormail,
trauma jaringan.
Kriteria hasil
: mendemonstrasikan perilaku untuk
menurunkan Faktor-faktor bebas dari

komplikasi

INTERVENSI

RASIONAL

Mandiri
Tinjau ulang catatan pranatal dan Adanya faktor-faktor resiko seperti
intrapartal terhadap faktor-faktor yang kelelahan miometrial, distensi uterus
mempredisposisikan
klien
pada berlebihan, stimulasi oksitosin lama,
komplikasi. Catat kadar Hb dan atau
tromboflebitis
pranatal
kehilangan darah operatif.
mamungkinkan klien lebih rentan
terhadap komplikasi pasca operasi
Pantau TD, nadi, dan suhu. Catat kulit
dingin, basah, nadi lemah dan halus,
perubahan
perilaku,
kelambatan
pengisian kapiler, atau sianosis

Tekanan darah yang tinggi dapat


menandakan
terjadinya
atau
berlanjutnya hipertensi memerlukan
magnesium sulfat (MGSO4) atau
pengobatan
anti
hipertensi
lain.
Hipotensi
dan
takikardi
dapat
menunjukan dehidrasi dengan kondisi
dan hipovolenia tetapi mungkin tidak
terjadi sampai volume darah sirkulasi
telah menurun sampai 35%-50% dimana
tanda vasokontriksi mungkin terlihat.
Pireksia dapat menandakan infeksi

Inspeksi balutan terhadap pendarahan


berlebihan. Catat tanggal drainase pada Luka bedah dengan brain dapat
balutan (bila tidak diganti) beri tahu membasahi balutan. Namun rembesan
dokter bila rembesan berlanjut
biasanya tidak terlihat dan dapat
menunjukan terjadinya komplikasi
Perhatikan karakter dan jumlah aliran
lochea dan konsistensi fundus
Aluran lochea seharuanya tidak banyak
atau mengandung bekuan. Fundus harus
tetap berkontraksi dengan kuat pada
umbilikus.
Tunjolan
uterus
mengakibatkan peningkatan aliran dan
kehilangan darah
Pantau masukan cairan dan haluaran Fungsi ginjal adalah indek kunci dari
urine. Perhatikan penampilan warna, volume darah sirkulasi. Bila haluran
konsentrasi, dan berat jenis urine
menurun berat jenis meningkat dan
sebaliknya.
Urine
yang
mengandungdarah
atau
bekuan
menunjukan
kemungkinan
trauma
kandung kemih berkenaan dengan
intervensi pembedahan
Anjurkan ambulasi dini dan latihan,
kecuali pada pasien yang mendapatkan
anestesia subaraknoid, yang tetap tidur
datar selama 6-8 jam tanpa menggunakan

Meningkatkan sirkulasi dan aliran balik


vena
dari
ektremitas
bawah,
menurunkan
resiko
pembentukan
trombus, yang berkenaan dengan statis.

bantal atau meninggikan kepala, sesuai Meskipun posisi rekumben setelah


dengan indikasi protokol dan kembalinya anestesia sub araknoid dikontroversikan,
sensasi/kontrol otot
hal ini dapat membantu mencegah
kebocoran CSS dan sakit kepala
Bantu klien pada ambulasi awal. Berikan
supervisi yang adekuat dalam hal mani Hipotensi ortostatik dapat terjadi pada
shower dan rendam duduk. Tempatkan perubahan dari posisi terlentang ke
bel pemanggil dalam jangkauan klien
berdiri, atau mungkin sebagai akibat
dari vasodilitas karena panas dari mandi
shower atau rendam duduk tersebut
Minta klien duduk di lantai atau kursi
dengan kepala diantara kaki, atau biarkan Membantu
mempertahankan
atau
berbaring pada posisi datar bila ia merasa meningkatkan sirkulasi dan memberikan
pening.
oksigen ke otak
Kaji terhadap hiperefleksia, nyeri kuadrat
kanan atas, sakit kepala atau gangguan Bahaya eklampsia karena HKK ada
penglihatan. Pertahankan kewaspadaan
selama sampai 72 jam pasca partum,
meskipun literatur menunjukan status
kejang telah
kejang, dan berikan lingkungan tenang terjadi paling lambat hari ke 5 pasca
sesuai indikasi
partum
perhatikan efek-efek MGSO 4 bila tidak adanya reflek patela dan frekuensi
diberikan.Kaji respon patela dan pantu pernafasan dibawah 12 kali/menit
frekuensi pernafasan
menandakan toksisitas dan perlunya
penurunan atau penghentian terapi obat
inspeksi insisi secara teratur perhatikan peregangan berlebihan pada insisi atau
tanda pelambatan atau perubahan kelambatan atau penyembuhan dapat
penyembuhan
menyebabkan klien cenderung terhadap
pemisahan jaringan dan kemungkinan
hemoragi
inspeksi ekstremitas bawah terhadap peningkatan produk lembaran fibrin
tanda tromboplebitis. Perhatikan adanya (kemungkinan pelepasan dari sisi
atau tidak adanya tanda homan
plasenta) penurunan mobilitas, trauma,
sepsis, dan aktivasi pembekuan darah
secara berlebihan setelah kelahiran
membuat
klien
cenderung
pada
terjadinya trombo emboli. Tanda homan
mungkin ada pada trombus vena dalam,
tetapi mungkin tidak ada pada plebitis
superfisial.
Kehilangan
plasma,
peningkatan
jumlah
trombosit,
imobilitas dan relaksasi pembuluh darah
darianestesia membuat klien beresiko

terhadap tromboflebitis
Anjurkan latihan kaki/pergelangan kaki meningkatkan aluran balik vena,
dan ambulasi dini
mencegah statis/penumpukan pada
ekstremitas
bawah, menurunkan resiko flebitis
Evaluasi status rubella klien pada grafik
pranatal. Kaji klien terhadap alergi pada
telur atau kulit. Bila ada tunda vaksin.
Berikan informasi tertulia dan verbal, dan
dapatkan persetujuan tindakan untuk
vaksin setelah meninjau ulang efek-efek
samping, resiko, dan perlunya mencegah
konsepsi untuk 2-3 bulan setelah
vaksinasi

vaksinasi membantu mencegah efekefek teratogenik pada kehamilan


selanjutnya. Pemberian vaksin pada
periode pasca partum segera dapat
menyebabkan
efek-efek
samping
atralgia sementara, ruang, dan gejala
ingin selama inkubasi 14-21 hari.
Anapilaktik alergi atau respon hiperten
sip
dapat
terjadi,
memerlukan
pemberian epinefrin

Kolaborasi
Gantikan kehilangan cairan
intravena sesuai program

secara rata-rata kehilangan darah biasanya 600800 ml, tetapi adema psiologis pranatal
yang mengarahkan pasca partum,
meningkatkan
kebutuhan
terhadap
penggantian volume cairan besar.
Dianjurkan untuk memberi cairan
melalui infus secara intravenapada
periode intra operasi dan awal pasca
operasi (24 jam) dengan jumlah total 3
L
Pantau Hb./Ht pasca operasi. Badingkan
dengan kadar pra operasi
klien dengan Ht 33% atau lebih besar
dan peningkatan plasma berkenaan
dengan kehamilan dapat mentoleransi
kehilangan darah aktual sampai 1500 ml
tanpa kesulitan. Perubahan bermakna
dalam volume memerlukan penggantian
dengan produk darah, meskipun
penggantian besi
mungkin diperlukan
Tingkatkan infus oksitosin bila uterus merangsang kontraktilitas miometrial
relaksasi dan/atau lochea berat
dan menurunkan kehilangan darah.
Oksitosin biasanya ditambahkan untuk
penginfusan intra operasi setelah
kelahiran bahu bayi dan dipertahankan
dalam periode pasca operasi

Berikan MGSO 4 dengan pompa infus membantu


mnurunkan
kepekaan
sesuai indikasi
serebral pada adanya HKK atau
ekslamsia
Berikan kaos kaki penyokong atau
balutan elastis untuk kaki bila resiko atau menurunkan statis vena, meningkatkan
gejala flebitis ada
aliran balik vena dan menurunkan resiko
terhadap pembentukan trombus
Berikan imun globulin Rh0 (D) (Rh I gG)
secara IM dalam 72 jam pasca partum dosis 300 ug biasanya cukup untuk
sesuai indikasi untuk ibu Rh negatif yang meningkatkan lisis sel-sel darah merah
belum sensitif sebelumnya dan yang janin rh positif yang mungkin telah
memberikan hasil negatif tes Comb darah masuk ke sirkulasi darah ibu selama
tali pusat kepada bayi Rh positif. kelahiran, dan bahwa mungkin potensial
Dapatkan Smear Betke-kleihauer bila menyebabkan sensitisasi dan masalah
transfusi janin ibu bermakna dicurigai inkompatibilitas Rh pada kehamilan
pada kelahiran
selanjutnya. Adanya 20 ml atau lebih
darah janin Rh positif dalam sirkulasi
darah ibu memerlukan dosis Rh I gG
lebih tinggi
Resiko tinggi terhadap infeksi
Berhubungan dengan
: Trauma jaringan/kulit rusak, penurunan hb
Prosedur infasif, dan/atau pningkatan pemajaman lingkungan, pecah ketuban lama, mal nutrisi.
Kriteria hasil
: mendemonstrasikan teknik-teknik untuk
Menurunkan resiko-resiko dan/atau meningkatkan penyembuhan.
Menunjukan luka bekas dari drainase purulen dengan tanda awal penyembuhan.
Bebas dari infeksi tidak demam, tidak ada bunyi nafas adventisius dan urine jernih kuning pucat.

