Você está na página 1de 20

BAB I

PENDAHULUAN
Mola Hidatidosa yang dikenal awam sebagai hamil anggur, mempunyai frekuensi
insiden yang cukup tinggi. Frekuensi insiden di Asia menunjukan lebih tinggi daripada di
negara barat.(1) Di Indonesia 1:51 sampai 1:141 kehamilan, di Jepang 1:500 kehamilan, di
USA 1:1450 sementara itu di Inggris 1:1500. Secara umum sebagian besar negara di dunia
1:1000 kehamilan. Hal ini mungkin dikarenakan sebagian besar negara Asia mempunyai
jumlah penduduk yang masih di bawah garis kemiskinan ( status sosio-ekonomi yang
rendah ) yang menyebabkan tingkat gizi yang rendah khususnya defisiensi protein, asam folat
dan karoten. . Kehamilan pada wanita berumur >45 tahun akan meningkatkan kehamilan
mola 10x lebih besar dibanding pada wanita berusia 20-40 tahun. Penelitian pada beberapa
negara menunjukkan bahwa resiko kejadian mola hidatidosa meningkat secara progresif pada
wanita berumur >40 tahun, mencapai hampir 1 dari 3 persalinan normal pada wanita yang
berumur >50 tahun. Angka kejadian ini juga cenderung tinggi pada wanita yang berusia <15
tahun.(2)
Untuk mengetahui adanya mola hidatidosa harus dideteksi secara dini, perdarahan
yang disertai dengan gelembung-gelembung, hiperemesis gravidarum atau pre-eklamsia
eklamsia sebelum 24 minggu, pemeriksaan penunjang USG dan kadar kuantitatif -HCG
menentukan diagnosis lebih cepat dan prognosis yang lebih baik.(2)
Karena tinggi angka kejadian mola hidatidosa di Indonesia, presentasi kasus ini akan
mencoba untuk membahas lebih lanjut lagi tentang mola hidatidosa.

[Type text]

Page 1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Mola berasal dari bahasa latin yang berarti massa dan hidatidosa berasal dari kata
Hydats yang berarti tetesan air.
Mola hidatidosa adalah kehamilan yang berkembang tidak wajar ( konsepsi yang patologis)
dimana tidak ditemukan

janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan

hidropik.(4) Dalam hal demikian disebut Mola Hidatidosa atau Complete mole sedangkan bila
disertai janin atau bagian janin disebut sebagai Mola Parsialis atau Partial mole. (2)
Molahidatidosa ialah kehamilan abnormal , dengan cirri-ciri stroma villus korealis
langka vaskularisasi, dan edematous.janin biasanya meninggal , akan tetapi villus-villus yang
membesar dan edematous itu hidup dan tumbuh terus; gambaran yang diberikan ialah sebagai
segugus buah anggur. (6)

B. Etiologi dan faktor resiko


Penyebab dari mola belum sepenuhnya diketahui dengan pasti tetapi ada beberapa
faktor yang bisa menyebabkan terjadinya mola (2,3)
1) Faktor ovum yang memang sudah patologik, tetapi terlambat untuk dikeluarkan
2) Imunoselektif dari trofoblas
3) Keadaan sosioekonomi yang rendah
4) Malnutrisi, defisiensi protein, asam folat, karoten, vitamin, lemak hewani
5) Paritas tinggi
6) Umur, resiko tinggi kehamilan dibawah 20 atau diatas 40 tahun
7) Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas
8) Suku bangsa ( ras ) dan faktor geografi yang belum jelas

C. Patogenesis
[Type text]

Page 2

Ada beberapa teori yang dapat menerangkan patogenesis penyakit ini. (2)
a .Teori missed abortion.
Kematian mudigah pada usia kehamilan 3-5 minggu saat dimana seharusnya sirkulasi
fetomaternal terbentuk menyebabkan gangguan peredaran darah. Sekresi dari sel-sel yang
mengalami hiperplasia dan menghasilkan substansi-substansi yang berasal dari sirkulasi ibu
diakumulasikan ke dalam stroma villi sehingga terjadi kista villi yang kecil-kecil. Cairan
yang terdapat dalam kista tersebut menyerupai cairan ascites atau edema tetapi kaya akan
HCG.
b. Teori neoplasma dari park
Teori ini mengemukakan bahwa yang abnormal adalah sel-sel trofoblas, yang mempunyai
fungsi yang abnormal pula, dimana terjadi resorpsi cairan yang berlebihan ke dalam vili
sehingga timbul gelembung. Hal ini menyebabkan gangguan peredaran darah dan kematian
mudigah. Sebagian dari vili berubah menjadi gelembung-gelembung yang berisi cairan
jernih. Biasanya tidak ada janin, hanya pada mola parsial kadang-kadang ditemukan janin.
Gelembung-gelembung ini sebesar butir kacang hijau sampai sebesar buah anggur.
Gelembung ini dapat mengisi seluruh kavum uterus.

