Você está na página 1de 14

ANALISIS DIMENSI BUDAYA ORGANISASI YANG

BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU CARING PERAWAT


Luthfi Fauzy Asriyanto
Email : luthfifauzy15@gmail.com

Abstract
Quality health care becomes an absolute must for a health care institution, as a
special effect to the image, profits, productivity, and liability. One of the keys of the
quality of health services provided by a nurse lies in aspects of attention, empathy,
and caring. Based on preliminary studies in PKU Muhammadiyah Temanggung
Hospital, it can be concluded that the nurse caring behavior cant be said to be
optimal, although the management of the hospital has established a commitment to
quality service through its quality policy. This study aims to determine the factors
fatherly dimensions of organizational culture that influence nurses caring behavior.
The study design used was a cross sectional analytic method in 50 nurses. Analysis of
univariate and bivariate data using Pearson correlation test and Spearman, with the
result there is no relationship between the dimensions of involvement, consistency,
adjustment, and mission with the nurse caring behavior. Multivariate analysis showed
that the most influential variable on caring behavior is working lives, so that
suggestions for management of the hospital caring for inserting items into standard
nursing care and nursing performance appraisal.
Key words: Caring Behavior, Nurses, Organizational Culture
kualitas pelayanan kesehatan (Aditama, 2004;
dalam Putra, Utami dan Jem, 2012). Muhlisin dan
Ichsan (2008) mengemukakan bahwa salah satu
kunci dari kualitas pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh perawat terletak pada aspek
perhatian, empati, dan kepedulian (caring).
Keperawatan dan caring adalah sesuatu yang
tidak dapat dipisahkan, dan pada dasarnya
mengindikasikan bahwa beberapa aktivitas
praktek seorang perawat dilakukan dalam rangka
proses caring (McFarlane, 1976; dalam Morrison
dan Burnard, 2008). Caring adalah ideal moral
dalam keperawatan yang dapat menghasilkan
perlindungan, peningkatan, dan pemeliharaan
martabat manusia (Reilly dan Behrens-Hanna,
1991; dalam Gruendemann dan Fernsebner,
2005). Menurut Watson (2000) dalam Putra,
Utami, dan Jem (2012), perilaku caring dalam
keperawatan dapat bermanfaat membantu manusia

1. PENDAHULUAN
Rumah sakit merupakan salah satu institusi
penyedia layanan kesehatan yang berfungsi
menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada
perorangan secara paripurna, baik dalam bentuk
pelayanan rawat jalan, rawat inap, maupun gawat
darurat (UU No. 44 Tahun 2009). Dalam
melaksanakan fungsinya tersebut, rumah sakit
berupaya menggabungkan secara bersama-sama
semua profesi kesehatan, sarana diagnostik dan
terapi, alat-alat dan perbekalan, serta fasilitas fisik
ke dalam sistem yang terorganisasi dengan tujuan
untuk penghantaran pelayanan kesehatan bagi
masyarakat (Siregar, 2003).
Keperawatan merupakan bagian integral dari
sistem pelayanan kesehatan yang bertanggung
jawab atas terselenggaranya kegiatan-kegiatan
dalam upaya meningkatkan dan mempertahankan

mencapai keharmonisan pikiran, jiwa, dan raga;


meningkatkan
kemampuan,
pengetahuan,
kemandirian, pengendalian; serta meningkatkan
proses perawatan dan kesembuhan klien sendiri.
Selain bermanfaat bagi kesembuhan klien,
perilaku caring perawat mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap kepuasan klien (Duffy
dalam Ma, et al, 2014). Anjaswani, Keliat, dan
Sabri (2002), dalam Tanjung dan Salbiah (2012),
mengungkapkan bahwa perilaku caring perawat
akan memungkinkan terjalinnya hubungan
interpersonal yang harmonis antara perawat
dengan klien. Oleh karena itu, perilaku caring
dapat memberikan dukungan psikologis serta
emosional kepada klien dan keluarganya, baik
secara verbal maupun nonverbal, sehingga dapat
meningkatkan rasa aman, keselamatan klien, serta
membantu terpenuhinya kebutuhan klien.
Perilaku caring perawat mewakili semua
faktor-faktor yang digunakan oleh perawat dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada kliennya
(Tomey dan Alligood, 2006). Perilaku caring
merupakan bagian dari bentuk kinerja perawat,
karena caring merupakan aspek dasar dari praktek
keperawatan yang bertujuan membantu klien
untuk pulih dari sakitnya (Potter dan Perry; dalam
Widiharti, Sunaryo, dan Purwaningsih, 2011).
Robbins dan Judge (2008) menyebutkan bahwa
kinerja perawat dipengaruhi oleh: 1). Variabel
tingkat individual, yang meliputi karakteristik
pribadi yang berkaitan dengan biografi (usia, jenis
kelamin, status pernikahan), kerangka emosional
bawaan, nilai dan sikap, serta level kemampuan
dasar; 2). Variabel tingkat kelompok, yang
meliputi standar perilaku kelompok, rancangan
kerja, pola komunikasi, kekuasaan dan politik,
kepemimpinan, serta level konflik yang
mempengaruhi kelompok; dan 3). Variabel tingkat
sistem organisasi, yang meliputi desain organisasi
formal, kultur internal organisasi, kebijaksanaan
dan praktek sumber daya manusia organisasi

