Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Lebar Sepur
Lengkung horizontal
Percepatan sentrifugal
Peninggian normal
Peninggian rel
Pelebaran sepur
Peninggian minimum
Peninggian maksimum
Penggunaan peninggian rel
2
Pengantar
Geometri jalan rel bentuk dan ukuran jalan rel, baik pada
arah memanjang maupun arah melebar, meliputi : lebar sepur,
kelandaian,
tikungan
horizontal
dan
lengkung
vertikal,
LEBAR SEPUR
Lebar Sepur
Indonesia menggunakan lebar sepur (track) 1067 mm
(3 feet 6 inch) yang tergolong pada sepur sempit
(jarak terpendek rel yang satu sampai sisi dalam rel
lainnya).
Lebar Sepur
Pada jalur lurus, besarnya lebar sepur
tetap yaitu 1067 (Indonesia) seperti
diilustrasikan pada gambar. Lebar sepur
dapat ditentukan berdasarkan rumus
berikut :
S = r + 2.f + 2.c
dengan ketentuan :
S : lebar sepur (mm)
r : jarak antara bagian terdalam roda
(mm)
f : tebal flens (mm)
c : celah antara tepi dalam flens
dengan kepala rel (mm)
Lebar sepur
1067 mm
LENGKUNG
HORIZONTAL
Lengkung Horizontal
Alinemen horizontal : proyeksi sumbu jalan rel pada bidang
rel dalam
Lengkung Horizontal
Pada saat kereta api berjalan melalui lengkung horizontal, timbul gaya
rel dalam,
keausan rel luar akan lebih banyak dibandingkan dengan yang
Lengkung Horizontal
Beberapa jenis lengkung yang terdapat pada lengkung
Lengkung Lingkaran
Lengkung Peralihan
Lengkung S
10
Lengkung Lingkaran
Lengkung lingkaran : dua bagian lurus yang perpanjangannya saling
membentuk sudut, dihubungkan dengan lengkung yang berbentuk lingkaran
dengan atau tanpa lengkung peralihan. Dalam perencanaan jalan rel, terdapat
berbagai kecepatan rencana serta besar jari-jari minimum yang diizinkan, sebagai
berikut :
Kecepatan Rencana
(km/jam)
120
2370
780
110
1990
660
100
1650
550
90
1330
440
80
1050
350
70
810
270
60
600
200
Sumber : Peraturan Dinas Nomor 10, PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
11
Lengkung Lingkaran
Pada saat kereta api melalui lengkung
Keterangan :
R : jari-jari lengkung (meter)
D : dukungan komponen struktur jalan rel
C : gaya sentrifugal
w : jarak antara kedua titik kontak antara
roda dengan kepala rel, sebesar 1120 mm
G : berat kereta/gerbong/lokomotif (kg)
h : peninggian rel (mm)
12
Lengkung Lingkaran
Gaya Sentrifugal yang Timbul diimbangi oleh Gaya Berat saja
Suatu kondisi dimana gaya sentrifugal yang timbul, tidak didukung oleh gaya-gaya
lainnya. Adapun persamaan yang digunakan sebagai berikut :
dengan :
C : gaya sentrifugal
R : jari jari lengkung lingkaran (meter)
V : kecepatan kereta api (km/jam)
m = massa =
Sehingga :
G
g
m.V 2
C
R
w.V 2
h
g.R
Gaya
sentrifugal
13
Lengkung Lingkaran
Gaya Sentrifugal yang Timbul diimbangi oleh Gaya Berat saja