INTERVENSI

RASIONAL

Mandiri
Anjurkan dan gunakan teknik mencuci Membantu mencegah atau membatasi
tangan dengan cermat dan pembuangan penyebaran infeksi
pengalas kotoran, pambalut perineal, dan
linen terkontaminasi dengan cepat.
Diskusikan dengan klien pentingnya
kalanjutan tindakan-tindakan ini setelah
pulang
Tinjau ulang Hb/Ht pranatal, perhatikan Anemia, diabetes, dan persalinan
adanya kondisi yang mempredisposisikan yang lama sebelum kelahiran caesarea
klien pada infeksi pasca operasi
meningkatkan resiko infeksi dan
pelambatan penyembuhan
Kaji status nutrisi klien. Perhatikan
penampilan rambut, kuku jari, kulit, dan
sebagainya. Perhatikan berat badan sebelum
hamildan penambahan berat badan

Klien yang berat badannya 20%


dibawah berat normal, atau anemia
atau mal nutrisi lebih rentan terhadap
infeksi pasca partum dan dapat
memerlukan diet khusus

pranatal
dorong masukan cairan oral dan diet tinggi Mencegah dehidrasi, memaksimalkan
proten, vitamin C, dan besi
volume sirkulasi dan aliran urin.
Protein dan vitamin C diperlukan
untuk pembentukan kolagen, besi
diperlukan untuk sintesis Hb
inspeksi balutan abdominal terhadap Balutan steril menutupi luka pada 24
eksudat atau rembesan. Lepaskan balutan jam pertama kelahiran caesarea
sesuai indikasi
membantu melindungi luka dari
cidera atau kontaminasi. Rembesan
dapat
menandakan
hematoma,
gangguan penyatuan jaitan, atau
dehisens luka, pengangkatan balutan
akan memungkinkan insisi mengering
dan meningkatkan penyembuhan
Perhatikan
catatan
operasi
untuk
penggunaan drain dan sifat dari insisi. Lingkungan
lembab
merupakan
Bersihkan luka dan ganti balutan bila basah media paling baik untuk pertumbuhan
bakteri. Bakteri dapat berpindah
melalui aliran kapiler malalui balutan
Inspeksi
insisi
terhadap
proses basah ke luka
penyembuhan,
perhatikan
kemerahan,
edema, nyeri, eksudat, atau gangguan Tanda-tanda ini menandakan infeksi
penyatuan
luka, biasanya disebabkan oleh
streptococus stapilicocus, atau spesies
Bantu sesuai kebutuhan pada pengangkatan psedomonas
jahitan kulit atau klips
Insisi biasanya sudah cukup membaik
untuk dilakukan pengangkatan jahitan
pada hari ke 4 atau ke 5
Dorong klien untuk mandi shower dengan Mandi shower, biasanya diijinkan
menggunakan air hangat setiap hari
setelah hari ke 2 sehabis kelahiran
caesarea, meningkatkan hygiene dan
dapat merangsang sirkulasi serta
penyembuhan luka
Kaji suhu, nadi dan jumlah sel darah putih

Demam setelah pasca operasi hari ke


3,
leukositosis,
dan
takikardi
menunjukan infeksi. Peningkatan
suhu sampai 380C dalam 24 jam
pertama sangat mengindikasikann
infeksi, peningkatan sampai 380C
pada hari ke 2 dalam 10 hari pertama
pasca partum adalah bermakna

Kaji lokasi dan kontraktilitas uterus,


perhatikan perubahan involusi atau adanya Setelah kelahiran caesarea fundus
nyeri tekan uterus yang ekstrim
tetap pada ketinggian umbilikus
selama sampai 5 hari, bila involusi
mulai, disertai dengan peningkatan
aliran lochea. Pelambatan involusi
meningkatkan resiko endometritis
permbangan nyeri tekan ekstrim
menandakan kemungkinan jaringan
Perhatikan jumlah dan bahu rabas lochea plasenta tertahan atau infeksi
atau perubahan pada kemajuan normal dari
rubra menjadi serosa
Secara normal lochea berbau amis,
namun pada endometritis mungkin
furulen dan berbau busuk, dan dapat
gagal menunjukan kemajuan normal
dari lochea rubra menjadi serosa
sampai alba
Pertahankan sistem drainase urine tertutup Mencegah introduksi bakteri bila
yang steril
kateter indueling digunakan
Berikan perawatan perineal dan kateter dan Membantu menghilangkan media
penggantian pengalas kering
pertumbuhan bakteri, meningkatkan
hyg
Pertahankan kantung drainase pada posisi
tergantung
Menghindari
repluks
urine,
menurunkan resiko infeksi
Cacat frekuensi/jumlah dan karakteristik
urine
Statis urinarius meningkatkan resiko
infeksi, urine keruh atau berbau busuk
menandakan adanya infeksi.
Tingkatkan istirahat dan anjurkan pengguna
posisi semi powler bila kewaspadaan Istirahat
menurunkan
proses
anestesia dilengkapi
metabolisme, memungkinkan oksigen
dan
nutrien
digunakan
untuk
penyembuhan. Posisi semi powler
meningkatkan aliran lochea dan
menurunkan
penumpukan
pada
kaji klien dalam pembebatan insisi selama uterus,
memaksimalkan
fungsi
latihan paru
pernafasan
inspeksi sekitar infus I.V terhadap tanda Membantu mencegah peregangan
eritemaatau nyeri tekan
insisi dan menurunkan kemungkinan
dehisens luka
evaluasi kondisi putting, perhatikan adanya Menandakan
infeksi
lokal,
pecah-pecah, kemerahan, atau nyeri tekan. memerlukan pengangkatan kateter
Anjurkan pemeriksaan payudara rutin.
dan
kemungkinan
dimulainya

Tinjau ulang perawatan dan teknik memberi kembali jalur I.V pada sisi lain
makan bayi yang tepat
Terjadinya fisura/pecah-pecah putting
Kaji bunyi paru dan pernafasan mudah atau memperbesar resiko mastitis
susah. Perhatikan krekels/ronchi, dispnea,
nyeri dada, demam, atau sputum
mukopluren
Ronchi menandakan tertahannya
srkresi yang tidak seharusnya ada,
bunyi nafas mungkin berkurang
selama 24 jam pertama setelah
Lakukan pembalikan, batuk, dan nafas pembedahan. Tidak adanya bunyi
dalam rutin dengan pembebatan insisi setiap paruh menandakan konsolidasi atau
2-4 jam saat terjadi. Perhatikan batuk kurangnya pertukaran udara, dan
produktif
kemungkinan
atelektasis
atau
pneumonia

Kolaborasi
Berikan oksitosin atau preparat ergot

Memperbaiki kedalaman pernafasan


dan ekspansi alpeolar, membersihkan
sekresi bronkial yang dapat memblok
bronkioli. Batuk prouktif menandakan
klien sedang membersihkan sekresi
bronkiel secara efektif

Pantau hasil test laboratorium, seperti


nitrogen urea darah (BUN), dan urine 24 Mempertahankan
konraktilitas
jam terhadap protein total, klirens miometrial
sehinggamencegah
kreatinine, dan asam urat sesuai indikasi
penyebaran bakteri melaluyi dinding
uterus, membantu mengeluarkan
bekuan-bekuan membran
Pada klien yang telah mengalami
HKK keterlibatan ginjal atau vaskuler
mungkin menetap atau ini tampak
selama
waktu-waktu
pertama
selamaperiode pasca partum. Bila
kadar steroid menurun setelah
kelahiran, fungsi ginjaldibuktikan
dengan

BUN dan klirens kreatinin, mulai lagi


ke normal dalam satu minggu,
perubahan anatomi memerlukan
waktu sampai satu bulan untuk
kembali ke normal
Berikan infus antibiotik profilaktik, dengan
dosis pertama biasanya diberikan segera Menurunkan
kemungkinan
setelah pengkleman tali pusat dan 2 dosis endomentritis pascapartum sesuai
lagi masing-masing berjarak 6 jam
komplikasi seperti abses insisi atau
tromboplebitis pelvis
Lakukan penggunaan spirometrik intensif.
Berikan informasi sesuai kebutuhan
Meningkatkan pernafasan maksimal
terus menerus, mengembangkan
Dapat spesimen sputum sesuai indikasi oleh alveoli, dan mencegah atelektasis
perubahan pada warna atau bau spurtum,
adanya kongesti dan peningkatan suhu
Untuk mengidentifikasi patogen
khusus dan terapi yang tepat
Tinjau ulang sinar X dada sesuai indikasi
Memastikan adanya infiltrat atau
Dapatkan kultur darah, vagina, dan urine atelektasis
bila infeksi dicurigai
Bakterimia lebih sering pada klien
yang mengalami pecah ketuban selam
6 jam atau lebih lama dari pada klien
yang ketubannyatetap utuh sebelum
kelairan caesarea
Berikan antibiotik khusus untuk proses
Perlu untuk mematikan organisme
infeksi yang teridentifikasi
Konstipasi
Berhubungan dengan
: Penurunan tonus otot (diastasis rekti,
kelebihan analgesik atau anastesi, efek-efek
progesteron, dehidrasi, diare pra persalinan,
kurang masukan, nyeri perineal/rektal)
kriteria hasil
: Mendemonstrasikan kembalinya motilitas usus
dibuktikan oleh bising usus aktif dan keluarnya platus.
Mendapatkan kembali pola eliminasi biasanya/optimal dalam 4 hari pasca partum

INTERVENSI

RASIONAL

Mandiri
Auskultasi terhadap adanya bising usus Menentukan kesiapan terhadap pemberian
pada ke 4 kuadran setiap 4 jam setelah makan peroral, dan kemungkinan
kelahiran caesarea
terjadinya komplikasi. Biasanya bising
usus tidak terdengar pada hari pertama
setelah prosedur pembedahan, terdengar
samar pada hari ke dua, aktif pada hari ke
tiga
Palpasi abdomen perhatikan distensi atau Menandakan pembentukan gas dan
ketidak nyamanan
akumulasi atau kemungkinan ilieus
paralitik
Anjurkan cairan oral yang adekuat bila
Makanan kasar meningkatkan cairan yang
masukan oral sudah mualai kembali. menghasilkan bulk, merangsang eliminasi
Anjurkan peningkatan dietmakanan kasar dan mencegah konstipasi defekasi
dan buah-buah dan sayuran dengan
bijinya.
latihan kaki mengencangkan otot-otot
Anjurkan latihan kaki dan pengencangan abdomen
dan
memperbaikimotilitas
abominal, tingkatkan ambulasi dini
abdomen. Ambulasi progresif setelah 24
jam
meningkatkan
pristaltik
dan
pengeluaran gas, dan menghilangkan atau
mencegah nyeri karena gas
membantu dalam menciptakan kembali
Identifikasi aktifitas-aktifitas dimana polaevakuasi normal dan meningkatkan
klien dapat menggunakannya di rumah kemandirian
untuk merangsang kerja usus
Kolaborasi
memudahkan
kemampuan
untuk
Berikan analgesik 30 menit sebelum ambulasi. Namun narkotik bila digunakan
ambulasi
dapat menurunkan aktivitas usus
Barikan
ringan

pelunak

pesesataui

melunakan peses, merangsang pristaltik


katartik dan membantu mengembalikan fungsi
usus

kurangnya pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai perubahan fisiologis, periode pemulihan,


perawatan diei, dan kebutuhan perawatan bayi
berhubungan dengan
: Kurang pemajanan atau mengingat kesalahan
interprestasi tidak mengenal sumber-sumber
Kriteria hasil
: Mengungkapkan pemahaman tentang
Perubahan Psiologis. Melakukan aktivitasakivitas yang perlu dan dengan benar