(program seleksi, pelatihan dan pengembangan,


serta metode evaluasi kerja).
Perilaku caring sebagai bagian dari kinerja
perawat sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang
ada dalam sebuah organisasi. Hal ini berdasar
konsep bahwa perilaku caring adalah suatu
karakteristik interpersonal yang tidak dapat
diturunkan melalui genetik, tetapi dapat dipelajari
melalui pendidikan sebagai suatu budaya profesi
dalam organisasi (Tomey dan Alligood, 2006).
Pada dasarnya budaya suatu organisasi akan
cenderung berbeda dengan budaya organisasi lain.
Perbedaan ini baru dapat dirasakan apabila
seseorang berinteraksi dalam sebuah organisasi
untuk jangka waktu tertentu, serta mengenali
berbagai
karakteristik
organisasi
melalui
budayanya (Hutapea dan Thoha, 2009). Menurut
Denison (2000), dalam Alfian (2013), budaya
organisasi memiliki empat karakteristik yang
diidentifikasi berpengaruh besar terhadap kinerja
organisasi, meliputi keterlibatan (involvement),
konsistensi
(consistency),
penyesuaian
(adaptability), dan misi (mission).
Rumah Sakit (RS) PKU Muhammadiyah
Temanggung merupakan organisasi yang bergerak
di bidang pelayanan kesehatan, sebagai wujud
amal usaha Persyarikatan Muhammadiyah.
Rumah sakit ini didirikan dengan tujuan untuk
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya melalui upaya promotif,
preventif, kuratif, rehabilitatif, dan paliatif secara
menyeluruh (MKKM PDM Kab. Temanggung,
2009).
Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut,
maka perlu adanya dukungan dan upaya-upaya
menyeluruh dari setiap pegawai, terutama
perawat. Hal ini didasarkan pada realita, bahwa
perawat adalah profesi yang paling sering dan
lebih lama berinteraksi dengan klien rawat inap.
Akan tetapi, perilaku caring yang ditampilkan
oleh para perawat di RS PKU Muhammadiyah
Temanggung belum dapat dikatakan optimal.

Kesimpulan tersebut berdasar laporan Instrumen


B (kepuasan pelanggan), hasil wawancara dengan
Badan Mutu dan Pencitraan (BMP) RS PKU
Muhammadiyah, serta wawancara dengan
beberapa Asman ruang rawat inap.
Sebagai bagian dari upaya mewujudkan
tujuan dan visi rumah sakit, sekaligus dalam
rangka memperbaiki diri guna menghadapi
persaingan perumahsakitan yang semakin ketat,
maka manajemen rumah sakit berkomitmen
memberikan pelayanan kesehatan terbaik dan
menyeluruh sesuai kebutuhan klien. Komitmen
tersebut salah satunya dituangkan dalam
kebijakan mutu SOFT dan FAST, yang dapat
diartikan sebagai lembut dan cepat, yaitu dimensi
yang menjadi salah satu kunci kesuksesan sebuah
pelayanan (Adadiyah, 2009). Upaya sosialisasi
kebijakan-kebijakan tersebut sebenarnya telah
dilakukan, namun internalisasi nilai-nilai dan
aplikasinya belum dapat dikatakan berhasil.
Kondisi tersebut didukung lemahnya role model
dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan.
Melihat
beberapa
konsep
di
atas,
menunjukkan bahwa perilaku caring merupakan
salah satu kiat keperawatan yang berdampak
terhadap penerimaan klien akan kualitas
pelayanan kesehatan yang diberikan. Penelitian ini
menjadi penting dilakukan, karena penelitian
tentang perilaku caring perawat dalam kaitannya
dengan budaya organisasi masih belum banyak
dilakukan. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui faktor-faktor dimensi budaya
organisasi yang berpengaruh terhadap perilaku
caring perawat di ruang rawat inap RS PKU
Muhammadiyah Temanggung.

point in time), atau dapat disebut juga fenomena


yang diteliti adalah selama satu periode waktu
pengumpulan data (Polit dan Beck, 2003; dalam
Swarjana, 2012).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
perawat yang bertugas di ruang rawat inap RS
PKU Muhammadiyah Temanggung. Sedangkan
Sampel dalam penelitian ini adalah perawat
pelaksana di ruang rawat inap RS PKU
Muhammadiyah Temanggung dengan jumlah 50
orang, setelah dilakukan kriteria inklusi dan
eksklusi.
Penelitian ini menggunakan metode survey
dengan alat ukur berupa kuesioner berskala likert
untuk mengetahui gambaran karakteristik pribadi
perawat, pemahaman budaya organisasi, dan
persepsi perilaku caring perawat. Kuesioner
tentang budaya organisasi, yang meliputi
keterlibatan, konsistensi, penyesuaian, dan misi,
diadopsi dari The Denison Organization Culture
Survey, dengan pertimbangan karena mudah dan
cepat diimplementasikan, serta dapat digunakan
pada semua tingkat organisasi. Kuesioner tentang
perilaku caring perawat dimodifikasi dari Caring
Behaviors Inventory (CBI), yang dikembangkan
oleh Wolf (1986, 1994). Peneliti menggunakan
CBI dengan pertimbangan bahwa instrumen ini
dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif
singkat, menggunakan bahasa yang lebih mudah
dipahami, menggambarkan lima struktur perilaku
caring perawat, serta dapat digunakan pada
penelitian berdesain korelasi.
Analisa data dalam penelitian ini meliputi
analisa univariat, analisa bivariat, serta analisa
multivariat. Analisa bivariat yang digunakan
adalah uji korelasi Pearson, Spearman, dan
Kolmogorov-Smirnov, sedangkan pada analisa
multivariat menggunakan uji regresi linier.

2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain analitik
dengan metode cross sectional. Dasar pemilihan
dan penggunaan metode cross sectional karena
pengumpulan data dari masing-masing variabel
dapat dilakukan pada satu titik waktu (at one

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian dilakukan terhadap 50 perawat
pelaksana di ruang rawat inap RS PKU
Muhammadiyah Temanggung, dengan teknik

stratified
random
sampling.
Kegiatan
pengumpulan data dilakukan pada tanggal 26 Juli
hingga 2 Agustus 2014.

Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui


gambaran masing-masing variabel penelitian,
meliputi karakteristik perawat, budaya organisasi,
dan perilaku caring perawat.

Analisa Univariat

Tabel 4.1
Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia dan Masa Kerja Perawat; Juli 2014 (n = 50)
Variabel

30

Simpang
Baku
3,81

Nilai
Min.
23

Nilai
Maks.
38

5,5

4,21

18

Rerata

Median

Karakteristik Usia

30,24

Karakteristik Masa Kerja

7,50

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Status Pernikahan;
Juli 2014 (n = 50)
No

Karakteristik

Jenis Kelamin

Total
Status Pernikahan

Kategori

Frekuensi

Persentase

23
27
50
8
42
50

46 %
54 %
100%
16 %
84 %
100%

Laki-laki
Perempuan
Belum menikah
Menikah

Total

Tabel 4.3
Deskripsi Pemahaman Budaya Organisasi di Ruang Rawat Inap RS PKU Muhammadiyah
Temanggung; Juli 2014 (n = 50)
Rerata

Median

Simpang
Baku

Nilai
Min.

Nilai
Maks.

Dimensi Keterlibatan

23,06

23

4,38

10

32

Dimensi Konsistensi

15,54

16

3,17

22

Dimensi Penyesuaian

14,30

14

3,18

21

Dimensi Misi

20,70

21

4,50

31

Variabel

Tabel 4.4
Deskripsi Perilaku Caring Perawat di Ruang Rawat Inap RS PKU Muhammadiyah Temanggung; Juli
2014 (n = 50)
Variabel
Perilaku Caring Perawat

Rerata

Median

Simpang
Baku

Nilai
Min.

Nilai
Maks.

53,52

52

7,08

40

67

Analisa mengenai karakteristik responden


menunjukkan bahwa rata-rata usia perawat
pelaksana adalah 30 tahun, dan rata-rata masa
kerja perawat pelaksana adalah 7,5 tahun. Apabila
dilihat berdasarkan jenis kelamin, tidak terdapat
perbedaan yang mencolok antara responden lakilaki dengan perempuan (46% : 54%). Sedangkan
berdasarkan status pernikahan, maka sebagian
besar (84%) responden dalam kategori menikah.
Analisa mengenai gambaran pemahaman
budaya organisasi perawat menunjukkan rerata
pemahaman perawat pelaksana terhadap dimensi
keterlibatan adalah 23,06 (SD 4,38); rerata
pemahaman dimensi konsistensi adalah 15,54 (SD
3,17); rerata pemahaman dimensi penyesuaian
adalah 14,30 (SD 3,18); dan rerata pemahaman
dimensi misi adalah 20,70 (SD 4,50). Hasil
analisa tersebut menjelaskan bahwa persepsi dan
pemahaman perawat pelaksana terhadap budaya

organisasi, yang meliputi dimensi keterlibatan,


konsistensi, penyesuaian, dan misi, di Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Temanggung dalam
kategori cukup.
Analisa mengenai gambaran perilaku caring
perawat menunjukkan rerata perilaku caring
perawat adalah 53,52 (SD 7,08). Hasil analisa
tersebut menjelaskan bahwa persepsi perawat
pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Temanggung tentang perilaku
caring dalam kategori cukup.
Analisa Bivariat
Analisa bivariat menjelaskan tentang ada tidaknya
hubungan antara karakteristik pribadi perawat
dengan perilaku caring perawat, serta hubungan
antara dimensi budaya organisasi dengan perilaku
caring perawat.

Tabel 4.5
Hubungan antara Karakteristik Pribadi Perawat (Usia, Masa Kerja) dengan Perilaku Caring Perawat
di Ruang Rawat Inap RS PKU Muhammadiyah Temanggung; Juli 2014 (n = 50)
Variabel
Karakteristik Usia
Karakteristik Masa Kerja

n
50
50

* bermakna pada = 0,01

Perilaku Caring Perawat


p*
r
0,009
0,364
0,007
0,365

Tabel 4.6
Hubungan antara Karakteristik Pribadi Perawat (Jenis Kelamin, Status Pernikahan) dengan Perilaku
Caring Perawat di Ruang Rawat Inap RS PKU Muhammadiyah Temanggung; Juli 2014 (n = 50)
Variabel
Jenis Kelamin
a. Laki-laki
b. Perempuan
Status Pernikahan
a. Belum Menikah
b. Menikah
* bermakna pada = 0,05

Perilaku Caring Perawat


Baik
Cukup
Kurang

Total

p*

7
13

16
14

0
0

23
27

0,831

2
18

6
24

0
0

8
42

0,983

Uji statistik Pearson antara variabel usia


dengan perilaku caring perawat diperoleh nilai p
= 0,009 ( < 0,01), dengan nilai korelasi 0,364.
Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara usia
perawat dengan perilaku caring perawat. Namun,
hubungan tersebut memiliki arah korelasi positif
dengan kekuatan yang lemah.
Analisa bivariat menunjukkan bahwa proporsi
perawat pelaksana dengan jenis kelamin
perempuan yang memiliki persepsi perilaku
caring baik sebanyak 13 orang, sedangkan
perawat laki-laki sebanyak 7 orang. Hasil uji
statistik Kolmogorov-Smirnov menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara jenis
kelamin dengan perilaku caring perawat (p =
0,831; < 0,05).

Analisa bivariat menunjukkan bahwa proporsi


perawat pelaksana dengan kategori menikah yang
memiliki persepsi perilaku caring baik sebanyak
18 orang, sedangkan perawat yang belum
menikah sebanyak 2 orang. Hasil uji statistik
Kolmogorov-Smirnov menunjukkan tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara status pernikahan
dengan perilaku caring perawat (p = 0,983; <
0,05).
Uji statistik Spearman antara variabel masa
kerja dengan perilaku caring perawat diperoleh
nilai p = 0,007 ( < 0,01), dengan nilai korelasi
0,365. Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara masa
kerja perawat dengan perilaku caring perawat.
Akan tetapi, hubungan tersebut memiliki arah
korelasi positif dengan kekuatan yang lemah.