Didapat :
Sehingga :
8,8.V 2
h
R
8,8.V 2
R
h
8,8.V 2
R
110
Dengan demikian maka jari-jari minimum lengkung lingkaran pada kondisi ini ialah
Rmin 0,08.V 2
dengan :
: jari-jari minimum (meter) yang diperlukan pada kondisi gaya sentrifugal yang timbul diimbangi
oleh gaya berat saja, dan menggunakan peninggian maksimum
: Kecepatan perancangan (km/jam)
14
Lengkung Lingkaran
Gaya Sentrifugal yang Timbul diimbangi oleh Gaya Berat dan Kemampuan
Dukung Komponen Struktural Jalan Rel
mV 2
G sin
D cos
R
mV 2
G tan
D
R
15
Lengkung Lingkaran
Besarnya dukungan komponen struktur jalan rel tergantung pada massa
dan percepatan sentrifugal, yaitu :
D = m.a
dengan :
a : percepatan sentrifugal (m/ 2 )
m : massa (kg)
Gaya berat
h
tan
w
Maka dapat ditentukan :
V
h
a
g
g.R w
2
Dukungan
struktur
jalan
Gaya
sentrifugal
16
Lengkung Lingkaran
Karena kecepatan kereta (V) masih dalam satuan km/jam, maka
diperlukan perubahan satuan ke dalam satuan m/detik, sehingga :
V2
h
a 0,007
g
R
w
atau :
V2
h
a
g
13R
w
h V2
ag
w 13R
13R
V2
ag
h
w
17
Lengkung Lingkaran
Percepatan sentrifugal (a) : besaran yang menyatakan berapakah besarnya
sentrifugal yang dengan satuan m/detik
Berdasarkan tinjauan aspek keselamatan dan kenyamanan, besarnya
percepatan sentrifugal maksumum yang dianjurkan sebesar 0,0478.g,
sedangkan jarak antara kedua titik kontak roda dan rel sebesar 1120 mm,
sehingga diperoleh persamaan :
13R
V2
0,0478 g g
h
1120
V2
0,0478 g g
110
1120
R = 0,0537 V
R = 0,054 V
18
Lengkung Lingkaran
Sehingga diperoleh persamaan untuk menentukan jari-jari minimum
sebagai berikut :
= 0.054 V2
dengan :
: jari-jari minimum (meter) yang dipelukan pada kondisi gaya
sentrifugal yang timbul diimbangi oleh gaya berat dan
kemampuan dukung komponen struktur jalan rel, serta
menggunakan peninggian maksimum,
V
: Kecepatan perancangan (km/jam)
19
Lengkung Lingkaran
Tanpa Lengkung Transisi
Pada bentuk lengkung horizontal
tanpa adanya lengkung transisi
dan tidak ada peninggian rel yang
harus dicapai, berdasarkan pada
persamaan peninggian minimum,
yaitu :
V2
h 8,8
53,54
R
Karena h = 0 (tidak ada peninggian
rel), maka :
R = 0,164 V2
20
Lengkung Transisi
Untuk mengurangi pengaruh perubahan gaya sentrifugal sehingga penumpang kereta
api tidak terganggu kenyamanannya, dapat digunakan lengkung transisi (transition
curve). Panjang lengkung transisi tergantung pada perubahan gaya sentrifugal tiap
satuan waktu, kecepatan, dan jari jari lengkung lingkaran. Untuk mendapatkan
panjang lengkung transisi dapat dijelaskan berikut :
V2
R
L
t
V
dengan :
L
: panjang lengkung transisi (meter)
V : kecepatan kereta api (km/jam)
21
Lengkung Transisi
Sehingga diperoleh persamaan:
m.a m.V 2 / R
=
L /V
t
m.a
V3
= m.