INTERVENSI
RASIONAL
Kaji keadaan fisik klien rencanakan sesi Ketidaknyamanan berkenaan

dengan

kelompok
atau
individu
pemebrian obat-obatan

setelah insisi atau ketidaknyamanan kandung


kemih biasanya berkurang beratnya pada
hari ke 3 pasca operasi

Berikan informasi yang berhubungan Membantu klien mengenali perubahan


dengan perubahan fsiologis dan fsiologis normal dari respon-respon abnormal yang
yang normal berkenaan dengan kelahiran mungkin memerlukan tindakan
caesarea
Tinjau
ulang
kebutuhan-kebutuhan Mamudahka
otoomi
membantu
perawatan diri. Anjurkan partisipasi mencegah infeksi dan meningkatkan
dalam perawatan diri bila klien mampu
pemulihan
Identifikasi tanda dan gejala yang
memerlukan perhatian dari pemberi Evaluasi segera dan intervensi dapat
pelayanan kesehatan
mencegah infeksi dan meningkatkan
pemulihan
Demontrasikan teknik-teknik perawatan
bayi, observasi demonstrasi oleh Membantu orang tua dalam penguasaan
klien/pasangan
tugas-tugas baru
Berikan informasi yang berhubungan
dengan pemeriksaan pasca partum
Evaluasi pasca partum untuk klien yang
telah menjalani caesarea mungkin
dijadwalkan minggu ke 3 daripada
minggu ke 6
Perubahan eliminasi erin
Berhubungan dengan
: Trauma/diversi mekanis, efek-efek hormonal
efek-efek anestesi
Kriteria hasil
: Mendapatkan pola berkemih yang biasa
setelah pengangkatan kateter

INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
Perhatikan dan catat jumlah, warna dan Oliguria mungkin disebabkan oleh
konsentrasi drainase urine
kelebihan
kekurangan
cairan,
ketidakadekuatan penggantian cairan, efekefek antibioretik
Berikan cairan peoral, 6 sampai 8 gelas Cairan meningkatkan hidrasi dan fungsi
perhari
ginjal dan membantu mencegah statis
kandung kemih
Kolaborasi
Pertahankan infus intravena selama 24 jam Biasanya 3 liter cairan meliputi larutan RL
setelah pembedahan sesuai indikasi
untuk menggantikan kehilangan dan
mempertahankan aliran ginjal

Kateter mungkin aman dilepaskan antara 6


sampai 12 jam pasca partum, tapi
sebaiknya tidak dilepaskan sampai pagi
hari setelah pembedahan

Kurang perawatan diri


Berhubungan dengan
: Efek-efek anestesi penurunan kekuatan dan
Ketahanan ketidaknyamanan fisik
Kriteria hasil
: mndemonstrasikan teknik-teknik untuk
memenuhi Kebutuhan perawatan diri

INTERVENSI
Mandiri
Kaji status psikologis klien

RASIONAL
Pengalaman nyeri fisik mungkin disertai
dengan nyeri mental yang mempengaruhi
keinginan klien dan motivasi untuk
mendapatkan otonomi

Ubah posisi klien setiap 1-2 jam bantu Membantu mencegah komplikasi bedah
dalam latihan paru, ambulasi dan latihan seperti plebitis dan pneumonia
kaki
Kolaborasi
Berikan analgetik setiap 3 sampai 4 jam Menurunkan ketidak nyamanan yang
sesuai kebutuhan
dapat
mempengaruhi
untuk
melaksanakan keperawatan diri

BAB III

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A.

Tinjauan Kasus

1.

Pengkajian

a.

Biodata
Nama

: Ny. D

Umur

: 22 Tahun

Status

: Menikah

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Pendidikan

: SLTP

Pekerjaan

: Wiraswasta

Suku Bangsa

: Sunda

Alamat

: Kp. Panunggulan Desa Sukasari

Kecamatan Tunjung Teja Rt 06/02 No. 20


No. Cm

: 6501062

Tanggal Masuk

: 22 Juli 2009

Tanggal Pengkajian

: 23 Juli 2009

Diagnosa Medis

: Post Sectio Caesarea atas indikasi Partus Tak

Maju dan Fetal Distress

76

Data Penanggung Jawab


Nama

: Tn. H

Umur

: 28 Tahun

Status

:Menikah

Pendidikan

: SLTP

Pekerjaan

: Wiraswasta

Alamat

: Kp. Panunggulan Desa Sukasari

Kecamatan Tunjung Teja Rt 06/02 No. 20


b.

Riwayat Kesehatan

1)

Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri.

2)

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke RSUD Serang dengan diantar oleh keluarganya karena pasien merasa
mulas-mulas, keluar air-air dan darah dari jalan lahir. Pasien masuk ke RSUD Serang tanggal 21
Juli 2009 dan setelah diperiksa ternyata fetal distress dan disarankan untuk sectio caesarea. Pada
tanggal 22 Juli 2009 pasien dilakukan sectio caesarea, dan kemudian pasien dirawat di ruangan
Wijaya Kusuma. Nyeri dirasakan ketika pasien bergerak miring ke kiri, daerah lokasi nyeri terasa
pada daerah abdomen di bawah umbilicus, skala nyeri 6, klien tampak meringis, nyeri lebih terasa
ketika pasien bergerak , nyeri dirasakan pada pagi hari.

3)

Riwayat Penyakit Yang Lalu


Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah menjalani operasi sectio caesarea dan
operasi lainnya baru kali ini, selama kehamilan klien mengatakan tidak pernah minum obat-obatan.
Klien tidak mempunyai riwayat penyakit kronis seperti: TBC, kanker, DM, hipertensi, jantung dan
riwayat penyakit menular lainnya.

4)

Riwayat Kesehatan Keluarga


Pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit seperti: DM,
kanker, TBC, dan jantung.

5)

6)

Riwayat Kehamilan Yang Lalu

Kelahiran
No Tahun Ab, prem,
Aterm, mati

Penolon
g

Bidan

2009

Aterm

Komplikasi
Keadaan
Tindakan kehamilan dan
sekarang
nifas
Sectio
Partus tak maju
Hidup
Caesarea dan fetal distress

Riwayat Kehamilan Sekarang


Klien mengatakan baru pertama kalinya melahirkan dan belum pernah mengalami keguguran
atau aborsi. Hari pertama haid terakhir klien pada tanggal 20 Oktober 2008. Selama masa kehamilan
klien belum pernah memeriksakan kandungannya ke bidan, selama masa kehamilan klien tidak
mengalami masalah tertentu yang berhubungan dengan kehamilannya, klien merasa kondisi
kesehatannya dan bayinya baik dan pada tanggal 22 juli 2009 klien melahirkan bayinya.

7)

Riwayat Kontrasepsi

Klien mengatakan belum pernah menggunakan KB dan tidak tahu jenis-jenis KB, klien
bertanya-tanya mengenai KB serta mengulang-ulang pertanyaan yang sama, setelah melahirkan
klien berencana ingin menggunakan pil KB.
8)

Riwayat Mentruasi
Klien mengatakan menstruasi pertama kali saat berumur 14 tahun, siklus haidnya 28 hari atau
sekali sebulan, banyaknya pengeluaran darah haid +50 cc atau sebanyak 2 kali ganti pembalut,
dengan siklus haid secara teratur dan lamanya haid 6-7 hari, hari pertama haid terakhir klien pada
tanggal 20 Oktober 2008, selama menstruasi klien tidak ada keluhan

9)

Riwayat Persalinan
Klien telah melahirkan untuk pertama kalinya dan hari ini adalah hari pertama klien setelah
melahirkan anak pertamanya, klien belum pernah mengalami keguguran, klien telah melahirkan
anaknya pada tanggal 22 Juli 2009 secara sectio caesarea, Lamanya persalinan kurang lebih +1
jam pada kala I selama 24 jam, kala II: dilakukan SC, kala : dilakukan SC , kala IV yaitu observasi
perdarahan, jumlah jam keseluruhan adalah 24 jam, jumlah berat plasenta sebesar 500 gram.Selama
operasi sectio caesarea klien mengalami perdarahan +300 cc.
Perawatan dan pengobatan yang diberikan

Cefriaxone 2x1 Gram

Teranol 3x1 Ampul


Selama persalinan terdapat penyulit yaitu partus tak maju dan fetal distress, namun setelah operasi
sectio caesarea berhasil, klien melahirkan anaknya dengan jenis kelamin laki-laki, berat badan bayi
2500 gram dan panjang badan 48 cm,dengan APGAR SCORE 1 menit setelah bayi dilahirkan adalah
5 dan 5 menit setelah dilakukan tindakan sectio caesarea adalah 9

10)

Riwayat ANC
Klien mengatakan selama kehamilannya belum pernah memeriksakan ke bidan, dan belum pernah
imunisasi TT selama kehamilan.

11)

Riwayat pernikahan
Klien baru kali ini menikah untuk pertama kalinya, usia istri 21 tahun, usia suami 26 tahun.

12)

Keadaan Post Partum

a.

Keadaan umum

b.

Tanda-tanda vital : Tekanana darah


Denyut nadi

: Lemah

kesadaran

: 90 x / menit

Respirasi

: 20 x / menit

Temperatur

: 360C

: Compos Mentis
:110 /70 mmNg

c.

Kepala

: Bentuk kepala bulat, penyebaran rambut merata


dan lebat, tidak rontok, tidak berketombe, tidak
ada benjolan dan lesi

d. Wajah

: Tidak terdapat cloasma, gravidarum, ekspresi


wajah klien tampak meringis kesakitan, tidak
terdapat edema di dahi, skala nyeri 6

e.

Mata

: Bentuk kedua mata simetris, konjungtiva tidak


anemis, sclera anikterik, pergerakan bola mata
normal, penglihatan baik, tidak menggunakan alat
bantu penglihatan.

f.

Hidung

: Tidak terdapat kotoran di hidung, terdapat bulu


hidung, klien dapat membedakan bau-bauan

g. Telinga

: Telinga simetris, daun telinga bersih, tidak terdapat


serumen, klien dapat mendengarkan suara dengan
baik.

h. Mulut dan gigi

: Lidah kotor, gigi lengkap, tidak terdapat karies


gigi, tidak terdapat stomatitis, mukosa bibir

i.

Leher

lembab.
: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak sakit

j.

Dada

saat menelan.
- Bunyi jantung S1S2 reguler, tidak ada bunyi
murmur,gallop,dan bunyi jantung S1S2 reguler,
tidak ada bunyi murmur, gallop dan bunyi jantung
tambahan, nadi 90x/menit
k.Bunyi nafas vesikuler, tidak ada bunyi ronchii,
wheezing,

6. Buah dada

RR

20x/menit,

tidak

terdapat

pernafasan cuping hidung.


: Konsistensi lunak, puting susu menonjol, sudah
terdapat pengeluaran ASI atau colostrum, tidak ada
kelainan pada payudara, keadaan areola bersih,
tidak ada nyeri tekan.

k.