Tabel 4.7
Hubungan antara Dimensi Budaya Organisasi dengan Perilaku Caring Perawat di Ruang Rawat Inap
RS PKU Muhammadiyah Temanggung; Juli 2014 (n = 50)
Variabel
Dimensi Keterlibatan
Dimensi Konsistensi
Dimensi Penyesuaian
Dimensi Misi

n
50
50
50
50

Perilaku Caring Perawat


p
r
0,539
0,089
0,665
-0,063
0,749
0,046
0,485
0,101

Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa


tidak terdapat hubungan antara dimensi
keterlibatan dengan perilaku caring perawat. Uji
statistik Spearman antara dua variabel tersebut
diperoleh nilai p = 0,539 ( < 0,05).
Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa
tidak terdapat hubungan antara dimensi
konsistensi dengan perilaku caring perawat. Uji
statistik Pearson antara dua variabel tersebut
diperoleh nilai p = 0,665 ( < 0,05).
Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa
tidak terdapat hubungan antara dimensi
penyesuaian dengan perilaku caring perawat. Uji
statistik Pearson antara dua variabel tersebut
diperoleh nilai p = 0,749 ( < 0,05).

Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa


tidak terdapat hubungan antara dimensi misi
dengan perilaku caring perawat. Uji statistik
Pearson antara dua variabel tersebut diperoleh
nilai p = 0,485 ( < 0,05).
Analisa Multivariat
Analisa multivariat menjelaskan faktor yang
paling berpengaruh terhadap perilaku caring
perawat, setelah dikontrol dengan variabel
eksternal. Langkah-langkah yang dilakukan dalam
analisa multivariat adalah melakukan seleksi
variabel yang terkait (nilai p < 0,25), melakukan
analisa, dan melakukan interpretasi hasil.

Tabel 4.8
Hasil Analisa Multivariat Regresi Linier
Langkah
Langkah 1

Langkah 2
Langkah 3

Variabel
Usia
Jenis Kelamin
Masa Kerja
Konstanta
Jenis Kelamin
Masa Kerja
Konstanta
Masa Kerja
Konstanta

Koefisien
-0,231
-0,905
0,933
54,908
-0,733
0,737
49,120
0,708
48,207

Tabel di atas menunjukkan bahwa variabel


yang paling berpengaruh terhadap perilaku caring
perawat adalah masa kerja. Analisa multivariat
model regresi linier pada variabel masa kerja
menghasilkan nilai p = 0,002.

Koefisien Korelasi
-0,125
-0,064
0,555
-0,052
0,439
0,422

p
0,697
0,658
0,098
0,001
0,711
0,003
< 0,001
0,002
< 0,001

bahwa semakin bertambah usia seorang perawat,


maka persepsi perilaku caring perawat tersebut
menjadi semakin baik.
Kesimpulan ini mendukung konsep teori
Robbins dan Judge (2008), bahwa para pegawai
yang lebih tua membawa sejumlah kualitas positif
terhadap kinerja, diantaranya pengalaman,
penilaian, etika kerja yang kuat, dan komitmen
terhadap kualitas. Meskipun demikian, hasil
penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian
Zees (2011), bahwa tidak ada hubungan antara
karakteristik perawat, khususnya variabel umur,

Pembahasan
Hubungan antara usia dengan perilaku caring
perawat
Hasil uji statistik Pearson menunjukkan terdapat
hubungan yang bermakna antara usia perawat
dengan perilaku caring perawat, dengan nilai
korelasi sebesar 0,364. Hasil tersebut menjelaskan

dengan perilaku caring perawat di RSAS Kota


Gorontalo.
Usia perawat secara garis besar menjadi
indikator kedewasaan dalam setiap pengambilan
keputusan yang mengacu pada pengalamannya.
Karakteristik seorang perawat berdasarkan umur
sangat berpengaruh terhadap kinerja, dimana
semakin tua umur perawat maka akan semakin
bertambah penerimaan, tanggung jawab, dan
pengalaman terhadap pekerjaannya (Smet, 2004;
dalam Nurniningsih, 2012 dan Susanti 2013).
Robbins dan Judge (2008) juga mengungkapkan
apabila dilakukan perbandingan antara pegawai
profesional dengan nonprofesional, maka akan
didapatkan hasil bahwa tingkat kinerja cenderung
meningkat pada pegawai profesional seiring
bertambahnya usia, sedangkan pada pegawai
nonprofesional kinerja akan menurun seiring
bertambahnya usia.

RSAS Kota Gorontalo bahwa tidak ada hubungan


antara variabel karakteristik demografi (jenis
kelamin) dengan kinerja perawat pelaksana.
Asumsi peneliti mengenai tidak ada hubungan
antara variabel jenis kelamin dengan perilaku
caring perawat karena tidak terdapatnya
perbedaan pekerjaan yang dilakukan perawat di
ruang rawat inap. Pernyataan senada dikemukakan
oleh Robbins dan Judge (2008), bahwa hanya
terdapat sedikit perbedaan penting antara laki-laki
dan perempuan yang mempengaruhi kinerja,
misalnya dalam hal kemampuan memecahkan
masalah, menganalisis, dorongan kompetitif,
motivasi, sosiabilitas, dan kemampuan belajar.
Hubungan antara status pernikahan dengan
perilaku caring perawat
Proporsi perawat pelaksana dengan kategori
menikah yang memiliki persepsi perilaku caring
baik sebanyak 18 orang, sedangkan pada perawat
yang belum menikah sebanyak 2 orang. Hasil uji
statistik Kolmogorov-Smirnov menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara status
pernikahan dengan perilaku caring perawat.
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan
konsep teori yang dikemukakan oleh Robbins
(2008), dalam Amin (2013), bahwa pegawai yang
telah menikah lebih loyal terhadap pekerjaannya
dibandingkan pegawai yang belum menikah.
Namun, pegawai yang sudah menikah juga
memiliki tingkat absensi yang lebih tinggi
dibandingkan yang belum menikah, dikarenakan
memiliki tugas tambahan terhadap keluarganya.
Riset yang dilakukan oleh Angkasa, Hartono,
dan Taadi di RSUD Kabupaten Batang
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
variabel
karakteristik
demografi
(status
pernikahan) dengan kinerja perawat pelaksana.
Kesimpulan peneliti mengenai tidak adanya
hubungan antara status pernikahan dengan
perilaku caring perawat yaitu meskipun jumlah
perawat pelaksana yang berstatus menikah lebih