D. Histopatologi
Pada mola komplit didapatkan gambaran histologi berupa pembengkakan stroma vili,
avaskular vili, proliferasi trofoblas sedangkan pada mola parsial bisa didapatkan stroma vili
yang mengalami pembengkakan maupun stroma vili yang berukuran normal, fibrosis stroma
vili-vili kecil dan invaginasi trofoblas ke dalam stroma vili.(4,8)

E. Patofisiologi
Pada Mola Hidatidosa atau Complete mole tidak ada jaringan fetus/janin. 90%
merupakan kromosom 46,XX dan 10% merupakan kromosom 46, XY. Semua kromosom
berasal dari paternal. Sebuah enukliasi telur dibuahi oleh sperma haploid (yang kemudian
berduplikasi menjadi masing-masing kromosom), atau sel telur dibuahi oleh dua sperma.
Pada mola hidatidosa, vili korion menyerupai anggur dan hiperplasia trofoblastik muncul.
[Type text]

Page 3

Pada Mola parsialis atau Partial mole jaringan fetus/janin dapat ditemukan. Eritrosit
dan pembuluh darah janin pada vili dapat ditemukan. Komplemen kromosom nya 69,XXX
atau 69 XXY. Kromosom tersebut merupakan hasil dari pembuahan sel telur haploid dan
duplikasi dari kromosom haploid paternal. Seperti pada Complete mole, jaringan hiperplasia
trofoblastik dan vili korion yang lunak pun muncul pada mola ini. (6)

F. Klasifikasi
Mola hidatidosa merupakan spektrum jinak yang ditandai adanya kelainan proliferasi
trofoblas. Mola hidatidosa memiliki ciri histologis berupa kelainan vili korionik dengan
berbagai derajat proliferasi trofoblastik dan edema dari stroma vilosa. Penyakit ini dapat
dibagi menjadi mola hidatidosa komplet dan parsial.(2)
Mola hidatidosa komplet
Mola hidatidosa komplet lebih sering daripada mola hidatidosa parsial. Resiko untuk
berkembang menjadi tumor trofoblas dari mola sekitara 20 %. Mola hidatidosa merupakan
hasil konsepsi tanpa adanya embrio. Ditandai dengan gambaran seperti sekelompok buah
anggur. Villi khorialis yang berkembang menjadi massa vesikel yang jernih, vesikel tersebut
tumbuh besar dan mengisi seluruh cavum uteri .
vesikel tersebut terdiri dari berbagai ukuran yang hampir tidak terlihat sampai beberapa
centimeter diameternya.
Struktur histologis nya bersifat

degenerasi hidropik dan edema/pembengkakan stroma villi

tidak adanya pembuluh darah pada villi yang edema

proliferasi dari epitel tropoblas mencapai beberapa tingkatan/derajat beragam

tidak adanya fetus atau amnion

Berbagai penelitian sitogenetik terhadap kehamilan mola komplit, menemukan komposisi


kromosom yang paling sering 46, XX, dengan kromosom sepenuhnya berasal dari ayah.
Ovum dibuahi oleh sebuah sperma haploid yang kemudian mengadakan duplikasi
kromosomnya sendiri setelah meiosis. Kromosom ovum bisa tidak terlihat atau tampak tidak
aktif. Tetapi semua mola hidatidosa komplit tidak begitu khas dan kadang-kadang pola
kromosom pada mola komplit bisa 46, XY. Dalam keadaan ini, dua sperma membuahi satu
ovum yang tidak mengandung kromosom. Variasi lain juga pernah dikemukakan yaitu 45,X.
Resiko neoplasia trofoblastik yang terjadi pada mola komplit kurang lebih sebesar 20%.
[Type text]

Page 4

Mola hidatidosa parsial


Kalau perubahan hidatidosa bersifat fokal dan belum begitu jauh dan masih terdapat
janin dan sedikitnya kantong amnion keadaan ini disebut sebagai mola parsialis. Pada
sebagian villi yang biasanya avaskuler terjadi pembengkakan hidatidosa yang berjalan lambat
sementara villi yang lainnya yang vaskuler dengan sirkulasi darah fetus plasenta yang
berfungsi tidak mengalami perubahan .
Hiperplasia tropoblastik yang terjadi lebih bersifat fokal daripada generalisata, kariotipe
secara khas triploid yang bisa 69,xxy atau 69,xyy dengan satu komplemen maternal tapi
biasanya dengan dua komplemen haploid paternal. Janin secara khas menunjukan stigmata
triploid yang mencakup malformasi kongenital multipel dan retardasi pertumbuhan. Resiko
terjadinya koriokarasinoma sangatlah kecil
Tabel karakteristik mola hidatidosa komplet dan parsialis (1,2)
Kariotipe