R.L
t
a
V3
=
R.L
t
L
V 3 .t
=
a.R
Lengkung Transisi
Berdasarkan persamaan :
V2
h 5,95
R
Diperoleh :
L 0,01.h.V
Oleh karena itu, maka panjang minimum lengkung transisi yang diperlukan
ialah :
Lh 0,01.h.V
dengan :
Lh = panjang minimum lengkung transisi (m)
H = peninggian rel pada lengkung lingkaran (mm)
V = kecepatan perancangan (km/jam)
R = jari-jari lengkung lingkaran (m)
23
Lengkung Transisi
Diagram Kelengkungan pada Lengkung Transisi
x3
y=
6.R.L
24
Lengkung Transisi
Berdasarkan pada persamaan pangkat tiga tersebut, sebagian bentuk
lengkung transisi dan lengkung lingkarannya ditunjukkan pada gambar
di bawah. Pada gambar tersebut juga dapat dilihat letak lengkung transisi
dan lengkung lingkaran beserta titik-titik/bagian-bagian pentingnya.
dengan :
TS : titik pertemuan antara bagian lurus dengan lengkung transisi
SC : titik pertemuan antara lengkung transisi dengan lengkung lingkaran
25
Lengkung Transisi
P=
k =
2
L
q
R cos R
6.R
Bagian lurus
Lurusan transisi
Tikungan tajam
Lengkung S
Pada dua lengkung dari suatu lintas yang berbeda arah lengkungnya
terletak bersambungan, akan membentuk suatu lengkung membalik
(reverse curve) dengan bentuk huruf S, sehingga dikenal sebagai
lengkung S. Antara kedua lengkung,yang berbeda arah sehingga
membentuk huruf S ini harus diberi bagian lurus minimum 20 meter di
luar lengkung transisi.
Percepatan Sentrifugal
Gaya sentrifugal fungsi dari massa benda dan percepatan
sentrifugal. Percepatan sentrifugal fungsi dari kecepatan dan
jari jari lengkung :
V2
a
R
dengan :
a = percepatan sentrifugal (m/ 2 )
V = kecepatan (km/jam)
R = jari-jari lengkung (meter)
Gambar lengkung S
28
Percepatan Sentrifugal
Percepatan sentrifugal yang timbul berpengaruh pada :
kenyamanan penumpang kereta api,
tergesernya (ke arah luar) barang-barang didalam kereta/gerbong/ lokomotif, dan
gaya sentrifugal yang berpengaruh pada keausan rel dan bahaya tergulingnya kereta
api.
= 0.0478 . g
dengan :
g = percepatan gravitasi ( m/detik 2 )
29
PENINGGIAN REL
30
Peninggian Rel
Peninggian rel : akibat adanya gaya sentrifugal pada lengkung horizontal,
sehingga memerlukan peninggian pada bagian rel luarnya.
Kategori peninggian rel di dalam perancangan lengkung horizontal :
Peninggian Normal
Peninggian Minimum
Peninggian Maksimum
31
Peninggian Normal
Peninggain normal ditentukan berdasar pada kondisi komponen jalan rel
tidak ikut menahan gaya sentrifugal.
Pada kondisi ini gaya sentrifugal sepenuhnya diimbangi oleh gaya berat saja :
R=
8,82
atau
h=
8,8. 2
atau
= 4,3
32
Peninggian Normal
Persamaan tentang hubungan antara h dengan V dan R diwujudkan dalam
bentuk :
V2
hk
R
4,3 R
110 k
hnormal
dengan :
V
R
V2
5,95
R
: peninggian normal ( mm )
33
Peninggian Minimum
Peninggian minimum ditentukan
berdasarkan pada kondisi gaya
maksimum yang dapat ditahan oleh
komponen jalan rel dan kenyamanan
penumpang KA.
berdasarkan gambar disamping
disebutkan bahwa :
2
= .
maka :
h=
. 2
.
Keterangan :
R : jari-jari (meter)
D : dukungan komponen struktur jalan rel
C : gaya sentrifugal
w : jarak antara kedua titik kontak antara
roda dengan kepala rel, sebesar 1120 mm
G : berat kereta/gerbong/lokomotif (kg)
h : peninggian rel (mm)
34
Peninggian Minimum
Karena beberapa faktor sebagai berikut :
w = 1120 mm
g = 9,81 (m/detik 2 )
a = 0,0478 . g (m/detik 2 )
8,8 2
h - 53,54
dengan :
= peninggian minimum (mm)
V = kecepatan perancangan (km/jam)
R = jari-jari lengkung horizontal (m)
35
Peninggian Maksimum
Peninggian maksimum ditentukan berdasarkan pada stabilitas
kereta api pada saat berhenti di bagian lengkung horizontal dengan
pembatasan kemiringan maksimum sebesar 10%.