Hubungan antara jenis kelamin dengan


perilaku caring perawat
Hasil analisa menunjukkan bahwa perilaku
caring perawat yang baik lebih ditunjukkan oleh
perawat pelaksana dengan jenis kelamin
perempuan, namun uji statistik KolmogorovSmirnov menunjukkan tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara jenis kelamin dengan
perilaku caring perawat.
Kinerja sangat dipengaruhi oleh jenis
pekerjaan yang akan dilakukan. Pekerjaan yang
bersifat khusus, misal pekerjaan berat, maka jenis
kelamin sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
kerja. Meskipun demikian, pada pekerjaan yang
umumnya lebih baik dikerjakan oleh laki-laki,
keberhasilan kerja dapat ditunjukkan oleh
perempuan dengan pemberian keterampilan yang
cukup memadai (Smet, 2004; dalam Nurniningsih,
2012 dan Susanti 2013).
Hasil penelitian ini mendukung riset yang
dilakukan oleh Angkasa, Hartono, dan Taadi di
RSUD Kabupaten Batang, serta Zees (2011) di

banyak daripada yang belum menikah, akan tetapi


dalam hal kinerja tidak ada perbedaan yang
bermakna. Hal ini ini dimungkinkan karena
motivasi intrinsik perawat lebih dominan
dibandingkan pengaruh tanggung jawab keluarga.
Hasil analisa menunjukkan bahwa perawat
pelaksana yang sudah menikah memiliki persepsi
perilaku caring cukup dan sebagiannya baik,
begitu juga pada perawat pelaksana yang belum
menikah.

individu yang merupakan dasar prestasi dan


kinerja organisasi. Siagian (2000), dalam Ismael
(2009) dan Susanti (2013) menyimpulkan
semakin lama kinerja seseorang maka akan
semakin terampil dan berpengalaman dalam
menghadapi masalah dalam pekerjaannya. Oleh
karena itu, dapat dipahami bahwa perilaku caring
perawat sebagai bagian dari kinerja perawat
sangat dipengaruhi oleh masa kerjanya.
Hubungan antara Keterlibatan dengan
Perilaku Caring Perawat
Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa
tidak terdapat hubungan antara dimensi
keterlibatan dengan perilaku caring perawat. Uji
statistik Spearman antara dua variabel tersebut
diperoleh nilai p = 0,539 ( < 0,05).
Keterlibatan merupakan faktor kunci dalam
budaya organisasi yang berpengaruh terhadap
kinerja organisasi. Denison, dalam Fey and
Denison (2003) dan Herminingsih (2011),
menyebutkan bahwa keterlibatan yang bersifat
voluntari, keterlibatan dari bawah ke atas, maupun
yang terstruktur memiliki dampak yang positif
terhadap efektivitas organisasi. Sedangkan
efektivitas sebuah organisasi merupakan fungsi
dari tingkat keterlibatan dan partisipasi
anggotanya. (Denison dan Mishara, 1988; dalam
Ferryansyah, 2013). Konsep ini mengemukakan
bahwa tingkat keterlibatan dan partisipasi yang
tinggi menciptakan kesadaran akan kepemilikan
(sense of ownership) dan tanggung jawab. Dari
kesadaran ini timbul komitmen yang lebih besar
pada organisasi dan kebutuhan lebih sedikit akan
kontrol yang ketat dari pimpinan (Denison, 2000;
dalam Doloksaribu, 2001).
Penelitian Walton dan Lawler (dalam
Denison, 1990; dan Doloksaribu, 2001)
mengemukakan keterlibatan dapat menjadi
strategi manajemen bagi kinerja organisasi yang
efektif, sekaligus menjadi strategi pegawai untuk
menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik.

Hubungan antara masa kerja dengan perilaku


caring perawat
Hasil uji statistik Spearman menunjukkan
terdapat hubungan yang bermakna antara masa
kerja dengan perilaku caring perawat, dengan
nilai korelasi sebesar 0,365. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa semakin lama masa kerja
perawat, maka semakin baik persepsi perilaku
caring-nya.
Kesimpulan tersebut sesuai dengan pendapat
Smet (2004), dalam Nurniningsih (2012) dan
Susanti (2013), bahwa semakin lama masa kerja
seseorang
maka
akan
semakin
banyak
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Hal
ini karena pengalaman merupakan salah satu cara
kepemilikan pengetahuan yang dialami seseorang
dalam kurun waktu yang tidak ditentukan.
Meskipun demikian, hasil penelitian ini kurang
sesuai dengan pendapat Robin (2007), dalam Zees
(2011), yang mengatakan bahwa pengalaman
kerja belum tentu menjamin kinerja yang baik,
karena tergantung dari motivasi pegawai yang
bersangkutan.
Perilaku caring merupakan bagian dari bentuk
kinerja perawat, karena caring merupakan aspek
dasar dari praktek keperawatan yang bertujuan
membantu klien untuk pulih dari sakitnya (Potter
dan Perry; dalam Widiharti, Sunaryo, dan
Purwaningsih, 2011). Gibson (1997), dalam
Nasution (2009), mengemukakan bahwa masa
kerja seseorang akan menentukan prestasi