Mola hidatidosa komplet


Diploid(46,XX atau 46,XY)

Mola hidatidosa parsial


Triploid (69,XXX atau 69,
XXY)

Patologi
Fetus
Tidak ada
Amnion, sel darah merah Tidak ada
janin
Edema villa
Proliferasi trofoblastik

kadang-kadang ada
kadang-kadang ada

Difus
Bervariasi, fokal
Bervariasi, ringan sampai Bervariasi, fokal,
berat

ringan

sampai sedang

Gambaran klinis
Diagnosis
Ukuran uterus

Kehamilan mola
Missed Abortion
50% lebih besar u/ umur Kecil u/ umur kehamilan

Kista theca-lutein
Komplikasi
Penyakit post mola

kehamilan
25-30%
Sering terjadi
20%

Jarang
Jarang
< 5-10%

-Hcg

meningkat (> 50.000)

Meningkat sedikit (<50.000

G. Diagnosis
Gejala Klinik(7)
Perdarahan vaginal
[Type text]

Page 5

Perdarahan vaginal merupakan gejala yang mencolok dan dapat bervariasi mulai
spotting sampai perdarahan yang banyak. Biasanya terjadi pada trisemester pertama dan
merupakan gejala yang paling banyak muncul pada lebih dari 90% pasien mola. Tiga
perempat pasien mengalami gejala ini sebelum usia kehamilan 3 bulan. Hanya sepertiga
pasien yang mengalami perdarahan hebat. (2) Sebagai akibat dari perdarahan tersebut, gejala
anemia agak sering dijumpai lebih jauh. Kadang-kadang terdapat perdarahan tersembunyi
yang cukup banyak di dalam uterus. Pembesaran uterus yang tumbuh sering lebih besar dan
lebih cepat daripada kehamilan normal, hal ini ditemukan pada setengah kasus pasien mola.
Adapula kasus-kasus yang uterusnya lebih kecil atau sama dengan besarnya kehamilan
normal walaupun jaringan belum dikeluarkan.
Hiperemesis gravidarum
Pasien biasanya mengeluh mual muntah hebat. Hal ini akibat dari proliferasi trofoblas
yang berlebihan dan akibatnya memproduksi terus menerus HCG yang menyebabkan
peningkatan HCG, hiperemesis gravidarum tampak pada 15 -25 % pasien mola hidatidosa.
Walaupun hal ini sulit untuk dibedakan dengan kehamilan biasa. 10% pasien mola dengan
mual dan muntah cukup berat sehingga membutuhkan perawatan di rumah sakit.
Ukuran uterus lebih besar dari usia kehamilan
Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan tropoblastik yang berlebihan, volume vesikuler
vilii yang besar rasa tidak enak pada uterus akibat regangan miometrium yang berlebihan.
Pada sebagian besar pasien ditemukan tanda ini tetapi pada sepertiga pasien uterus ditemukan
lebih kecil dari yang diharapkan.
Aktifitas janin
Meskipun uterus cukup besar untuk mencapai simfisis secara khas tidak ditemukan
aktifitas janin sekalipun dideteksi dengan instrumen yang paling sensitif tidak teraba bagian
janin dan tidak teraba gerakan janin.
Pre-eklamsia
Tanda tanda pre-eklamsia selama trisemester pertama atau awal trisemester kedua
muncul pada 10-12%.(2) Pada trisemester kedua sekitar 27 % pasien mola hidatidosa komplit
berlanjut dengan toksemia yang dicirikan oleh tekanan darah > 140 /90 proteinuria > 300
mg/dl dan edema generalisata dengan hiperrefleksi. Pasien dengan konvulsi jarang.

[Type text]

Page 6

Hipertiroid
Kadar tiroksin plasma pada wanita dengan kehamilan mola sering meningkat (10%),
namun gejala hipertiroid jarang muncul. Terjadinya tirotoksikosis pada mola hidatidosa
berhubungan erat dengan besarnya uterus. Makin besar uterus makin besar kemungkinan
terjadi tirotoksikosis. Oleh karena kasus mola dengan uterus besar masih banyak ditemukan,
maka dianjurkan agar pada setiap kasus mola hidatidosa dicari tanda-tanda tirotoksikosis
secara aktif dan memerlukan evakuasi segera karena gejala-gejala ini akan menghilang
dengan menghilangnya mola.
Mola yang disertai tirotoksikosis mempunyai prognosis yang lebih buruk, baik dari
segi kematian maupun kemungkinan terjadinya keganasan. Biasanya penderita meninggal
karena krisis tiroid. Peningkatan tiroksin plasma mungkin karena efek dari estrogen seperti
yang dijumpai pada kehamilan normal. Serum bebas tiroksin yang meningkat sebagai akibat
thyrotropin like effect dari Chorionic Gonadotropin Hormon. Terdapat korelasi antara kadar
hCG dan fungsi endogen tiroid tapi hanya kadar hCG yang melebihi 100.000 iu/L yang
bersifat tirotoksis. Sekitar 7 % mola hidatidosa komplit datang dengan keluhan seperti
hipertensi, takikardi, tremor, hiperhidrosis, gelisah emosi labil dan warm skin
Kista teka lutein
Diameter kista ovarium lebih dari 6 cm dan menyertai pembesaran ovarium. Kista ini
biasanya tidak dapat dipalpasi dengan manual tetapi diidentifikasi dengan USG pasien dapat
memberikan tekanan dan nyeri pada pelvik karena peningkatan ukuran ovarium dapat
menyebabkan torsi ovarium. Kista ini terjadi akibat respon