Abdomen

Bentuk abdomen cembung terdapat Linea Nigra, terdapat Striae gravidarum, tinggi fundus uteri 1 jari
dibawah pusat ,kontraksi uterus kuat, baik, posisi uterus ke arah medial (pusat), terdapat luka post
sectio caesarea,pasien mengatakan nyeri pada daerah operasi apalagi jika ditekan, adanya luka post
sectio caesarea + 7 cm, luka ditutupi balutan kasa bersih,klien tampak meringis ,terdapat luka
sayatan melintang, bising usus 6 x/menit, kandung kemih kosong, distasius rectus abdominus 2 cm.
l.

Ekstremitas
Atas

: Klien dapat menggerakan tangan kanan dengan bebas,


pergerakan tangan kiri terbatas, terpasang infus RL 20
tetes permenit di tangan kiri.
Bawah : Terdapat reflek patella, pergerakan kaki kiri dan kanan

dapat bergerak bebas, ROM

Terdapat varises pada kaki kiri,tidak terdapat oedema pada tungkai, CRT < 2 detik, Homant
signs positif, klien mengeluh kesakitan saat miring ke kiri dan saat bergerak klien tampak kesakitan,
klien hanya berbaring di tempat tidur, aktifitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat.

m. Genitalia

etra

: Tidak terlihat kemerahan,terlihat kotor, Terpasang DC (Dower Cateter) dari tanggal 22 Juli 2009,
selang kateter bersih, Tidak terdapat kemerahan, bengkak, nyeri, pada orificium uretra.
Vulva

: Terlihat kotor tidak ada oedema dan


varises
Vagina

: Terlihat kotor terdapat lochea rubra

berwarna merah kurang lebih +50 cc,


berbau amis tidak ada oedema dan
varises.
Perineum

: Utuh, tidak ada bekas luka episiotomi,

tidak ada perdarahan


Anus

: Tidak ada hemoroid, tidak ada luka atau

Lesi
Ambulasi

: 12 jam setelah post sectio caesarea

- 6 jam pertama miring ke kiri dan ke kanan


- 12 jam berikutnya klien duduk dan belajar berjalan,perawat dan keluarga membantu klien beraktifitas.

13)

Kebiasaan sehari - hari

a.

Nutrisi
o Makan di rumah : klien biasanya makan di rumah sebanyak 3 kali sehari, jenis makanan nasi, ikan,
tempe, sayuran dan telur,tidak ada pantangan makan
o Makan di rumah sakit : klien biasanya makan di rumah sakit sebanyak 3 kali sehari, jenis makanan
nasi, ikan, sayur mayur, daging, telur tidak ada pantangan makan di rumah sakit
o Minum di rumah : klien biasanya minum di rumah sebanyak 5 gelas perhari atau sebanyak 1000 cc
perhari, jenis minuman air putih, teh, susu, tidak ada pantangan minum di rumah
o Minum di rumah sakit : Klien biasanya minum di rumah sakit sebanyak 4 gelas perhari atau 800 cc
perhari, jenis minuman air putih, teh dan susu, tidak ada pantangan minum
b.

Personal hygiene

o Mandi di rumah : klien biasanya mandi sebanyak 2 kali perhari di rumah dengan cara mandi dikamar
mandi
o Mandi di rumah sakit : klien biasanya mandi sebanyak 2 kali perhari di rumah sakit dengan cara di lap
o Gosok gigi di rumah : klien biasanya menggosok gigi di rumah sebanyak 2 kali perhari
o Gosok gigi di rumah sakit : klien belum penah menggosok giginya
c.

Eliminasi

o BAK di rumah : Klien biasanya Buang air kecil sebanyak 5 kali perhari, tidak ada kesulitan berkemih,
warna urine kuning jernih
o BAK di rumah sakit : Klien biasanya Buang air kecil melalui kateter urine dan tertera pada urine bag
sebanyak 300 cc, tidak ada kesulitan berkemih, warna urine kuning jernih
o BAB di rumah : Klien biasanya buang air besar sebanyak 2 kali perhari, tidak ada kesulitan, warnanya
kuning kecoklatan, konsistensinya lembek dan baunya khas.
o BAB di rumah sakit : Klien biasanya buang air besar sebanyak 1 kali perhari, tidak ada kesulitan,
warnanya kuning kecoklatan, konsistensinya lembek dan baunya khas.
d.

Istirahat dan tidur

Tidur di rumah : 6-8 jam perhari, tidak ada kesulitan tidur

Tidur di rumah sakit : 4-7 jam perhari, tidak ada kesulitan tidur
14) Psikososial
1.

Hubungan sosial
Dalam hubungan sosial klien dan keluarga, suami, tetangga baik.

2.

Status emosi
Pada saat dikaji pasien tampak meringis dan emosinya stabil.

3.

Status peran

Pasien adalah sebagai seorang wanita, pasien seorang istri dan seorang ibu.
4.

Status psikologis
Pasien merasa puas dan senang karena telah melahirkan seorang anak.

5.

Gaya hidup
Pasien hidup dengan cara sederhana.

6.

Pola dalam mengatasi masalah


Klien selalu bermusyawarah dengan suaminya apabila mempunyai masalah.

7.

Kemampuan merawat diri


Klien belum mampu merawat dirinya dan dalam beraktivitas sehari-hari masih dibantu oleh perawat
dan keluarga.

15) Keluhan-keluhan
Tidak ada keluhan lainnya.

16) Pemeriksaan penunjang


Hasil laboratorium tanggal 22 Juli 2009

Jenis

Jumlah

Hemoglobin

9,8 g/dl

Leukosit

Nilai normal
P = 13-16

25.500/ul

w = 12-14

5000-10.000 /ul

17) Therapi tanggal 22 Juli 2009


-

Ceftriaxone 2 x 1 gram

Teranol

3 x 1 ampul

Analisa data

No Data
1 : pasien mengatakan nyeri

Kemungkinan Penyebab
Adanya luka post operasi

Masalah
Nyeri

pada daerah luka operasi,


apa lagi jika ditekan
: - adanya luka post Sc
luka 7cm
- skala nyeri 6

Terputusnya kontinuitas
jaringan

- luka ditutupi oleh balutan


kasa bersih
- pasien tampak meringis
- suhu 360C
- nadi 90x/menit

Merangsang pengeluaran
bradikinin, histamin, serotinin
Rangsangan dihantarkan ke
thalamus dan cortex serebri

2 : pasien mengatakan luka

Nyeri dipersepsikan
Adanya luka post operasi

Resiko

post operasi terasa nyeri

terjadinya

dan basah

infeksi

: - luka ditutupi perban masih

Luka masih basah

bersih
suhu 360C

Merupakan media yang baik

- leukosit 25.500/ul

untuk berkembangbiaknya

Nilai normal

mikroorganisme

5000-10.000/ul
- Hb 9,8 g/dl
Nilai normal 12-14g/dl

3 : klien

mengeluh kesakitan

saat miring ke kiri

jalan lahir

: - skala nyeri 6
- Klien hanya berbaring di
tempat tidur
- Aktivitas

klien

Resiko terjadinya infeksi


Pembedahan Sc untuk

Luka pembedahan

dibantu

oleh keluarga dan perawat


- Terpasang DC
- Terpasang infus RL di
tangan kiri sebanyak 20

Nyeri

tetes / menit
- Klien

tampak

jika bergerak

kesakitan
Nyeri saat bergerak

- Gigi terlihat kotor


Kelemahan fisik

Kurangnya pengetahuan
mengenai KB

Intoleransi
aktivitas

4 : klien mengatakan belum

Kurang informasi KB kurang

Defisit

pernah KB, dan tidak tahu

dan tingkat pendidikan rendah

knowladge

jenis-jenis KB dan ingin

tentang

KB

KB

: - klien bertanya mengenai


KB
- Klien

mengulang-ulang

pertanyaan yang sama

Keterbatasan
pengetahuan tentang KB dan
cara KB
Kurangnya pengetahuan
mengenai KB

2.

Daftar Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas Masalah

a.

Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.

b.

Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan luka post sectio caesarea.

c.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

d.

Defisit knowledge tentang KB berhubungan dengan kurangnya informasi tentang KB.

3. Rencana keperawatan

N
o
1

Diagnosa
Keperawatan
Nyeri
berhubungan
dengan
terputusnya
kontinuitas
jaringan ditandai
dengan:
: pasien
mengatakan
nyeri pada
daerah luka
operasi apalagi
jika ditekan
: - adanya luka post
Sc
Luka 7 cm
- Skala nyeri 4

Tujuan

Intervensi

Nyeri dapat teratasi dalam


waktu 1x24
jam dengan
kriteria:
Pasien
mengatakan
nyeri
berkurang
atau
menghilang
Pasien merasalebih nyaman
dan tenang

Tentukan
karakteristik,
sifat, durasi
nyeri serta
tingkat nyeri.
Observasi
keadaan umum,
TTV klien tiap
8 jam
-

Ubah posisi
klien

Rasional
Mengetahui tingkat nyeri,
derajat ketidaknyamanan
Pada banyak klien, nyeri
dapat menyebabkan delisah
serta tekanan darah dan nadi
meningkat
- Pengaturan posisi yang
tepat dapat mereleksasikan
otot
Agar rasa nyeri dapat
berkurang, karena suplai
O2untuk mengendurkan
susunan saraf simpatis dan
otot-otot yang tegang
- Analgetika bekerja untuk
meningkatkan kenyamanan
dengan memblok impuls

- Luka ditutupi
oleh balutan
kasa bersih
- Pasien tampak
meringis
- Suhu 360C
- Nadi 90x/menit

Resiko tinggi
terjadinya
infeksi
berhubungan
dengan
terputusnya
kontinuitas
jaringan ditandai dengan:
: pasien
mengatakan luka
post operasi
terasa nyeri dan
basah
: - luka ditutupi
perban masih
bersih
Suhu 360C
- Leukosit
25.500/ul
Nilai normal
5000-10.000/ul
- Hb = 9,8 g/dl
Nilai normal
W = 12 14 g/dl