Dengan demikian dimensi keterlibatan, yang


meliputi pemberdayaan anggota, nilai-nilai
orientasi tim, dan pengembangan kemampuan
anggota telah terbukti berpengaruh terhadap
kinerja organisasi rumah sakit, termasuk kinerja
perawat dalam bentuk perilaku caring.
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan
pernyataan Hersey dan Blanchard, dalam Safaria
dan Yunastiwi (2013), kinerja adalah suatu fungsi
dari motivasi dan kemampuan. Sehingga dalam
menyelesaikan tugas atau pekerjaan, seseorang
harus memiliki derajat kesediaan dan tingkat
kemampuan tertentu. Ammir Ali (2007), dalam
Safaria
dan
Yunastiwi
(2013),
juga
mengemukakan
bahwa
memupuk
tingkat
keterlibatan kerja yang tinggi pada pegawai dapat
efektif untuk meningkatkan kinerjanya, serta
mendorong pegawai lebih positif dalam bersikap.
Asumsi peneliti mengenai tidak adanya
hubungan yang bermakna antara dimensi
keterlibatan dengan perilaku caring perawat
disebabkan karena keputusan atau solusi sebuah
masalah yang muncul di rumah sakit tidak selalu
dapat diselesaikan pada semua level/tingkat
manajer. Selain itu, perawat mempersepsikan
bahwa ketrampilannya kurang dikembangkan
melalui berbagai metode pelatihan. Namun, halhal tersebut tidak diikuti dengan persepsi perilaku
caring yang justru cenderung baik.

inti, dan kejelasan tentang tindakan yang dapat


dilakukan maupun yang tidak dapat dilakukan.
Sebuah organisasi yang konsisten dan terintegrasi
secara baik akan memperlihatkan efektivitas
kinerja yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa
organisasi tersebut memiliki budaya yang kuat,
yang secara signifikan mempengaruhi sikap dan
perilaku anggota dalam kemampuan mencapai
kesepakatan, melakukan tindakan terkoordinasi,
dan bekerja berdasarkan kerangka bersama
mengenai nilai-nilai dan pedoman yang telah
disepakati (Pascale, 1984; dalam Ferryansyah,
2013).
Beberapa penulis (Frost, Moore, Louis,
Londberg, dan Martin, 1985; Martin dan Shiel,
1983, dll) dalam Denison (1990) dan Doloksaribu
(2001) mengemukakan pentingnya keyakinan dan
nilai-nilai bersama (shared beliefs and values)
bagi efektivitas organisasi. Teori konsistensi juga
mengatakan bahwa makna bersama memiliki
dampak positif, karena para anggota organisasi
bekerja berdasarkan kerangka kerja bersama
mengenai nilai dan keyakinan yang membentuk
dasar dalam berkomunikasi satu sama lain.
Indikator-indikator dimensi konsistensi adalah
nilai-nilai inti, kesepakatan, serta koordinasi dan
integrasi (Fey dan Denison, 2000; dalam
Doloksaribu, 2001). Dalam konteks organisasi,
koordinasi dan integrasi antar unit/bagian
seringkali merupakan hal yang sulit untuk
dilaksanakan. Masing-masing unit/bagian sering
merasa tidak peduli dengan yang lain, dalam arti
lebih mementingkan kebutuhan unitnya tanpa
mementingkan organisasi secara keseluruhan. Hal
inilah yang terjadi di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Temanggung, dimana kendala
dalam melakukan kerja sama dengan bagian lain
di rumah sakit masih cukup tinggi. Para pegawai
juga memandang bahwa kegiatan penyamaan
persepsi antar pegawai tentang cara-cara baru
dalam bekerja tidak sering dilakukan. Selain itu,
nilai-nilai inti yang dijadikan pedoman dalam

Hubungan antara Konsistensi dengan Perilaku


Caring Perawat
Hasil analisa bivariat menunjukkan tidak
terdapat hubungan antara dimensi konsistensi
dengan perilaku caring perawat. Uji statistik
Pearson antara dua variabel tersebut diperoleh
nilai p = 0,665 ( < 0,05).
Konsistensi merupakan tingkat kesepakatan
anggota organisasi terhadap asumsi dasar dan
nilai-nilai inti dalam organisasi (Sobirin, 2007).
Adanya konsistensi dalam sebuah organisasi
ditandai oleh keterikatan antar anggota, nilai-nilai

10

bersikap dan berperilaku belum sepenuhnya


dipahami dan diaplikasikan dengan baik,
meskipun sudah dilakukan sosialisasi kepada
pegawai melalui distribusi buku panduannya.
Penelitian ini bertujuan membuktikan
hubungan antara dimensi konsistensi dengan
perilaku caring perawat. Namun berdasarkan uji
statistik tidak didapatkan hubungan antara dua
variabel tersebut. Realitas yang ada menunjukkan
bahwa perawat pelaksana di ruang rawat inap
memiliki persepsi dimensi konsistensi yang
kurang, akan tetapi persepsi perilaku caring
perawat cenderung baik.