HCG yang sangat meningkat

dan secara spontan mengalami penurunan (regresi) setelah mola dievakuasi, rangsangan
elemen lutein yang berlebih oleh hormon korionik gonadotropin dalam jumlah besar yang
disekresi oleh trofoblas yang berproliferasi.
Kista teka lutein multipel yang menyebabkan pembesaran satu atau kedua ovarium terjadi
pada 15-30% penderita mola. Umumnya kista ini menghilang setelah jaringan mola
dikeluarkan tetapi ada juga kasus dimana kista lutein baru ditemukan pada saat follow up.
Kasus mola dengan kista lutein mempunyai resiko 4 kali lebih besar untuk mendapatkan
degenerasi keganasan di kemudian hari. Pada setengah jumlah kasus, kedua ovarium
membesar dan involusi dari kista terjadi setelah beberapa minggu, biasanya seiring dengan
penurunan kadar HCG. Tindakan bedah hanya dilakukan bila ada ruptur dan perdarahan
atau pembesaran ovarium tadi mengalami infeksi.

[Type text]

Page 7

Embolisasi
Sejumlah trofoblas dengan atau tanpa stroma vili keluar dari uterus ke vena pada saat
evakuasi. Sebetulnya pada setiap kehamilan selalu ada migrasi sel trofoblas ke peredaran
darah kemudian ke paru tanpa memberi gejala apapun. Tetapi pada kasus mola kadangkadang sel trofoblas ini sedemikian banyak sehingga dapat menimbulkan emboli paru akut
yang dapat menyebabkan kematian. Jumlah dan volume akan menentukan gejala dan tanda
dari emboli paru akut bahkan akibat yang fatal, walaupun kefatalan jarang terjadi.

Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan (4)
a. inspeksi
muka dan kadang kadang badan kelihatan pucat kekuning-kunigan yang
disebut sebagai mola face
gelembung mola yang keluar
b. palpasi
uterus lembek dan membesar tidak sesuai kehamilan
adanya fenomena harmonika kalau darah dan gelembung mola keluar maka tinggi
fundus uteri akan turun lalu naik lagi karena terkumpulnya darah baru.
Tidak teraba bagian-bagian janin dan balotemen yang gerak janin

c. auskultasi
Tidak terdengar bunyi denyut jantung janin (pada mola hidatidosa parsial
mungkin dapat didengar BJJ)
Terdengar bising dan bunyi khas
d. pemeriksaan dalam
Pastikan besarnya rahim, rahim terasa lembek, tidak ada bagian-bagian janin,
terdapat perdarahan dan jaringan dalam kanalis servikalis dan vagina, serta
evaluasi keadaan serviks.

[Type text]

Page 8

Pemeriksaan penunjang (10,11)


Laboratorium
Pengukuran kadar -hCG tidak lagi digunakan untuk menegakkan diagnosis mola
karena sudah digantikan oleh USG. Pemeriksaan serial diperlukan untuk mendeteksi penyakit
PTG yang persisten setelah pengeluaran mola.
Yang harus diperhatikan di sini adalah hormon -hCG, karena karakteristik yang
terpenting dari penyakit ini adalah kemampuannya dalam memproduksi hormon -hCG,
sehingga jumlah hormon ini lebih meningkat bila dibandingkan dengan kehamilan normal
pada usia kehamilan tersebut. Hormon ini dapat dideteksi di urin maupun dalam serum
penderita. Namun pemeriksaan yang dilakukan pada serum terpengaruh oleh lebih sedikit
variabel daripada yang di urin. Terdapat tiga jenis pemeriksaan -hCG, yaitu :