- Ajarkan teknik
relaksasi nafas
dalam ketika
nyeri

- Anjurkan dan
berikan
analgetika
sesuai dengan
instruksi dokter
Infeksi tidak - Observasi
terjadi dalam keadaan luka
waktu 3x24
jam
- Observasi TTV
Dengan
tiap 8 jam
kriteria:
Luka bersih - Kaji terhadap
Luka
tanda atau
mengering
gejala infeksi
Tidak terdapat
tanda-tanda
infeksi =
tumor, rubor,
color, dalor,
fungsiolesa
Leukosit
normal
5000-10.000
g/ul
Hb normal
12-14 g/dl
- Lakukan
perawatan luka
dan ganti
balutan setiap
hari dengan
teknik septik
dan antiseptik
- Kolaborasikan
dengan lab
mengenai
pemeriksaan Hb

nyeri

Mengetahui keadaan luka


sejauh mana
Mengetahui nilai sign balam
batas normal
Pecah ketuban terjadi 24 jam
sebelum pembedahan dapat
mengakibatkan korio
amnionitis sebelum intervensi
bedah dan
dapatmengub.....penyembuha
n luka
Teknik septik dan anti septik
mengurangi jumlah
mikroorganisme
Resiko infeksi pasamelahirkan
danpent.....buhanburuk
meningkat bila kadar Hb
rendah dan kehilangan kadar
Hb berlebihan
Antibiotik profilaktik
mencegah terjadinya proses
infeksi sebagai pengobatan
pada infeksi yang
teridentifikasi khususnya jika
klien mengalami pecah
ketuban yang lama

dan leukosit
berulang

- Kolaborasikan
dengan dokter
mengenai
pemberian
antibiotik
spektrum luas.
3
Intoleransi
Setelah
- Bantu klien
aktivitas
tindakan
dalam
berhubungan
keperawatan
memenuhi
dengan
daharapkan
kebutuhannya :
kelemahan fisik intoleransi
makan, mandi,
ditandai dengan: aktivitas
BAB BAK
: klien mengeluh
dapat teratasi sesuai tingkat
kesakitan saat
dalam waktu
kemampuannya miring ke kiri
2x24 jam
- Dekatkan
: - skala nyeri 4
Dengan
peralatan yang
- Klien hanya
kriteria:
biasa digunakan
berbaring di
- Klien dapat
klien
tempat tidur
bergerak
- Anjurkan klien
- Aktivitas klien
tanpa rasa
berjhati-hati
dibantu oleh
nyeri
jika hendak
keluarga dan - Personal
turun dari
perawat
hygiene
tempat tidur
- Terpasang DC
terpenuhi
- Terpasang infus - Aktivitas
RL 20
pemenuhan - Berikan dan
tetes/menit
nutrisi, elimi
anjurkan
- Klien tampak
nasi terpenuhi mobilisasi.
kesakitan jika
bergerak
- Gigi terlihat
kotor

Defisit
knowledge
tentang KB
berhubungan
dengan
kurangnya

Memudahkan klien dalam


memenuhi aktivitas seharihari

Memudahkan klien
beraktivitas

Turun perlahan-lahan
mencegah terjadinya jatuh
yang diakibatkan nyeri (post
Sc)
Mobilisasi dapat
memperlancar gerak yang
diakibatkan karena adanya
nyeri dari terputusnya
kontinuitas jaringan

Setelah
- Bina hubungan - Memudahkan kerja sama
tindakan
saling percaya
antara perawat dan klien
keperawatan,
- Memudahkan tercapainya
diharapkan
tujuan KB
pasien
- Bekerja sama
mengerti
dengan klien
- Pasien mau, mampu dan tahu

informasi
tentang KB
Ditandai
dengan:
: klien
mengatakan
belum pernah
KB, dan tidak
tahu jenis-jenis
KB dan ingin
KB
: - klien bertanya
mengenai KB
- Klien
mengulangulang
pertanyaan yang
sama

dengan
kriteria waktu
1x24 jam
Ditandai
dengan:
Klien tahu,
mengerti
tentang jenisjenis KB dan
cara ber KB

dalam menata
mengenai KB
tujuan
- Mengetahui sejauh mana
Berikan
tingkat pengetahuan klien
informasi
tentang KB
selengkapnya - Mengetahui sejauh mana
tentang KB
keinginan klien untuk ber KB
Diskusikan
- Solusi KB yang tepat sesuai
bersama klien
dengan kondisi ibu
untuk
mengungkapka
n KB

- Kaji
pengetahuan
klien tentang
KB
- Beri tahu
kepada ibu
tentang KB apa
yang paling
tepat untuk ibu

4. Implementasi
Nama
: Ny.D
Tanggal Masuk
: 22Juli 2009
Umur
: 22 Tahun
Tanggal Pengkajian
: 23 Juli 2009
Diagnosa Medis : Post Sectio Caesarea atas indikasi Partus Tak Maju dan
Fetal Distress hari ke I

Hari,
Tanggal
Kamis
23 Juli 2009

Jam
07.30

No.
DX

Implementasi Dan Respon


pasien

4 - Membina hubungan saling percaya


dengan pasien
R/ Pasien nampak percaya

Paraf

Jumat
24 Juli 2009

07.45

3 - Melakukan perbeden
R/klien merasa nyaman

07.50

1-

07.50

- Mengobservasi tanda tanda


vital :
R/ TD : 110/70 mmHG
N : 90 x/menit
S :360 C
RR :20 X/menit

08.00

- Melepas DC (Dower Cateter )


R/
Cateter
terlepas,Jumlah
urine +300 CC

08.02

06.10

06.20

06.30

06.40

06.45

Mengobservasi keadaan
pasien
R/Keadaan umum Lemah

umum

- Mengajarkan teknik relaksasi


nafas dalam
R/ Pasien nampak mengerti dan
mampu melakukannya
Novaria. W
3 - Memfasilitasi klien untuk mandi
R / klien dapat mandi sendiri
- Memfasilitasi
oral
hygiene
3
(menggosok gigi)
R / klien mampu menggosok gigi
sendiri

- Memberikan tindakan therapi


injeksi
R/Ceftriaxone masuk
melalui IM (Intra Muskular)
Sebanyak 1 Gram

- Mengkaji tanda-tanda vital


1
R / TD : 120/80
mmHg
S : 36,30C
: 90x/menit
: 20x / menit

- Mengkaji tanda-tanda infeksi :


R/ Leukosit 25.500/UL,Tidak ada
tanda-tanda infeksi: tumor, rubor,
color, dolor, fungsiolesa

08.45

- Memberikan penkes kepada klien


tentang KB (Keluarga Berencana)
R / klien memahami dan mengerti
4
mengenai informasi KB

Novaria. W

Sabtu
25 Juli 2009

07.55

08.30

08.35

- Mengkaji Ulang tingkat nyeri dan


vital sign
R/ nyeri berkurang, skala nyeri 3
TD :110/70 mmHG
S : 36,3 0 C
N : 90 X/menit
RR :20 X/menit
1- Menganjurkan klien untuk Relaksasi
nafas dalam
R/ Klien memahami dan mampu
melakukannya
2- Melakukan perawatan luka (ganti
balutan)
R/ Tidak terdapat pus, tidak terdapat
tandatanda infeksi: kemerahan,
panas, bengkak, nyeri, dan
gangguan fungsi
Novaria. W

5. Evaluasi
Nama
: Ny.D
Tanggal masuk
: 22 Juli 2009
Umur
: 22 Tahun
Tanggal Pengkajian
: 23 Juli 2009
Diagnosa Medis : Post sectio Caesarea atas indikasi Partus tak
Distress hari ke I

Hari, Tanggal /
Waktu

No.Dx

Evaluasi

maju

Paraf

dan

Fetal

Jumat
24 juli 2009
06.10 WIB

Jumat
24 juli 2009
06.20 WIB

: klien mengatakan nyeri pada


daerah luka post operasi
: pasien tampak meringis dan
kesakitan
TTV TD : 120/80 mmHg
N : 90x / menit
S : 36,30C
R : 20x / menit
A : masalah nyeri belum
teratasi
P : intervensi dilanjutkan
I : Menganjurkan klien untuk
relaksasi nafas dalam

Novaria. W

: pasien mengatakan mampu


bangun, berjalan sendiri dan
menggosok gigi sendiri
O : pasien terlihat segar, mampu
berjalan dan menggosok gigi
sendiri
: masalah pergerakan teratasi
: intervensi dihentikan

Novaria. W

Jumat
24 juli 2009
09.00 WIB

S : O : luka ditutupi perban


masih bersih
Leukosit 25.500/ul
Tidak
ada
tanda-tanda
infeksi, tumor, rubor, color,
fungsiolesa
: masalah
infeksi
belum
teratasi
P : intervensi dilanjutkan
Novaria. W

Jumat
24 juli 2009
10.00 WIB

: pasien mengatakan mengerti


tentang KB
: pasien
terlihat
memperhatikan
saat
diberikan penyuluhan dan
bertanya apabila ada sesuatu
yang tidak dimengerti
: masalah pengetahuan teratasi
P : intervensi dihentikan
Novaria. W

Sabtu
25 Juli 2009
08.00

Sabtu
25 Juli 2009

S : Pasien merasakan nyeri


masih terasa
O :TD : 110/70 mmHG
S :36,3 0C
N :90 X/Menit
RR :20X/Menit
Nyeri teratasi sebagian
P :Intervensi dilanjutkan
I :menganjurkan klien untuk
relaksasi nafas dalam apabila
terasa nyeri
Novaria. W
S:O : Tidak terdapat pus, luka
bersih
,tidak
ada
kemerahan,Masalah infeksi
belum teratasi,terdapat luka
post SC + 7 cm
P : Intervensi dilanjutkan
I : Anjurkan klien untuk
mengganti balutan setelah 1
minggu

Novaria. W

B. Pembahasan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan selama 3 hari pada pasien Ny. D dengan
post operasi sectio caesarea atas indiksi partus tak maju dan fetal distress hari ke 1 di Ruang Wijaya
Kusuma RSUD Serang dan Asuhan Keperawatan di rumah selama 1 hari.
Penulis akan membahas kesenjangan yang terjadi antara tinjauan teoritis dengan kasus
meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan catatan perkembangan. Dalam
pembahasan ini penulis menguraikan kesenjangan yang terajadi antara teori dan praktek
keperawatan yang telah penulis laksanakan pada pasien Ny. D dengan Post Operasi Sectio
Caesarea atas indikasi Partus Tak Maju dan Fetal distress hari ke 1. Adapaun kesenjangan yang
penulis temukan antara lain :
1.

Pengkajian
Pengkajian

adalah

penilaian

dasar dari proses keperawatan

yang bertujuan

untuk

mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengindentifikasi mengenai masalahmasalah keperawatan pasien secara menyeluruh meliputi aspek; bio, psiko, sosial, dan spiritual.
Dari hasil anamnesa didapatkan ibu mengatakan masih terasa nyeri pada daerah luka post
sectio caesarea, keadaan umum ibu lemah, kesadaran compos metis, status emosional stabil, tekanan
darah 110/70 mmHg, Nadi 90 x /menit, Pernafasan : 20x/menit, suhu 360C konjungtiva tidak anemis,
ASI sudah keluar bentuk payudara simetris, puting susu menonjol, tinggi fundus uteri satu jari dibawah
pusat, terdapat luka post SC sayatan melintang +7cm kontraksi uterus baik, ekstremitas tidak ada
oedema pada kaki kanan dan kiri, terdapat varises pada kaki kiri, kandung kemih kosong, lochea rubra,
perineum utuh tidak ada luka dan lesi, keadaan tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Winka Josastro (2005) pada hari pertama post partum kira-kira TFU berada 1 jari dibawah pusat,
setelah 5 hari post partum menjadi sepertiga jarak simpisis ke pusat dan setelah 10 hari fundus uteri
sukar di raba diatas simpisis, kandung kemih kosong, lochea rubra. Hal ini sesuai dengan teori
Mochatar 1998 bahwa Lochea rubra terjadi selama 2 hari Post Partum.
2.