kemampuan diri sendiri tim, serta memiliki


antusiasme dalam melakukan pekerjaan (Fey dan
Denison, 2003; dalam Herminingsih, 2011).
Penelitian Kotter (dalam Fey dan Denison,
2000; dan Doloksaribu, 2001) menghasilkan
kesimpulan bahwa organisasi dengan nilai-nilai
budaya
yang
mempromosikan
inovasi,
pengambilan
risiko,
kewiraswastaan,
dan
kepemimpinan lebih berhasil menyesuaikan diri
terhadap pengaruh eksternal dibanding organisasi
lain yang tidak memiliki. Kotter menambahkan
sebuah organisasi, termasuk pegawainya, yang
mempunyai kinerja baik memiliki budaya yang
menempatkan nilai tinggi pada pelanggan.
Bertolak belakang dengan konsep tersebut di
atas, para pegawai mempersepsikan bahwa
pengambilan keputusan yang berisiko dan upayaupaya kreatif yang dikembangkan dalam bekerja
seringkali mendapat tantangan dari pimpinan.
Selain itu komitmen terhadap perbaikan
pelayanan maupun sarana prasarana tidak segera
terealisasi, meskipun berbagai masukan dan saran
telah terfasilitasi dengan media komunikasi yang
baik. Pada sisi lain, perilaku caring yang
ditunjukkan perawat cukup, bahkan cenderung
baik, sehingga uji statistik menunjukkan tidak
terdapat hubungan antara dimensi penyesuaian
dengan perilaku caring perawat.

Hubungan
antara penyesuaian
dengan
perilaku caring perawat
Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa
tidak terdapat hubungan antara dimensi
penyesuaian dengan perilaku caring perawat. Uji
statistik Pearson antara dua variabel tersebut
diperoleh nilai p = 0,749 ( < 0,05).
Penyesuaian
merupakan
kemampuan
organisasi dalam merespon perubahan-perubahan
eksternal organisasi dengan cara melakukan
perubahan internal organisasi (Sobirin, 2007).
Keadaan tersebut merujuk pada sebuah organisasi
yang memiliki orientasi kepada pelanggan,
mengambil risiko dan belajar dari kesalahan, serta
memiliki kemampuan dan pengalaman dalam
menciptakan perubahan (Fey dan Denison, 2003;
dalam Herminingsih, 2011).
Budaya yang dapat membantu organisasi
mengantisipasi dan melakukan penyesuaian
dengan perubahan lingkungan, akan diasosiakan
dengan kinerja yang baik dalam jangka waktu
yang panjang (Fey dan Denison, 2000; dalam
Doloksaribu, 2001). Budaya yang demikian ini
disebut budaya adaptif, dimana orang-orang di
dalamnya berani mengambil risiko, percaya satu
sama lain, memiliki pendekatan proaktif untuk
kelangsungan organisasi, bekerja bersama untuk
mengidentifikasi
masalah,
percaya
pada

Hubungan antara misi dengan perilaku caring


perawat
Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa
tidak terdapat hubungan antara dimensi misi
dengan perilaku caring perawat. Uji statistik
Pearson antara dua variabel tersebut diperoleh
nilai p = 0,485 ( < 0,05).
Misi merupakan dimensi budaya yang
menunjukkan tujuan inti organisasi, yang
menjadikan anggota organisasi tetap teguh dan
fokus terhadap apa yang dianggap penting oleh
organisasi (Sobirin, 2007). Penghayatan akan misi
memberikan dua pengaruh besar pada fungsi

11

organisasi, yaitu: 1). Menentukan manfaat dan


makna dengan cara mendefinisikan peran sosial,
sasaran sosial, dan sasaran eksternal organisasi,
serta mendefinisikan peran individu berkenaan
dengan peran dalam organisasi; 2). Memberikan
kejelasan arah atau aturan (Denison, 1989; dalam
Ferryansyah, 2013).
Organisasi yang berhasil mempunyai arah dan
tujuan yang jelas, didefinisikan dalam tujuan
organisasi dan sasaran strategis serta tercermin
dalam visi tentang bagaimana organisasi di masa
depan. Visi menggambarkan aspirasi organisasi
dan akan seperti apa, sedangkan misi
menggambarkan organisasi dalam melakukan
usaha, melayani pelanggan, dan keahlian yang
perlu dikembangkan untuk mencapai visi
organisasi (Denison, 1989; dalam Ferryansyah,
2013). Misi organisasi dapat menyebabkan para
anggotanya, dengan alasan non-ekonomi, bersedia
untuk menginvestasikan upaya demi kebaikan
organisasi, karena adanya harapan terhadap
organisasi (Fey dan Denison, 2003; dalam
Herminingsih,
2011).
Penelitian
Denison
menunjukkan bahwa organisasi yang kurang
dalam menerapkan misi akan mengakibatkan
anggotanya tidak mengerti hasil yang akan
dicapai, serta tujuan jangka panjang yang
ditetapkan menjadi tidak jelas.
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi
hubungan antara dimensi misi dengan perilaku
caring yang merupakan bagian dari kinerja
perawat. Analisa bivariat menunjukkan bahwa
perawat pelaksana yang memiliki persepsi
dimensi misi kurang dengan perilaku caring baik
sebesar 55%. Perawat memandang visi yang telah
ditetapkan kurang dapat memberikan rangsangan
dan motivasi bagi pegawai dalam bekerja.
Pegawai kurang dilibatkan dalam pembahasan
tentang visi dan misi rumah sakit, sehingga
merasa tidak memiliki arahan jelas dalam bekerja