-hCG kualitatif serum, yang dapat mendeteksi kadar hCG > 5 10

-hCG kualitatif urin, yang dapat mendeteksi kadar hCG > 25-50 mIU/ml

-hCG kuantitatif urin, yang dapat mendeteksi kadar hCG > 5-2 juta mIU/ml

mIU/ml

Hasilnya harus dibandingkan dengan kadar -hCG serum kehamilan normal pada usia
kehamilan yang sama. Bila kadar -hCG kuantitatif >100.000 mIU/L mengindikasikan
pertumbuhan ukuran yang berlebihan dari trofoblastik dan meningkatkan kecurigaan adanya
kehamilan mola namun kadang-kadang kehamilan mola dapat memiliki nilai hCG normal.
Biasanya tes -hCG normal setelah 8 minggu post evakuasi mola.
Bila jauh lebih tinggi dari rentangan kadar normal pada tingkat kehamilan tersebut,
suatu persangkaan diagnosa mola hidatidosa dibuat. Kadar hormon -hCG sangat tinggi
dalam serum, 100 hari atau lebih setelah menstruasi terakhir. Pemantauan secara hati-hati dari
kadar -hCG, penting untuk diagnosis, penatalaksanaan dan tindak lanjut pada semua kasus
penyakit trofoblastik. Jumlah hormon -hCG yang ditemukan pada serum atau urin
berhubungan dengan jumlah sel-sel tumor yang ada.
USG
Pada kehamilan mola, bentuk karakteristik yang ada berupa gambaran seperti badai
salju tanpa disertai kantong gestasi atau janin. Pemeriksaan USG sebaiknya dilakukan pada
setiap pasien yang pernah mengalami perdarahan pada trisemester awal kehamilan dan
memiliki ukuran uterus yang lebih besar daripada usia kehamilannya.
[Type text]

Page 9

USG dapat menjadi pemeriksaan yang spesifik untuk membedakan antara kehamilan
normal dengan mola hidatidosa. Namun harus diingat bahwa beberapa struktur lainnya dapat
memperlihatkan gambaran yang serupa dengan mola hidatidosa termasuk myoma uteri
dengan kehamilan ini dan kehamilan janin > 1. Pada kehamilan trimester I gambaran mola
hidatidosa tidak spesifik sehingga seringkali sulit dibedakan dari kehamilan anembrionik,
missed abortion, abortus incomplitus atau mioma uteri. Pada kehamilan trimester II gambaran
mola hidatidosa umumnya lebih spesifik, kavum uteri berisi massa ekogenik bercampur
bagian-bagian anekhoik vesikuler berdiameter antara 5-10 mm. Gambaran tersebut dapat
dibayangkan seperti gambaran sarang tawon (honey comb) atau badai salju (snow storm).
Pada 20-50% kasus dijumpai adanya massa kistik multilokuler di daerah adneksa.
Massa tersebut berasal dari kista teka lutein. Kista ini tidak dapat tidak dapat diketahui
keberadaannya jika hanya dengan pemeriksaan palpasi bimanual. USG dapat mendeteksi
adanya kista teka lutein oleh karena itu untuk mengetahui ada tidaknya kista teka lutein
dipergunakan USG.
Amniografi
Penggunaan bahan radiopak yang dimasukkan ke dalam uterus secara trans abdominal akan
memberikan gambaran radiografik khas pada kasus mola hidatidosa kavum uteri ditembus
dengan jarum untuk amniosentesis. 20 ml Hypaque disuntikkan segera dan 5-10 menit
kemudian dibuat foto anteroposterior. Pola sinar X seperti sarang tawon, khas ditimbulkan
oleh bahan kontras yang mengelilingi gelombang-gelombang korion. Dengan semakin
banyaknya sarana USG yang tersedia teknik pemeriksaan amniografi ini sudah jarang dipakai
lagi. Bahan radiopak yang dimasukan ke dalam uterus akan memberikan gambaran seperti
sarang tawon.
Uji sonde Hanifa
Sonde dimasukan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam kanalis servikalis dan cavum uteri . bila
tidak ada tahanan sonde diputar setelah ditarik sedikit bila tetap tidak ada tahanan maka
kemungkinan adalah mola.
Foto thorax
Pada kehamilan 3-4 bulan, tidak ditemukan adanya gambaran tulang-tulang janin. Organorgan janin mulai dibentuk pada usia kehamilan 8 minggu dan selesai pada usia kehamilan 12

[Type text]

Page 10

minggu. Oleh karena itu pada kehamilan normal seharusnya dapat terlihat gambaran tulangtulang janin pada foto rontgen. Selain itu juga untuk melihat kemungkinan adanya metastase.
T3dan T4
Untuk membuktikan gejala tirotoksikosis.