36
Peninggian Maksimum
Momen terhadap titik O ialah :
sin = cos
tan =
2
Sehingga :
=
2
atau :
2
2
Keterangan :
R : jari-jari (meter)
D : dukungan komponen struktur jalan rel
C : gaya sentrifugal
w : jarak antara kedua titik kontak antara
roda dengan kepala rel, sebesar 1120 mm
G : berat kereta/gerbong/lokomotif (kg)
h : peninggian rel(mm)
SF : faktor keamanan terhadap bahaya
guling
37
Peninggian Maksimum
Apabila digunakan h = hmaks = 110 mm, w = 1120 mm dan y
untuk kereta/gerbong/lokomotif yang digunakan di
Indonesia = 1700 mm, maka :
SF = 3,35
38
hnormal
V2
5,95
(mm)
R
hmaks 110mm
hmin
V2
8,8
53,54(mm)
R
40
41
Peninggian Rel
43
120
-----110
105
100
95
90
80
75
70
65
60
55
55
50
50
45
35
30
25
25
110
-----105
100
90
85
80
80
75
70
60
60
55
50
45
45
40
40
40
30
25
25
20
----105
100
90
85
80
75
70
70
65
60
55
55
50
45
40
40
35
35
35
30
25
20
20
15
----110
100
90
85
75
70
65
65
60
55
55
50
45
45
40
35
35
35
30
30
30
25
20
20
15
15
Sumber : Peraturan Dinas Nomor 10, PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
----110
100
85
80
70
65
60
55
55
50
45
45
45
40
35
35
30
30
30
25
25
25
25
20
20
15
15
10
70
60
----100
85
75
65
60
55
50
50
45
40
40
35
35
35
30
30
25
25
25
20
20
20
20
20
15
15
10
10
10
---110
90
75
65
55
50
45
40
40
35
35
30
30
30
25
25
25
20
20
20
20
15
15
15
15
15
15
10
10
10
10
44
Pelebaran Sepur
Analisis untuk perlebaran sepur didasarkan
kereta/gerbong yang menggunakan dua gandar.
pada
45
Pelebaran Sepur
Posisi 1 : gandar depan mencapai
rel luar, gandar belakang pada
posisi bebas di antara rel dalam
dan rel luar. Posisi seperti ini
disebut sebagai Jalan bebas.
Posisi 2 : gandar depan mencapai
rel
luar,
gandar
belakang
menempel pada rel dalam tetapi
tidak menekan, dan gandar
belakang
posisinya
radial
terhadap
pusat
lengkung
horizontal.
46
Pelebaran Sepur
Posisi 3 : gandar depan
menempel pada rel luar, gandar
belakang
menempel
dan
menekan rel dalam. Baik gandar
depan maupun gandar belakang
tidak pada posisi radial terhadap
pusat lengkung horizontal.
Posisi 4 : gandar depan dan
gandar belakang menempel pada
rel luar. Posisi ini dapat terjadi
pada kereta/gerbong dengan
kecepatan yang tinggi. Posisi 4 ini
disebut Jalan Tali Busur.
47
Pelebaran Sepur
Gaya tekan yang ditimbukan akibat terjadi kondisi terjepitnya
roda kereta/gerbong akan mengakibatkan keausan rel dan
roda perlu dilakukan perlebaran pada sepur.