Simpulan
Hasil uji statistik tidak didapatkan hubungan
antara dimensi budaya organisasi, yang meliputi
keterlibatan, konsistensi, penyesuaian, dan misi
dengan perilaku caring perawat di ruang rawat
inap RS PKU Muhammadiyah Temanggung.
Terdapat hubungan yang bermakna antara usia
dan masa kerja dengan perilaku caring perawat.
Hasil uji statistik tidak didapatkan hubungan
antara jenis kelamin dan status pernikahan dengan
perilaku caring perawat di ruang rawat inap RS
PKU Muhammadiyah Temanggung.
Saran
Perlunya kebijakan untuk memasukkan item
caring perawat dalam standar asuhan keperawatan
dan penilaian kinerja perawat. Selain itu, perlu
adanya seleksi motivasi kerja bagi calon perawat
baru, serta upaya-upaya untuk menumbuhkan dan
mempertahankan motivasi kerja pada perawat
pelaksana, sehingga para perawat pelaksana dapat
menunjukkan kinerja yang baik. Manfaat lainnya
adalah perawat pelaksana menjadi lebih betah
dalam bekerja, sehingga dapat mengurangi
kemungkinan turn over perawat.
Perlunya pengaturan pola ketengaan perawat
pelaksana di ruang rawat inap sesuai dengan
kebutuhan, sehingga memungkinkan perawat
dapat menerapkan perilaku caring, bukan sematamata melaksanakan kegiatan pelayanan rutin.
5. REFERENSI
Adadiyah, M. 2009. Buku Panduan Peningkatan
Kualitas SDM RS PKU Muhammadiyah
Temanggung. Tidak dipublikasikan.
Alfian, N. 2013. Komparasi Pengaruh Kekuatan
Budaya terhadap Tingkat Profesionalisme Perawat
antara Rumah Sakit PKU Muhammadiyah dengan
RSUD di Temanggung. Skripsi. Program Studi
Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran.

4. SIMPULAN DAN SARAN

12

Amin, M. 2013. Hubungan antara Aspek


Religiusitas Perawat dengan Perilaku Caring
Perawat di Unit Rawat Inap Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Temanggung. Skripsi. Program
Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran.

Majelis Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat


(MKKM) Pimpinan Daerah Muhammadiyah
Kabupaten Temanggung. 2009. Statuta Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Temanggung.
Temanggung; tidak diterbitkan.
Morrison, P. and Burnard, P. 2008. Caring &
Communicating : Hubungan Interpersonal dalam
Keperawatan. EGC. Jakarta.

Dep.Kes. RI. Undang-undang No. 44 Tahun 2009.


http://www.depkes.go.id/downloads/UU_No._44_
Th_2009_ttg_Rumah_Sakit.pdf.

Muhlisin, A. dan Ichsan, B. 2008. Aplikasi Model


Konseptual Caring dari Jean Watson dalam
Asuhan Keperawatan. Berita Ilmu Keperawatan
ISSN 1979-2697, Vol. 1 Nomor 3. Jakarta

Doloksaribu, M. 2001. Pengaruh Budaya


Organisasi terhadap Kinerja Manajerial (Studi
Kasus pada Kanca BRI di Wilayah Jawa Barat,
Jawa Tengah, dan Yogayakarta serta Jawa Timur).
Tesis. Program Studi Magister Manajemen
Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.

Putra, K.R., Utami, Y.W., dan Jem, Y.S. 2012.


Hubungan Motivasi Kerja dengan Perilaku
Caring Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD
Ruteng Kabupaten Manggarai Propinsi Nusa
Tenggara Timur. Manggarai

Ferryansyah, M.F. 2013. Pengaruh Budaya


Organisasi dan Komitmen Organisasi terhadap
Kinerja Karyawan (Studi Kasus pada PPPA Darul
Quran). Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Manajemen Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta

Robbins, S.P. dan Judge, T.A. 2008. Perilaku


Organisasi Buku 1 (Ed. 12). Salemba Empat.
Jakarta

Gruendemann, B.J. dan Fernsebner, B. 2005.


Buku Ajar Keperawatan Perioperatif (Vol. 1
Prinsip). EGC. Jakarta.

Safaria, S., Yunastiwi, A.S. 2013. Pengaruh


Keterlibatan Kerja terhadap Kinerja Pegawai pada
PT. Seascape Surveys Indonesia. e-Journal
Manajemen dan Bisnis, Vol. 1, No. 3

Herminingsih, A. 2011. Pengaruh Kepemimpinan


Transformasional terhadap Budaya Organisasi.
Jurnal Ilmiah Ekonomi Manajemen dan
Kewirausahaan Optimal, Vol. 5, No. 1.

Siregar, C.J.P. 2003. Farmasi Rumah Sakit: Teori


dan Penerapan. EGC. Jakarta
Sobirin, A. 2007. Budaya Organisasi (Pengertian,
Makna, dan Aplikasinya dalam Kehidupan
Organisasi). UPP STIM YKPN; Yogyakarta

Hutapea, P. dan Thoha, N. 2008. Kompetensi


Plus: Teori, Desain, Kasus dan Penerapan untuk
HR dan Organisasi yang Dinamis. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.

Susanti, E.N. 2013. Hubungan Karakteristik


Perawat dengan Motivasi Perawat dalam
Pemenuhan Kebutuhan Kebersihan Diri Pasien di
Ruang Rawat Inap RSU Dr. H. Koesnadi
Bondowoso. Skripsi. Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Jember

Ma, F., Li, J., Liang, H., Bai, Y., Song, J. 2014.
Baccalaureate Nursing Students Perspectives on
Learning About Caring In China: a Qualitative
Descriptive Study. BMC Medical Educational
Journal.

13

Swarjana, I.K.. 2012. Metodologi Penelitian


Kesehatan: Tuntunan Praktis Pembuatan
Proposal Penelitian (Ed. 1) Andi. Yogyakarta

Widiharti, Sunaryo dan Purwaningsih. 2011.


Pengembangan Strategi Peningkatan Mutu
Pelayanan Keperawatan Berdasarkan Analisis
Porsi Perilaku Caring Perawat dengan Jendela
Pelanggan. Jurnal Ners Vol. 6 No. 1 April 2011.

Tanjung, N. dan Salbiah. 2012. Harapan Pasien


Dalam Kepuasan Perilaku Caring Perawat di
RSUD Deli Serdang Lubukpakam. Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Tomey, A.M. and Alligood, M.R. 2006. Nursing
Theorists and Their Work. Mosby Elsevier; St.
Louis, Missouri

14

Você também pode gostar