H. Diagnosis banding

(1,2,)

1. Abortus
2. Kehamilan ganda
3. Kehamilan dengan mioma
4. Hidramnion

I. Penanganan
Terapi mola hidatidosa terdiri dari 4 tahap yaitu
1. Perbaiki keadaan umum
2. Pengeluaran jaringan mola
3. Terapi dengan profilaksis dengan sistostatika
4. Follow up

Ad.1 Perbaiki keadaan umum


Yang termasuk usaha ini misalnya koreksi dehidrasi, transfusi darah pada anemia
berat (jika <8 gr %) atau karena terjadi syok, dan menghilangkan atau mengurangi penyulit
seperti preeklampsia dan tirotoksikosis. Preeklampsia diobati seperti pada kehamilan biasa,
sedangkan untuk tirotoksikosis diobati sesuai protokol penyakit dalam misalnya
propiltiourasil 3 x 100 mg oral dan propanolol 40-80 mg. (1,2)

Ad. 2 Pengeluaran jaringan mola


1. Kuretase
Dilakukan jika pemeriksaan DPL kadar -hCG serta foto thorax selesai
bila kanalis servikalis belum terbuka maka dilakukan pemasangan laminaria dan
kuretase dilakukan 24 jam kemudian. Sebelum kuretase dengan kuret tumpul terlebih
dahulu siapkan darah 500 cc dan pasang infus dengan tetesan oxitocyn 10 mIU dalam
500 cc Dextrose 5 % dan seluruh jaringan hasil kerokan di PA. Tujuh sampai 10 hari
[Type text]

Page 11

sesudah kerokan itu dilakukan kerokan ulangan dengan kuret tajam, agar ada
kepastian bahwa uterus betul-betul kosong dan untuk memeriksa tingkat proliferasi
sisa-sisa trofoblas yang dapat ditemukan. Makin tinggi tingkat itu, makin perlu untuk
waspada terhadap kemungkinan keganasan. (2)
2. Histerektomi
Untuk mengurangi frekuensi terjadinya penyakit tropoblas ganas sebaiknya
histerektomi dilakukan pada
-

wanita diatas 35 tahun

anak hidup di atas 3 orang

wanita yang tidak menginginkan anak lagi

Apabila ada kista teka lutein maka saat histerektomi, ovarium harus dalam keadaan
baik, karena akan menjadi normal lagi setelah kadar -HCG menurun. (7)
3. Histerotomi
Tidak lagi menjadi metode pilihan. (7)

Ad.3 Terapi profilaksis dengan sitostatika


Diberikan pada kasus mola dengan resiko tinggi akan terjadi keganasan, misalnya
pada umur tua (35 tahun), riwayat kehamilan mola sebelumnya dan paritas tinggi yang
menolak untuk dilakukan histerektomi, atau kasus dengan hasil histopatologi yang
mencurigakan.

(7)

Biasanya diberikan methotrexat atau actinomycin D. Tidak semua ahli

setuju dengan cara ini, dengan alasan jumlah kasus mola menjadi ganas tidak banyak dan
sitostatika merupakan obat yang berbahaya. Goldstein berpendapat bahwa pemberian
sitostatika profilaksis dapat menghindarkan keganasan dengan metastase, serta mengurangi
koriokarsinoma di uterus sebanyak 3 kali.
Kadar -hCG di atas 100.000 IU/L praevakuasi dianggap sebagai resiko tinggi untuk
perubahan ke arah ganas, pertimbangkan untuk memberikan methotrexate (MTX)

3x5 mg

sehari selama 5 hari dengan interval 2 minggu sebanyak 3 kali pemberian. Dapat juga
diberikan actinomycin D 12 g/kgBB/hari selama 5 hari.

Ad .4 Follow up

[Type text]

Page 12

Lama pengawasan berkisar antara satu atau dua tahun, mengingat kemungkinan
terjadi keganasan setelah mola hidatidosa ( 20%). Untuk tidak mengacaukan pemeriksaan
selama periode ini pasien dianjurkan untuk tidak hamil dulu, dengan pemakaian alat
kontrasepsi kondom.
Selama pengawasan, secara berkala dilakukan pemeriksaan ginekologik, kadar -hCG
dan radiologi. Pemeriksaan ginekologi dimulai satu minggu setelah pengeluaran jaringan
mola. Pada pemeriksaan ini dinilai ukuran uterus, keadaan adneksa serta cari kemungkinan
metastase ke vulva, vagina, uretra dan cervix. Gejala-gejala choriocarsinoma yang harus
diwaspadai setelah dilakukan kuretase mola: perdarahan yang terus menerus,involusi rahim
tidak terjadi, kadang-kadang malahan nampak metastasis di vagina berupa tumor-tumor yang
biru ungu, rapuh dan mudah berdarah sebesar kacang Bogor. Sekurang-kurangnya
pemeriksaan diulang setiap 4 minggu.
Cara yang paling peka saat ini adalah dengan pemeriksaan -hCG yang menetap
untuk beberapa lama. Jika masih meninggi, hal ini berarti masih ada sel-sel trofoblas yang
aktif. Cara yang umum dipakai sekarang ini adalah dengan radioimmunoassay terhadap HCG sub unit. Pemeriksaan kadar -HCG dilakukan setiap minggu atau setiap 2 minggu
sampai kadar menjadi negatif lalu diperiksa ulang sebulan sekali selama 6 bulan, kemudian 2
bulan selama 6 bulan. Seharusnya kadar -HCG harus kembali normal dalam 14 minggu
setelah evakuasi. (1,7)
Pemeriksaan foto toraks dilakukan tiap 4 minggu, apabila ditemukan adanya
metastase penderita harus dievaluasi dan dimulai pemberian kemoterapi.
Apabila Pemeriksaan fisik, foto toraks dan kadar -HCG dalam batas normal, follow
up dapat dihentikan dan ibu diperbolehkan hamil setelah 1 tahun.