48
49
dengan :
u : jarak antara titik sentuh flens roda dengan tengah-tengah gandar (m)
d : jarak gandar (m)
c : kelonggaran flens terhadap tepi rel pada sepur lurus (mm)
R : jari jari lengkung (m)
P : perlebaran sepur (mm)
Ru : jari-jari lengkung luar (m)
50
( d + u )2 = Ru2 ( Ru s )2
( d + u ) = 2 . Ru . s s2
51
Pelebaran Sepur
Berdasarkan beberapa pertimbangan :
nilai 2 sangat kecil dibandingkan dengan nilai
nilai u sangat kecil dibandingkan dengan nila d
atau :
d2
s
2.Ru
d2
2c p
2.Ru
Bila Ru = R, maka :
d2
p
2.c
2.R
52
Pelebaran Sepur
Besarnya Perlebaran Sepur (p) dipengaruhi oleh :
jarak gandar depan dan gandar belakang
kelonggaran flens roda kereta terhadap tepi kepala rel pada sepur
lurus
jari-jari lengkung horizontal
Untuk lebar sepur 1067 mm, PT. Kereta Api (persero) menggunakan
4500
p
8
R
dengan :
p : pelebaran sepur (mm)
R : jari-jari lengkung (m)
53
Pelebaran Sepur
untuk jarak gandar depan terhadap gandar belakang (d) = 4 meter
8000
8
R
Perlebaran sepur
(mm)
Lebar sepur
menjadi (mm)
0
5
10
15
20
1067
1072
1077
1082
1087
Sumber : Peraturan Dinas Nomor 10, PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
54
Pelebaran Sepur
Perlebaran sepur dibuat dengan cara menggeser rel-dalam ke arah dalam
(ke arah pusat lengkung). Seperti halnya pada peninggian rel, perlebaran
sepur dicapai dan dihilangkan tidak secara mendadak tetapi secara
berangsur-angsur sepanjang lengkung transisi atau panjang transisi.
Menurut Honing (1975) pada jalan rel yang tidak menggunakan lengkung
transisi, perlebaran sepur dan peninggian rel dilakukan dengan rata
melewati suatu jarak (panjang transisi) antara 400 sampai 1000 x
peninggian rel.
Pelebaran Sepur
Konstruksi rel penahan
56
Pelebaran Sepur
Perlebaran sepur sesuai jari-jari lengkung horizontal :
Jari- jari (m)
1000
900
800
750
700
650
600
550
500
450
400
350
300
250
Sumber : Peraturan Dinas Nomor 10, PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
57
PERANCANGAN
ALINEMEN
HORIZONTAL
59
PEMILIHAN TRASE
Keterangan :
Alternatif Trase 1
Alternatif Trase 2
Alternatif Trase 3
60
Jalan Raya
B (7900,7990)
STA. 036+130
Tikungan 2
Tikungan 1
Jembatan
A (2500,5300)
STA. 030+000
Keterangan :
Jembatan
Sungai
61
Jalan Raya
= (2500 , 5300)
= 108,45
= 10 x 106 s.d. 20 x 106 ton/tahun
= 110 km/jam
= pendrol
= beton
= 600 mm
= 18 ton
= R.54
= 30 cm
= 25 cm
= double track
= 30 + 000
=2
= 1067 mm
62
63