Diagnosa Keperawatan
Masalah yang ada pada tinjauan kasus yang penulis lakukan, ternyata diagnosa keperawatan

yang didapatkan pada Ny. D dengan post sectio caesarea atas indikasi partus tak maju dan Fetal
distresa hari ke 1 diruang Wijaya Kususma RSUD Serang yaitu ada empat diagnosa. Antara lain :
a)

Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan

b)

Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan luka post sectio caeesarea

c)

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

d)

Defisit knowledge tentang KB berhubungan dengan kurangnya informasi tentang KB

Sedangkan pada tinjauan teoritis ditemukan 10 diagnosa keperawatan antara lain :


a.

Perubahan proses keluarga berhubungan dengan perkembangan transisi peningkatan anggota


keluarga, krisis situasi

b.

Nyeri ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma pembedahan efek anestesi, efek hormonal,
distorsi kandung kemih abdomen

c.

Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada konsep diri, transmisi/kontak
interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi

d.

harga diri rendah berhubungan dengan merasa gagal dalam peristiwa kehidupan

e.

Resiko tinggi cidera berhubungan dengan fungsi biokimia atau reguiasi, efek anestesi,
tromboemboli, profii darah abnormal, trauma jaringan

f.

Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/kulit rusak, pemantauan
HB, prosedur invasive dan atau peningkatan pemajanan lingkungan, pecah ketuban lama,
malnutrisi

g.

Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot

h.

Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan trauma atau difersi mekanis, efek-efek
hormonal, efek anestesi

i.

Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek anestesi, penurunan kekuatan dan
ketahanan, ketidaknyamanan fisik

j.

Kurang pengetahuan tentang perawatan diri dan kebutuhan perawatan bayi berhubungan
dengan kurang mengingat, kesalahan interprestasi, tidak mengenal sumber-sumber
Melihat

adanya

kesenjangan

antara

teori

dan

kenyataan

mengenai

diagnosa

keperawatan yang muncul pada Ny. D dengan post operasi Sectio caesarea atas indikasi
Partus lama dan fetal distres hari ke-1 maka penulis akan mengungkapkan mengapa
kesenjangan itu terjadi.
1.

Penulis tidak mengangkat ansietas karena pada saat pengkajian tidak ada data yang
menunjang tentang cemas.

2.

Penulis tidak mengangkat perubahan proses keluarga karena pada saat dikaji pihak keluarga
menerima kelahiran anak yang ke- 1.

3.

Penulis tidak mengangkat harga diri rendah karena pada saat penkajian pasien tidak
rnengatakan minder dengan keadaannya setelah operasi.

4.

Penulis tidak mengangkat perubahan eliminasi urine karena pada saat pengkajian BAK pasien
Iancar, dan kateter sudah terlepas.
Penulis tidak mendapatkan secara keseluruhan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan
tinjauan teori karena data yang di dapatkan kurang mendukung pada masing-masing diagnosa.

Sedangkan diagnosa yang tidak terdapat pada tinjauan teoritis, namun penulis temukan dalam
kenyataan pada kasus ini yaitu ada dua diagnosa yaitu intoleransi aktifitas berhubungan dengan
kelemahan fisik, defisit knowledge tentang KB berhubungan dengan kurangnya inbformasi tentang
KB.
3.

Perencanaan
Setelah

diagnosa

didapatkan

kemudian

penulis

mulai

untuk

melakukan

rencana

keperawatan. Rencana di tulis sesuai dengan rencana yang ada pada teori dan dimodifikasi pada
beberapa rencana tindakan di sesuaikan dengan kondisi pasien. Adapun rencana yang dilakukan
antara lain :
a)

Nyeri

berhubungan

dengan

terputusnya

kontinuitas

jaringan

tindakannya

yaitu

penulis

melakukan : Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital ,mengajarkan teknik relaksasi nafas
dalam dan mengkaji tingkat nyeri.Hal ini sesuai dengan teori Doengoes (Rencana Perawatan
Maternal/Bayi, 2001) namun tidak semua rencana keperawatan pada teori ini dapat dilakukan
dikarenakan keterbatasan waktu penulis dalam melakukan perencanaan.
b)

Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan luka post sectio caesarea rencana keperawatan yang
dilakukan penulis adalah memberikan tindakan terapi injeksi antibiotik, mengkaji tanda-tanda infeksi,
dan melakukan perawatan luka ganti balutan.Hal ini sesuai dengan teori Doengoes (Rencana
Perawatan Maternal /Bayi, 2001).Tetapi tidak semua perencanaan pada teori ini dapat dilakukan penulis
dikarenakan adanya keterbatasan waktu penulis sehingga hanya beberapa perencanaan yang dapat
dilakukan penulis.

c)

Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan rencana keperawatan yang dilakukan
penulis adalah melakukan perbeden, melepas DC (Dower Cateter), memfasilitasi klien untuk mandi,
oral hygiene, Hal ini sesuai dengan teori Doengoes (Rencana Perawatan Maternal/Bayi,2001) tetapi
tidak semua perencanaan dapat terlaksana dikarenakan keterbatasan waktu penulis.

d) Defisit knowledge tantang KB berhubungan dengan ketidaktahuan klien tentang KB, rencana
keperawatan yang dilakukan penulis adalah mengkaji tingkat pengetahuan pasien tentang KB,
membantu pasien untuk memilih alat KB yang cocok ,memberikan informasi tentang KB kepada
pasien.Hal ini sesuai dengan teori Doengoes (Rencana Perawatan Maternal/Bayi,2001), tetapi tidak
semua perencanaan dapat terlaksana dikarenakan adanya keterbatasan pengetahuan pasien tentang
KB dan keterbatasan waktu penulis, maka penulis bekerja sama dengan perawat ruangan dalam
melakukan rencana keperawatan
Adapaun alasan serta solusi penulis miliki dalam diagnosa yang di dapatkan pada Ny. D
dengan post sectio caesarea atas indikasi partus tak maju dan fetal distress hari ke 1 adalah :

1.

Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan luka masih yang masih basah
merupakan media yang baik untuk perkembangan mikroorganisme dan terputusanya jaringan
mengkibatkan merangsang sel-sel bradikinin, histamin dan serorimin sehingga terjadi nyeri, penulis
melakukan solusinya adalah mengkaji tingkat nyeri, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam.

2.

Resiko terjadinya infeksi yang kemungkinan penyebabnya adalah luka akibat post operasi sectio
caesarea maka terputusnya kontinuitas jaringan, luka yang masih basah merpakan media yang baik
untuk perkembangan mikroorganisme. Maka solusi yang penulis lakukan adalah mengobservasi
tanda-tanda infeksi, melakukan perawatan luka, ganti balutan.

3.

Intoleransi aktifitas kemungkinan penyebabnya adalah karena kelemahan fisik, adanya luka
pembedahan menyebabkan nyeri pada saat bergerak, penurunan hb menyebabkan kelemahan fisik.
Solusi yang penulis lakukan adalah membantu kebutuhan klien, mendekatkan peralatan yang biasa
diguanakan klien dan menganjurkan mobilisasi

4.

Defisit knowladge tentang KB berhubungan dengan ketidak tahuan tentang KB penyebabnya adalah
karena ketidak tahuan klien tentang KB yang tepat dan sesuai dengan klien, solusi yang penulis
lakukan adalah dengan memberikan penyuluhan KB kepada Klien.

4.

Pelaksanaan
Adapun pelaksanaan yang dilakukan oleh penulis adalah mengobservasi keadaan umum,
mengobservasi TTV, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam dan mengkaji tingkat nyeri, memberikan
obat analgetika, adapun pendukunganya yaitu klien mau melakukan relaksasi nafas dalam apabila
terasa nyeri, dan tidak ada hambatan pada diagnosa pertama. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa

analgetika

dapat

mengurangi

tingkat

nyeri,

Teori

ini

sesuai

dengan

teori (Prof.Dr.Abdul Bari Saifudin, 2006), kemudian melakukan perawatan luka ganti balutan pada hari
ke 3 dan ke 4 sebelum klien pulang. Adapun faktor pendukungnya yaitu tersedianya kelengkapan alatalat dalam perawatan luka ganti balutan. Adapun hambatan yang penulis dapatkan yaitu masalah biaya
untuk penggantian penutup luka post SC (Derm). Perawatan luka ganti balutan dengan teknik septik
dan aseptik dapat mengurangi jumlah mikroorganisme, setelah 12 24 Jam Post Operasi Sectio
Caesarea kateter harus dilepaskan, kecuali bila terdapat hematuria maka pelepasan kateter dapat
ditunda. Adapun faktor pendukungnya yaitu tersedianya kelengkapan alat untuk melepaskan kateter
dan tidak ada hambatan yang ditemukan oleh penulis. Teori diatas sesuai dengan teori Saifudin, 2006).
Memberikan penyuluhan mengenai KB dan alat-alat kontrasepsi tentang KB, adapun faktor
pendukungnya yaitu tersedianya leafchart dan poster dan hambatan yang ditemukan penulis yaitu tidak
adanya alat-alat kontrasepsi. Sesuai dengan teori (Panduan Program Pelayanan KB Depkes RI 1999).
5.

Evaluasi
Evaluasi yang dinilai berdasarkan perkembangan yang terjadi pada pasien setelah dilakukan
tindakan yang mengacu pada tujuan dan kriteria hasil yang telah ditentukan. evaluasi studi kasus ada
dua macam :

a.

Evaluasi formatif : yang dilakukan setelah tindakan kepeerawatan yang berupa respon hasil.

b.