(1)

Bila selama masa

observasi kadar -HCG menetap atau bahkan cenderung meningkat atau pada pemeriksaan
klinis, foto toraks ditemukan adanya metastase penderita harus dievaluasi dan dimulai
pemberian khemotherapi.
Pemakaian IUD merupakan kontraindikasi. Pil KB kombinasi tidak hanya
memperlambat penurunan titer -HCG namun juga dapat menstimulasi neoplasia trofoblas
dan pil KB kombinasi ini dapat digunakan bila -HCG negatif. Anjuran sterilisasi biasa
dilakukan pada penderita usia tua ataupun penderita yang telah memiliki cukup anak. (7)

[Type text]

Page 13

SKEMA MANAJEMEN PADA MOLA HIDATIDOSA

Dalam proses ekspulsi

Uterus

- sedatif

- koreksi anemia (tranfusi darah)

- infus

- darah tetap di pertahankan

- tranfusi darah

menjelang pengeluaran

percepat evakuasi (pengeluaran)


oxytocin drip
+
suction
- pasien muda

- umur 35 tahun

- ingin mempunyai anak


Kuretase
(antara hari 5-7)
evakuasi

Vaginal

Hysterektomi (selektif)

Abdominal
Hysterotomy

Cervik baik

cervik tak baik

- cervic tidak baik


- perdarahan

Oxytocin drip

dilatasi lambat

Pada cervik

Suction evakuasi

(laminaria)
+

kuretase secepatnya

studion evakuasi

[Type text]

Page 14

kuretase antara hari 5-7


Kontrol rutin (kurang lebih untuk 2 tahun)

J. Komplikasi
1.

Komplikasi non maligna (6)


Perforasi uterus
Selama kehamilan kadang-kadang terjadi dan jika terjadi perforasi uterus , kuretase
harus dihentikan. Laparoskopi atau laparotomi harus dilakukan untuk mengetahui
tempat terjadinya perforasi.
Perdarahan
Merupakan komplikasi yang terjadi sebelum selama dan bahkan setelah tindakan
kuretase. Oleh karena itu oksitosin intravena dilakukan sebelum memulai tindakan
kuretase sehingga mengurangi kejadian perdarahan ini.
DIC
Faktor yang dilepaskan jaringan mola mempunyai aktivitas fibinolitik. Semua pasien
di-skreening untuk melihat adanya koagulopati.
Embolisme tropoblastik
Dapat menyebabkan insufisiensi pernapasan akut. Faktor resiko terbesar terjadi pada
uterus yang lebih besar dari yang diharapkan pada usia gestasi 16 minggu. Keadaan
ini bisa fatal.
Infeksi pada sevikal atau vaginal.
Perforasi pada dinding uterus yang tipis selama evakuasi mola dapat menyebabkan
penyebaran infeksi. Ruptur uteri spontan bisa terjadi pada mola benigna dan mola
maligna.

[Type text]

Page 15

2.

Komplikasi maligna
mola invasif atau koriokarsinoma berkembang pada 20 % kasus mola dan identifikasi
pasien penting untuk tindakan selanjutnya setelah mola komplit invasi uteri terjadi
pada 15 % pasien dan metastase 4 pasien. Tidak terdapat kasus koriokarsinoma yang
dilaporkan selah terjadi mola incomplete meskipun ada juga yang menjadi penyakit
tropoblastik non metastase yang menetap yang membutuhkan kemoterapi.