dB2
Total Jarak = dA1 + d12 + dB2
= 3476,134 + 1185,01 + 1502,708
= 6163,85 m
d12
dA1
64
(21)
(21)
A = 108,45
1 = 108,45
2 = 117,12
satu sudut
1 = | 1 A |
= | 139,79 108,45 |
= 31,34
1 = | 2 1 |
= | 117,12 139,79 |
= 22,67
65
Titik
Koordinat
Jarak
Sudut
azimuth
Sudut
Belok
2500
3500
PP1
5797,5
6400
3476,13
108,45
31,34
PP2
6562,5
7305
1185,01
139,79
22,67
7900
7990
1502,71
117,12
66
; (R = 800)
= 89,994 mm
hmin
2
= 8,8 x - 53,54
1102
= 8,8 x
- 53,54
800
= 79,56 mm
hmin < h
Sehingga digunakan peninggian rel (h) sebesar 90 mm
67
360
4
; (R = 800)
c = 1 - 2 1
36099
= 4800
= 3,55
= 31,34 2 (3,55)
= 24,24
24,24
360
x = Ls = 99 -
LS
99 m
LC
338,28 m
LS
99 m
Sisi luar
x 2 800 = 338,28 m
90 mm
3
402
993
40.8002
Sisi dalam
TS1 SC1
CS1 ST1
= 98,962 m
68
Tikungan 1
K = x R . Sin s
= 98,962 800 sin (3,55) = 49,426
P = y R (1 cos s)
= 2,042 800 (1 cos s) = 0,507 m
Et = (R + P) tan
1
2
-R
1
2
31,34
2
- 800 = 30,93 m
+K
31,34
2
+ 49,426 = 273,858 m
Jenis
S-C-S
Vmax
110 km/jam
Rrencana
800 m
D1
31,34
90 mm
qs
3,550
qc
24,240
49,426 m
Et
30,93 m
Tt
273,858 m
; (R = 798)
= 90,22 mm
hmin
2
= 8,8 x - 53,54
1102
= 8,8 x 798 - 53,54
= 79,89 mm
hmin < h
Sehingga digunakan peninggian rel (h) pada tikungan 1
track 1 ini sebesar 91 mm
70
360
4
; (R = 798)
360100,1
= 4798
= 3,27
= 31,34 2 (3,27)
= 24,8
24,8
360
x = Ls -
LS
100,1m
LC
345,23 m
LS
100,1 m
Sisi luar
x 2 798 = 345,23 m
91 mm
3
402
= 100,1 -
c = 1 - 2 1
100,13
40.7892
Sisi dalam
TS1 SC1
CS1 ST1
= 100,06 m
71
Tikungan 1 (Track 1)
K = x R . Sin s
= 100,06 798 sin (3,27) = 54,54
P = y R (1 cos s)
= 2,092 798 (1 cos 3,27) = 0,793 m
Et = (R + P) tan
1
2
-R
1
2
31,34
2
- 800 = 30,93 m
+K
31,34
2
+ 54,54 = 278,62 m
Jenis
S-C-S
Vmax
110 km/jam
Rrencana
800 m
D1
31,34
91 mm
qs
3,270
qc
24,80
54,54 m
Et
30,93 m
Tt
278,62 m
; (R = 802)
= 89,77 mm
hmin
2
= 8,8 x - 53,54
1102
= 8,8 x 802 - 53,54
= 79,23 mm
hmin < h
Sehingga digunakan peninggian rel (h) pada tikungan 1
track 2 sebesar 90 mm
73
360
4
; (R = 800)
36099
= 4802
= 3,54
= 31,34 2 (3,54)
= 24,26
24,26
360
x = Ls = 99 -
c = 1 2.1
LS
99 m
LC
339,4 m
LS
99 m
Sisi luar
x 2 802 = 339,4 m
90 cm
3
402
993
40.8022
Sisi dalam
TS1 SC1
CS1 ST1
= 98,96 m
74
Tikungan 1 (Track 2)
K = x R . Sin s
= 98,96 802 sin (3,54) = 49,44
P = y R (1 cos s)
= 2,037 802 (1 cos 3,54) = 0,507 m
Et = (R + P) tan
1
2
-R
1
2
31,34
2
- 802 = 31,48 m
+K
31,34
2
+ 49,44 = 274,56 m
Jenis