Evaluasi sumatif : berupa SOAP, sehingga dapat diketahui dengan masalah yeng belum teratasi.
Setelah dilakukan tidakan keperawatan maka didapatkan hasil evaluasi yaitu :

a)

Evaluasi Formatif
Setelah dilakukannya tindakan keperawatan yaitu mengobservasi keadaan umum, mengkaji
tingkat nyeri dan mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam diharapkan keadaan klien baik, dan nyeri
berkurang, setelah melakukan tindakan keperawatan yaitu memberikan terapi injeksi antibiotik dan
perawatan luka, ganti balutan klien,maka hasil yang diharapkan adalah luka menjadi kering dan
bersih, tidak terdapat pus dan tidak terjadi infeksi. Setelah memfasilitasi klien mandi, oral hygiene dan
mengajarkan klien ambulasi dini, klien dapat mengerti dan mampu mengerjakannya. Dengan
diadakannya penyuluhan tentang KB dan Alat-alat Kontrasepsi klien mampu memilih jenis KB yang
sesuai dengan kondisi Klien.

b) Evaluasi Sumatif
Evaluasi ini berupa SOAP, sehingga dapat diketahui dengan masalah yang belum teratasai.
Selama 4 hari melaksanakan asuhan keperawatan dan sudah dilakuakan evaluasi maka berdasarkan
kriteria hasil yang tercantum diatas masalah intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
teratasi. Pada hari Jumat tanggal 24 Juli 2009. masalah defisit knowledge tentang KB berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan tentang KB dapat teratasi pada hari Jumat tanggal 24 Juli 2009.
sedangkan masalah nyeri berhubungan dnegan terputusnya kontinuitas jaringan dapat teratasi pada
hari sabtu tanggal 25 Juli 2009. adapun masalah resiko tinggi infeksi belum teratasi. Intervensi
dilanjutkan dengan menganjurkan klien mengganti balutan setelah 1 minggu.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

1.

Kesmpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Ny. D dengan post sectio caesarea
atas indikasi partus tak maju dan fetal distres hari ke 1 di Ruang Wijaya Kusuma RSUD Serang
selama 3 hari dan 1 hari di rumah mulai tanggal 23 Juli sampai 26 Juli 2009. Secara komperhensif
dengan pendekatan proses keperawatan sebagai berikut :
1.

Pengkajian

Dalam melakukan pengkajian penulis perlu membina hubungan saling percaya atau diperlukannya
pendekatan pada pasien dan keluarga pasien sehingga pasien dan keluarganya dapat menerima dan
terbuka, sehingga tidak adanya hambatan atau kesulitan pada tahap pengumpulan data dan
pemeriksaan fisik, data didapatkan dari hasil anamnesa (auto dan allo anamnesa), catatan medis,
dan catatan perawat. Adapaun penulis melakukan pengkajian yaitu mengobservasi keadaan umum
klien, melakukan pemeriksaan fisik : yaitu ditemukannya luka Post SC + 7 cm, melihat catatan medik,
melihat hasil laboratorium dan catatan keperawatan mengenai pasien, mengkaji pengetahuan pasien
tentang KB.

114

2.

Diagnosa keperawatan

Diagnosa yang didapatkan dalam tinjauan kasus dan diagnosa alam teoritis tidak semua terdapat
pada tinjauan kasus karena diagnosa yang ditemukan dalam pasien harus sesuai dengan respon
pasien pada saat pengkajian. Diagnosa yang terdapat pada tinjauan kasus adalah :
a)

Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan,

b)

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka post sectio caesarea,

c)

Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik,

d) Devisit knowledge tentang KB berhubungan denagn kurangnya pengetahuan klien tentang KB

Diagnosa tersebut diangkat sesuai dengan kebutuhan dasar manusia menurut teori Malow
dan dari hasil pengkajian yang diperoleh penulis pada saat mengkaji pasien.
3.

Perencanaan
Perencanaan keperawatan dan tindakan keperawatan harus dibuat berdasarkan diagnosa

yang muncul sehingga sesuai dengan kebutuhan pasien, namun dari diagnosa yang penulis dapatkan
tidak semua intervensi sesuai dengan rencana yang ada di teori, pada beberapa rencana tindakan
disesuaikan dengan kondisi pasien, dan adanya keterbatasan waktu penulis sehingga penulis bekerja
sama dengan perawat ruangan, seperti observasi tanda-tanda vital, observasi keadaan umum dan
mengkaji tanda-tanda infeksi serta mengkaji tingkat pengetahuan KB.
4.

Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan asuhan keperawatan harus sesuai dengan rencana tindakan yang

telah ditetapkan. Agar tahap pelaksanaan dapat berjalan dengan baik karena dibantu dengan
keluarega

pasien dan perawat ruangan. Perawat melakukan tindakan keperawatan yaitu

mengobservasi tanda-tanda vital, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, melakukan perawatan
luka ganti balutan, dan menganjurkan klien untuk mengganti balutan kembali setelah satu minggu,
pasien sudah mampu beraktifitas secara mandiri dan masalah pengetahuan KB, pasien telah
mengerti KB apa yang cocok dengan kondisinya.
Secara kenyataan yang ada dalam kasus ini, masalah tidak sama persis karena manusia
satu

dengan

yang

lainnya

berbeda dan

penulis

tidak

mengangkat

diagnosa

secara

keseluruhan diagnosa yang ada pada tinjauan teori karena data yang kurang mendukung
pada masing-masimg diagnosa tersebut.
5.

Evaluasi
Pada tahap evaluasi dapat melakukan penilaian proses keperawatan dan dApat mengetahui
hasil yang telah dicapai pada Ny. D keadaan umumnya ibu baik, kontraksi uterus baik, tinggi fundus
uteri sesuai dengan involusi uterus, tidak adanya tanda-tanda infeksi, klien sudah dapat
melaksanakan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan dan Ny. D sudah mulai berencana untuk memakai
kb yang sesuai dengan keadaannya.

6.

Dokumentasi
Dokumentasi

memberikan

catatan

tentang

penggunaan

proses

keperawatan

untuk

memberikan peerawatan pasien secara individual pengkajian awal diacatat dalam riwayat atau dasar
data pasien. Diagnosa dari masalah atau kebutuhan pasien dan perencanaan asuhan pasien dicatat
pasa rencana keperawatan implementasi dari perencanaan dicatat dalam catatan perkembangan
pasien. Evaluasi asuhan diacatat dalam catatan rencana perawatan.

Dokumentasi bukan hanya persyaratan untuk akreditasi tetapi juga merupakan catatan tentang
apa yang terjadi pada setiap pasien. Catatan perkembangan harus mencatat apa yang terjadi pada
setiap pasien semua fase penyakit, pengobatan dan penyembuhan.
Mencatat informasi dan hasil pengamatan sangat penting karena akan membantu perawat
yang bertugas maupun memberi asuhan keperawatan pada pasien yang lain dalam mempeertahankan
kontinuitas asuhan yang telah direncanakan.
B. Saran
Dalam meencapai tujuan penyembuhan yang optimal serta terwujudnya asuhan keperawatan
yang efektif pada setiap pasien, maka penulis menyarankan.
a)

Untuk Institusi Pendidikan


Untuk lebih meningkatkan kulaitas mutu pendidikan dalam memberikan teori asuhan keperawatan agar
mahasiswa lebih mampu dan memahami dalam melakukan asuhan keperawtan sehingga asuhan
keperawatan dapat mengatasi permasalahan pasien secara cepat dan tepat.

b)

Untuk Penulis
Dalam melakukan asuhan keperawatan ini penulis masih banyak kekurangan sehingga diharapkan
tidak terjadi dalam memberikan asuhan keperawatan selanjutnya. Maka :

1.

Dalam pengkajian dengan menggunakan tekhnik komunikasi terapeutik dapat membina hubungan
saling percaya sehingga pengkajian dapat mudah dilakukan.

2.

Dalam menentukan diagnosa keperawatan yang utama hendaknya disusun sesuai prioritas
keperawatan yang mencakup PES (problem, etiologi, sign atau symptom).

3.

Dalam pembuatan perencanaan keperawatan harus disesuaikan dengan masalah dan kebutuhan
pasien serta diberikan cara pencegahan, pengobatan, dan dilakukan rehabilitasi.

4.

Dalam melaksanakan tindakan keperawatan, lakuakan disesuaikan dengan kebutuhan dasar menurut
teori Maslow.

5.

Evaluasi sebaiknya dilakukan setiap hari untuk mengetahui perkembangan pasien dan apakah
masalah dapat teratasi atau tidak.

6.

Pendokumentasian harus dilaksanakan dengan baik dan benar sesuai dengan standar asuhan

keperawatan yang diberikan.


7.

Dalam peningkatan keperawatan ini pasien dibekali dengan perawatan secara mandiri agar pasien

dapat melakukan perwatan di rumah secara mandiri.


c)

Untuk rumah sakit


Lebih memberikan bimbingan belajar kepada mahasiswa yang sedang praktek dilapangan.

LAPORAN PENDAHULUAN
POST PARTUM DENGAN SECTIO CAESARIA
A. Pengertian
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding
perut dan dinding uterus. (Sarwono , 2005).
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding
uterus melalui depan perut atau vagina. Atau disebut juga histerotomia untuk melahirkan
janin dari dalam rahim. (Mochtar, 1998).
Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan diatas 500
gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh (Gulardi &Wiknjosastro, 2006).
B. Etiologi
a. Indikasi Ibu
a) Panggul sempit absolute
b) Placenta previa
c) Ruptura uteri mengancam
d) Partus Lama
e) Partus Tak Maju
f) Pre eklampsia, dan Hipertensi
b. Indikasi Janin
a) Kelainan Letak
1. Letak lintang
Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea adalah jalan/cara yang terbaik
dalam melahirkan janin dengan segala letak lintang yang janinnya hidup dan besarnya biasa.
Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan sectio caesarea walaupun
tidak ada perkiraan panggul sempit. Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong
dengan cara lain.
2. Letak belakang
Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang bila panggul sempit,
primigravida, janin besar dan berharga.
b) Gawat Janin
c) Janin Besar
c. Kontra Indikasi
a) Janin Mati
b) Syok, anemia berat.
c) Kelainan congenital Berat
C. Tujuan Sectio Caesarea
Tujuan melakukan sectio caesarea (SC) adalah untuk mempersingkat lamanya perdarahan
dan mencegah terjadinya robekan serviks dan segmen bawah rahim. Sectio caesarea
dilakukan pada plasenta previa totalis dan plasenta previa lainnya jika perdarahan hebat.
Selain dapat mengurangi kematian bayi pada plasenta previa, sectio caesarea juga dilakukan

D.

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.

untuk kepentingan ibu, sehingga sectio caesarea dilakukan pada placenta previa walaupun
anak sudah mati.
Manifestasi Klinik Post Sectio Caesaria
Persalinan dengan Sectio Caesaria , memerlukan perawatan yang lebih koprehensif
yaitu: perawatan post operatif dan perawatan post partum.Manifestasi klinis
sectio caesarea menurut Doenges (2001), antara lain :
Nyeri akibat ada luka pembedahan
Adanya luka insisi pada bagian abdomen
Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak banyak)
Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml
Emosi labil / perubahan emosional dengan mengekspresikan ketidakmampuan menghadapi
situasi baru
Biasanya terpasang kateter urinarius
Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler
Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka bisanya kurang paham prosedur
Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan.