K. Prognosis (1,2)
WHO SCORING SISTEM
Faktor Prognosis
1.
Usia
2.
Kehamilan
sebelumnya
3.
Interval
4.
-hCG
5.
ABO maternalpaternal
6.
Ukuran tumor
terbesar
7.
Lokasi metastase

0
< 39 th
Mola

1
> 39 th
Aborsi

< 4 bl
< 1000

4-6 bl
< 10.000
OxA, AxO

7-12 bln
< 100.000
B, AB

3-5

>5

Limpa,
ginjal
1-4

GIT, hati

Aterm
> 12 bln
> 100.000

Otak

8.
Angka metastase
4-8
>8
9.
Kemoterapi
Tunggal
Multipel
terdahulu
Total score :
0-4 resiko rendah
> 8 resiko tinggi
5-7 resiko sedang
Data mortalitas berkurang secara drastis mencapai 0 dengan diagnose dini dan terapi
yang adekuat. Dengan kehamilan mola yang lanjut, pasien cenderung untuk menderita
anemia dan perdarahan kronis. Infeksi dan sepsis pada kasus-kasus ini dapat menyebabkan
tingkat morbiditas yang tinggi.
Evaluasi dini tidak menghilangkan kemungkinan berkembangnya tumor persisten.
Hampir 20% mola komplet berlanjut menjadi tumor gestasional trofoblastik. Lurain and
Colleagues (1987) melaporkan setelah evakuasi mola hidatidosa, 81% mengalami regresi
spontan dan 19% berlanjut menjadi tumor trofolastik gestasional.
Pemantauan yang dilihat pada pasien mola hidatidosa yang telah menjalani evakuasi
mengindikasikan bahwa tindakan ini bersifat kuratif pada lebih dari 80% pasien. Mola
hidatidosa yang berulang terjadi pada 0,5 2,6%, dengan resiko yang lebih besar untuk
[Type text]

Page 16

menjadi mola invasif atau koriokarsinoma. Terjadinya proses keganasan bisa berlangsung
antara 7 hari sampai 3 tahun pasca mola, tetapi yang paling banyak dalam 6 bulan pertama.
Kurang lebih 10-20% mola hidatidosa komplet menjadi metastastik koriokarsinoma yang
potensial invasif.
Kematian pada kasus mola disebabkan karena perdarahan, infeksi, preeklamsia, payah
jantung, emboli paru atau tirotoksikosis. Di negara maju, kematian karena mola hampir tidak
ada lagi, tetapi di negara berkembang masih cukup tinggi, yaitu berkisar 2,2-5,7%.
Kapan pasien mola dianggap sehat kembali? Sampai sekarang belum ada
kesepakatan. Curry mengatakan sehat bila kadar hCG dua kali berturut-turut normal. Ada
pula yang mengatakan bila sudah melahirkan anak yang normal.
Karena diagnosis yang dini dan pengobatan yang tepat mortalitas akibat mola
hidatidosa pada dasarnya tidak terjadi. Sekitar 20 % mola komplet berkembang menjadi
keganasan trofoblas. Anjuran untuk memberikan kemoterapi pada pasien pasca mola
hidatidosa untuk 20 % belum dapat diterima semua pihak untuk mencegah keganasan.
Bila follow up tidak tersedia atau tidak dapat dipercaya maka kriteria ini untuk
pemberian kemoprofilaksis yaitu
B HCG > 100000m IU /I
Uterus membesar tidak sesuai dengan kehamilan
Ukuran ovarium >6 cm
Riwayat kehamilan mola sebelumnya
Usia ibu >40 tahun
Kista lutein bilateral

[Type text]

Page 17

KESIMPULAN

Mola hidatidosa adalah kehamilan yang berkembang tidak wajar ( konsepsi yang
patologis) dimana tidak ditemukan

janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami

perubahan hidropik.(4) Dalam hal demikian disebut Mola Hidatidosa atau Complete mole
sedangkan bila disertai janin atau bagian janin disebut sebagai Mola Parsialis atau Partial
mole. (2)

[Type text]

Page 18

DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, Gant NF , Leveno KJ, etall. Williams Obstetrics : Gestational

Trophoblastic Disease. 21st edition. Connecticut, Appleton & Lange. 2001 .835849.
2. Pongcharoen S. Hydatidiform Mole Pregnancy : Genetics and Immunology.
Siriraj Hosp Gaz 2004;56(7):382-7
3. Hacker N.F, M.J George. Terjemahan Esensial Obstetri dan Ginekologi, edisi 2,

Hipokrates, 2001, 679-687


4. Winkjosastro H. Mola Hidatidosa; Ilmu Kebidanan. Edisi ke-1. Jakarta. Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 1997; 342 348.


5. http://www.emedicine.com Hydatiform Mole by Lisa E Moore, MD
6. Wiknjosastro H. Mola Hidatidosa; Ilmu Kandungan. Edisi ke-2. Jakarta. Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 1997; 262 266.

[Type text]

Page 19

7. H Alan, De Cherney, Nathan L. Gestational Trophoblastic Disease in Current

Obstetric an Gynecologic Diagnose and Treatment. 9th ed. Lange. Baltimore NY. Mc
Graw Hill. 2003. 947 958.
8. http://www.emedicine.com Gestational Trophoblatic Disease by William M.

Rich,

MD
9. Mochtar R, Lutan D. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri patologi. Jilid 1

Edisi 2. Jakarta:EGC.h.238-41

[Type text]

Page 20

Você também pode gostar