S-C-S
Vmax
110 km/jam
Rrencana
800 m
D1
31,34
90 mm
qs
3,540
qc
24,260
49,44 m
Et
31,48 m
Tt
274,56 m
; (R = 800)
= 89,994 mm
hmin
2
= 8,8 x - 53,54
1102
= 8,8 x
- 53,54
800
= 79,56 mm
hmin < h
Sehingga digunakan peninggian rel (h) sebesar 90 mm
76
360
4
; (R = 800)
c = 2 - 2 2
36099
= 4800
= 3,55
e. Panjang lengkung lingkaran
c
Lc = 360 x 2 R
=
15.57
360
x = Ls -
= 22,67 2 (3,55)
= 15,57
LS
99 m
LC
217,28 m
LS
99 m
Sisi luar
x 2 800 = 217,288 m
3
402
993
= 99 - 40.8002 = 98,962 m
90 mm
Sisi dalam
TS2 SC2
CS2 ST2
77
Tikungan 2
K = x R . Sin s
= 98,962 800 sin (3,55) = 49,426
P = y R (1 cos s)
= 2,042 800 (1 cos s) = 0,507 m
Et = (R + P) tan
2
2
-R
2
2
22,67
2
- 800 = 16,432 m
+K
22,67
2
+ 49,426 = 209,89
Jenis
S-C-S
Vmax
110 km/jam
Rrencana
802 m
D2
22,67
90 mm
qs
3,550
qc
15,570
49,43 m
Et
16,43 m
Tt
209,89 m
; (R = 798)
= 90,22 mm
hmin
2
= 8,8 x - 53,54
1102
= 8,8 x 798 - 53,54
= 79,89 mm
hmin < h
Sehingga digunakan peninggian rel (h) pada tikungan 2
track 1 ini sebesar 91 mm
79
360
4
; (R = 798)
360100,1
= 4798
= 3,6
= 22,67 2 . 3,6
= 15,47
15,47
360
x = Ls -
LS
LC
100,1 m 215,71 m
LS
100,1 m
Sisi luar
x 2 798 = 215,35 m
91 mm
3
402
= 100,1 -
c = 1 - 2 1
100,13
4.7892
Sisi dalam
TS2 SC2
CS2 ST2
= 99,71 m
80
Tikungan 2 (Track 1)
K = x R . Sin s
= 99,71 798 sin (3,6) = 49,6
P = y R (1 cos s)
= 2,092 798 (1 cos 3,6) = 0,518 m
Et = (R + P) sec
2
2
-R
22,67
2
- 798 = 16,4
+K
22,67
= (798 + 0,518) sec 2 + 49,6 = 209,67
2
Jenis
S-C-S
Vmax
110 km/jam
Rrencana
802 m
D2
22,67
91 mm
qs
3,60
qc
15,470
49,6 m
Et
16,4 m
Tt
209,67 m
1102
802
; (R = 802)
= 5,95 x
= 89,77 mm
hmin
2
= 8,8 x - 53,54
1102
= 8,8 x
- 53,54
802
= 79,23 mm
hmin < h
Sehingga digunakan peninggian rel (h) pada tikungan 2
track 2 sebesar 90 mm
82
360
4
; (R = 802)
36099
= 4802
= 3,54
= 22,67 2 (3,54)
= 15,59
15,59
360
c = 2 2.2
LS
99 m
LC
218,11 m
LS
99 m
Sisi luar
x 2 802 = 218,11 m
3
= Ls - 42
993
= 99 - 4.8022
90 mm
Sisi dalam
TS2 SC2
CS2 ST2
= 98,62 m
83
Tikungan 2 (Track 2)
K = x R . Sin s
= 98,62 802 sin (3,54) = 49,1
P = y R (1 cos s)
= 2,037 802 (1 cos 3,54) = 0,507 m
Et = (R + P) tan
2
2
-R
1
2
22,67
2
- 802 = 16,47 m
+K
22,67
2
+ 49,1 = 209,964
Jenis
S-C-S
Vmax
110 km/jam
Rrencana
802 m
D2
22,67
90 mm
qs
3,540
qc
15,590
49,1 m
Et
16,47 m
Tt
209,964 m
85
86
87
Potongan Melintang
Jembatan
88
89
90
91
92
93
94
Tampak atas
timbunan
Tampak atas
galian
Terima Kasih
97