E. Jenis - Jenis Operasi Sectio Caesarea (SC)


a. Abdomen (SC Abdominalis)
a) Sectio Caesarea Transperitonealis
Sectio caesarea klasik atau corporal : dengan insisi memanjang pada corpus uteri y a n g
mempunyai
kelebihan
mengeluarkan
janin
lebih
c e p a t , tidak
mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik, dan sayatan bias
diperpanjang proksimal atau distal . Sedangkan
kekurangan
dari
cara
ini
adalah infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonealisasi yang
baik danuntuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi ruptura uteri spontan.
b) Sectio caesarea profunda : dengan insisi pada segmen bawah rahim dengan kelebihan
penjahitan luka lebih mudah, penutupan luka denganreperitonealisasi yang baik, perdarahan
kurang dan kemungkinan rupture uteri spontan kurang/lebih kecil. Dan memiliki kekurangan
luka dapat melebar kekiri, bawah, dan kanan sehingga mengakibtakan pendarahan yang
banyak serta keluhan pada kandung kemih.
c) Sectio caesarea ekstraperitonealis
Merupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum parietalis dan dengan demikian
tidak membuka kavum abdominalis.
b. Vagina (sectio caesarea vaginalis)
Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan apabila :
a) Sayatan memanjang (longitudinal)
b) Sayatan melintang (tranversal)
c) Sayatan huruf T (T Insisian)
d. Sectio Caesarea Klasik (korporal)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10cm.
Kelebihan :
a) Mengeluarkan janin lebih memanjang
b) Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik
c) Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan :
a) Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada reperitonial yang baik.
b) Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan.
c) Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering terjadi dibandingkan dengan luka SC
profunda. Ruptur uteri karena luka bekas SC klasik sudah dapat terjadi pada akhir kehamilan,
sedangkan pada luka bekas SC profunda biasanya baru terjadi dalam persalinan.
d) Untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri, dianjurkan supaya ibu yang telah mengalami
SC jangan terlalu lekas hamil lagi. Sekurang -kurangnya dapat istirahat selama 2 tahun.
Rasionalnya adalah memberikan kesempatan luka sembuh dengan baik. Untuk tujuan ini
maka dipasang akor sebelum menutup luka rahim.
e. Sectio Caesarea (Ismika Profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim kira-kira
10cm

a)
b)
c)
d)
e)
a)
b)
F.
a.
a)
b)
c)

b.
a)
b)
c)
c.
d.

G.

Kelebihan :
Penjahitan luka lebih mudah
Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik
Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan isi uterus ke rongga perineum
Perdarahan kurang
Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri spontan lebih kecil
Kekurangan :
Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehingga dapat menyebabkan arteri uteri
putus yang akan menyebabkan perdarahan yang banyak.
Keluhan utama pada kandung kemih post operatif tinggi.
Komplikasi
Infeksi Puerpuralis
Ringan
: dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.
Sedang : dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi atau perut sedikit
kembung
Berat
: dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita jumpai pada
partus terlantar dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartum karena ketuban
yang telah pecah terlalu lama.
Pendarahan disebabkan karena :
Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
Atonia Uteri
Pendarahan pada placenta bled
Luka pada kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila reperitonalisasi
terlalu tinggi.
Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut pada dinding
uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri. Kemungkinan hal ini
lebih banyak ditemukan sesudah sectio caesarea klasik.
Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi
tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan lateralis,
panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus
tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan pasien
mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya
kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu
melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit
perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post
operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses
pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga

H.
a.
b.
c.
d.
e.
I.
a.

b.

c.
a)
b)
c)
d)
e)
f)

d.

e.
a)

menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar
daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan
menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan
ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan
menimbulkan masalah resiko infeksi.
Pemeriksaan Penunjang
Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar pra operasi dan
mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
Urinalisis / kultur urine
Pemeriksaan elektrolit
Penatalaksanaan
Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan perintavena
harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau
komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam
fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb
rendah diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.
Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu dimulailah
pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit
sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi
Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini mungkin setelah
sadar
Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk
bernafas dalam lalu menghembuskannya.
Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk (semifowler)
Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk selama
sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca
operasi.
Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada penderita,
menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
Pemberian obat-obatan
Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap institusi

b)
1.
2.
3.
c)

Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan


Supositoria : ketopropen sup 2x/24 jam
Oral
: tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
Injeksi
: penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan caboransia
seperti neurobian I vit. C
f. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah harus dibuka
dan diganti
g. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah, nadi,dan
pernafasan.
h. Perawatan Payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan tidak menyusui,
pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan payudara tanpa banyak menimbulkan
kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri.
(Manuaba, 1999)

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas klien dan penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agam, alamat, status perkawinan,
ruang rawat, nomor medical record, diagnosa medik, yang mengirim, cara masuk, alasan
masuk, keadaan umum tanda vital.
b. Keluhan utama
c. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien multipara
d. Data Riwayat penyakit
a) Riwayat kesehatan sekarang.
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit dirasakan saat ini
dan keluhan yang dirasakan setelah pasien operasi.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Meliputi penyakit yang lain yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang, Maksudnya
apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama (Plasenta previa).
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
d) Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien ada juga mempunyai
riwayat persalinan plasenta previa.
e. Keadaan klien meliputi :
a) Sirkulasi
Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi. Kemungkinan kehilangan darah
selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 mL
b) Integritas ego
Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda kegagalan dan atau refleksi
negatif pada kemampuan sebagai wanita. Menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan,
ketakutan, menarik diri, atau kecemasan.
c) Makanan dan cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi (diet ditentukan).
d) Neurosensori
Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal epidural.
e) Nyeri / ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma bedah, distensi kandung
kemih , efek - efek anesthesia, nyeri tekan uterus mungkin ada.
f) Pernapasan
Bunyi paru - paru vesikuler dan terdengar jelas.
g) Keamanan
h) Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh.
i) Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. Aliran lokhea sedang.
2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin, prostaglandin) akibat
trauma jaringan dalam pembedahan (section caesarea)
b. Intoleransi aktivitas b/d tindakan anestesi, kelemahan, penurunan sirkulasi
c. Gangguan Integritas Kulit b.d tindakan pembedahan
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka kering bekas operasi.
e. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur pembedahan,
penyembuhan dan perawatan post operasi.
f. Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik akibat tindakan anestesi dan pembedahan
3. Rencana Kperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin, prostaglandin) akibat
trauma jaringan dalam pembedahan (section caesarea)
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri klien
berkurang / terkontrol dengan kriteria hasil :
a) Mengungkapkan nyeri dan tegang di perutnya berkurang
b) Skala nyeri 0-1 ( dari 0 10 )
c) TTV dalam batas normal ; Suhu : 36-37 0 C, TD : 120/80 mmHg, RR :18-20x/menit, Nadi :
80-100 x/menit
d) Wajah tidak tampak meringis
e) Klien tampak rileks, dapat berisitirahat, dan beraktivitas sesuai kemampuan
Intervensi :
1. Lakukan pengkajian secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi.
2. Observasi respon nonverbal dari ketidaknyamanan (misalnya wajah meringis) terutama
ketidakmampuan untuk berkomunikasi secara efektif.
3. Kaji efek pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup (ex: beraktivitas, tidur, istirahat, rileks,
kognisi, perasaan, dan hubungan sosial)
4. Ajarkan menggunakan teknik nonanalgetik (relaksasi, latihan napas dalam,, sentuhan
terapeutik, distraksi.)
5. Kontrol faktor - faktor lingkungan yang yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan (ruangan, suhu, cahaya, dan suara)
6. Kolaborasi untuk penggunaan kontrol analgetik, jika perlu.
b. Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi
Tujuan : Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
Kriteria Hasil : klien mampu melakukan aktivitasnya secara mandiri
Intervensi :
1. Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas
2. Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi luka dan kondisi tubuh umum
3. Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari.
4. Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan /kondisi klien

5. Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas


c.

Gangguan Integritas Kulit b.d tindakan pembedahan


Tujuan : setelah dilakukan tindakan 3 x 24 jam diharapkan integritas kulit dan proteksi
jaringan membaik
Kriteria Hasil : Tidak terjadi kerusakan integritas kulit
Intervensi :

1. Berikan perhatian dan perawatan pada kulit


2. Lakukan latihan gerak secara pasif
3. Lindungi kulit yang sehat dari kemungkinan maserasi
4. Jaga kelembaban kulit

d. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka bekas operasi
(SC)
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan klien tidak
mengalami infeksi dengan kriteria hasil :
a) Tidak terjadi tanda - tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio laesea)
b) Suhu dan nadi dalam batas normal ( suhu = 36,5 -37,50 C, frekuensi nadi = 60 -100x/ menit)
c) WBC dalam batas normal (4,10-10,9 10^3 / uL)
Intervensi :
1. Tinjau ulang kondisi dasar / faktor risiko yang ada sebelumnya. Catat waktu pecah ketuban.
2. Kaji adanya tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio laesa)
3. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik
4. Inspeksi balutan abdominal terhadap eksudat / rembesan. Lepaskan balutan sesuai indikasi
5. Anjurkan klien dan keluarga untuk mencuci tangan sebelum / sesudah menyentuh luka
6. Pantau peningkatan suhu, nadi, dan pemeriksaan laboratorium jumlah WBC / sel darah putih
7. Kolaborasi untuk pemeriksaan Hb dan Ht. Catat perkiraan kehilangan darah selama prosedur
pembedahan
8. Anjurkan intake nutrisi yang cukup
9. Kolaborasi penggunaan antibiotik sesuai indikasi
e. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur pembedahan,
penyembuhan, dan perawatan post operasi
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 6 jam diharapkan ansietas klien
berkurang dengan kriteria hasil :
a) Klien terlihat lebih tenang dan tidak gelisah
b) Klien mengungkapkan bahwa ansietasnya berkurang
Intervensi :
1. Kaji respon psikologis terhadap kejadian dan ketersediaan sistem pendukung
2. Tetap bersama klien, bersikap tenang dan menunjukkan rasa empati
3. Observasi respon nonverbal klien (misalnya: gelisah) berkaitan dengan ansietas yang
dirasakan
4. Dukung dan arahkan kembali mekanisme koping
5. Berikan informasi yang benar mengenai prosedur pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi.
6. Diskusikan pengalaman / harapan kelahiran anak pada masa lalu
7. Evaluasi perubahan ansietas yang dialami klien secara verbal

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, I.J. 2001. Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta : EGC
Doengoes, Marylinn. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal / Bayi. Jakarta : EGC
Manuaba, I.B. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB.
Jakarta : EGC
Manuaba, I.B. 1999. Operasi Kebidanan Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk Dokter
Umum. Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jilid 2. Jakarta : EGC
Sarwono, Prawiroharjo,. 2005. Ilmu Kandungan, Cetakan ke-4. Jakarta : PT Gramedi

Você também pode gostar